Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang lah memberi rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam
semoga tercurah limpahkan kepada Nabi kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Kami selaku penyusun makalah ini mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Hj.Rahmawati,Mpd.i selaku pengajar mata kuliah Akhlak Tasawuf yang telah
memberi kepercayaan kepada kami untuk menyusun makalah ini yang berjudul
“Tarekat”.
Akhir kata kami ucapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi kami selaku
penyusun khususnya dan juga pembaca umumnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan Masalah.................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
A. Pengertian Tarekat................................................................................ 3
B. Unsur-Unsur Tarekat............................................................................ 4
C. Tujuan Tarekat...................................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tarekat merupakan bagian dari ilmu tasawuf. Namun tak semua orang yang
mempelajari tasawuf terlebih lagi belum mengenal tasawuf akan faham
sepenuhnya tentang tarekat. Banyak orang yang memandang tarekat secara sekilas
akan menganggapnya sebagai ajaran yang diadakan di luar Islam (bid’ah), padahal
tarekat itu sendiri merupakan pelaksanaan dari peraturan-peraturan syari’at Islam
yang sah. Namun perlu kehati-hatian juga karena tidak sedikit tarekat-tarekat
yang dikembangkan dan dicampuradukkan dengan ajaran-ajaran yang
menyeleweng dari ajaran Islam yang benar. Oleh sebab itu, perlu diketahui bahwa
ada pengklasifikasian antara tarekat muktabarah (yang dianggap sah) dan ghairu
muktabarah (yang tidak dianggap sah).
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
E. Pengertian Tarekat
Pengertian Tarekat Menurut Jaiz (2005 : 119) tarekat berasal dari bahasa
arab yaitu thariqah yang artinya jalan. Kemudian mereka maksudkan sebagai jalan
menuju tuhan; ilmu batin, tasawuf. Sedangkan menurut Mustofa (2010: 280),
istilah tarekat berasal dari kata At-Tariq (jalan) menuju kepada hakikat, atau
dengan kata lain pengalaman syariat. Menurut Huda (2008: 61) secara istilah,
tarekat mengandung arti jalan menuju Allah guna mendapatkan ridha-Nya dengan
cara manaati ajaran-Nya. Menurut L. massignon dalam buku Mustofa (2010: 281)
yang pernah mengadakan penelitian terhadap kehidupan tasawuf dibeberapa
Negara islam, menarik suatu kesimpulan bahwa istilah tarekat mempunyai dua
macam pengertian, yaitu:
a) Tarekat yang diartikan sebagai pendidikan kerohanian yang sering
dilakukan oleh orang-orang yang menempuh kehidupan tasawuf, untuk
mencapai suatu tingkatan kerohanian yang disebut ”Al-Maqamat” dan
“Al-Ahwal”. Pengertian yang seperti ini, menonjol sekitar abad ke-IX dan
ke-X Masehi.
a) Jalan kepada Allah dengan mengamalkan ilmu Tauhid, Fikih dan Tasawuf.
3
Berdasarkan beberapa definisi yang tersebut di atas, jelaslah bahwa
thariqat adalah suatu jalan atau cara untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan
mengamalkan ilmu Tauhid, Fikih dan Tasawuf.2
Tarekat juga berarti organisasi yang tumbuh seputar metode sufi yang
khas. Pada masa permulaan, setiap guru sufi dikelilingi oleh lingkaran murid
mereka dan beberapa murid ini kelak akan menjadi guru pula. Boleh dikatakan
bahwa tarekat itu mensistematiskan ajaran dan metode-metode tasawuf. Guru
tarekat yang sama mengajarkan metode yang sama, zikir yang sama, muraqabah
yang sama. Seorang pengikut tarekat akan memperoleh kemajuan melalui sederet
amalan-amalan berdasarkan tingkat yang dilalui oleh semua pengikut tarekat yang
sama. Dari pengikut biasa (mansub) menjadi murid selanjutnya pembantu Syaikh
(khalifah-nya) dan akhirnya menjadi guru yang mandiri (mursyid).3
F. Unsur-Unsur Tarekat
Dalam tarekat, setidaknya ada lima unsur penting yang menjadi dasar
terbentuknya sebuah tarekat. Kelima hal tersebut adalah:
1. Mursyid
2
Ibid.
3
Sri Mulyati, dkk, Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia,
hlm. 8.
4
Ahmad Najib Burhani, Tarekat tanpa Tarekat, hlm. 36.
4
2. Baiat
Baiat atau talqin adalah janji setia seorang murid kepada gurunya, bahwa
ia akan mengikuti apa pun yang diperintahkan oleh sang guru, tanpa
“reserve”.5
3. Silsilah
4. Murid
Murid atau kadang disebut salik adalah orang yang sedang mencari
bimbingan perjalanannya menuju Allah. Dalam pandangan pengikut
tarekat, seorang yang melakukan perjalanan rohani menuju Tuhan tanpa
bimbingan guru yang berpengalaman melewati berbagai tahap (maqamat)
dan mampu mengatasi keadaan jiwa (hal) dalam perjalanan spiritualnya,
maka orang tersebut mudah tersesat.
5. Ajaran
G. Tujuan Tarekat
Tujuan utama pendirian berbagai tarekat oleh para sufi adalah untuk
membina dan mengarahkan seseorang agar bisa merasakan hakikat Tuhannya
dalam kehidupan sehari-hari melalui perjalanan ibadah yang terarah dan
sempurna. Dalam kegiatan semacam ini, biasanya seorang salik (penempuh dan
pencari hakikat ketuhanan) akan diarahkan oleh tradisi-tradisi ritual khas yang
5
Ibid, hlm. 37.
5
terdapat dalam tarekat yang bersangkutan sebagai upaya pengembangan untuk
bisa menyampaikan mereka ke wilayah hakikat atau makrifat kepada Allah ‘Azza
wa Jalla. Setiap tarekat memiliki perbedaan dalam menentukan metode dan
prinsip-prinsip pembinaannya. meski demikian, tujuan utama setiap tarekat
tetaplah sama, yakni mengharapkan Hakikat Yang Mutlak, Allah ‘Azza wa Jalla.
Secara umum, tujuan utama setiap tarekat adalah penekanan pada kehidupan
akhirat, yang merupakan titik akhir tujuan kehidupan manusia beragama.
Sehingga, setiap aktivitas atau amal perbuatan selalu diperhitungkan, apakah
dapat diterima atau tidak oleh Tuhan.
Pada awalnya, tarekat itu merupakan bentuk praktik ibadah yang diajarkan
secara khusus kepada orang tertentu. Misalnya, Rasulullah mengajarkan wirid
atau zikir yang perlu diamalkan oleh Ali ibn Abi Thalib. Atau, Nabi saw.
memerintahkan kepada sahabat A untuk banyak mengulang-ulang kalimat tahlil
dan tahmid. Pada sahabat B, Muhammad memerintahkan untuk banyak membaca
ayat tertentu dari surat dalam Alquran. Ajaran-ajaran khusus Rasulullah itu
6
Ajid Thohir, Op.Cit., hlm. 55-56.
6
disampaikan sesuai dengan kebutuhan penerimanya, terutama berkaitan dengan
faktor psikologis.
Pada abad ke-5 Hijriyah atau 13 Masehi barulah muncul tarekat sebagai
kelanjutan kegiatan kaum sufi sebelumnya. Hal ini ditandai dengan setiap silsilah
tarekat selalu dihubungkan dengan nama pendiri atau tokoh-tokoh sufi yang lahir
pada abad itu. Setiap tarekat mempunyai syaikh, kaifiyah zikir dan upacara ritual
masing-masing. Biasanya syaikh atau mursyid mengajar murid-muridnya di
asrama latihan rohani yang dinamakan suluk atauribath.
7
yang populer di Makkah dan Madinah, dua kota yang saat itu menjadi pusat
kegiatan dunia Islam. Faktor lain adalah karena tarekat-tarekat itu dibawa langung
oleh tokoh-tokoh pengembangnya yang umumnya berasal dari Persia dan India.
Kedua negara ini dikenal memiliki hubungan yang khas dengan komunitas
Muslim pertama di Indonesia.7
7
Aboebakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarekat (Uraian Tentang Mistik), hlm. 303.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah tarekat diambil dari bahasa Arab thariqah yang berarti jalan atau
metode. Sedangkan pengertian tarekat secara istilah adalah suatu jalan atau
cara untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan mengamalkan ilmu
Tauhid, Fikih dan Tasawuf. Ia bisa juga berarti sebuah pengorganisasian
dari tasawuf.
Unsur-unsur terpenting dalam tarekat ada lima: 1. Mursyid (guru), 2. Baiat
(janji setia), 3. Silsilah (hubungan antar guru), 4. Murid, dan 5. Ajaran.
Adapun tujuan utama pendirian berbagai tarekat oleh para sufi adalah
untuk membina dan mengarahkan seseorang agar bisa merasakan hakikat
Tuhannya dalam kehidupan sehari-hari melalui perjalanan ibadah yang
terarah dan sempurna.
Pada awalnya, tarekat itu merupakan bentuk praktik ibadah yang diajarkan
secara khusus kepada orang tertentu. Misalnya, Rasulullah mengajarkan
wirid atau zikir yang perlu diamalkan oleh Ali ibn Abi Thalib. Kemudian
kemunculan tarekat sendiri diawali dengan pengklasifikasian antara
syariat, tahriqat, haqiqat, dan makrifat oleh para sufi. Barulah pada abad
ke-5 Hijriyah atau 13 Masehi muncul tarekat sebagai kelanjutan dari
pemikiran kaum sufi tersebut. Sedangkan kehadiran tarekat di Indonesia
sama tuanya dengan kehadiran Islam. Namun hanya ada beberapa tarekat
yang bisa masuk dan berkembang di Indonesia.
B. Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
Aboebakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarekat (Uraian Tentang Mistik), hlm. 303.
10