Disusun Oleh
Kelompok 2
1
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirohim,
DAFTAR ISI
2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................6
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................6
BAB II.......................................................................................................................................7
PEMBAHASAN.......................................................................................................................7
A. Pengertian Bersiwak........................................................................................................7
B. Hukum Bersiwak.............................................................................................................8
C. Tata Cara Bersiwak.......................................................................................................11
D. Manfaat Bersiwak.........................................................................................................13
E. Hal Yang Berkaitan Dengan Bersiwak.........................................................................15
BAB III....................................................................................................................................17
PENUTUP...............................................................................................................................17
Kesimpulan...........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
3
A. Latar Belakang
Islam menganjurkan agar kita memperhatikan kebersihan sebagai
salah satu cara untuk menjaga kesehatan. Dalam masalah kebersihan, Islam
memiliki sikap yang tidak dapat ditandingi oleh agama apapun. Islam
memandang kebersihan sebagai ibadah sekaligus cara untuk mendekatkan diri
kepada Allah
swt., bahkan Islam mengkategorikan kebersihan sebagai salah satu kewajiban
bagi setiap muslim.
Nabi saw. sendiri telah memberikan perhatian khusus terhadap
masalah kebersihan seseorang, beliau menganjurkan cara hidup bersih,
diantaranya dengan menggunakan siwak untuk kebersihan mulut dan gigi.
Sebagian perintah dan larangan Nabi saw. itu bukan termasuk persoalan
agama yang mesti dikerjakan atau ditinggalkan untuk memperoleh pahala dari
Allah swt. dan mencari ridha-Nya, sekalipun bentuk kalimatnya itu berupa
larangan atau perintah. Para ulama membedakan antara perintah sunnah dan
perintah bimbingan. Mereka berpendapat bahwa perbedaan antara anjuran dan
sunnah adalah bahwa perintah sunnah itu untuk mendapatkan pahala
akhiratsedangkan anjuran itu untuk kemanfaatan dunia semata. Pahala akhirat
tidak berkurang lantaran meningalkan perintah berupa anjuran. Seperti halnya
anjuran tentang penggunaan siwak yang pada masa sekarang masyarakatnya
hampir tidak mengenal lagi dengan yang namanya siwak, padahal sikat gigi
juga termasuk bagian etimologis dari siwak.
Mungkin timbul pertanyaan kenapa Nabi saw. menganjurkan siwak
dengan kayu Arak. Ternyata memang terdapat manfaat yang sangat besar,
baik dari segi keagamaan, kesehatan dan juga Iptek. Jika memang keberadaan
dan keutamaan siwak seperti ini juga menyebabkan memperoleh ridha Allah
swt. dan Nabi saw. sendiri yang menganjurkan umat ini untuk memperbanyak
bersiwak, serta beliau juga sangat sering menggunakannya sampai pada waktu
4
ajal akan menjemputnya sehingga beliau saw. menutup matanya yang
terakhir.
Siwak memiliki masa-masa yang paling utama untuk dikerjakan,
selain dari masa-masa utama tersebut maka mengerjakan siwak hanya menjadi
sunnah muthlak, sunnah yang tidak ada alasan keras untuk segera dikerjakan
sama halnya seperti sunnah-sunnah muthlak lainnya. Sekecil apapun sunnah
yang dikerjakan akan menjadi nilai tambahan bagi ibadah kita yang apabila
ditumpuk akan menjadi banyak dan yang terpenting menjadikan kita
istiqamah untuk selalu ingin mengerjakannya.
Perkembangan zaman yang mutakhir juga menjadikan siwak dengan
kayu Arak sudah tidak lazim lagi untuk digunakan. Karena banyak di antara
kita yang beranggapan bahwa siwak dengan kayu Arak memiliki kesan yang
kurang layak untuk direalisasikan, padahal kalau kita mengetahui manfaat dari
siwak dengan menggunakan kayu Arak yang tidak terhitung khasiatnya
niscaya hampir semua orang akan mengamalkannya. Di sini juga keimanan
kita dipertanyakan, karena dengan kita mengamalkan sunnah dari Nabi saw.
meskipun kita belum mengetahui hikmah dari sunnah yang beliau anjurkan
berarti kita mengimani dengan segala hal yang beliau anjurkan untuk
dikerjakan.
Beberapa literatur seperti buku fiqh al-sunnah yang mendefinisikan
siwak dengan sesuatu yang kesat atau semacamnya juga menjadikan hujjah
bagi sekelompok orang yang memang kurang mengkedepankan siwak dengan
kayu Arak tetapi dengan sesuatu yang bisa digunakan sebagai penggosok gigi,
baik berupa sikat atau sesuatu kesat lainnya. Yang jelas tidak bersiwak dengan
sesuatu yang lembut atau memakai siwak orang lain dengan tanpa izin si
pemilik siwak tersebut. Semuanya bergantung kepada individu masing-
masing yang hendak menggunakan siwak dengan bentuk apapun. Dan yang
harus diperhatikan adalah keutamaan pengamalan sunnah dari Nabi saw.
tersebut dan kadar keimanan terhadap beliau sang pembawa rahmat bagi
5
sekalian alam.Berpijak dari permasalahan tersebut, penulis merasa tertarik
untuk memahami hadis tentang keutamaan siwak tersebut terkait dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) sekarang ini, baik dari
segi eksistensi dan pengaplikasiannya, serta keutamaan penggunaan siwak
tersebut ditinjau dari segi keagamaan dan kontekstualisasinya (siwak) pada
masa masa sekarang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penelitian tersebut rumusan masalah dalam penulisan adalah:
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
6
A. Pengertian Bersiwak
Ditinjau dari segi bahasa, Siwak berasal dari kalimat bahasa Arab " “ السواكdengan
huruf sin berbaris kasrah dan kaf berbaris dhommah. Kalimat Siwak jika dijadikan
dalam bentuk kata kerja "تياكIII " اإلسyang berarti alat yang digunakan untuk
membersihkan mulut dikenal dengan istilah "" مسواكdengan huruf mim kasrah yang
artinya adalah: membersihkan gigi dan menghilangkan bau. Adapun menurut Istilah
Fukaha, Siwak merupakan alat yang digunakan untuk membersihkan gigi dan
menghilangkan bau mulut.
Para ulama kalangan Mazhab juga mendefenisikan kalimat Siwak sebagai berikut:
a. Ulama Mazhab Hanafiah menyatakan bahwa siwak adalah alat dari jenis tumbuhan
tertentu yang digunakan untuk membersihkan mulut.
b. Ulama Mazhab Malikiah menyatakan bahwa siwak adalah sejenis wewangian yang
digunakan untuk gigi dengan tujuan untuk membersihkan gigi dan menghilangkan
bau.
B. Hukum Bersiwak
7
Dalam kacamata syari’at, aktifitas bersiwak bukan hanya sekedar pemenuhan standar
kebersihan dalam menjaga penampilan dan merawat mulut dan gigi, namun ada nilai
anjuran yang harus mendapat tempat dalam kebiasaan setiap orang, sehingga para
Ulama melakukan penelitian dan menyimpulkan dalik-dalil syar’i berkenaan dengan
hukum siwak.
Mayoritas ulama melihat hukum bersiwak adalah sunnah dan Mazhab Daud Az-
Zohiri melihat hukum siwak adalah Wajib walaupun tidak membatalkan Salat dikala
tidak dikerjakan sebelum mendirikan salat. Adapun Ishaq bin Rahawaih berpendapat
bahwa Siwak hukumnya Wajib dan apabila ditinggalkan dengan sengaja, dapat
membatalkan salat. Jika ditinggalkan sebab lupa, tidak membatalkan salat.
Tidak ada perbedaan dialangan para ulama bahwa siak dibolehkan bagi orang yang
sedang berpuasa sebelum waktu tergelincirnya matahari (Zawwal).
8
a. Siwak itu hukumnya boleh secara muthlaq baik dilakukan dipagi hari ataupun
disore hari. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh beberapa sahabat sebagaimana
dalam riwayat Ibnu Umar, Ibnu Abbas, dan Aisyah, dan An-Kha’i, Ibnu Sirin, dan
‘Urwah21, dan ini Pendapat dalam Mazhab Malikiyah, dan Hambali dalam
keterangan riwayatnya. Pendapat ini juga yang di setujui oleh Imam na-Nawawi dari
kalangan Mazhab Syafi’iyyah dan Imam As-Syaukani, Ibnu Taimiyah dan muridnya
Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziyah. Dalil yang digunakan adalah keumuman dari dalil yang
dibawakan dari Abu Hurairah diatas, Aisyah dan juga satu hadis yang diriwayatkan
oleh ‘Amir bin Rabi’ah: Aku melihat Nabi SAW melakukan Siwak (tanpa batas
waktu) disaat beliau sedang berpuasa.
b. Siwak hukumnya makruh jika dilakukan setelah matahari tergelincir. Hal ini
sebagaimana dikemukakan dari riwayat ‘Atho, Mujahid, Ishaq dan Abi Tsaur, dan
pendapat ini yang dipilih oleh Imam Syafi’i dalam Mazhabn dan juga Imam Ahmad
dalam Mazhab. Dalil yang digunakan adalah adanya hadis Nabi yang diriwayatkan
oleh Abu Hurairah yang berbunyi: “... dan Demi Jiwaku yang berada dalam
genggamannya, bau mulut orang yang berpuasa lebih Allah sukai dari harumnya
aroma kasturi”. Kedudukan dalil ini bahwa perbuat siwak dapat menghilangkan bau
pada mulut.
Demikian juga dalil yang digunakan bahwa aroma pada mulut orang yang berpuasa
merupakan bukti ibadah puasa yang dilakukan seseorang, dimana aroma orang yang
tidak berpuasa jelas berbeda dengan aroma orang yang sedang berpuasa.
9
3. Hukum Bersiwak dihadapan Khalayak
Para Ulama berbeda pandangan mengenai hukum bersiwak di hadapan orang lain,
kalangan ulama dalam memandang masalah ini terbagi kepada dua kelompok:
Pendapat Kelompok Pertama: Bersiwak hukumnya sunah dalam setiap keadaan dan
tempat. terutama di saat hendak memasuki Masjid dan hendak mendirikan salat. Hal
ini dikemukakan oleh Jumhur Fuqaha berdasarkan keumuman dalil-dalil yang sudah
dipaparkan diatas.
10
C. Tata Cara Bersiwak
1. Dimulai dari niat. Orang yang gosok gigi secara kebetulan atau memang
sudah menjadi rutinitasnya setiap hari, bisa tak mendapat kesunnahan
bersiwak ketika dijalankan tanpa niat melakukan kesunahan.
3. jari kelingking berada di bawah batang siwak (atau sikat gigi). Sedangkan jari
manis, jari tengah dan jari telunjuk berada di atas batang siwak dan jempol
berada di bawah bagian kepada siwak. Setelah bersiwak, hendaknya batang
siwak diletakkan di bagian belakang telinga kiri.
5. Kelima, panjang batang sikat gigi atau kayu siwak makruh jika lebih panjang
dari satu jengkal. Apabila lebih dari satu jengkal, konon setan numpang naik
pada sisi lebihnya.
6. Keenam, disunnahkan ada guritan-guritan celah pada kayu siwak, atau kalau
dalam sikat gigi ada sudah cukup karena ada bulu-bulunya.
7. Ketujuh, bersikap tenang dan diam. Makruh bersiwak sambil berbicara atau
berbincang dengan orang lain.
11
8. Kedelapan, disunnahkan memulai bersiwak dari area mulut bagian kanan
sampai separuh. Baru kemudian bagian separuh yang kiri. Hal itu berlaku
untuk bagian dalam daripada gigi serta gigi bagian luar.
10. Kesepuluh, sunnah menggosok bagian langit-langit mulut dan gigi-gigi yang
masih tersisa secara melintang.
12
D. Manfaat Bersiwak
Siwak dipercaya dapat mencegah gigi berlubang. Manfaat ini bisa diperoleh berkat
essential oil yang terkandung di dalam siwak, dan cara penggunaannya yang harus
dikunyah terlebih dulu sehingga meningkatkan produksi air liur dalam mulut. Air liur
yang dihasilkan ini dapat membantu menjaga keseimbangan pH di rongga mulut.
Dengan begitu, pertumbuhan bakteri penyebab gigi berlubang dapat ditekan. Selain
itu, siwak juga bisa menghambat pengeroposan gigi, sehingga turut menjaga kekuatan
gigi.
Selain mencegah gigi berlubang, bersiwak juga bermanfaat untuk menghilangkan bau
mulut. Ini karena batang atau ranting siwak mengandung zat antibakteri alami yang
dapat menghambat pertumbuhan kuman penyebab bau mulut. Umumnya, produk
perawatan yang menggunakan bahan dasar siwak akan dikombinasikan dengan daun
mint untuk membantu menyegarkan napas.
13
Plak gigi dapat dengan mudah terbentuk bila Anda malas menyikat gigi setelah
makan. Sisa makanan yang masih menempel di permukaan dan sela-sela gigi akan
menumpuk dan membentuk plak. Plak dapat diubah oleh bakteri di dalam mulut
menjadi asam yang dapat merusak gigi. Untuk menghindari hal tersebut, Anda bisa
membersihkan gigi dengan siwak. Kandungan silika dalam siwak mampu mencegah
pembentukan plak gigi. Bukan hanya itu, silika dalam siwak juga efektif untuk
menghilangkan noda kuning di gigi.
4. Melindungi gusi.
Manfaat lain yang bisa Anda peroleh dari rutin membersihkan gigi dengan siwak
adalah melindungi gusi. Pasalnya, siwak mampu mencegah pembentukan plak dan
pertumbuhan bakteri di antara sela gigi dan gusi sehingga mengurangi risiko
terjadinya radang gusi (gingivitis).
7. Sekaligus bekerja sebagai dental floss (benang gigi) karena serabut kayunya ikut
membersihkan sela-sela gigi.
14
E. Hal-Hal Yang Berkaitan Dengan Siwak
1. Ketika berwudhu
Dari Abu Hurairah ra, beliau berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Seandainya
tidak memberatkan umatku, sungguh aku akan memerintahkan mereka bersiwak
setiap kali berwudhu.” (HR. Bukhari)
Dari Abu Hurairah ra, beliau berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Seandainya
tidak memberatkan umatku, sungguh aku akan memerintahkan mereka bersiwak
setiap kali hendak menunaikan salat.” (HR. Bukhari)
15
berhenti dan mendekat sampai dia meletakkan mulutnya pada mulut hamba tadi.
Tidaklah hamba tersebut membaca suatu ayat kecuali ayat tersebut masuk ke perut
malaikat itu.” (HR. Baihaqi, shahih lighairihi)
Alat yang digunakan untuk bersiwak dianjurkan bahannya terbuat dari sesuatu yang
halal, lembut dan tidak keras (yang dapat melukai mulut atau gusi), dan mengandung
zat membunuh kuman dan bakteri dan juga mengandung zat wewangian karena
memang tujuan bersiwak selain untuk membersihkan mulut dan gigi, juga agar
menghasilkannafas yang segar dan wangi, dan yang paling utama jenis siwak yang
digunakan adalah dari jenis tumbuhan Arac.
Berdasarkan hasil penelitian ahli kesehatan, bahwa zat yang terkandung pada siwak
dari jenis tumbuhan Arac adalah:
a. Zat yang terkandung pada jenis tanaman ini mengandung zat yang biasa digunakan
untuk menghentika pendarahan. Hal ini baik disaat gusi berdarah disaat bersiwak
dapat terhentikan oleh kandungan zat pada jenis tumbuhan ini.
b. Kandungan pada siwak terdapat zat sejenis glikogild yangmengandung panas dan
aroma min yang berfungsi untuk membuat nafas segar dan kandungan fluoride yang
dapat membunuh kuman.
16
c. Kandungan dalam pohon siwak terdapat juga zat sodium karbonat, hal ini juga bisa
ditemukan pada pengolahan pasta gigi yang beredar dipasaran.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Jadi bersiwak merupakan ajaran yang dianjurkan oleh Rasulullah Saw sejak jaman
kenabiannya karena bersiwak memiliki banyak manfaat bagi kesehatan mulut
manusia. Dalam bersiwak tidak boleh dilakukan secara sembarangan melainkan harus
sesuai dengan tata cara yang benar.
17
DAFTAR PUSTAKA
Sumber:
http://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/
https://islam.nu.or.id/post/read/107650/12-kesunnahan-saat-gosok-gigi-atau-bersiwak
https://www.wattpad.com/625854202-tayamum-hukum-bersiwak-hal-hal-yang-
berkaitan
https://sdit.alhasanah.sch.id/pengetahuan-umum/tentang-siwak/
18
19