Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

TASAWUF AMALI : TAREKAT-TAREKAT SUFISTIK


Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas AKHLAK TASAWUF

Dosen Pengampu :

Drs. Abd Kholik MR., M.Pd.I,

Disusun Oleh : Kelompok IV

Muhammad riky setiawan (1911003046)


Mahda Safitri (1911003047)
Miti Indana (1911003048)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA’ARIF JAMBI
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah ,segala Puji bagi Allah subhanahu wata’ala, atas limpahan


rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah ini sesuai apa yang direncanakan yang alhamdulillah tepat pada
waktunya yang berjudul “TASAWUF AMALI : TAREKAT-TAREKAT
SUFISTIK”.. Tidak lupa sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan
nabi besar Muhammad SAW (allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad,wa’ala
ali sayyidina Muhammad) yang telah membawa kita dari jaman jahiliah menuju
jaman islamiah sekarang ini.
Makalah ini berisikan tentang tasawuf yang dianut kaum sufi,dan aliran-
aliran tarekat. Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan demi terciptanya makalah yang lebih baik
selanjutnya. Dan semoga dengan hadirnya makalah ini dapat memberi wawasan
dan menambah pengetahuan bagi pembaca dan pembuat makalah, semoga kita
semua bisa mengambil pelajaran dari makalah ini.
Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa menyertai dan meridhai segala usaha kita. Amin.

Jambi, Januari 2020

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1. Latar Belakang............................................................................................1

2. Rumusan Masalah.......................................................................................2

3. Tujuan Masalah...........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Pengertian Tarekat......................................................................................3

B. Unsur-Unsur Tarekat..................................................................................6

C. Aneka Aliran Tarekat.................................................................................7

BAB III PENUTUP..............................................................................................19

A. Kesimpulan................................................................................................19

B. Saran..........................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20

iii
BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Ilmu tasawuf adalah ilmu yang mempelajari usaha membersihkan
diri, berjuang memerangi hawa nafsu, mencari jalan kesucian dengan
ma’rifat menuju kenal akan sang kholik, serta berpegang teguh pada janji
Allah dan mengikuti syariat Rasulullah dalam mendekatkan diri dan
mencapai keridlaan-Nya.
Secara global, tasawuf dapat diklasifikasi ke dalam tiga tipologi: 1)
tasawuf akhlaki, 2) tasawuf falsafi, dan 3) tasawuf amali.1 Tasawuf
akhlaki adalah ajaran taswuf yang membahas tentang kesempurnaan dan
kesucian jiwa yang diformulasikan pada pengaturan sikap mental dan
pendisiplinan tingkah laku yang ketat.2. sedangkan tasawuf falsafi atau
tasawuf filosofi adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara
visi mistis dan visi rasional penggagasnya.artinya tasawuf ini
menggunakan pengertian menurut akal pikirannya saja. Adapun tasawuf
amali adalah tasawuf yang membahas tentang bagaimana cara
mendekatkan diri kepada Allah.dalam pengertian ini Tasawuf amali adalah
seperti yang dipraktekan di dalam kelompok tarekat, dimana dalam
kelompok ini terdapat sejumlah sufi yang mendapat bimbingan dan
petujuk dari seorang guru tentang bacaan dan amalan yang harus di
tempuh oleh seorang sufi dalam mencapai kesempurnaan rohani agar dapat
berhubungan langsung dengan Allah. Setiap kelompok tarekat memiliki
metode, cara dan amalan yang berbeda satu sama lain.
Oleh sebab itu pembahasan tentang tasawuf amali yang dipraktekan
didalam kelompok tarekat, akan dibahas tentang tarekat-tarekat sufistik
pada pembahasan berikutnya secara terperinci.

1 Amin Syukur, tasawuf konstektual (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hlm. 1.


2 Zaprulkhan, Ilmu Tasawuf : sebuah kajian tematik.( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2016), hlm.
97
2

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat di rumuskan
beberapa masalah sebagai berikut :
1. Bagaima pengertian tarekat?
2. Apa saja unsur-unsur tarekat?
3. Apa saja aliran tareket?
3. Tujuan Masalah
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini yaitu untuk memaparkan
pemahaman tentang :
1. Pengertian tarekat
2. Unsur-unsur tarekat
3. Beberapa aliran tarekat
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Tarekat
Secara etimologis, tariqah atau tarekat memiliki beberapa arti,
yaitu : (1) jalan, cara (al-kaifiyah); (2) metode, sistem (al-uslub); (3)
mazhab, aliran, haluan (al-mazhab); (4) keadaan (al-halah); (5) pohon
kurma yang tinggi (an-nakhlah at-tawilah); (6) tiang tempat berteduh,
tongkat payung (‘amud al-mizallah); (7) yang mulia, terkemuka dari kaum
(syarif al-qaum); (8) goresan/ garis pada sesuatu (al-khatt fi asy-syay’).3
Sedangkan menurut terminology ada beberapa ahli yang
mendefinisikan tentang tarekat, diantaranya menurut Abu Bakar Aceh,
tarekat adalah petunjuk dalam melaksanakan suatu ibadah sesuai dengan
ajaran yang ditentukan dan diajarkan oleh rasul, dikerjakan oleh sahabat
dan tabi’in, turun temurun sampai pada guru-guru, sambung-menyambung
dan rantai-berantai. Atau suatu cara mengajar dan mendidik, yang akhirnya
meluas menjadi kumpulan kekeluargaan yang mengikat penganut-
penganut sufi, untuk memudahkan menerima ajaran dan latihan-latihan
dari para pemimpin dalam suatu ikatan.
Harun Nasution mendefinisikan tarekat sebagai jalan yang harus
ditempuh oleh seorang sufi, dengan tujuan untuk berada sedekat mungkin
dengan Allah.
Syekh Muhammad Amin Kurdy mendefinisakan tarekat sebagai
pengamalan syari’at dan (dengan tekun) melaksanakan ibadah dan
menjauhkan diri dari sikap mempermudah pada apa yang memang tidak
boleh dipermudah.
Zamakhsyari dhofier memberikan definisi terhadap tarekat sebagai
suatu istilah generic, perkataan tarekat berarti “jalan” atau lebih lengkap
lagi “jalan menuju surga” dimana waktu melakukan amalan-amalan

3 Ibid. hlm. 100


4

tarekat tersebut si pelaku berusaha mengangkat dirinya melampaui batas-


batas kediriannya sebagai manusia dan mendekatkan dirinya ke sisi Allah.
Adapun “thariqat” menurut istilah ulama Tasawuf adalah:4
1. “Jalan kepada Allah dengan mengamalkan ilmu Tauhid, Fikih
dan Tasawuf.”
2. “Cara atau kaifiat mengerjakan sesuatu amalan untuk
mencapai suatu tujuan.”
Berdasarkan definisi yang tersebut di atas, jelaslah bahwa thariqat
adalah suatu jalan atau cara untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan
mengamalkan ilmu Tauhid, Fikih dan Tasawuf5. Amalan tarekat
merupakan sebuah amalan ibadah sesuai dengan ajaran yang dicontohkan
oleh Rasulullah saw. dan dikerjakan oleh para sahabat, tabi’in, dan tabi’
tabi’in secara turun temurun hingga kepada paraulama’ yang menyambung
hingga pada masa kini.
Para sufi melihat bahwa sangat pentingnya tarekat dalam
mendekatkan diri kepada Allah. Namun bagi seseorang yang tidak bisa
melihat pentingnya tarekat itu, mereka beranggapan bahwa itu hanyalah
halusianasi , karna mereka hanya bias melihat dengan mata dzohirnya saja
bukan mata bathinnya.
Bermacam-macam cara sufi menggambarkan pengalamannya
untuk sampai kepada tujuan yang sebenarnya6, ada yang digambarkan
dengan istilah maaomat yaitu melalui tahap-tahap perjalanan atau babak-
babak dari titik awal sampai titik akhirnya. Dan juga digambarkan dengan
ahwal yaitu suatu pemberian dari Allah semata-mata sebagai hadiah,dan
ahanya bersifat sementara atau sekejap.adapun tokoh-tokoh penulis sufi
dalam kategori ini adalah: Al-Ghozali, Al-Klabadzi, Dan Al-Qusyairi.
Namun ada juga yang tidak menyebutkan tahapan-
tahapannnya,namun hanya secara simbolis, bisa berupa perumpamaan atau
deskripsi yang tidak spesifik pada kategori diatas. Termasuk kategori ini

4 A. Fuad Said, Hakikat Tarikat Naqsyabandiyah, hlm. 6.


5 Ibid.
6 Zaprulkhan., Op.Cit., hlm.101.
5

adalah: Farid Al-Din ‘Aththor (Mantiq Al-Thoyr) Dan Jalal Al-Din Rumi
(Al-Matsnawi).
Cara beribadah seorang sufi disebut tarekat karena ia selalu
mengetuk pintu hatinya dengan dzikrullah atau mengingat Allah. Cara
beribadah semacam ini oleh Nabi SAW disebut dengan tarekat
hasanah (cara yang baik). Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh
Imam Ahmad ibn Hambal dalam musnadnya dengan perawi-
perawi tsiqat (dipercaya), Nabi SAW bersabda:

‫عل َى َط ِريْ َقةٍ َح َسنَةٍ ِم َن‬ َ ‫ ِإ ّ َن ال َْعبْ َد ِإذَا ك‬:‫عل َيْ ِه َو َسل َّ َم‬
َ ‫َان‬ ُ ‫الله َصلَّى‬
َ ‫الله‬ ِ ‫َال َر ُس ْو ُل‬ َ ‫ق‬
‫َان َطلِيْقًا َحتَّى أ َ ْطل َ َق ُه أ َ ْو أَك ْ َفتَ ُه‬
َ ‫ع َملِ ِه ِإذَا ك‬َ ‫بل َُه ِمث َْل‬ ْ ُ‫اد ِة ث ُّمَ َم ِر َض ِقيْ َل لِل َْمل َِك ال ُْم َوك َِل ب ِِه اُكْت‬
َ َ‫ال ِْعب‬
‫ صحيح وهذا إسناد حسن‬:‫ِإل َى تَ ْعلِيْ ِق ُش َعيْ ِب ال ْأ َ ْرن َ ُؤ ْو ِط‬

“Sesungguhnya seorang hamba jika berpijak pada tarekat yang baik dalam
beribadah, kemudian ia sakit, maka dikatakan (oleh Allâh SWT) kepada
malaikat yang mengurusnya, ‘Tulislah untuk orang itu pahala yang
sepadan dengan amalnya apabila ia sembuh sampai Aku
menyembuhkannya atau mengembalikannya kepada-Ku, (Musnad
Ahmad bin Hanbal, juz 2, halaman: 203).
Ungkapan tarekat hasanah dalam hadis tersebut menunjukan
kepada perilaku hati yang diliputi kondisi ihsan (beribadah seolah–olah
melihat Allâh SWT atau kondisi khusyu’) yakin berjumpa dengan Allâh
SWT dan kembali kepada-Nya,

َ ‫ُون أَن ّ َُهم ُّملَقُوا َربّ ِِه ْم َوأَن ّ َُه ْم ِإل َيْ ِه َراجِ ُع‬
(٤٦﴿ ‫ون‬ َ ‫ال َّ ِذ‬
َ ّ ‫ين يَ ُظن‬

(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui


Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya, (al-Baqarah, 2:
46).
6

B. Unsur-Unsur Tarekat

Dalam tarekat, setidaknya ada lima unsur penting yang menjadi


dasar terbentuknya sebuah tarekat. Kelima hal tersebut adalah:

1. Mursyid
Mursyid adalah dianggap telah mencapai tahap mukasyafah, telah
terbuka tabir antara dirinya dan Tuhan. Mursyid atau guru atau
master atau pirbertugas menemani dan membimbing para penempuh
jalan spiritual untuk mendekati Allah, seperti yang terjadi pada diri
sang guru. Guru spiritual itu kadang disebut dengan istilah thayr al-
quds (burung suci) atau Khidir. Dalam tarekat, bimbingan guru yang
telah mengalami perjalanan rohani secara pribadi dan mengetahui
prosedur-prosedur setiap mikraj rohani adalah sangat penting.
2. Baiat
Baiat atau talqin adalah janji setia seorang murid kepada gurunya,
bahwa ia akan mengikuti apa pun yang diperintahkan oleh sang guru,
tanpa “reserve”.
3. Silsilah
Silsilah tarekat adalah “nisbah”, hubungan guru terdahulu sambung-
menyambung antara satu sama lain sampai kepada Nabi. Hal ini
harus ada sebab bimbingan keruhanian yang diambil dari guru-guru
itu harus benar-benar berasal dari Nabi. Kalau tidak demikian halnya
berarti tarekat itu terputus dan palsu, bukan warisan dari Nabi.
4. Murid
Murid atau kadang disebut salik adalah orang yang sedang mencari
bimbingan perjalanannya menuju Allah. Dalam pandangan pengikut
tarekat, seorang yang melakukan perjalanan rohani menuju Tuhan
tanpa bimbingan guru yang berpengalaman melewati berbagai tahap
(maqamat) dan mampu mengatasi keadaan jiwa (hal) dalam
perjalanan spiritualnya, maka orang tersebut mudah tersesat.
5. Ajaran
7

Ajaran adalah praktik-praktik dan ilmu-ilmu tertentu yang diajarkan


dalam sebuah tarekat. Biasanya, masing-masing tarekat memiliki
kekhasan ajaran dan metode khusus dalam mendekati Tuhan. Guru-
guru tarekat yang sama mengajarkan metode yang sama kepada
murid-muridnya.
C. Aneka Aliran Tarekat
Berikut beberapa tarekat yang masih eksis bahkan mampu terus
berkembang hingga era digital saat ini.
1. Tarekat Qodiriyah
Qadiriyah adalah nama tarekat yang diambil dari nama pendirinya,
yaitu ‘Abd al-Qadir Jilani, yang terkenal dengan sebutan Syaikh ‘Abd
al-Qadir Jilani al-ghawsts atau quthb al-awliya. Tarekat ini menempati
posisi yang amat penting dalam sejarah spiritualitas Islam karena tidak
saja sebagai pelopor lahirnya organisasi tarekat, tetapi juga cikal bakal
munculnya berbagai cabang tarekat di dunia Islam. Kendati struktur
organisasinya baru muncul beberapa dekade setelah kematiannya,
semasa hidup sang Syaikh telah memberikan pengaruh yang amat
besar pada pemikiran dan sikap umat Islam. Dia dipandang sebagai
sosok ideal dalam keunggulan dan pencerahan spiritual. Namun,
generasi selanjutnya mengembangkan sekian banyak legenda yang
berkisar pada aktivitas spiritualnya, sehingga muncul berbagai kisah
ajaib tentang dirinya. Pada awalnya beliau adalah seorang ahli fiqh
yang terkenal dalam madzhab Hambali, kemudian setelah beralih
kegemarannya pada ilmu tarekat dan hakekat menunjukkan keramat
dan tanda-tanda yang berlainan dengan kebiasaan sehari-hari. Orang
dapat membaca sejarah hidup dan keanehan-keanehannya dalam kitab
yang dinamakan Manaqib Syeikh Abdul Qadir Jailani, asli tertulis
dalam bahasa Arab, dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia tersiar
luas di negeri kita, yang dibaca oleh rakyat pada waktu-waktu tertentu,
konon untuk mendapatkan berkahnya.
8

Di Indonesia Tarekat Qadiriyah berkembang dengan baik, bahkan


bercabang, seperti Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Proses
masuknya Tarekat Qadiriyah ke Indonesia dikisahkan lewat penyair
besar Hamzah Fansuri.
Pada dasarnya ajaran Syaikh ‘Abd al-Qadir Jilani tidak ada
perbedaan yang mendasar dengan ajaran pokok Islam, terutama
golongan Ahlussunnah Wal Jama’ah. Sebab, Syaikh ‘Abd al-Qadir
adalah sangat menghargai para pendiri mazhab fikih yang empat dan
teologi Asy’ariyah. Dia sangat menekankan pada tauhid dan akhlak
terpuji. Menurut al-Sya’rani, bahwa bentuk dan karakter Tarekat
Syaikh Abdul Qadir Jilani adalah tauhid, sedang pelaksanaannya tetap
menempuh jalur syariat lahir dan batin.
Menurut Syaikh ‘Ali ibn al-Hayti menilai bahwa tarekat Syaikh
‘Abd al-Qadir Jilani adalah pemurnian akidah dengan meletakkan diri
pada sikap beribadah, sedangkan ‘Ady ibn Musafir mengatakan bahwa
karakter Tarekat Qadiriyah adalah tunduk di bawah garis keturunan
takdir dengan kesesuaian hati dan roh serta kesatuan lahir dan batin.
Memisahkan diri dari kecenderungan nafsu, serta mengabaikan
keinginan melihat manfaat, mudarat, kedekatan maupun perasaan jauh.

2. Tarekat Syadziliyah
Tarekat Syadziliyah tak dapat dilepaskan hubungannya dengan
pendirinya, yakni Abu Hasan al-Syadzili. Selanjutnya nama tarekat ini
dinisbahkan kepada namanya Syadziliyah yang mempunyai ciri khusus
yang berbeda dengan tarekat-tarekat yang lain.
Secara lengkap nama pendirinya adalah ‘Ali bin Abdullah bin
‘Abd. Al-Jabbar Abu Hasan al-Syadzili. Silsilah keturunannya
mempunyai hubungan dengan orang-orang garis keturunan Hasan bin
Ali bin Abi Thalib, dan dengan demikian berarti juga keturunan Siti
Fatimah, anak perempuan Nabi Muhammad SAW. Al-Syadzili sendiri
pernah menuliskan silsilah keturunannya sebagai berikut: ‘Ali bin
9

‘Abdullah bin ‘Abd. Jabbar bin Yusuf bin Ward bin Batthal bin Ahmad
bin Muhammad bin ‘Isa bin Muhammad bin Hasan bin ‘Ali bin Abi
Thalib.
Tarekat ini berkembang pesat antara lain di Tunisia, Mesir,
Aljazair, Sudan, Suriah dan Semenanjung Arabia, juga di Indonesia
(khususnya) di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Dalam hal tasawuf, tarekat syadziliyah lebih dekat dengan tasawuf
al-ghozali yang berlandaskan al-quran dan as-sunnah, bahkan sebagian
ajarannya dipengaruhi oleh al-Ghozali.7
Tarekat Syadziliyah tidak meletakkan syarat-syarat yang berat
kepada Syeikh tarekat, kecuali mereka harus meninggalkan semua
perbuatan maksiat, memelihara segala ibadat yang diwajibkan,
melakukan ibadat-ibadat sunnat sekuasanya, zikir kepada Tuhan
sebanyak mungkin, sekurang-kurangnya, seribu kali sehari semalam,
istighfar seratus kali, shalawat kepada Nabi sekurang-kurangnya
seratus kali sehari semalam, serta beberapa zikir lain. Kitab
Syadziliyah meringkaskan sebanyak dua puluh adab, lima sebelum
mengucapkan zikir, dua belas dalam mengucapkan zikir, dan tiga
sesudah mengucapkan zikir.
Pokok ajaran Thoriqoh Sadziliyah yaitu:
• Bertaqwa kepada Allah ditempat sunyi dan ramai
• Mengikutu sunnah dalam segala perbuatan dan perkataan
• Berpaling hati dari makhluk waktu berhadapan dan membelakang
• Ridho dengan pemberian Allah sedikit atau banyak
• Kembali kepada Allah baik senang maupun sedih.

3. Tarekat Rifaiyah
Tarekat rifa’iyah di dirikan di irak pada abad ke-6 H oleh Abul
Abbas Ahmad bin Ali Ar-Rifa’i. Ia lahir di daerah Irak bagian selatan,
tepatnya di Qaryah Hasan, dekat Basrah, sekitar tahun 1106 M.

7 Ibid. hlm.105
10

Namun, ada pula yang menyebutkan, ia dilahirkan pada 1118 M. Ia


adalah seorang tokoh sufi besar yang saleh, ahli hukum islam (faqih),
dan penganut mahdzab syaifi’i. Ia hidup sezaman dengan Syekh Abdul
Qadir Al-Jailani, Pendiri Tarekat Qadiriyah. Ajaran dasar Tarekat
Rifai’ah ada tiga, yaitu tidak meminta sesuatu, tidak menolak, dan
tidak menunggu.
Ia mendapat gelar muhyidin (penghidup agama) dan sayyid
al-‘arifin (penghulu para arif). Ia terkenal dengan tingkat
spiritualitasnya yang sangat tinggi. Menurut sejumlah literatur, Syekh
Ahmad Rifa’i ini dikenal sebagai orang yang sangat tawadhu dan
sangat menekankan pentingnya menjaga hubungan dengan Allah.
Mengenai makrifat, Rifa’i meriwayatkan sebagai berikut:
“penyaksian adalah kehadiran dalam makna kedekatan kepada Allah
disertai dengan ilmu yakin dan tersingkapnya realitas-realitas secara
benar dan yakin”.8
Di Indonesia, Tarekat rifa’i tersebar luas di daerah Aceh terutama
pada bagian barat dan utara, di Jawa, Sumatera Barat dan Sulawesi.
Tarekat ini terkenal dengan permainan debus dan rebana yang dikenal
di Aceh dengan nama Rafa’i. yang memiliki makna tabuhan rabana
yang berasal dari perkataan pendiri dan penyiar tarekat ini. dan di
Sumatra Barat dengan nama Bada Bu’ih.
Sejumlah pengikutnya meyakini Syekh Ar-Rifa’i mendapat
anugerah dari Allah sebagai salah satu orang yang mampu
menyembuhkan penyakit lepra, kebutaan, dan lainnya. Sejak kecil, ia
sudah memiliki berbagai keistimewaan. Pada usia 21, ia sudah
mendapatkan ijazah dari pamannya untuk mengajar. Syekh Ahmad
Rifa’i wafat pada 587 H.
Ciri khas Tarekat Rifaiyah ini adalah pelaksanaan zikirnya yang
dilakukan bersama-sama diiringi oleh suara gendang yang bertalu-talu.
Zikir tersebut dilakukannya sampai mencapai suatu keadaan dimana

8 Ibid. hlm.107
11

mereka dapat melakukan perbuatan-perbuatan yang menakjubkan,


antara lain berguling-guling dalam bara api, namun tidak terbakar
sedikit pun dan tidak mempan oleh senjata tajam.
4. Tarekat Ahmadiyah
Tarekat Ahmadiyah dinisbatkan kepada seorang wali kutub
(pemimpin wali) terkenal yang bernama al-Sayyid al-Hasib al-Nasib
Abu al-Abbas Sayyid Ahmad al-Badawi al-Syarif Ra. Beliau masih
keturunan Rasulullâh dari jalur Sayyidina Husain bin Ali.
Pada tahun 634 H, Syekh Ahmad Al-Badawi melakukan perjalanan
ke Thanta, sebuah desa kecil di sebelah utara Kairo (Mesir), dan
tinggal di sana sampai ia wafat. Di sinilah ia mulai mengarahkan
hidupnya sebagai seorang sufi. Perjalanan kesufiannya dimulai ketika
ia suatu waktu naik ke atap sebuah rumah, lalu mengarahkan matanya
pada sinar matahari, sampai matanya terasa sakit dan menjadi merah
bagaikan bara api. Sewaktu-waktu ia berteriak dengan keras dan
sesekali ia diam tanpa bersuara sedikitpun. Dalam keadaan demikian,
ia tidak makan dan minum selama kurang lebih 40 hari.
Ajaran tarekat dan tasawuf yang dikembangkan Tarekat
Ahmadiyah berkaitan dengan moral dan pengenalan Tuhan. Pokok
ajarannya antara lain adalah Al-Hilm (sopan santun), Al-Ilmu (ilmu
pengetahuan), As-Sakha (kedermawanan), Asy-Syafaqah
(menyayangi), As-Shabr (bersikap sabar), At-Taqwa (bertakwa), Al-
Faqr (bertasawuf/merasa butuh), At-Taubah (bertaubat), Az-Zuhd
(bersikap zuhud) dan At-Tafakkur (berfikir tentang ciptaan Allah
SWT).
Ajaran tarekat Ahmadiyah yang paling menarik murid-muridnya
adalah: “ barangsiapa tidak berilmu, maka ia tidak bernilai, baik
didunia maupun diakhirat. Barangsiapa tidak dermawan maka dia tidak
punya bagian hartanya. Barangsiapa tidak bersifat kasih sayang
terhadap makhluk Allah maka dia tidak berhak tehadap pertolongan
Allah. Barangsiapa tidak bersabar maka dia tidak akan selamat dalam
12

berbagai hal. Barangsiapa tidak bertakwa kepada Allah maka dia tidak
berkedudukan diahadapan Allah. Bdan barangsiapa terhalang dari hal-
hal tersebut semua maka dia tidak mempunyai tempat dalam syurga”.
5. Tarekat Naqsabandiyah
Pendiri Tarekat Naqsyabandiyah adalah seorang pemuka tasawuf
yang terkenal yakni, Muhammad bin Muhammad Baha’ al-Din al-
Uwaisi al-Bukhari Naqsyabandi (717 H/1318 M-791 H/1389 M),
dilahirkan di sebuah desa Qashrul Arifah, kurang lebih 4 mil dari
Bukhara tempat lahir Imam Bukhari.
Tarekat Naqsyabandiyah adalah sebuah tarekat yang mempunyai
dampak dan pengaruh yang sangat besar kepada masyarakat muslim di
berbagai wilayah yang berbeda-beda. Tarekat ini pertama kali berdiri
di Asia Tengah kemudian meluas ke Turki, Suriah, Afganistan, dan
India. Di Asia tengah bukan hanya di kota-kota penting, melainkan di
kampung-kampung kecil pun tarekat ini
mempunyai zawiyah (padepokan sufi) dan rumah peristirahatan
Naqsyabandi sebagai tempat berlangsungnya aktivitas keagamaan
yang semarak.
Tarekat yang berkembang di Indonesia adalah Tarekat
Naqsyabandiyah, merupakan tarekat yang jumlah pengikutnya terbesar
dan paling luas jangkauan penyebarannya.Tarekat ini tersebar hampir
ke seluruh provinsi yang ada di tanah air, yakni sampai ke Jawa,
Sulawesi Selatan, Lombok, Madura, Kalimantan Selatan, Sumatera,
Semenanjung Malaya, Kalimantan Barat, dan daerah-daerah lainnya.
Inilah satu-satunya tarekat yang terwakili di semua provinsi yang
berpenduduk mayoritas muslim. Berbeda dengan tarekat lain, Tarekat
Naqsyabandiyah tidak hanya menyeru kepada lapisan sosial tertentu
saja, para pengikutnya berasal dari wilayah perkotaan sampai ke
pedesaan, di kota-kota kecil serta ada juga di kota-kota besar, dan dari
semua kelompok profesi. Ada beberapa cabang atau aliran Tarekat
Naqsyabandiyah, seperti: Qadariyah Naqsyabandiyah,
13

Naqsyabandiyah Khalidiyah, Naqsyabandiyah Samaniyah dan


Naqsyabandiyah Mazhariyah. Salah satu dari Tarekat Naqsyabandiyah
yang cukup banyak pengikutnya adalah Tarekat Naqsyabandiyah
Khalidiyah yang dikembangkan oleh Prof. DR. Kadirun Yahya, MSc
(dikenal dengan sebutan syeikh Kadirun, yang sekaligus
sebagai Mursyid).
Pokok-pokok ajaran Thoriqoh Naqsabandiyah:
• Berpegang teguh dengan akidah ahli Sunnah
• Meninggalkan Rukhshah
• Memilih hukum yang azimah
• Senantiasa dalam muraqabah
• Tetap berhadapan dengan Tuhan
• Senantiasa berpaling dari kemegahan dunia.
• Menghasilkan makalah hudur (kemampuan menghadirkan Tuhan
dalam hati)
• Menyendiri di tengah-tengah ramai serta menghiasi diri dengan hal-
hal yang memberi faedah
• Berpakaian dengan pakaian orang mukmin biasa.
• Zikir tanpa suara
• Mengatur nafas tanpa lali dari Allah
• Berakhlak dengan akhlak Nabi Muhammad SAW

6. Tarekat Mawlawiyah
Nama Mawlawiyah berasal dari kata Mawlana (guru kami) yaitu
gelar yang diberikan murid-muridnya kepada seorang sufi penyair
terbesar Persia yakni Muhammad Jalal al-Din al-Rumi ( w. 1273).
Oleh karena itu, jelas bahwa Rumi adalah pendiri tarekat ini yang
didirikan 15 tahun sebelum Rumi meninggal dunia. Salah satu
mursyidnya yang terkenal dan bermarkas di California, Amerika
Serikat adalah Syekh Kabir Helminski.
14

Tentang ajaran Rumi, pada dasarnya dirangkum dalam tiga trilogi


metafisik, yaitu Tuhan, Alam dan Manusia. Tuhan dalam pemahaman
Rumi adalah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Lahir dan Yang Batin. Yang
Awal bagi Rumi adalah akumulasi dari rasa rindu yang mendalam
manusia terhadap asal-usul mereka yang sering tidak mereka sadari,
dalam hal ini manusia sebagai pecinta dan Tuhan sebagai Kekasih.
Yang Akhir dimaknai Rumi sebagai sebuah daya tarik luar biasa dan
memesona sehingga dapat menarik apapun yang ada kembali kepada-
Nya (dalam hal ini Allah sebagai Tujuan). Yang Lahir bagi Rumi
adalah alam fisik ini adalah Tuhan dalam penyamaran. Ia adalah
fenomena yang memberi isyarat pada realitas yang terdalam. Dalam
hal ini dunia yang lahir adalah petunjuk bagi dunia yang batin.
Sehingga Yang Batin bagi Rumi adalah realitas yang paling mendasar
dan memerlukan mata lain yang lebih peka.
Alam sendiri bagi Rumi diciptakan oleh Tuhan dengan motif cinta.
Cinta Tuhan merembas kepada seluruh alam dan berbalik mencinta
Sang Pencipta. Selanjutnya, manusia dalam pandangan Rumi adalah
tujuan akhir dari segala penciptaan. Manusia diciptakan sebagai wakil
Tuhan di muka bumi dan manusia perlu mengembangkan dan
mengaktualkan setiap potensi yang dimilikinya.
Lalu mengenai ajaran pada tarekat, salah satunya ialah
mempraktekkan ritual sama’ (tarian berputar para darwis) yang
biasanya diadakan seusai shalat jum’at. Tarian ini diiringi oleh musik
dan nyanyian, tentu dimulai dengan pujian penghormatan terhadap
Nabi Muhammad saw. dan berakhir dengan nyanyian dengan nada
pendek dan penuh semangat dalam bahasa Turki. Ritual sama’ menurut
Rumi adalah makanan rohani seperti zikir yang didalamnya manusia
berputar mengitari pusat gaya berat rohani, yaitu Tuhan. Menjadi
anggota Mawlawiyah diharuskan mempelajari al-Masnawi selama
latihannya yaitu pembacaan yang benar, teknik tarian berputar dan
silsilah dari guru hingga ke Rasulullah saw.
15

7. Tarekat Kubrawiyah
Pendiri Tarekat Kubrâwiyah adalah al-Imâm al-Zâhid al-Qudwah
al-Muhaddits al-Syâhid Shâni al-Auliyâ’ Abû al-Jannâbi Ahmad Ibn
‘Umar Ibnu Muhammad Najmu al-Dîn Kubrâ al-Khawarasmi al-
Khauwaqiyi yang lahir tahun 540 H. dan wafat pada tahun 618 H.
Beliau mempunyai empat julukan, antara lain adalah; Shani’ul Auliyâ’,
Abûl Jannabi, al-Kubrâ, dan al-Khawarasmi al-Khawwaqi.
Beliau dijuluki Shani’ul Auliyâ’ karena ada dua pandangan;
pertama, secara ma’qul (rasional) dan kedua,
secara manqul (irrasional). Secara rasional, karena murid beliau
banyak yang menjadi wali dan menjadi orang-orang salih. Sebab yang
irrasional, ketika beliau melihat seseorang yang dalam kondisi mabuk
(jadzâb) maka orang tersebut akan menjadi seorang wali.
Peraturan-peraturan dari tarekat ini, ada delapan prinsip yaitu: 1)
wudhu, 2) shaum, 3) shamt(berdiam), 4) mengasingkan diri(khalwat),
5) zikir dengan kalimat laa ilaa hailallah, 6) murid harus senantiasa
memelihara keterikatan hatinya dengan sang syekh, 7) segala
kekhawatiran(buruk sangka) dengan syekh harus disingkirkan, 8) sang
murid haruslah menyerahkan dirinya pada kehendak tuhan dan tidak
pernah menolak atas apa yang tuhan perintahkan padanya; sang murid
juga tidak boleh berdo’a demi beroleh syurga, ataupun terhindar dari
neraka.9

8. Tarekat Nikmatullahi
Tarekat Ni’matullah dirikan oleh Syekh Nuruddin Muhammad
Ni’matullah dilahirkan di Aleppo pada tanggal 14 Rabiul Awwal 731 H
(1331 M) dan wafat pada tahun 1431 di Mahan dekat Kirman
baratdaya Iran. Para pengikutnya terutama terdapat di Iran dan India.
Tarikat Ni’matullahiyah tersebar ke India pada masa hayat Syah
Ni’matullah melalui perantara cucunya, Syah Nurullah dan tak

9 Ibid. hlm.113
16

mengherankan, akhirnya sangat aktif di Iran. Sekarang khanaqah-


khanaqah dari cabang tarikat tersebut terdapat di beberapa kota besar
dan kecil di Amerika Serikat, Eropa Barat (termasuk Inggris), Australia
dan Afrika. Karena itu tidak berlebihan untuk dikatakan bahwa
sekarang tarikat Ni’matullahiyah merupakan tarikat internasionalyang
diikuti oleh dunia internasional dari banyak bangsa.
Syah Ni’mat Allah bersikeras mengikuti para pendahulunya
dengan tidak memisahkan tarekat dari hukum illahi(syari’at) karena
berkeyakinan bahwa hakikat hanya bias dicapai dengan memadukan
keduanya,mengutip kata-katanya sendiri:10
“ syari’at adalah ilmu tentang teori agam, sementara tarekat
adalah pengamalannya.
Dan jika engkau menggabungkan teori dan praktik dengan tulus
semata-mata karena Allah itulah dinamakan hakikat.”
Sebelum pencari jalan (sufi) memasuki apa yang diistilahkan
sebagai ‘lingkaran kemiskinan spritual’, dia dituntut untuk menyatakan
lima komitmen kepada Syaikh. Dia harus (1) mengikuti dan mentaati
syari’ah, dengan ujian, jika belum memeluk Islam sebelumnya dengan
mengucapkan syahadat dan menambahnya dengan kesaksian lain
bahwa “Ali adalah wali Allah”; (2) menyatakan komitmen untuk
berbuat baik kepada semua makhluk Allah; (3) bersumpah kepada diri
sendiri untuk menjaga rahasia Tarikat; (4) setuju melayani dan
mematuhi syaikh tanpa mempertanyakannya dan (5) menyatakan
dalam hati untuk berkorban dan menyiapkan makan khusus dari
daging biri-biri untuk dibagi-bagikan kepada saudara sesamanya.
Selanjutnya, Tarikat Ni’matullahiyah secara khas mengidentifikasikan
lima prinsip yang harus dilaksanakan oleh setiap pengikutnya. Prinsip-
prinsip itu terdiri dari (1) zikr, (2) fikr, (3) muraqabah, (4) muhasabah,
dan (5) wirid.

10 Ibid. hlm.116
17

9. Tarekat Chitiyyah
Tarekat ini dinisbatkan namanya kepada pendirinya yang bernama
Khwajah Muin al-Din Hasan, yang lebih popular dipanggil Muin al-
Din Chisyti. Informasi tentang awal kehidupannya tidak diketahui.
Berdasarkan tanggal kematiannya, 6 Rajab 63 H/ 16 Maret 1236 M,
dihitung dari usianya yang dikenal mencapai 97 tahun, maka dapat
dipastikan bahwa dia lahir pada 536 H/ 1141-1142 M di Sijistan
(Sistan).
Tarekat ini menyebar dengan cepat. Pada masa itu, banyak orang
islam yang memeluk agama Islam berkat kerja keras para wali Chisyti.
Khutbah-khutbah mereka yang sederhana sekaligus di iringi dengan
tindakan yang nyata yang menunjukkan rasa cinta yang mendalam
terhadap Allah dan sesama manusia. Hal ini mampu mengundang
simpatik orang-orang hindu, terutama mereka yang berasal dari kasta
rendah. Anggota dari kasta yang lebih tinggi pun banyak yang
terkesan. Kenyataan bahwa khanaqah Chisytiyah menghindari
diskriminasi antar murid dan menjalankan paham masyarakat tak
berkelas ternyata berhasil menarik anggota baru kepada tarekat
mereka. Mu’in al-din menyederhanakan paham ajaranya dalam tiga
asas, yang mula-mula di susun oleh abu yazid al-busthami (w. 261
H./874 M.) yaitu bahwa seorang sufi harus memiliki ‘’kemurahan hati,
watak yang halus, dan kerendahan hati’’. Meskipun di perbatasan India
terkadang msih ada tentara muslim yang berbatasan dengan kaum
‘’kafir’’, namun islamisasi Negara India dicapai terutama dengan
dakwa sufistik para ulama, bukan dengan pedang. Begitulah sejarah
tarekat Chisytiyah yang berkembang pesat di India.

10. Tarekat Khalwatiyyah-Jarrahiyyah


Umumnya, nama sebuah tarekat diambil dari nama
sang pendiri tarekat bersangkutan, seperti Qadiriyah
dari Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani atau Naqsyabandiyah
18

dari Baha’uddin Naqsyabandi. Tapi Tarekat Khalwatiyah


justru diambil dari kata “khalwat”, yang artinya
menyendiri untuk merenung. Nama ini diambil karena
seringnya Syaikh Muhammad Al-Khalwati, pendiri
Tarekat Khalwatiyah, melakukan khalwat di tempat-
tempat sepi.
Secara “nasabiyah”, Tarekat Khalwatiyah merupakan cabang dari
Tarekat Az-Zahidiyah, cabang dari Al-Abhariyah, dan cabang dari As-
Suhrawardiyah, yang didirikan oleh Syaikh Syihabuddin Abi Hafs
Umar As-Suhrawardi Al-Baghdadi (539-632 H). Dalam
perkembangannya yang pesat, Tarekat Khalwatiyah melahirkan pula
cabang-cabangnya. Seperti di Anatolia Asia Kecil: Jarrahiyah,
Ighithashiyah, Usysyaqiyah, Niyaziah, Sunbuliyah, Syamaiyah,
Gulsaniyah dan Syujaiyah; di Mesir, Daifiyah, Hafnawiyah, Saba’iyah,
Sawiah Dardiyah, dan Magaziyah di Nubia, Hijaz dan Somalia:
Salihiyah dan Indonesia: Khalwatiyah Yusuf dan Khalwatiyah
Samman.
Nah pendiri tarekat Khalwatiyyah-Jarrahiyyah, Pir Nur Al-Din Al-
Jarrahi dilahirkan pada 1089 H/1678 M. Pada umur 19 tahun,dia telah
menyelesaikan studi dibidang hukum, sultan menunjuknya sebagi
ketua hakim ( qadhi) mesir , yang kemudian menjadi provinsi dalam
kekaisra ustmani. Ketika perjalanannya ke istambul ia bertemu dengan
pamannya,yang kemudian pamannya membawanya untuk menemui
syekh yang bernama Al-Hajj ‘Ali ‘Ala Al-Din Al-Kholwati
Konstendili. Selama 7 tahun dia belajar dengan syekh ini ,dan pada
umur 26 tahun dia dinyatakan sebagai seorang syekh. Ada 19 syekh
sebelumnya yang duduk pada tarekat ini, syekh yang ke-19 Al-Hajj
Syekh Muzaferreddin Al-Jerrahi Al-Khalwati yang memiliki tujuan “
mendapatkan sebanyak mungkin manusia yang mengulang-ulang
kalimat tauhid”.11

11 Ibid. hlm.121-122
19
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Tarekat adalah suatu jalan atau cara untuk mendekatkan diri kepada
Allah, dengan mengamalkan ilmu Tauhid, Fikih dan Tasawuf. Amalan
tarekat merupakan sebuah amalan ibadah sesuai dengan ajaran yang
dicontohkan oleh Rasulullah saw. dan dikerjakan oleh para sahabat,
tabi’in, dan tabi’ tabi’in secara turun temurun hingga kepada paraulama’
yang menyambung hingga pada masa kini.
Dalam tarekat, setidaknya ada lima unsur penting yang menjadi
dasar terbentuknya sebuah tarekat. Kelima hal tersebut adalah:1) Mursyid,
2) Baiat, 3) Silsilah, 4) Murid,5) Ajaran.
Didalam tarekat terdapat banyak aliran diantaranya: Tarekat
Qodiriyah, Tarekat Syadziliyah, Tarekat Rifaiyah, Tarekat Ahmadiyah,
Tarekat Naqsabandiyah, Tarekat Mawlawiyah, Tarekat Kubrawiyah,
Tarekat Nikmatullahi, Tarekat Chitiyyah, Tarekat Khalwatiyyah-
Jarrahiyyah. Namun itu hanya 10 aliran tarekat dari 83 tarekat didunia
yang masih eksis sampai saat ini.

B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan
saran yang memmbangun sngat diharapkan oleh penulis, agar bisa
memperbaiki makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

 Amin Syukur, tasawuf konstektual (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003).


 Zaprulkhan, Ilmu Tasawuf : sebuah kajian tematik.( Jakarta : Raja
Grafindo Persada, 2016).
 A. Fuad Said, Hakikat Tarikat Naqsyabandiyah.
 http://santrimahasiswangabdi.blogspot.com/2014/01/makalah-tarekat-
dalam-ilmu-tasawuf.html
 https://alif.id/read/redaksi/sabilus-salikin-3-tarekat-dalam-quran-dan-
hadis-b204984p/

Anda mungkin juga menyukai