Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TASAWUF AMALI DAN TOKOH-TOKOHNYA

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS KELOMPOK PADA


MATA KULIAH AHKLAQ TASAWUF

Dosen Pengampu: H. Nuthpaturahman, M.Pd.

Kelompok 1:

1. Ahmad Rifa'i (21143863) 12. M.Ansyarullah (21143916)


2. Anisa Agustina (21030342) 13. Maurisa Fahlina (21030344)
3. Aswad taufiq riyadi (21143867) 14. Miftahul Jannah (21143889)
4. Desi Elisanti (21030346) 15. Muhammad Syahrani (21143877)
5. Erma Mufidah (21143880) 16. Muhammad Zuhdi (21143878)
6. Farida Erly (21.03.0349) 17. Noor Amalia (21143891)
7. Fitriani (21143882) 18. Noor Hafizzah (21143892)
8. Halimah (21143883) 19. Nor Amaliyah (21143894)
9. Hayatun Nafisah (21030343) 20. Norijatil Hasanah (21143898)
10. Kiki ludya sari (21143885) 21. Siti Norhalisa (21143904)
11. M. Yusa (21030337)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL WASLIYAH

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

PRODI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM (BPI)

BARABAI

TAHUN AKADEMIK 2022


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat,
taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Tasawuf
Amali dan Tokoh-Tokohnya. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada
junjungan kita Nabi Muhammad Saw beserta keluarga, sahabat, kerabat dan
pengikut beliau hingga akhir zaman.

Adapun penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak
Tasawuf, yang diberikan oleh Bapa H. Nuthpaturahman, M.Pd. sebagai dosen
pengampu. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah pengetahuan
bagi pembaca.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapa H. Nuthpaturahman, M.Pd.


selaku pengampu dari mata kuliah Akhlak Tasawuf. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun segi
penyusunan. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun demi perbaikan makalah selanjutnya.

Barabai, 12 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................................... 1
BAB II .................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN .................................................................................................... 2
A. Pengertian Tasawuf Amali ......................................................................... 2
B. Ruang Lingkup Tasawuf Amali ................................................................. 4
C. Maqamat dan Ahwal Tasawuf Amali ........................................................ 6
D. Tokoh-Tokoh Tasawuf Alami .................................................................. 10
E. Metode Tasawuf Amali ............................................................................. 12
BAB III ................................................................................................................. 18
PENUTUP ............................................................................................................ 18
A. Simpulan ................................................................................................... 18
B. Saran ......................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada zaman sekarang yang di mana pengaruh budaya-budaya yang tidak
sesuai dengan ajaran Syari’at Islam merajalela, sehingga menyebabkan
generasi muda umat Islam menurun bahkan hamper hancur dari segi moral.
Kaarena itulah, dibutuhkan suatu tindakan untuk dapat mencegah dan
menanggulanginya. Akhlak tasawuf adalah salah satu jawabannya, walaupun
sekarang istilah tasawuf sering didengar tetapi hanya sedikit orang yang
paham dan mengetahui manfaat untuk bertahan di era sekarang. Saat
mempelajari tasawuf, maka kita akan menemui macam-macamnya salah
satunya adalah tasawuf amali.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Tasawuf Amali?
2. Apa Ruang Lingkup Tasawuf Amali?
3. Apa Maqamat dan Ahwal Tasawuf Amali?
4. Siapa Saja Tokoh-Tokoh Tasawuf Amali?
5. Apa Metode-Metode Tasawuf Amali?

C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Tasawuf Amali.
2. Mengetahui Ruang Lingkup Tasawuf Amali.
3. Mengetahui Maqamat dan Ahwal Tasawuf Amali.
4. Mengetahui Tokoh-Tokoh Tasawuf Amali.
5. Mengetahui Metode-Metode Tasawuf Amali.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tasawuf Amali


Secara lughat (bahasa) akhlak adalah bentuk jamak dari khilqun atau
khuluqun yang artinya budi pekerti, tingkah laku, perangai atau tabi’at. Istilah
akhlak mempunyai sinonim dengan etika dan moral; etika dan moral berasal
dari bahasa Latin yang berasal dari kata etos maknanya kebiasaan, dan mores
artinya kebiasaannya.1
Pengertian akhlak secara terminologis menurut Imam Ghazali Akhlak
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia) yang melahirkan perbuatan-
perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran maupun
pertimbangan. Menurut Ibnu Maskawaih Akhlak adalah gerak jiwa yang
mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak membutuhkan pikiran
dan pertimbangan.2
Secara etimologi ada bebarapa definisi yang muncul mengenai asal kata
tasawuf.
1. Tasawuf berasal dari istilah “‫ ”اهل الصفة‬yang berarti sekelompok orang
pada masa Rasulullah SAW yang hidupnya diisi dengan banyak
berdiam diserambi-serambi masjid, dan mereka mengabdikan hidupnya
untuk mengabdi kepada Allah. SWT.
2. Tasawuf berasal dari kata “‫صفَـاء‬
َ ” yang berarti orang-orang yang
menyucikan dirinya dihadapan Tuhan-Nya.
3. Tasawuf berasal dari dari kata “‫صف‬
َ ” yang nisbahkan kepada orang-
orang yang ketika sholat selalu berada pada barisan paling depan.
4. Tasawuf dinisbahkan kepada orang-orang Bani Suffah.
5. Tasawuf berasal dari kata “‫ ”صـوفنـة‬yang berarti sebangsa buah-buahan
yang berbulu, yang banyak sekali tumbuh dipadang pasir ditanah Arab.

1
Dr. H. Badrudin, M.Ag., Akhlak Tasawuf, (Serang: IAIB Press, 2013), h. 8.
2
Dr. H. Badrudin, M.Ag., Akhlak Tasawuf, (Serang: IAIB Press, 2013), h. 9-10.

2
3

Dan pakaian kaum sufi itu berbulu seperti buah itu pula sebagai bentuk
kesederhanaan.
6. Tasawuf berasal dari kata “‫ ”صـوف‬yang berarti bulu domba atau wol.

Al-Junayd (w. 297H/910 M) berpendapat bahwa tasawuf adalah bersama


dengan Tuhan tanpa pertalian dengan apapun. Lebih lanjut beliau mengatakan
tasawuf adalah mensucikan hati dari apa saja yang mengganggu perasaan
makhluk, memisahkan hati dari akhlaq alami. Menekan sifat-sifat insane.
Menjauhkan diri dari pengaruh nafsu. Masuk pada sifat-sifat ruhani.
Berpedoman pada ilmu hakikat. Menggunakan yang terbaik untuk kekekalan.
Member petunjuk pada semua ummat. Percaya sepenuhnya kepada Tuhan dan
mengikuti seluruh syari’ah yang diajarkan Rasulullah Saw.

Tasawuf Amali yaitu tasawuf yang membahas bagaimana cara


mendekatkan diri kepada Allah Swt melalui zikir dan wirid dengan harapan
memperoleh ridha Allah Swt.3 Jika tasawuf akhlaki berfokus pada pensucian
jiwa, tasawuf amali lebih menekankan terhadap cara-cara mendekatkan diri
kepada Allah Swt, baik melalui amalan lahiriah maupun batiniah.4

Di samping itu, ada juga berpendapat bahwa tasawuf amali adalah ajaran
yang dianut oleh pengikut tarekat yang meliputi menjauhi sifat-sifat tercela,
mengutamakan mujahadah, menghadap Allah dengan bersungguh-sungguh dan
memutuskan hubungan dengan lainnya.5

3
Materi Sekolah Wislah, “Tasawuf ‘Amali: Pengertian, Nama, Ruang Lingkup, Tokoh, Ajaran, dan
Metode”, https://wislah.com/tasawuf-amali-pengertian/, diakses pada 12 Oktober 2022 pukul
20.12.
4
Redaksi DalamIslam, “Tasawuf Amali: Pengertian dan Tokoh-Tokohnya”,
https://dalamislam.com/akhlaq/tasawuf-amali, diakses pada 12 Oktober pukul 20.06.
5
Redaksi DalamIslam, “Tasawuf Amali: Pengertian dan Tokoh-Tokohnya”,
https://dalamislam.com/akhlaq/tasawuf-amali, diakses pada 12 Oktober pukul 20.06.
4

B. Ruang Lingkup Tasawuf Amali


1. Syari’at
Syariat (syari’ah) menurut bahasa berarti “jalan yang lurus’ (thariqah
al-mustaqimah) atau “mata air yang mengalir yang dimaksudkan untuk
diminum” (raddu al-Ma’i al-Jarr alladzi Yuqshadu li al-Syurb (Ali al-
Sayyis).Syari’at yang diartikan sebagai jalan lurus menunjukkan bahwa ia
harus ditempuh oleh manusia agar sampai kepada tujuan hidupnya hakiki.
Sebab, hanya melalui syari’atlah seseorang dapat menemukan tujuan
hidupnya yang hakiki itu. Tanpa seseorang melakukan syari’at, seseorang
akan tersesat karena jalan yang ditempuhnya itu menyimpang dari jalan
lurus. Syari’at juga dinisbatkan sebagai air yang mengalir untuk diminum.
Agaknya nisbat ini dimaksudkan karena air menjadi penyebab kehidupan
semua makhluk hidup, sebagaimana syari’at menjadi penyebab kehidupan
jiwa manusia.6
Menurut para sufi, Syari’at berhubungan dengan amalan lahiriah yang
mengatur segala urusan muamalat mengenai hubungan antara manusia
dengan manusia, tanpa menyentuh aspek batiniah.7

2. Thariqat
Thariqah berasal dari kata At-Thariq (jalan) menuju kepada haqiqah,
atau biasa disebut juga sebuah pengamalan syariat, yang disebutAl-Jara’
atauAl-Amal’, sehingga Syaikh Muhammad Amin Al-Kurdiy
mengemukakan tiga macam definisi, yang berturut-turutdisebutkan:
(Syaikh Muhammad Amin Kurdi, 2005 M : 402)
a. Thariqah adalah pengamalan syariat, melaksanakan beban ibadah
(dengan tekun) dan menjauhkan (diri) dari (sikap) mempermudah
(ibadah), yang sebenarnya tidak boleh dipermudah.

6
Dr. A. Gani, S. Ag., S.H., M.Ag., Tasawuf Amali Bagi Pencari Tuhan, (Lampung: ALFABETA CV,
2019), h.65.
7
Redaksi DalamIslam, “Tasawuf Amali: Pengertian dan Tokoh-Tokohnya”,
https://dalamislam.com/akhlaq/tasawuf-amali, diakses pada 12 Oktober pukul 20.06.
5

b. Thariqah adalah menjauhi larangan dan melakukan perintah


Tuhan sesuai dengan kesanggupannya, baik larangan maupun
perintah yang nyata maupun tidak (batin).
c. Thariqah adalah meninggalakan yang haram dan makruh,
memperhatikan hal-hal yang mubah (yang sifatnya mengandung)
fadilah. Menunaikan hal-hal yang diwajibkan dan yang
disunahkan dengan kesanggupan (pelaksanaan) dibawah
bimbingan seorang arif (Syaikh) dari (sufi) yang mencita-citakan
suatu tujuan.8

Thariqat digambarkan sebagai jalan yang berpangkal pada syari’at.


Sebelum mempelajari thariqat para sufi wajib memahami syariat terlebih
dahulu , sebab syari’at adalah pangkal dari suatu ibadah.9

3. Hakikat
Secara etimologi, hakikat berasal dari kata “Al-Haqq” yang berarti
kebenaran. Secara garis besar, hakikat merupakan ilmu yang digunakan
untuk mencari suatu kebenaran sejati mengenai tuhan. Dalam kitab Al-
Kalabzi, hakikat menurut ilmu tasawuf didefinisikan sebagai aspek yang
berkaitan dengan batiniah, merupakan amalan paling dalam dan merupkan
akhir perjalanan yang ditempuh oleh para sufi.10
Dari banyak pengertian sudah bersama kita ketahui tentang dan empat
tahapan besar yang di dalam ilmu tasawuf, yaitu syariat, Thariqah,
Hakekat, dan Makrifat. Syariat ialah dasar bagi seseorang untuk menjalani
ilmu tasawuf. Thariqah adalah sebagai jalan atau jembatan menuju
tingkatan selanjutnya yaitu hakekat yang dimana hakekat bisa dikatakan
adalah aspek lain dari syariat yang bersifat lahiriyah, yaitu aspek

8
Dr. A. Gani, S. Ag., S.H., M.Ag., Tasawuf Amali Bagi Pencari Tuhan, (Lampung: ALFABETA CV,
2019), h.81-82.
9
Redaksi DalamIslam, “Tasawuf Amali: Pengertian dan Tokoh-Tokohnya”,
https://dalamislam.com/akhlaq/tasawuf-amali, diakses pada 12 Oktober pukul 20.06.
10
Redaksi DalamIslam, “Tasawuf Amali: Pengertian dan Tokoh-Tokohnya”,
https://dalamislam.com/akhlaq/tasawuf-amali, diakses pada 12 Oktober pukul 20.06.
6

bathiniyah. Dapat juga diartikan sebagai rahasia yang paling dalam dalam
dari segala amal atau inti syariat. Dengan kata lain ini merupakan keadaan
yang sebenarnya atau kebenaran sejati.11

4. Ma’rifat

Secara umum, ma’rifat didefinisikan sebagai kumpulan ilmu


pengetahuan, pengalaman dan amalan ibadah yang merupakan perpaduan
dari syari’at, thariqat dan hakikat. Dimana nantinya ilmu ini digunakan
untuk mengenal Allah Swt lebih mendalam melalui sanubari.12

Menurut Imam Al-Ghozali, ma’rifat adalah mengenal rahasia-rahasia


Allah dan aturan-aturan-Nya yang melingkupi seluruh yang ada.
Seseorang yang sudah sampai pada tahap ma’rifat, maka ia berada sangat
dekat dengan Tuhannya seakan tidak ada tabir penghalang.13

C. Maqamat dan Ahwal Tasawuf Amali


1. Taubat
Taubat menurut bahasa berarti kembali (ruju’), maksudnya kembali
dari sesuatu yang tercela menurut syara’ menuju sesuatu yang terpuji.
Konsep taubat yang dimaksudkan oleh kaum sufi adalah taubat yang tidak
membawa kepada dosa lagi sehingga terkadang seorang sufi sampai tujuh
puluh kali taubat untuk mencapai tingkat taubat yang sebenarnya. Bahkan
taubat yang sebenarnya dalam paham sufisme adalah lupa pada segala hal
kecuali Tuhan. Syaikh ‘Abd al-Qâdir al-Jailâni sebagaimana al-Qusyairi
dan al- Ghazali serta para sufi lainnya, menempatkan taubat sebagai
11
Dr. A. Gani, S. Ag., S.H., M.Ag., Tasawuf Amali Bagi Pencari Tuhan, (Lampung: ALFABETA CV,
2019), h.84.
12
Redaksi DalamIslam, “Tasawuf Amali: Pengertian dan Tokoh-Tokohnya”,
https://dalamislam.com/akhlaq/tasawuf-amali, diakses pada 12 Oktober pukul 20.06.
13
Redaksi DalamIslam, “Tasawuf Amali: Pengertian dan Tokoh-Tokohnya”,
https://dalamislam.com/akhlaq/tasawuf-amali, diakses pada 12 Oktober pukul 20.06.
7

maqam pertama dari maqâmat lainnya, menurut Syaikh ‘Abd al- Qâdir al-
Jailâni, taubat adalah dasar dari semua maqâmat dan langkah awal dari
seorang hamba dalam melintasi jalan menuju Tuhan.14

2. Zuhud
Zuhud ialah meninggalkan rasa cinta dan sikap serakah terhadap
kesenangan dunia serta merasa cukup dengan apa yang ada untuk
menghadapkan diri kepada Alah Swt. Zuhud dalam Tasawuf Amalii tidak
boleh dilakukan tanpa didasari ilmu tentang hukum-hukum Allah dalam
melakukan zuhud harus dengan bimbingan seorang guru atau Syaikh.
Meninggalkan syarat tersebut dapat menyebabkan kesesatan dalam
melakukannya.15

3. Tawakal
Tawakal menurut Syaikh ‘Abd al-Qâdir al-Jailâni adalah
meninggalkan ketergantungan selain kepada Allah, walaupun bergantung
hanya kepada Allah, tawakal tidak berarti dengan sendirinya
menggabaikan ikhtiyar dan meninggalkan usaha sama sekali, akan tetapi
tawakal itu berserah diri kepada Allah dengan disertai usaha yang
maksimal. Menurutnya, tawakal memiliki kualitas yang didasarkan
kepada ketulusan. Semakin tulus tawakal seseorang kepada Tuhan-Nya,
makin lemah upayanya dalam pekerjaan-pekerjaan duniawi.16

4. Syukur
Hakikat syukur menurut Syaikh Abd Qadir al-Jailani ialah adanya
pengertian dan kesadaran bahwa semua nikmat yang ada pada diri
seseorang hamba, baik lahir maupun batin, baik berkenaan dengan
14
Dr. A. Gani, S. Ag., S.H., M.Ag., Tasawuf Amali Bagi Pencari Tuhan, (Lampung: ALFABETA CV,
2019), h.96-97.
15
Dr. A. Gani, S. Ag., S.H., M.Ag., Tasawuf Amali Bagi Pencari Tuhan, (Lampung: ALFABETA CV,
2019), h.102.
16
Dr. A. Gani, S. Ag., S.H., M.Ag., Tasawuf Amali Bagi Pencari Tuhan, (Lampung: ALFABETA CV,
2019), h.109.
8

keduniaan ataupun keakhiratan, adalah dari Allah Swt, sebagai karunia


dan pemberian daripada-Nya.17

5. Sabar
Makna sabar merupakan sikap mental yang fundamentalis yang harus
dimiliki oleh para sufi dalam 114 usahanya untuk mencapai tujuan hidup.
Sedemikian pentingnya sabar itu hingga Syaikh ‘Abd Qâdir al-Jailâni
mengingatkan bahwa kehidupan dunia ini penuh dengan ujian dan
cobaan. Karena itu Syaikh ‘Abd Qâdir al-Jailâni mengingatkan agar
manusia selalu menjaga keseimbangan jiwa dalam situasi apapun di
sepanjang hidupnya, sebab ketika suatu kesenangan datang menghadang,
demikian pula halnya dengan kenikmatan, keleluasan dan kebahagiaan
yang selalu diringi dengan kesengsaraan, diperlukan untuk menjaga
keseimbangan jiwa, dengan sabar maka seseorang tidak menjadi sombong
dan lupa diri tatkala mendapatkan kebahagian. Sebaliknya, ketika ia
ditimpa bencana maka ia tidak mudah terpeleset dari rel kebenaran dan
tidak bergeser dari prinsip yang dipedomi.18

6. Ridha
Ridha diartikan oleh Syaikh ‘Abd al-Qadir al-Jailâni dengan rela
menerima segala ketentuan Allah SWT (al-ridhaa bi qadha illah). Bagi
seseorang yang telah mencapai maqam ridha, apapun yang telah
ditentukana Allah pasti akan menetimanya dengan senang hati, walaupun
ketentuan Allah itu berupa sesuatu yang tidak disukai, apalagi jika
ketentuan itu berupa sesuatu yang disukai.19

17
Dr. A. Gani, S. Ag., S.H., M.Ag., Tasawuf Amali Bagi Pencari Tuhan, (Lampung: ALFABETA CV,
2019), h.111.
18
Dr. A. Gani, S. Ag., S.H., M.Ag., Tasawuf Amali Bagi Pencari Tuhan, (Lampung: ALFABETA CV,
2019), h.113-114.
19
Dr. A. Gani, S. Ag., S.H., M.Ag., Tasawuf Amali Bagi Pencari Tuhan, (Lampung: ALFABETA CV,
2019), h.119.
9

7. Shidiq
Secara bahasa “al-sidq” (jujur) adalah menetapkan hukum sesuai
dengan kenyataan, sedangkan dalam istilah sufi dan menurut Syaikh ‘Abd
al-Qâdir al-Jailâni, jujur adalah mengatakan yang benar dalam kondisi apa
pun, baik menguntungkan maupun yang tidak menguntungkan.
Kejujuran menurut Syaikh ‘Abd al-Qâdir al-Jailâni adalah kedudukan
yang tertinggi dan jalan yang paling lurus, yang dengannya dapat
dibedakan antara orang munafik dan seseorang yang beriman.20

8. Wara’
Wara’ adalah menghindari segala sesuatu yang bersifat syubhat atau
status kejelasan antara kehalalan atau keharaman tidak jelas. Wara’
menurut Syaikh ‘Abd al-Qâdir al-Jailâni adalah ajaran agama (milah al-
din) yang menjadi pokok pangkal amaliah para ’alim yang mengamalkan
ilmunya.Wara’ adalah salah satu bentuk keta’atan dalam keberagaman
seseorang dalam menjaga diri dari sesuatu yang haram dan atau syubhat.
Oleh karena itu, para ‘alim yang mengamalkan ilmunya sangat berhati-
hati sekali terhadap sesuatu yang haram dan syubhat itu. Itulah sebabnya
mereka menjadikan wara’ sebagai pokok pangkal dari amaliyah mereka.21

9. Istiqomah
Syaikh ‘Abd al-Qâdir al-Jailâni mengelaborasi lebih lanjut, bahwa al-
istiqamah berarti tekun, telaten, terus menerus, tidak pernah bosan
mengamalkan apapun yang dapat diamalkan. Tentu saja amalan-amalan
tersebut harus dimulai dengan kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan
Allah, dan dilaksanakan secara rutin, ditambah sedikit demi sedikit
menurut kadar kemampuan, asalkan tekun dan rajin.

20
Dr. A. Gani, S. Ag., S.H., M.Ag., Tasawuf Amali Bagi Pencari Tuhan, (Lampung: ALFABETA CV,
2019), h.121.
21
Dr. A. Gani, S. Ag., S.H., M.Ag., Tasawuf Amali Bagi Pencari Tuhan, (Lampung: ALFABETA CV,
2019), h.123.
10

D. Tokoh-Tokoh Tasawuf Alami


1. Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani
Nama lengkapnya adalah Muhy al-Din Abu Muhammad Abdul
Qadir ibn Abi Shalih Zango Dos tal-Jaelani) lahir di jailan atau kailan
Tahun 470 H/1077 M. Beliau Wafat pada hari Sabtu malam, setelah
maghri, pada tanggal 09 Rabiul Akhir di Baghdad pada 561 H/1166 M.
Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani adalah seorang yang diagungkan
pada masanya. Diagungkan oleh para syeikh, baik ulama dan para ahli
zuhud. Beliau banyak memiliki keutamaan dan karomah.
Pada tahun 521 H/ 1127 M, dia mengajar dan berfatwa dalam
semua mazhab pada masyarakat sampai dikenal masyarakat luas. Selama
20 tahun beliau menghabiskan waktunya sebagai pengembara sufi di
Padang Pasir Irak dan akhirnya dikenal oleh dunia sebagai tokoh sufi
besar dunia Islam.22

2. Imam Al-Junaid Al-Baghdadi


Abu al-Qasim al-Junaid bin Muhammad al-Nehawandi al-
Baghdadi. Ia dikenal sebagai tokoh yang mensistematikan beberapa
kecenderungan tasawuf dan mencoba mengislamisasi istilah-istilah
tasawuf dengan istilah-istilah dari al-Qur’an.23
Ia terpengaruh dengan keteladanan dalam menekankan aspek
zuhud dan sabar dari al-Hasan al-Basri, tawakkal dari al-Muhasibi dan
mahabbah dari Rabi‖ah al-Adawiyah. Bagi Junaid, berkhalwat bukanlah
sesuatu yang penting. Jauh lebih penting adalah memberikan nasihat
kepada umat. Tasawuf merupakan penyerahan diri kepada Allah, bukan
untuk tujuan lain. Cara yang baik untuk mendekatkan diri dengan-Nya
adalah dengan senantiasa mencintainya. Cinta mistik adalah
kecenderungan hati seseorang kepada Allah dan kepada segala sesuatu
yang datangnya dari Allah.24

3. Rabi’ah ‘Adawiyah
Rabi’ah Al-Adawiyah memiliki nama lengkap Ummu al-Khair
Rabi’ah binti Isma’il al-Adawiyah al- Qisiya. Beliau dilahirkan di Basrah
pada tahun 96 Hijriyah. Kehidupan Rabi’ah Al-Adawiyah diliputi dengan
kemiskinan, beliau tidak menikah dan menolak bantuan materi. Hari-

22
Suteja Ibnu Pakar, Tokoh-Tokoh Tasawuf dan Ajarannya, (Cirebon: Deepublish, 2013), h.127.
23
Suteja Ibnu Pakar, Tokoh-Tokoh Tasawuf dan Ajarannya, (Cirebon: Deepublish, 2013), h.51.
24
Suteja Ibnu Pakar, Tokoh-Tokoh Tasawuf dan Ajarannya, (Cirebon: Deepublish, 2013), h.51-52.
11

harinya dihabiskan dengan beribadah kepada Allah SWT dan menjauhi


kehidupan duniawi.
Konsep ajaran tasawuf Rabi’ah berfokus pada cinta (al-hubb) kepada
Rabb semesta Alam. Cinta (al-hubb) yang dianut oleh Rabi’ah disini
merupakan hub al-hawa dan hub anta ahl lahu. Dimana menurut tafsir Abu
Thalib Al-Makiy, hub al-hawa berarti rasa cinta yang timbul karena
nikmat dan kebaikan yang diberikan oleh Allah SWT. Sedangkan al-hubb
anta ahl lahu adalah rasa cinta yang timbul hanya untuk Dzat yang dicintai
tulus tanpa mengharapkan balasan dan bukan karena kesenangan
duniawi.25

4. Hasan Al-Basri
Hasan Al-Basri memiliki nama lengkapnya Al-Hasan bin Abi Al-
Hasan Abu Said, lahir di Madinah pada tahun 21 H. Beliau adalah seorang
sufi tabi’in yang termsyhur pada masanya. Prinsip ajaran tasawuf Hasan
Al Basri yang paling utama adalah bersikap zuhud kepada dunia, yaitu
menolak selaga kenikmatan dan kesenangan dunia. Selain itu, Hasan
Al Basri juga mengajarkan untuk berbuat khauf (rasa takut) dan Raja’
(pengharapan) yang berarti merasa takut akan siksa Allah dan memohon
ampun atas segala dosa-dosa.26

5. Dzun Nun Al-Misri


Dzun Nun Al-Misri adalah seroang sufi yang hidup di pedalaman Mesir
sekitar pertengahan abad ke-3 Hijriah, tepatnya lahir di tahun 180 H.
Beliau memiliki nama lengkan Abu Al – faidil bin Ibrahim Dzun Al –
Misri.
Al-Misri merupakan orang Mesir pertama yang membentuk pemikiran
tasawuf, mengemukakan perihal maqamat dan ahwal para wali, serta ilmu

25
Redaksi DalamIslam, “Tasawuf Amali: Pengertian dan Tokoh-Tokohnya”,
https://dalamislam.com/akhlaq/tasawuf-amali, diakses pada 12 Oktober pukul 21.01.
26
Redaksi DalamIslam, “Tasawuf Amali: Pengertian dan Tokoh-Tokohnya”,
https://dalamislam.com/akhlaq/tasawuf-amali, diakses pada 12 Oktober pukul 21.01.
12

ketauhidan yang berikatan dengan sufistik. Secara garis besar, konsep


tasawuf beliau menonjolkan tentang Ma’rifat. Pendapat-pendapat beliau
tersebut sempat menuai kritikan, bahkan dianggap zindiq (tidak berpegang
teguh terhadap agama). Namun pada akhirnya, beliau dibebaskan dan
memperoleh kedudukannya sebagai wali.27

E. Metode Tasawuf Amali


Dalam pelaksanaan tasawuf ‘amali ada beberapa metode yang dilakukan
oleh seorang sufi, yaitu:

1. Riyaḍah yaitu latihan kejiwaan melalui upaya membiasakan diri agar tidak
melakukan hal-hak yang mengotori jiwanya. Riyaḍah perlu dilakukan
karena makrifatnya dapat diperoleh melalui upaya melakukan perbuatan
baik yang terus menerus.
2. Tafakur, yaitu proses pembelajaran dari dalam diri manusia melalui
aktivitas berfikir yang menggunakan perangkat batiniah (jiwa).
3. Taẓkiyatu al-Nafs yaitu proses penyucian jiwa manusia yang melalui 3
(tiga) tahapan yaitul takhalli, taḥalli dan tajalli.
4. Dẓikrullah, yaitu berulang-ulang menyebut atau mengingat nama Allah.28

27
Redaksi DalamIslam, “Tasawuf Amali: Pengertian dan Tokoh-Tokohnya”,
https://dalamislam.com/akhlaq/tasawuf-amali, diakses pada 12 Oktober pukul 21.01.
28
Materi Sekolah Wislah, “Tasawuf ‘Amali: Pengertian, Nama, Ruang Lingkup, Tokoh, Ajaran, dan
Metode”, https://wislah.com/tasawuf-amali-pengertian/, diakses pada 12 Oktober 2022 pukul
21.34.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Dalam mempelajari tasawuf kita akan menemukan yang namanya
tasawuf amali. Tasawuf Amali yaitu tasawuf yang membahas bagaimana
cara mendekatkan diri kepada Allah Swt melalui zikir dan wirid dengan
harapan memperoleh ridha Allah Swt. Tasawuf amali juga mempunyai
ruang lingkup yaitu, syari;at, thariqat, hakikat dan ma’rifat.

Tasawuf amali juga memiliki tingkatan atau urutan maqamat dan


ahwal yang harus dilakukan supaya mencapai tingkatan tasawuf amali
yang dimulai dari taubat yang sesungguh-sungguhnya sampai pada tahap
istiqamah. Metode tasawuf amali riyadah, tafakur, tazkiyatu al-nafsy dan
dzikrullah. Tokoh-tokoh yang terkenal dalam tasawuf amali antara lain,
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Imam Al-Junaid Al-Baghdadi, Rabi’ah
‘Adawiyah, Hasan Al-Basri, Dzun Nun Al-Misri.

B. Saran
Pada zaman sekarang sudah sangat jarang bahkan hanya segelintir
orang saja yang sampai ke tingkat taawuf yang sebenar-benarnya terutama
tasawuf amali. Kita sebagai para mahasiswa dan mahasiswi Islam yang di
mana pada era melenial ini sangat banyak sekali cobaan, rintangan dan
pengaruh yang buruk bagi generasi umat Islam. Nah setelah mempelajari
materi tasawuf diharapkan untuk mencoba sedikit demi sedikit dengan
tujuan memperbaiki diri dan membentengi diri dari pengaruh buruk yang
ada pada zaman sekarang agar kita semakin dekat kepada Allah Swt.

13
DAFTAR PUSTAKA

Badrudin. 2013. Akhlak Tasawuf. Serang: IAIB PRESS.

Gani, A. 2019. Tasawuf Amali Bagi Pencari Tuhan. Lampung:


ALFABETA CV.
Pakar, Suteja Ibnu. 2013. Tokoh-Tokoh Tasawuf dan Ajarannya. Cirebon:
DEEPUBLISH.
Materi Sekolah Wislah. “Tasawuf ‘Amali: Pengertian, Nama, Ruang Lingkup,
Tokoh, Ajaran, dan Metode”. https://wislah.com/tasawuf-amali-pengertian/.
Diakses pada 12 Oktober 2022.

Redaksi DalamIslam. “Tasawuf Amali: Pengertian dan Tokoh-Tokohnya”.


https://dalamislam.com/akhlaq/tasawuf-amali. Diakses pada 12 Oktober
2022.

Anda mungkin juga menyukai