Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PANDANGAN ISLAM TERHADAP PENGGUNAAN


TEKNOLOGI MUTAKHIR UNTUK IBADAH

Dosen Pembimbing :
Abdul Wasik, M.HI

Oleh :
Qoriatul Hasanah
201491010189
VI A PAI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI ) AT-


TAQWABONDOWOSO
Jl. Hos. Cokroaminoto Kademangan Telp/Fax (0332) 420428
2017

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
memberikan hidayah untuk berfikir sehingga dapat melaksanakan tugas untuk
pembuatan makalah dalam upaya untuk memenuhi syarat dalam mata kuliah
Masail Fiqh yang berjudul “Adzan Menggunakan Teknologi Mutaakhir
Untuk Ibadah ”.
Dalam penulisan makalah ini kami bermaksud untuk memenuhi tugas yang di
berikan dosen. Dan dalam penulisan ini kami tulis dalam bentuk sederhana, sekali
mengingat keterbatasan yang ada pada diri kami sehingga semua yang di tulis
masih sangat jauh dari sempurna.
Atas jasanya semoga Allah SWT memberikan imbalan dan tertulisnya
makalah ini dapat bermanfaat dan kami minta maaf sebelumnya, apabila ini masih
belum mencapai sempurna kami sangat berharap atas kritik dan saran-sarannya
yang sifatnya membangun tentunya.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

2
DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR ......................................................................................... 2
DAFTAR ISI........................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 4
C. Tujuan........................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Adzan......................................................................................... 6
B. Syarat-syarat Muadzin................................................................................. 6
C. Rukun Adzan dan Sunnah Adzan................................................................. 7
D. Hukum Adzan Menggunakan Rekaman...................................................... 8
E. Dampak Adzan Dengan Rekaman................................................................ 9
F. Fatwa Majelis Ulama Indonesia...................................................................10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekarang ini kita hidup pada era informasi dan globalisasi yang ditandai
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berkat nikmat Allah
kemudian kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, kita dapat memperoleh
kemudahan-kemudahan dalam hidup, termasuk dalam memanfaatkan hasil
teknologi sebagai sarana ibadah.
Di antara hasil teknologi yang dimanfaatkan oleh umat Islam sebagai
sarana ibadah adalah rekaman rekaman yang dipergunakan untuk
menyebarluaskan informasi tentang berbagai ajaran Islam kepada masyarakat,
menyimpan dan mengumandangkan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an, dan
juga adzan yang dilantunkan para muadzin baik dari dalam negeri maupun
luar negeri.
Demikian juga halnya dengan khutbah. Adanya fenomena pemanfaatan
rekaman rekaman untuk mengumandangkan adzan, baik melalui tape record,
radio, televisi maupun alat komunikasi lainnya, mengundang pertanyaan bagi
kita tentang hukumnya menurut pandangan syari’at Islam.
Maka dari itu, penulis membahas hal-hal yang berhubungan dengan
adzan dan khutbah yang sesuai dengan syariat Islam.
B. Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang diatas timbul persoalan sebagai
berikut:
1. Apa pengertian adzan ?
2. Apa saja syarat-syarat muadzin ?
3. Apa saja rukun adzan dan sunnah adzan ?
4. Bagaiaman hukum adzan menggunakan rekaman ?
5. Adakah dampak adzan menggunakan rekaman ?
6. Bagaimana fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang adzan
menggunakan rekaman ?

C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, penulisan
makalah ini bertujuan:
1. Untuk memahami pengertian adzan secara luas.
2. Untuk mengetahui syarat-syarat adzan bagi muadzin.

4
3. Untuk mengetahui apa saja rukun adzan yang harus dipenuhi oleh muadzin
serta mengetahui sunnah-sunnah adzan agar dapat membedakannya
dengan rukun.
4. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana hukum adzan menggunakan
rekaman yang sudah terjadi dalam masyarakat.
5. Mengetahui dampak yang diakibatkan ketika adzan menggunakan
rekaman.
6. Memahami bagaimana fatwa MUI tentang adzan menggunakan rekaman.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Adzan
Adzan secara bahasa berarti pemberitahuan. Sedangkan secara istilah
adalah pemberitahuan tentang waktu shalat dengan menggunakan lafazh-
lafazh tertentu sesuai syari’at Islam. Adzan merupakan salah satu ibadah yang
sangat agung dan syi’ar Islam yang sangat nampak.
Adzan berisi kalimat-kalimat yang sangat dahsyat artinya berupa tauhid
dan keimanan yang dapat menggetarkan hati dan telinga. Adzan juga
merupakan penyebab terpeliharanya darah suatu kaum di masa Rasulullah.
Sahabat Anas bin Malik berkata:

‫صبمكح كويكننظظكر فكإ منن كسممكع أككذاَنناً كك ف‬


‫ف‬ ‫ككاًكن إمكذاَ كغكزاَ بمكناً قكنونماً لكنم يكظكنن يكنغظزنو بمكناً كحفتىَّ يظ ن‬
‫كعننهظنم كوإمنن لكنم يكنسكمنع أككذاَنناً أككغاًكر كعلكنيمهنم‬
Artinya: “Sungguhnya Nabi apabila beliau memerangi suatu kaum bersama
kami, tidaklah beliau memerangi sehingga meneliti dahulu, jikalau beliau
mendengar adzan, peperangan ditahan. Sebaliknya, apabila beliau tidak
mendengar adzan, maka serangan pun dilancarkan kepada mereka. (HR.
Bukhari 610 dan Muslim 382).

Hadits ini menunjukkan bahwa adzan merupakan pembeda dan pemisah


antara negara Islam dan nagara kafir. Menurut mazhab Syafi’i adzan adalah
sunnat hukumnya untuk sholat wajib, terutama lagi untuk sholat berjama’ah.
Kalau sholat berjama’ah cukuplah seorang bilal untuk adzan bagi satu waktu.
(Abbas,2005:193).
B. Syarat-Syarat Muadzin
Syarat-syarat adzan adalah: (Ahnan,2002:48)
1. Sudah masuk waktu sholat
2. Tertib
3. Tidak dipisah-pisahkan waktunya antara bacaan-bacaan adzan itu dengan
jarak waktu yang lama.
4. Dengan menggunakan bahasa Arab (tidak boleh dengan terjemahan).
5. Dapat didengar oleh sebagian jama’ah atau dapat didengar sendiri jika
munfarid (sendirian).
Para ahli fiqih menegaskan bahwa orang yang adzan hendaknya memiliki
beberapa kriteria, yaitu: (Abbas,2005:198)

6
1. Beragama Islam, karena adzan itu merupakan ibadah yang tidak boleh
dikerjakan oleh orang kafir.
2. Berakal. Menurut mayoritas ulama adzan orang gila atau mabuk tidak sah.
3. Laki-laki
4. Mumayyiz yaitu bisa membedakan antara baik dan buruk. Oleh karena itu,
para ulama bersepakat bahwa adzan anak kecil yang belum bisa
membedakan hal tersebut tidak sah.
5. Telah masuk waktu, kecuali adzan pertama shubuh.
C. Rukun Adzan dan Sunnah Adzan
1. Adapun rukun-rukun adzan adalah:
a. Berniat yaitu memasang niat dalam hati bahwa ia akan adzan karena
Allah semata
b. Membaca Allahu Akbar empat kali.
c. Membaca Asyhadu an La ilaaha illallah dua kali
d. Membaca Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah dua kali
e. Membaca Hayya ‘alas Shalah dua kali
f. Membaca Hayya ‘alal Falah dua kali
g. Membaca Allahu akbar dua kali
h. Membaca La ilaha illallah satu kali.
2. Adapun sunnah adzan yaitu :
Adzan memiliki beberapa adab dan sunnah yang selayaknya bagi
muadzin melakukannya, di antaranya adalah:
a. Irja` dan Tartil yaitu ada bacaan yang dilambatkan membacanya dan
ada yang dicepatkan.
b. Tarji yaitu membaca dua kalimat syahadat secara sir sebelum
dijaharkan.
c. Membaca “ash-shalatu khairun minan naum” dua kali dalam adzan
subuh.
d. Menghadap kiblat dan memalingkan muka ke kanan dan ke kiri.
e. Adzan itu berdiri bukan duduk.
f. Adzan di tempat yang tinggi.
g. Bilal harus bersuara baik.
h. Bilal harus dalam keadaan berwudu`.
i. Menaruhkan dua anak jari pada telinganya.
j. Berdoa setelah adzan dengan do`a tertentu.
D. Hukum Adzan Menggunakan Rekaman
Pada zaman sekarang, di sebagian Negara Islam ada yang
mengumandangkan adzan dengan rekaman rekaman yang berisi suara
lantunan adzan. Adzan dengan rekaman rekaman tidaklah disyari’atkan dan
dikhawatrikan termasuk perkara bid’ah dalam agama. Dengan alasan-alasan
sebagai berikut :

7
1. Ibadah itu harus berdasarkan dalil. Sesuai firman Allah dalam Al-Qur’an
surah Asy-syuro ayat 21.
2. Adzan itu diperintahkan Rasulullah SAW. kepada manusia yaitu Bilal
bukan kepada benda mati seperti tape recorder, radio dan sebagainya. Hal
ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:

‫ب اَلثفقكفميي كقاًكل أكنخبككركناً كخاًلمللدد‬


‫كحفدثككناً ظمكحفمدد هظكو اَنبظن كسكلمم كقاًكل أكنخبككركناً كعنبظد اَنلكوفهاً م‬
‫س كقاًكل كذككللظرواَ أكنن‬ ‫اَنلكحفذاَظء كعنن أكمبي قمكلبكةك كعنن أكنك م‬
‫س نبمن كماًلممك كقاًكل لكفماً ككثظكر اَلفناً ظ‬
‫صكلمة بمكشنيمء يكنعمرفظللونكهظ فكللكذككظرواَ أكنن ظيلوظرواَ كنلاًنراَ أكنو يك ن‬
َ‫ضلمرظبوا‬ ‫ت اَل ف‬‫يكنعلكظمواَ كونق ك‬
‫كناًظقونساً فكأ ظممكر بمكلدل أكنن يكنشفككع اَنلككذاَكن كوأكنن ظيوتمكر اَ ن ملكقاًكمةك‬
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Muhammad -yaitu Ibnu
Salam- berkata, telah mengabarkan kepada kami 'Abdul Wahhab Ats
Tsaqafi berkata, telah mengabarkan kepada kami Khalid Al Hadza' dari
Abu Qilabah dari Anas bin Malik berkata, "Ketika manusia sudah
banyak (yang masuk Islam), ada yang mengusulkan cara memberitahu
masuknya waktu shalat dengan sesuatu yang mereka bisa pahami. Maka
ada yang mengusulkan dengan menyalakan api dan ada juga yang
mengusulkan dengan memukul lonceng. Lalu diperintahlah Bilal untuk
mengumandangkan kalimat adzan dengan genap (dua kali dua kali) dan
mengganjilkan iqamat." (Hadits Riwayat Imam Bukhori, No 571)

3. Adzan itu adalah ibadah yang membutuhkan niat. Nabi bersabda:

‫إمنفكماً اَلكنعكماًظل مباًلننفياً م‬


‫ت‬
Artinya: “Sesungguhnya semua amalan itu bergantung pada niatnya”.
Dari hadis tersebut dapat diketahui jika adzan menggunakan
teknologi maka niat sebelum adzan itu tidak akan terpenuhi.
4. Adzan dengan rekaman rekaman menghilangkan banyak sunnah-sunnah
adzan, adab dan hukumnya, seperti sunnahnya adzan dalam keadaan
bersuci, menghadap kiblat, menoleh ke kanan dan kiri. Demikian juga,
menghilangkan syarat adzan seperti harus beragama islam, mumayyiz
dan sebagainya, sedangkan semua itui tidak terpenuhi pada adzan dengan
rekaman rekaman.
Dengan alasan-alasan di atas, maka adzan dengan rekaman
rekaman tidak sah, tidak menggugurkan kewajiban adzan dan tidak
berkaitan dengan hukum-hukum adzan seperti menjawabnya dan lain-

8
lain.karena Hukum Menjawab Adzan dari Radio/Tape tidak ada dalil
yang menjelaskannya.
E. Dampak Adzan Dengan Rekaman

Adanya fenomena adzan dengan rekaman diduga kuat karena kegemaran


manusia untuk mendengar suara-suara adzan yang memiliki lagu-lagu indah
dari para muadzin ternama, padahal hal tersebut membawa dampak negatif
yang tak sedikit. Sekedar contoh, terkadang rekaman untuk adzan shubuh
disiarkan pada siang hari sehingga terdengar lantunan “Ash-Sholah Khoirun
Minan Naum”, bahkan setelah usai adzan, rekaman terus berlanjut dengan
lantunan musik dan nyanyian.
Sesungguhnya adzan dengan rekaman rekaman memiliki dampak negatif
yang cukup banyak, di antaranya:
1. Menghilangkan pahala adzan bagi para muadzin dan mencukupkannya
hanya untuk muadzin asli saja.
2. Menyelisihi hal yang telah berjalan sepanjang sejarah Islam semenjak
disyari’atkannya adzan hingga sekarang, di mana adzan terus
dikumandangkan pada setiap sholat lima waktu di setiap masjid.
3. Adzan dengan rekaman meniadakan sunnah-sunnah dan adab-adab adzan.
4. Membuka pintu main-main dengan agama dan membuka pintu kebid’ahan
dalam ibadah dan syi’ar-syiar Islam, serta menjurus ditinggalkannya adzan
dan mencukupkan hanya dengan rekaman rekaman.
Oleh sebab itulah, Majlis Majma’ Fiqih Islami dalam rapat mereka di
Mekkah pada hari Sabtu 12/7/1406 H menetapkan sebagai berikut:
“Sesungguhnya mengumandangkan adzan di masjid ketika masuknya waktu
shalat dengan rekaman rekaman hukumnya tidak sah. Maka wajib bagi semua
kaum muslimin untuk melakukan adzan secara langsung pada setiap waktu
shalat di setiap masjid sebagaimana yang telah berjalan sejak masa Nabi kita
Muhammad sampai sekarang”.
F. Fatwa MUI ( Majelis Ulama Indonesia )
Kecenderungan yang baik dari umat Islam memanfaatkan hasil-hasil
penemuan ilmiah yang akan berkembang terus dalam segala bidang
kehidupan, termasuk dalam bidang pelaksanaan ibadah seperti menggunakan
pesawat televisi di masjid-masjid yang bertingkat atau menampung jamaah
yang sangat banyak di waktu shalat Jum’at dan shalat Tarawih untuk

9
meningkatkan perhatian serta melihat lebih sempurna akan suara dan gerak
khotib/imam/penceramah.

Mengingat :

1. Bahwa adzan itu adalah suatu ibadah yang bertujuan memberitahukan


telah masuknya waktu shalat dengan cara-cara dan bacaan yang telah
disunnahkan oleh Rasulullah SAW.
2. Tiap-tiap pekerjaan yang bersifat ibadah haruslah dimulai dengan niat
yang ikhlas karena untuk Allah SWT semat-mata.

3. Hadits Rasulullah sebagai berikut :

a. “Apabila waktu shalat telah masuk, hendaklah adzan salah seorang di


antaramu, hendaklah pula yang tertua di antara kamu yang menjadi
imam”.
b. “Imam itu penanggung jawab dan muadzin itu dipercaya”. [HR. Abu
Daud dan Tirmidzi]
c. Riwayat dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Hendaklah muadzin yang memanggil orang terbaik di antara kamu
dan hendaklah yang mengimbangi kamu qurro yang terbaik di antara
kamu”.
d. “Sesungguhnya muadzin itu adalah orang-orang yang panjang
lehernya pada hari Kiamat”.
e. Riwayat dari Ziyad bin Harits As-Shuda’i Rasulullah SAW bersabda:
“Wahai Shuda, adzanlah! Maka saya adzan: dan saat itu fajar mulai
menyingsing. Tatkala Rasulullah SAW selesai berwudhu dia bangun,
hendak sembahyang, kemudian bilal hendak iqamat, maka Nabi
bersabda : “Wahai Shuda! Qamatlah karena siapa yang adzan dialah
yang qamat”.
f. Riwayat dari Abi Juhaifah: “Saya menemui Rasulullah SAW di
Mekkah, lantas dia berwudhu dan Bilal beradzan, saya menuruti

10
mulutnya ke kanan dan ke kiri waktu mengucapkan ‘Hayya ‘alash-
sholah dan hayya ‘alal falah’.” Dan menurut Abu Daud, saya melihat
Bilal keluar lantas dia adzan tatkala sampai pada ‘Hayya ‘alash-sholah
dan hayya ‘alal falah’ dia memutarkan lehernya ke kanan. Dan dalam
satu riwayat menyebutkan: Bahwa semua ujung jari-jarinya
ditutupkannya di kedua telinganya.
g. “Tidak boleh adzan kecuali orang yang berwudhu”.

4. Pendapat Para Ulama :

a. “Adzan itu adalah pemberitahuan akan masuknya waktu shalat yang


diucapkan dengan lafadz-lafadz tertentu dan juga merupakan
panggilan untuk shalat berjama’ah dan menciptakan syi’ar Islam. “
[Kitab Fiqh as-Sunnah I, hal 94]
b. “Menurut pendapat ulama-ulama: Boleh muadzin atau yang lainnya
qamat tapi yang lebih baik ialah muadzin sendiri yang qamat. Menurut
Imam Syafi’i : saya senang apabila yang qamat itu muadzin. Imam
Tirmidzi: Dan beginilah kebanyakan ahli ilmu beramal, bahwa siapa
yang adzan dialah yang qamat”.

5. Anggaran Dasar dan Rumah Tangga Majelis Ulama Indonesia (MUI) DKI
Jakarta.

Mendengar :

Pendapat atau saran-saran yang dikemukakan oleh para anggota


Majelis Ulama Indonesia (MUI) DKI Jakarta yang disampaikan dalam
pleno tersebut di atas. Dengan bertawakkal kepada Allah SWT Dan
mengharapkan keridhaan-Nya :

Memutuskan :

1. Adzan itu dilakukan oleh seorang Muslim yang hadir di tempat


(masjid atau mushalla) dimana shalat akan dilakukan.

11
2. Adzan yang dilakukan seperti di televisi atau radio-radio sebagai
petunjuk waktu shalat (seperti kebiasaan memukul bedug) boleh saja:
tetapi tidak sah untuk shalat lima waktu atau shalat Jum’at.

12
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Adzan secara bahasa berarti pemberitahuan. Sedangkan secara istilah


adalah pemberitahuan tentang waktu shalat dengan menggunakan lafazh-
lafazh tertentu sesuai syari’at Islam. Salah satu syarat adzan adalah masuk
waktu sholat, dan rukunnya adalah berniat sebelum adzan. Maka, hukum
adzan menggunakan rekaman tidak sah, karena menghilangkan banyak
sunnah-sunnah adzan, adab dan hukumnya, seperti sunnahnya adzan dalam
keadaan bersuci, menghadap kiblat, menoleh ke kanan dan kiri.

Demikian juga, menghilangkan syarat adzan seperti harus beragama


islam, mumayyiz dan sebagainya, sedangkan semua itui tidak terpenuhi pada
adzan dengan rekaman rekaman. Fatwa MUI memutuskan bahwa Adzan itu
dilakukan oleh seorang Muslim yang hadir di tempat (masjid atau mushalla)
dimana shalat akan dilakukan. Dan adzan yang dilakukan seperti di televisi
atau radio-radio sebagai petunjuk waktu shalat (seperti kebiasaan memukul
bedug) boleh saja: tetapi tidak sah untuk shalat lima waktu atau shalat
Jum’at.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abbas,Siradjudin.2005.40 Masalah Agama jilid 2.Jakarta:Pustaka Tarbiyah


Jakarta
Ahnan,Maftuh.2002.Risalah Sholat Lengkap.Surabaya:Bintang Usaha Jaya
Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As Sidawi, http://abiubaidah.com/adzan-dengan-
rekaman-rekaman.html/ diakses pada Rabu,10 Mei 2017 pukul 20:05

14

Anda mungkin juga menyukai