Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang lah memberi rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam
semoga tercurah limpahkan kepada Nabi kita yakni Nabi Muhammad SAW.

Kami selaku penyusun makalah ini mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Hj.Rahmawati,Mpd.i selaku pengajar mata kuliah Akhlak Tasawuf yang telah
memberi kepercayaan kepada kami untuk menyusun makalah ini yang berjudul
“Tarekat”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari


kesempurnaan karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun tetap kami nantikan demi kemajuan penulisan
makalah selanjutnya.

Akhir kata kami ucapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi kami selaku
penyusun khususnya dan juga pembaca umumnya.

Bandar Lampung, 03 April 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................. 1

C. Tujuan Masalah.................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3

A. Pengertian Tarekat................................................................................ 3

B. Unsur-Unsur Tarekat............................................................................ 4

C. Tujuan Tarekat...................................................................................... 5

D. Sejarah dan Perkembangan Tarekat...................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tarekat merupakan bagian dari ilmu tasawuf. Namun tak semua orang yang
mempelajari tasawuf terlebih lagi belum mengenal tasawuf akan faham
sepenuhnya tentang tarekat. Banyak orang yang memandang tarekat secara sekilas
akan menganggapnya sebagai ajaran yang diadakan di luar Islam (bid’ah), padahal
tarekat itu sendiri merupakan pelaksanaan dari peraturan-peraturan syari’at Islam
yang sah. Namun perlu kehati-hatian juga karena tidak sedikit tarekat-tarekat
yang dikembangkan dan dicampuradukkan dengan ajaran-ajaran yang
menyeleweng dari ajaran Islam yang benar. Oleh sebab itu, perlu diketahui bahwa
ada pengklasifikasian antara tarekat muktabarah (yang dianggap sah) dan ghairu
muktabarah (yang tidak dianggap sah).

Memang seluk-beluk tarekat tidak bisa dijabarkan dengan mudah karena


setiap tarekat-tarekat tersebut memiliki filsafat dan cara pelaksanaan amal ibadah
masing-masing. Oleh karena itu, penulis berusaha menjelaskan tentang tarekat
dalam makalah ini. Meskipun makalah ini tidak bisa memuat hal-hal yang
berkaitan dengan tarekat secara menyeluruh, tapi paling tidak makalah ini cukup
mampu untuk memperkenalkan kita pada terekat tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada


makalah ini adalah:

1. Apa pengertian tarekat?

2. Apa saja unsur-unsur tarekat?

3. Apa tujuan tarekat?

4. Bagaimana sejarah dan perkembangan tarekat?

1
C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui apa pengertian tarekat.

2. Untuk mengetahui apa saja unsur-unsur tarekat.

3. Untuk mengetahui apa tujuan tarekat.

4. Untuk mengetahui bagaimana sejarah dan perkembangan tarekat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

E. Pengertian Tarekat

Pengertian Tarekat Menurut Jaiz (2005 : 119) tarekat berasal dari bahasa
arab yaitu thariqah yang artinya jalan. Kemudian mereka maksudkan sebagai jalan
menuju tuhan; ilmu batin, tasawuf.  Sedangkan menurut Mustofa (2010: 280),
istilah tarekat berasal dari kata At-Tariq (jalan) menuju kepada hakikat, atau
dengan kata lain pengalaman syariat. Menurut Huda (2008: 61) secara istilah,
tarekat mengandung arti jalan menuju Allah guna mendapatkan ridha-Nya dengan
cara manaati ajaran-Nya. Menurut L. massignon dalam buku Mustofa (2010: 281)
yang pernah mengadakan penelitian terhadap kehidupan tasawuf dibeberapa
Negara islam, menarik suatu kesimpulan bahwa istilah tarekat mempunyai dua
macam pengertian, yaitu:
a) Tarekat yang diartikan sebagai pendidikan kerohanian yang sering
dilakukan oleh orang-orang yang menempuh kehidupan tasawuf, untuk
mencapai suatu tingkatan kerohanian yang disebut ”Al-Maqamat” dan
“Al-Ahwal”. Pengertian yang seperti ini, menonjol sekitar abad ke-IX dan
ke-X Masehi.

b) Tarekat yang diartikan sebagai perkumpulan yang didirikan menurut


aturan yang telah dibuat oleh seorang Syekh yang menganut aliran tarekat
tertentu. Maka dalam perkumpulan itulah seorang Syekh yang menganut
suatu aliran yang mengajarkan Ilmu Tasawuf menurut aliran tarekat yang
dianutnya, lalu diamalkan bersama dengan murid-muridnya. Pengertian
seperti ini, menonjol sesudah abad ke-IX Masehi.1

Adapun “thariqat” menurut istilah ulama Tasawuf:

a) Jalan kepada Allah dengan mengamalkan ilmu Tauhid, Fikih dan Tasawuf.

b) Cara atau kaifiat mengerjakan sesuatu amalan untuk mencapai suatu


tujuan.
1
H.A. Fuad Said, Hakikat Tarikat Naqsyabandiyah, hlm. 6.

3
Berdasarkan beberapa definisi yang tersebut di atas, jelaslah bahwa
thariqat adalah suatu jalan atau cara untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan
mengamalkan ilmu Tauhid, Fikih dan Tasawuf.2

Tarekat juga berarti organisasi yang tumbuh seputar metode sufi yang
khas. Pada masa permulaan, setiap guru sufi dikelilingi oleh lingkaran murid
mereka dan beberapa murid ini kelak akan menjadi guru pula. Boleh dikatakan
bahwa tarekat itu mensistematiskan ajaran dan metode-metode tasawuf. Guru
tarekat yang sama mengajarkan metode yang sama, zikir yang sama, muraqabah
yang sama. Seorang pengikut tarekat akan memperoleh kemajuan melalui sederet
amalan-amalan berdasarkan tingkat yang dilalui oleh semua pengikut tarekat yang
sama. Dari pengikut biasa (mansub) menjadi murid selanjutnya pembantu Syaikh
(khalifah-nya) dan akhirnya menjadi guru yang mandiri (mursyid).3

F. Unsur-Unsur Tarekat

Dalam tarekat, setidaknya ada lima unsur penting yang menjadi dasar
terbentuknya sebuah tarekat. Kelima hal tersebut adalah:

1. Mursyid

Mursyid adalah dianggap telah mencapai tahap mukasyafah, telah terbuka


tabir antara dirinya dan Tuhan. Mursyid atau guru atau master atau pir
bertugas menemani dan membimbing para penempuh jalan spiritual untuk
mendekati Allah, seperti yang terjadi pada diri sang guru. Guru spiritual
itu kadang disebut dengan istilah thayr al-quds (burung suci) atau Khidir.
Dalam tarekat, bimbingan guru yang telah mengalami perjalanan rohani
secara pribadi dan mengetahui prosedur-prosedur setiap mikraj rohani
adalah sangat penting.4

2
Ibid.
3
Sri Mulyati, dkk, Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia,
hlm. 8.
4
Ahmad Najib Burhani, Tarekat tanpa Tarekat, hlm. 36.

4
2. Baiat

Baiat atau talqin adalah janji setia seorang murid kepada gurunya, bahwa
ia akan mengikuti apa pun yang diperintahkan oleh sang guru, tanpa
“reserve”.5

3. Silsilah

Silsilah tarekat adalah “nisbah”, hubungan guru terdahulu sambung-


menyambung antara satu sama lain sampai kepada Nabi. Hal ini harus ada
sebab bimbingan keruhanian yang diambil dari guru-guru itu harus benar-
benar berasal dari Nabi. Kalau tidak demikian halnya berarti tarekat itu
terputus dan palsu, bukan warisan dari Nabi.

4. Murid

Murid atau kadang disebut salik adalah orang yang sedang mencari
bimbingan perjalanannya menuju Allah. Dalam pandangan pengikut
tarekat, seorang yang melakukan perjalanan rohani menuju Tuhan tanpa
bimbingan guru yang berpengalaman melewati berbagai tahap (maqamat)
dan mampu mengatasi keadaan jiwa (hal) dalam perjalanan spiritualnya,
maka orang tersebut mudah tersesat.

5. Ajaran

Ajaran adalah praktik-praktik dan ilmu-ilmu tertentu yang diajarkan dalam


sebuah tarekat. Biasanya, masing-masing tarekat memiliki kekhasan ajaran
dan metode khusus dalam mendekati Tuhan. Guru-guru tarekat yang sama
mengajarkan metode yang sama kepada murid-muridnya.

G. Tujuan Tarekat

Tujuan utama pendirian berbagai tarekat oleh para sufi adalah untuk
membina dan mengarahkan seseorang agar bisa merasakan hakikat Tuhannya
dalam kehidupan sehari-hari melalui perjalanan ibadah yang terarah dan
sempurna. Dalam kegiatan semacam ini, biasanya seorang salik (penempuh dan
pencari hakikat ketuhanan) akan diarahkan oleh tradisi-tradisi ritual khas yang
5
Ibid, hlm. 37.

5
terdapat dalam tarekat yang bersangkutan sebagai upaya pengembangan untuk
bisa menyampaikan mereka ke wilayah hakikat atau makrifat kepada Allah ‘Azza
wa Jalla. Setiap tarekat memiliki perbedaan dalam menentukan metode dan
prinsip-prinsip pembinaannya. meski demikian, tujuan utama setiap tarekat
tetaplah sama, yakni mengharapkan Hakikat Yang Mutlak, Allah ‘Azza wa Jalla.
Secara umum, tujuan utama setiap tarekat adalah penekanan pada kehidupan
akhirat, yang merupakan titik akhir tujuan kehidupan manusia beragama.
Sehingga, setiap aktivitas atau amal perbuatan selalu diperhitungkan, apakah
dapat diterima atau tidak oleh Tuhan.

Karena itu, Muhammad Amin al-Kurdi menekankan pentingnya seseorang


masuk ke dalam tarekat, agar bisa memperoleh kesempurnaan dalam beribadah
kepada Tuhannya. Menurutnya, minimal ada tiga tujuan bagi seseorang yang
memasuki dunia tarekat untuk menyempurnakan ibadah. Pertama, supaya
“terbuka” terhadap sesuatu yang diimaninya, yakni Zat Allah SWT, baik
mengenai sifat-sifat, keagungan maupun kesempurnaan-Nya, sehingga ia dapat
mendekatkan diri kepada-Nya secara lebih dekat lagi, serta untuk mencapai
hakikat dan kesempurnaan kenabian dan para sahabatnya. Kedua, untuk
membersihkan jiwa dari sifat-sifat dan akhlak yang keji, kemudian menghiasinya
dengan akhlak yang terpuji dan sifat-sifat yang diridhai (Allah) dan berpegang
pada para pendahulu (shalihin) yang telah memiliki sifat-sifat itu. Ketiga, untuk
menyempurnakan amal-amal syariat, yakni memudahkan beramal shalih dan
berbuat kebajikan tanpa menemukan kesulitan dan kesusahan dalam
melaksanakannya.6

H. Sejarah dan Perkembangan Tarekat

Pada awalnya, tarekat itu merupakan bentuk praktik ibadah yang diajarkan
secara khusus kepada orang tertentu. Misalnya, Rasulullah mengajarkan wirid
atau zikir yang perlu diamalkan oleh Ali ibn Abi Thalib. Atau, Nabi saw.
memerintahkan kepada sahabat A untuk banyak mengulang-ulang kalimat tahlil
dan tahmid. Pada sahabat B, Muhammad memerintahkan untuk banyak membaca
ayat tertentu dari surat dalam Alquran. Ajaran-ajaran khusus Rasulullah itu
6
Ajid Thohir, Op.Cit., hlm. 55-56.

6
disampaikan sesuai dengan kebutuhan penerimanya, terutama berkaitan dengan
faktor psikologis.

Pada abad pertama Hijriyah mulai ada perbincangan tentang teologi,


dilanjutkan mulai ada formulasi syariah. Abad kedua Hijriyah mulai muncul
tasawuf. Tasawuf terus berkembang dan meluas dan mulai terkena pengaruh luar.
Salah satu pengaruh luar adalah filsafat, baik filsafat Yunani, India, maupun
Persia. Muncullah sesudah abad ke-2 Hijriyah golongan sufi yang mengamalkan
amalan-amalan dengan tujuan kesucian jiwa untuk taqarrub kepada Allah. Para
sufi kemudian membedakan pengertian-pengertian syariat, tahriqat, haqiqat, dan
makrifat. Menurut mereka syariah itu untuk memperbaiki amalan-amalan lahir,
thariqat untuk memperbaiki amalan-amalan batn (hati), haqiqat untuk
mengamalkan segala rahasia yang gaib, sedangkan makrifat adalah tujuan akhir
yaitu mengenal hakikat Allah baik zat, sifat maupun perbuatanNya. Orang yang
telah sampai ke tingkat makrifat dinamakan wali. Kemampuan luar biasa yang
dimilikinya disebut karamat atau supranatural, sehingga dapat terjadi pada dirinya
hal-hal yang luar biasa yang tidak terjangkau oleh akal, baik di masa hidup
maupun sudah meninggal. Syaikh Abdul Qadir Jaelani (471-561/1078-1168)
menurut pandangan sufi adalah wali tertinggi disebut quthub al-auliya (wali
quthub).

Pada abad ke-5 Hijriyah atau 13 Masehi barulah muncul tarekat sebagai
kelanjutan kegiatan kaum sufi sebelumnya. Hal ini ditandai dengan setiap silsilah
tarekat selalu dihubungkan dengan nama pendiri atau tokoh-tokoh sufi yang lahir
pada abad itu. Setiap tarekat mempunyai syaikh, kaifiyah zikir dan upacara ritual
masing-masing. Biasanya syaikh atau mursyid mengajar murid-muridnya di
asrama latihan rohani yang dinamakan suluk atauribath.

Kehadiran tasawuf berikut lembaga-lembaga tarekatnya di Indonesia,


sama tuanya dengan kehadiran Islam itu sendiri sebagai agama yang masuk di
kawasan ini. Namun, tampaknya, dari sekian banyak tarekat yang ada di seluruh
dunia, hanya ada beberapa tarekat yang bisa masuk dan berkembang di Indonesia.
Hal itu dimungkinkan di antaranya karena faktor kemudahan sistem komunikasi
dalam kegiatan transmisinya. Tarekat yang masuk ke Indonesia adalah tarekat

7
yang populer di Makkah dan Madinah, dua kota yang saat itu menjadi pusat
kegiatan dunia Islam. Faktor lain adalah karena tarekat-tarekat itu dibawa langung
oleh tokoh-tokoh pengembangnya yang umumnya berasal dari Persia dan India.
Kedua negara ini dikenal memiliki hubungan yang khas dengan komunitas
Muslim pertama di Indonesia.7

7
Aboebakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarekat (Uraian Tentang Mistik), hlm. 303.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan antara lain:

 Istilah tarekat diambil dari bahasa Arab thariqah yang berarti jalan atau
metode. Sedangkan pengertian tarekat secara istilah adalah suatu jalan atau
cara untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan mengamalkan ilmu
Tauhid, Fikih dan Tasawuf. Ia bisa juga berarti sebuah pengorganisasian
dari tasawuf.
 Unsur-unsur terpenting dalam tarekat ada lima: 1. Mursyid (guru), 2. Baiat
(janji setia), 3. Silsilah (hubungan antar guru), 4. Murid, dan 5. Ajaran.
 Adapun tujuan utama pendirian berbagai tarekat oleh para sufi adalah
untuk membina dan mengarahkan seseorang agar bisa merasakan hakikat
Tuhannya dalam kehidupan sehari-hari melalui perjalanan ibadah yang
terarah dan sempurna.
 Pada awalnya, tarekat itu merupakan bentuk praktik ibadah yang diajarkan
secara khusus kepada orang tertentu. Misalnya, Rasulullah mengajarkan
wirid atau zikir yang perlu diamalkan oleh Ali ibn Abi Thalib. Kemudian
kemunculan tarekat sendiri diawali dengan pengklasifikasian antara
syariat, tahriqat, haqiqat, dan makrifat oleh para sufi. Barulah pada abad
ke-5 Hijriyah atau 13 Masehi muncul tarekat sebagai kelanjutan dari
pemikiran kaum sufi tersebut. Sedangkan kehadiran tarekat di Indonesia
sama tuanya dengan kehadiran Islam. Namun hanya ada beberapa tarekat
yang bisa masuk dan berkembang di Indonesia.

B. Saran

Dalam memahami tarekat tidak cukup hanya dengan mempelajari sekilas


saja. Karena seluk-beluk tarekat sangatlah rumit dan penuh dengan teka-teki.
Sebab ruang lingkup tarekat adalah spiritual yang tidak bisa dipelajari kecuali
dengan pengalaman batiniyah tersendiri.

9
DAFTAR PUSTAKA

H.A. Fuad Said, Hakikat Tarikat Naqsyabandiyah, hlm. 6.

Sri Mulyati, dkk, Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di


Indonesia, hlm. 8.

Ahmad Najib Burhani, Tarekat tanpa Tarekat, hlm. 36.

Ajid Thohir, Op.Cit., hlm. 55-56.

Aboebakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarekat (Uraian Tentang Mistik), hlm. 303.

10

Anda mungkin juga menyukai