MAKALAH
Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawwuf
Dosen Pengampu
Mat Romli M.Pd.I
Disusun
Oleh:
Siti Aisah
(21.01.01.0073) Suparni
(21.01.01.0074)
Disusun Oleh;
Sirojul Millah
SAMPANG 2023
KATA PENGANTAR
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Akhlak Tasawuf.
Daftar Isi
iii
Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar Isi................................................................................................................. iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH ......................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ......................................................................... 1
1.3 TUJUAN PENULISAN ........................................................................... 1
BAB II .....................................................................................................................
2
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2
2.1 PENGERTIAN TAREKAT ..................................................................... 2
2.3 TUJUAN TAREKAT .............................................................................. 4
iii
BAB I
PENDAHULUAN
b. Tujun tarekat ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Ajid Thohir, Gerakan Politik Kaum Tarekat: Telaah Historis Gerakan Politik Antikolonialisme
Tarekat Qadiriyah-Naqsabandiyah di Pulau Jawa, (Bandung : Pustaka Hidayah : 2002), hlm. 47.
2
dikerjakan oleh sahabat dan tabi’in turun temurun sampai kepada guru-guru,
sambung-menyambung dan rantai-merantai.”
Menurut Hamka
“ Antara makhluk dan khaliq ada perjalanan hidup yang harus kita
tempuh. Inilah yang dikatakan thoriqoh (jalan).”
“ Tarekat adalah jalan atau sistem yang ditempuh menuju keridhaan Allah
semata. Adapun ikhtiar dalam menempuh jalan itu dinamakan suluk, sedangkan
orangnya bernama salik. Jadi tarekat adalah saluran-saluran dari tasawuf.”
3
dan beberapa murid ini kelak akan menjadi guru pula. Boleh dikatakan bahwa
tarekat itu mensistematiskan ajaran dan metode-metode tasawuf. Guru
tarekat yang sama mengajarkan metode yang sama, zikir yang sama, muraqabah
yang sama. Seorang pengikut tarekat akan memperoleh kemajuan melalui
sederet amalan-amalan berdasarkan tingkat yang dilalui oleh semua pengikut
tarekat yang sama. Dari pengikut biasa (mansub) menjadi murid selanjutnya
pembantu Syaikh (khalifah-nya) dan akhirnya menjadi guru yang mandiri
(mursyid).
Tujuan utama pendirian berbagai tarekat oleh para sufi adalah untuk
membina dan mengarahkan seseorang agar bisa merasakan hakikat
Tuhannya dalam kehidupan sehari-hari melalui perjalanan ibadah yang
terarah dan sempurna. Dalam kegiatan semacam ini, biasanya seorang salik
(penempuh dan pencari hakikat ketuhanan) akan diarahkan oleh tradisi-
tradisi ritual khas yang terdapat dalam tarekat yang bersangkutan sebagai
upaya pengembangan untuk bisa menyampaikan mereka ke wilayah
hakikat atau makrifat kepada Allah ‘Azza Wa Jalla.
Setiap tarekat memiliki perbedaan dalam menentukan metode
dan prinsip-prinsip pembinaannya. meski demikian, tujuan utama setiap
tarekat tetaplah sama, yakni mengharapkan Hakikat Yang Mutlak,
Allah ‘Azza wa Jalla. Secara umum, tujuan utama setiap tarekat
adalah penekanan pada kehidupan akhirat, yang merupakan titik akhir
tujuan kehidupan manusia beragama. Sehingga, setiap aktivitas atau amal
perbuatan selalu diperhitungkan, apakah dapat diterima atau tidak oleh
Tuhan.
Karena itu, Muhammad Amin Al-Kurdi menekankan
pentingnya
seseorang masuk ke dalam tarekat, agar bisa memperoleh kesempurnaan
dalam beribadah kepada Tuhannya. Menurutnya, minimal ada tiga
tujuan bagi seseorang yang memasuki dunia tarekat untuk
menyempurnakan ibadah. Pertama, supaya “terbuka” terhadap sesuatu yang
diimaninya, yakni Zat Allah SWT, baik mengenai sifat-sifat, keagungan
maupun kesempurnaan-Nya, sehingga ia dapat mendekatkan diri kepada-Nya
secara lebih dekat lagi, serta untuk mencapai hakikat dan
kesempurnaan kenabian dan para sahabatnya. Kedua, untuk
membersihkan jiwa dari sifat-sifat dan akhlak yang keji, kemudian
menghiasinya dengan akhlak yang terpuji dan sifat-sifat yang diridhai
(Allah) dan berpegang pada para pendahulu (shalihin) yang telah
memiliki sifat-sifat itu. Ketiga, untuk menyempurnakan amal-amal syariat,
yakni memudahkan beramal shalih dan berbuat kebajikan tanpa menemukan
kesulitan dan kesusahan dalam melaksanakannya.
4
2.3 UNSUR-UNSUR DALAM TAREKAT
a. Mursyid
Mursyid adalah dianggap telah mencapai tahap mukasyafah, telah
terbuka tabir antara dirinya dan Tuhan. Mursyid atau guru atau master
atau pirbertugas menemani dan membimbing para penempuh jalan
spiritual untuk mendekati Allah, seperti yang terjadi pada diri sang guru.
Guru spiritual itu kadang disebut dengan istilah thayr al-quds (burung suci)
atau Khidir. Dalam tarekat, bimbingan guru yang telah mengalami
perjalanan rohani secara pribadi dan mengetahui prosedur-prosedur setiap
mikraj rohani adalah sangat penting. 2
b. Baiat
Baiat atau talqin adalah janji setia seorang murid kepada gurunya,
bahwa ia akan mengikuti apa pun yang diperintahkan oleh sang guru,
tanpa “reserve”.
c. Silsilah
Silsilah tarekat adalah “nisbah”, hubungan guru terdahulu sambung-
menyambung antara satu sama lain sampai kepada Nabi. Hal ini harus ada
sebab bimbingan keruhanian yang diambil dari guru-guru itu harus benar-
benar berasal dari Nabi. Kalau tidak demikian halnya berarti tarekat itu
terputus dan palsu, bukan warisan dari Nabi. 3
d. Murid
Murid atau kadang disebut salik adalah orang yang sedang mencari
bimbingan perjalanannya menuju Allah. Dalam pandangan pengikut
tarekat, seorang yang melakukan perjalanan rohani menuju Tuhan tanpa
bimbingan guru yang berpengalaman melewati berbagai tahap (maqamat)
dan mampu mengatasi keadaan jiwa (hal) dalam perjalanan spiritualnya,
maka orang tersebut mudah tersesat.4
2
Ahmad Najib Burhani, Tarekat tanpa Tarekat,(Jakarta, Serambi Ilmu Semesta : 2002), hlm. 36.
3
Sri Mulyati, dkk, Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia,
(Jakarta, Kencana : 2005), hal 9-10.
4
Ahmad Najib Burhani, Tarekat tanpa Tarekat,(Jakarta, Serambi Ilmu Semesta : 2002), hlm. 37.
5
e. Ajaran
Ajaran adalah praktik-praktik dan ilmu-ilmu tertentu yang diajarkan
dalam sebuah tarekat. Biasanya, masing-masing tarekat memiliki
kekhasan ajaran dan metode khusus dalam mendekati Tuhan. Guru-
guru tarekat yang sama mengajarkan metode yang sama kepada murid-
muridnya.
Tarekat Qadiriyyah
Tarekat Naqsyabandiyah
Tarekat Syadziliyah
Tarekat Syathariyah
Tarekat Sammaniyah
Tarekat Tijaniyah
Tarekat Qadiriyyah-Naqsyabandiyah
5
Sholikhin, K.H Muhammad. Menyatu Diri Dengan Ilahi. (2010). Indonesia: Penerbit Narasi.
Jurnal Iman dan Spiritualitas, Vol 1, No 4, 2021. (2021). (n.p.): Prodi S2 Studi Agama-Agama
UIN Sunan Gunung Djati Bandung.https://www.nu.or.id/warta/thariqah-al-mu039tabarah-dari-
waktu-ke-waktu-HEA6e diakses pada 11 Juli 2022 pukul 13.00 WIB
6
2.5 SEJARAH PERKEMBANGAN TAREKAT DALAM ISLAM
Pada awalnya, tarekat itu merupakan bentuk praktik ibadah yang diajarkan
secara khusus kepada orang tertentu. Misalnya, Rasulullah mengajarkan
wirid atau zikir yang perlu diamalkan oleh Ali ibn Abi Thalib. Atau, Nabi saw.
memerintahkan kepada sahabat A untuk banyak mengulang-ulang kalimat tahlil
dan tahmid. Pada sahabat B, Muhammad memerintahkan untuk banyak
membaca ayat tertentu dari surat dalam Alquran. Ajaran-ajaran khusus
Rasulullah itu disampaikan sesuai dengan kebutuhan penerimanya, terutama
berkaitan dengan faktor psikologis.
Pada abad pertama Hijriyah mulai ada perbincangan tentang teologi,
dilanjutkan mulai ada formulasi syariah. Abad kedua Hijriyah mulai muncul
tasawuf. Tasawuf terus berkembang dan meluas dan mulai terkena pengaruh
luar. Salah satu pengaruh luar adalah filsafat, baik filsafat Yunani, India,
maupun Persia. Muncullah sesudah abad ke-2 Hijriyah golongan sufi yang
mengamalkan amalan-amalan dengan tujuan kesucian jiwa untuk taqarrub
kepada Allah. Para sufi kemudian membedakan pengertian-pengertiansyariat,
tahriqat, haqiqat, dan makrifat. Menurut mereka syariah itu untuk
memperbaiki amalan-amalan lahir, thariqat untuk memperbaiki amalan-
amalan batin (hati), haqiqat untuk mengamalkan segala rahasia yang gaib,
sedangkan makrifat adalah tujuan akhir yaitu mengenal hakikat Allah baik zat,
sifat maupun perbuatanNya. Orang yang telah sampai ke tingkat makrifat
dinamakan wali. Kemampuan luar biasa yang dimilikinya disebut karamat
atau supranatural, sehingga dapat terjadi pada dirinya hal-hal yang luar biasa
yang tidak terjangkau oleh akal, baik di masa hidup maupun sudah
meninggal. Syaikh Abdul Qadir Jaelani (471-561/1078-1168) menurut
pandangan sufi adalah wali tertinggi disebut quthub al-auliya (wali
quthub).
Pada abad ke-5 Hijriyah atau 13 Masehi barulah muncul tarekat sebagai
kelanjutan kegiatan kaum sufi sebelumnya. Hal ini ditandai dengan setiap
silsilah tarekat selalu dihubungkan dengan nama pendiri atau tokoh-tokoh sufi
yang lahir pada abad itu. Setiap tarekat mempunyai syaikh, kaifiyah zikir dan
upacara ritual
7
masing-masing. Biasanya syaikh atau mursyid mengajar murid-muridnya
di asrama latihan rohani yang dinamakan suluk atau ribath..
Kehadiran tasawuf berikut lembaga-lembaga tarekatnya di Indonesia,
sama tuanya dengan kehadiran Islam itu sendiri sebagai agama yang masuk di
kawasan ini. Namun, tampaknya, dari sekian banyak tarekat yang ada di seluruh
dunia, hanya ada beberapa tarekat yang bisa masuk dan berkembang di
Indonesia. Hal itu dimungkinkan di antaranya karena faktor kemudahan sistem
komunikasi dalam kegiatan transmisinya. Tarekat yang masuk ke Indonesia
adalah tarekat yang populer di Makkah dan Madinah, dua kota yang saat itu
menjadi pusat kegiatan dunia Islam. Faktor lain adalah karena tarekat-tarekat itu
dibawa langung oleh tokoh-tokoh pengembangnya yang umumnya berasal dari
Persia dan India. Kedua negara ini dikenal memiliki hubungan yang khas
dengan komunitas Muslim pertama di Indonesia
a. Zikir, yaitu ingat yang terus menerus kepada Allah dalam hati serta
menyebutkan namanya dengan lisan. Zikir ini berguna sebagai alat control
8
bagi hati, ucapan dan perbuatan agar tidak menyimpang dari garis yang sudah
ditetapkan Allah.
b. Ratib, yaitu mengucap lafal la ilaha illa Allah dengan gaya, gerak dan irama
tertentu.
c. Murzik, yaitu dalam membacakan wirid-wirid dan syair-syair tertentu diiringi
dengan bunyi-bunyian (instrumentalia) seperti memukul rabana.
d. Menari, yaitu gerak yang dilakukan mengiringi wirid-wirid dan bacaan-bacaan
tertentu untuk menimbulkan kekhidmatan.
e. Bernafas, yaitu mengatur cara bernafas pada waktu melakukan zikir yang
tertentu.
Selain itu Mustafa Zahri mengatakan bahwa untuk mencapai tujuan tarikat
sebagaimana disebutkan di atas, perlu mengadakan latihan batin, riadah, dan
mujahadah (perjuangan kerohanian). Perjuangan seperti itu dinamakan pula suluk
dan yang mengerjakan disebut salik
9
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan yang diatas dapat kita ambil kesimpulan yaitu : Istilah
tarekat diambil dari bahasa Arab thariqah yang berarti jalan atau metode.
Sedangkan pengertian tarekat secara istilah adalah suatu jalan atau cara untuk
mendekatkan diri kepada Allah, dengan mengamalkan ilmu Tauhid, Fikih dan
Tasawuf. Ia bisa juga berarti sebuah pengorganisasian dari tasawuf.
Unsur-unsur terpenting dalam tarekat ada lima: 1. Mursyid (guru), 2. Baiat
(janji setia), 3. Silsilah (hubungan antar guru), 4. Murid, dan 5. Ajaran.
Adapun tujuan utama pendirian berbagai tarekat oleh para sufi adalah
untuk membina dan mengarahkan seseorang agar bisa merasakan hakikat
Tuhannya dalam kehidupan sehari-hari melalui perjalanan ibadah yang terarah
dan sempurna.
Pada awalnya, tarekat itu merupakan bentuk praktik ibadah yang diajarkan secara
khusus kepada orang tertentu. Misalnya, Rasulullah mengajarkan wirid atau zikir
yang perlu diamalkan oleh Ali ibn Abi Thalib. Kemudian kemunculan tarekat
sendiri diawali dengan pengklasifikasian antara syariat, tahriqat, haqiqat, dan
makrifat oleh para sufi. Barulah pada abad ke-5 Hijriyah atau 13 Masehi muncul
tarekat sebagai kelanjutan dari pemikiran kaum sufi tersebut.
3.2 SARAN
Dalam memahami tarekat tidak cukup hanya dengan mempelajari sekilas saja.
Karena seluk-beluk tarekat sangatlah rumit dan penuh dengan teka-teki. Sebab
ruang lingkup tarekat adalah spiritual yang tidak bisa dipelajari kecuali dengan
pengalaman batiniyah tersendiri.
10
DAFTAR PUSTAKA
Ajid Thohir, 2002. Gerakan Politik Kaum Tarekat: Telaah Historis Gerakan
Politik Antikolonialisme Tarekat Qodiriyah-Naqsabandiyah di Pulau
Jawa. Bandung: Pustaka Hidayah.
Ahmad Najib Burhani, 2002. Tarekat tanpa Tarekat. Jakarta: Serambi Ilmu
Semesta.
Sri Mulyati, dkk, 2005. Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di
Indonesia. Jakarta: Kencana
https://pengertiankomplit.blogspot.com/2017/09/pengertian-thoriqoh.html
http://www.sarjanaku.com/2011/11/pengertian-tarekat-dan-sejarah.html#
https://www.academia.edu/6512162/MAKALAH_TAREKAT
11