Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ORIENTASI AJARAN TASAWUF, ISI POKOK AJARAN TASAWUF, MAQOMAT DAN


AHWAL
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlak Tasawuf

Disusun oleh :
1. Enrico Indares Putra
2. Farhan Zahwa Ramadhan
3. Irqori'ah
4. Umi Darmayani

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH


STAI SMQ BANGKO
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita hanturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telahmelimpahkan
taufiq dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaiakanmakalah ini.Adapun
judul dalam makalah ini adalah“Orientasi Ajaran Tasawuf”.Dalam Penulisan makalah ini
penulis merasa masih banyak kekuranganbaik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yangp en u lis milik i. U n tu k itu k r itik dan s aran d ar i
s emu a p ih ak s an g at p enu lis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.T i d a k l u p a kami hanturkan banyak terima kasih kepada
d o s e n pembimbing Ibu Wahyu Hidayati M,Ag. yang telah memberikan arahan dan
petunjuk, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dalam waktunya.

Muara delang, 27 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul....................................................................................................... i
Kata Pengantar...................................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................... iii

Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................ 1

Bab II Pembahasan
A. Orientasi Ajaran Tasawuf ............................................................................... 2
B. Isi Pokok Ajaran Tasawuf............................................................................... 2
C. Maqomat dan Ahwal........................................................................................7
Bab III Penutup
A.Kesimpulan....................................................................................................... 10
Daftar Pustaka....................................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tasawuf merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan umat islam. Ia merupakan
unsur spiritual dari ajaran islam yang menyebabkan kehidupan lebih bermakna. Tasawuf
memang belum terdefinisikan secara tegas dimasa awal ke;ahiran islam. Namun, indikasi
adanya tasawuf sudah dirasakan sejak zaman Nabi. Tasawuf berkembang setelah islam
tersebar keberbagai pelosok dunia, bahkan kemudian menjadi unsur yang dominan dalam
islam.
Makalah ini merangkum hal-hal yang berkaitan dengan tasawuf, mulai dari tokoh-tokoh
yang merumuskan dasar-dasarnya, pandangan mereka tentang hakikat hidup, hubungan
manusia dengan Tuhan, pengaruh terhadap kehidupan politik umat islam, hingga
perkembangannya dewasa ini.

B. Rumusan Masalah
1) Orientasi Ajaran Tasawuf ?
2) Isi Pokok Ajaran Tasawuf ?
3) Maqomat dan Ahwal ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Orientasi Ajaran Tasawuf
Para ahli memberikan banyak definisi mengenai tasawuf, sehingga sulit mendifinisikan
tasawuf secara lengkap. Dari banyak definisi itu pengertian tasawuf yang mudah dipahami oleh
masyarakat awam adalah definisi dari Imam al-Ghazali.

TASAWUF, menurut Imam al-Ghazali adalah ilmu untuk mendekatkan diri kepada Allah
SWT, dengan cara membersihkan hati dan mensucikan jiwa, guna memperoleh kebahagiaan
sejati. Tasawuf juga dapat diartikan sebagai cara atau adab batiniah untuk mencapai Makrifat,
yaitu memperoleh hubungan langsung dengan Tuhan, sehingga merasa dan sadar bahwa
dirinya berada di hadirat Tuhan (Wahdatul Wujud = Manunggaling Kawula Gusti).

Istilah tasawuf sebenarnya tidak dikenal pada zaman Rasulullah saw. tetapi pada masa itu,
dikenal istilah-istilah seperti zuhud, wara', dan beberapa kata kunci lain dalam tasawuf. Istilah
tasawuf muncul setelah generasi yang ke tiga, yaitu setelah generasi sahabat Nabi, generasi
Tabi'in, dan generasi Itabi'in. Setelah kegenerasi ketiga itulah munculnya para sufi pada Abad
ke 11 (5 H). Tasawuf pada awalnya merupakan gerakan zuhud (menjauhi hal duniawi) dalam
Islam, dan dalam perkembangannya melahirkan tradisi mistisme Islam.

Abu Hasan al-Fusyandi mengatakan, "Hari ini tasawuf hanya sekedar nama, tetapi tidak ada
buktinya. Dahulu di zaman Rasulullah, tasawuf ada buktinya, tetapi tidak ada namanya."

Menurut Jalaluddin Rakhmad, tasawuf sering dipahami sebagai akhlak untuk mendekati
Tuhan, artinya, apabila seseorang berkeinginan mendekati Tuhan, maka serangkaian akhlak
yang harus dikerjakan itu dinamakan tasawuf.

Ajaran-ajaran tasawuf lebih berorientasi pada aspek inner (jiwa terdalam). Ajaran ini
mengarahkan kehidupan manusia kepada cara hidup yang mengutamakan rasa. Tujuan
terpenting dalam tasawuf adalah memperoleh hubungan langsung dengan Tuhan, sehingga
merasa dan sadar bahwa dirinya berada di hadirat Tuhan (Ma'rifatullah).

Tarekat Tasawuf

Semua ulama tasawuf sependapat bahwa satu-satunya jalan yang dapat mengantarkan
seseorang mencapai Makrifat adalah melalui kesucian jiwa (Tazkiyatun Nafs) dan kebersihan
hati (Qalbun Salim).

Untuk memperoleh kesucian jiwa dan kebersihan hati secara efektif, seseorang perlu menjalani
serangkaian proses pendidikan (tarbiyah) dan latihan (riyadhah) mental yang panjang, dengan
menjalani amalan-amalan spiritual (Tarekat) yang dibimbing oleh seorang Mursyid dalam
sebuah lembaga spiritual (Zawiyah).
B. Isi Pokok Ajaran

1. Tasawuf Akhlaqi

a. Pengertian Tasawuf Akhlaqi

Tasawuf ahlaki, jika di tinjau dari sudut bahsa arab merupakan bentuk frase dalam kaidah
bahasa arab di kenal dengan sebutan jumlah idhofah yaitu merupakan gabungan dua kata
menjadi satu kesatuan makna yang utuh dan menentukan realitas yang khusus,yaitu kata
tasawuf dan ahklak.

Kata tasawuf menurut kaidah ilmu shorof merupakan bentuk isim masdar yaitu tashowwufan
yang artinya bisa membersihkan atau saling membersihkan, kata membersihkan merupakan
kata kerja transitif yang membutuhkan objek. Objek tasawwuf dalah ahklak manusia saling
membersihkan merupakan kata kerja yang di dalamnya harus terdapat dua subyek yang aktif
meberi dan menerima.

Kemudian ahklak dalam konteks agama adalah perangai, budi, adab atau tingkah laku.
Kosepsi ajaran ahklak menurut islam adalah menuju perbuatan amal sholeh, yaitu semua
perbuatan baik dan terpuji,berfaedah untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat yang
di ridhoi oleh Allah.

Jika kata tasawuf dengan kata ahlaki di satukan akan terbentuk sebua frase yaitu tasawuf
ahklaki, secata etimologis tasawuf ahklaki ini bermakna membersihkan tingkah laku atau
saling membersihkan tingkah laku, jika konteksnya dalah manusia, tingkah laku manusia
menjadi sasarannya .tasawuf ini bisa di pandang sebagai sebuah tatanan dasar untuk menjaga
ahklak manusia, atau dalam dalam bahasa sosialnya moralitas masyarakat.

Oleh karena itu tasawuf ahklaki merupakan kajian ilmi yang sangat memerlukan praktik untuk
menguasainya.tidak hnya berupa teori sebagai sebuah pengetahuan akan tetapi harus terealisasi
dalam perbutan manusia,supaya lebih mudah menempatkan posisi tasawuf dalam kehidupan
masyarakat.

Tasawuf akhlaki merupakan gabungan antara ilmu tasawuf dan ilmu ahklak.ahklak
hubungannya sangat erat dengan tingkah laku dan perbuatan manusia dalam interaksi sosial
pada lingkungan tempat tinggalnya.

Tasawuf akhlaqi adalah tasawuf yang berkonstrasi pada teori-teori perilaku, akhlaq atau budi
pekerti atau perbaikan akhlaq.

Dengan metode-metode tertentu yang telah dirumuskan, tasawuf seperti ini berupaya untuk
menghindari akhlaq mazmunah dan mewujudkan akhlaq mahmudah[2]

2. Tasawuf Amali
a. Pengertian Tasawuf Amali

Tasawuf amali adalah tasawuf yang penekanannya pada amaliah berupa wirid dan amaliah
lainnya. Tasawuf amali atau hadah, menghapuskan sifat-sifat yang tercela, melintasi semua
hambatan itu, dan menghadap total dari segenap esensi diri hanya kepada Alla SWT. Di
dalamnya terdapat kaedah-kaedah suluk (perjalanan tarbiyah ruhaniyah), macam-macam etika
(adab) secara terperinci, seperti hubungan antara murid dengan shaykh, uzlah dengan khalwah,
tidak banyak makan, mengoptimalkan waktu malam, diam, memeperbanyak zikir, dan semua
yang berkaitan dengan kaedah-kedah suluk dan adab.[5]

Pada hakikatnya metode kaum shufi ini hanyalah sebuah lanjutan atau pengembangan dari
tasawuf sunni. Dinamakan tasawuf amali karena sisi amal di dalamnya lebih dominan dari sisi
teori.

b. Istilah-istilah dalam tasawuf amali.

Dilihat dari tingkatan dan komunitas itu, terdapat beberapa istilah sebagai berikut, yaitu :

1. Menurut Al- Kalabazi dalam bukunya “At-Ta’arruf li al- Madzhab ahli ash-
shaufiyah; menyatakan bahwa murid yaitu, orang yang mencari pengetahuan dan
bimbingan dalam melaksanakan amal ibadahnya, dengan memusatkan segala
perhatian dan usahanya kearah itu, melepas segala kemauannya dengan
menggantungkan diri dan nasibnya kepada iradah Allah.

Murid dalam tasawuf ada tiga kelas, yaitu :

1) Mubtadi atau Pemula, yaitu mereka yang baru mempelajari syari’at.

2) Mutawassith, adalah tingkatan menengah yaitu, orang yang sudah dapat melewati kelas
pemula, telah mempunyai pengetahuan yang cukup dengan syari’at.

3) Muntahi, adalah tingkat atas atau orang yang telah matang ilmu syari’at sudah menjalani
tarekat dan mendalami ilmu bathiniyah.

1. Syekh yaitu, seorang pemimpin kelompok kerohanian, pengawas murid-murid dalam


segala kehidupanny, penunjuk jalan dan sewaktu-waktu dianggap sebagai perantara
antara seorang murid dengan Tuhannya.
2. Wali dan Quthub , yaitu seseorang yang telah sampai kepuncak kesuucian bathin,
memperoleh ilmu laduni yang tinggi sehingga tersingkap tabir rahasia yang gaib-
gaib. Orang seperti ini akan memperoleh karunia dari Allah dan itulah yang disebut
wali.[6]

Dilihat dari sudut amalan serta jenis ilmu yang dipelajari, maka terdapat beberapa istialah yang
khas dalam dunia tasawuf, yaitu : ilmu-lahir dan ilmu-bathin. Oleh karena itu cara memahami
dan mengamalkannya juga harus memiliki aspek lahir dan aspek batin. Kedua aspek yang
terkandung dalam ilmu itu mereka bagi kepada empat kelompok, yaitu :

1) Syari’at.
Syari’at mereka artikan sebagai amalan-amalan lahir yang difardukan dalam Agama, yang
biasanya dikenal sebagai rukun Islam dan segala hal yang berhubungan dengan itu bersumber
dari Al Quran dan Sunnah Rasul.

2) Tarekat.

Dalam melakukan syari’at tersebut di atas, haruslah berdasarkan tata cara yang telah digariskan
dalam Agama dan dilakukan hanya karena pengahambaan diri kepada Allah, karena kecintaan
kepada Allah dan karena ingin berjumpa dengan-Nya.

3) Hakikat.

Secara lughawi, hakikat berarti inti sesuatu, puncak atau sumber asal sesuatu. Dalam dunia
sufi, hakikat diartikan sebagai aspek lain dari syari’at yang bersifat lahiriyah, yaitu aspek
bathiniah. Dengan demikian dapat diartikan sebagai rahasia yang paling dalam dari segala
amal, inti dari syari’at dan akhir dari perjalanan yang ditempuh oleh seorang sufi.

4) Ma’rifah.

Dari segi bahasa, ma’rifah berarti pengetahuan atau pengalaman, sedangkan dalam istilah sufi,
ma’rifah itu diartikan sebagai pengetahuan mengenai tuhan melalui hati sanubari.[7]

3. Tasawuf Falsafi
a. Pengertian Tasawuf Falsafi

Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis dan visi
rasional.Tasawuf ini menggunakan terminologi filosofis dalam pengungkapannya,yang berasal
dari berbagai macam ajaran filsafat yang telah mempengaruhi para tokohnya.

Konsep-konsep mereka yang disebut dengan tasawuf falsafi yakni tasawuf yang kaya dengan
pemikiran-pemikiran filsafat. ajaran filsafat yang paling banyak dipergunakan dalam analisis
tasawuf adalah Paham emanasi neo-Plotinus.

Perbedaan tasawuf sunni dan salafi lebih menonjol kepada segi praktis (‫) العملي‬, sedangkan
tasawuf falsafi menonjol kepada segi teoritis (‫ ) النطري‬sehingga dalam konsep-konsep tasawuf
falsafi lebih mengedepankan asas rasio dengan pendektan-pendekatan filosofis yang ini sulit
diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari khususnya bagi orang awam, bahkan bisa
dikatakan mustahil.

Kaum sufi falsafi menganggap bahwasanya tiada sesuatupun yang wujud kecuali Allah,
sehingga manusia dan alam semesta, semuanya adalahAllah. Mereka tidak menganggap
bahwasanya Allah itu zat yang Esa, yang bersemayam diatas Arsy.

Dalam tasawuf falsafi, tentang bersatunya Tuhan dengan makhluknya,setidaknya terdapat


beberapa term yang telah masyhur beserta para tokohnya yaitu ; hulul,wadah al~wujud, insan
kamil, Wujud Mutlak.[8]

b. Macam-macam tasawuf Falsafi

1. Hulul
Hulul merupakan salah satu konsep didalam tasawuf falsafi yang meyakini terjadinya kesatuan
antara kholiq dengan makhluk. Paham hululini disusun oleh Al-hallaj

1. Wahdah Al-Wujud

Istilah wahdah Al-wujud sangat dekat dengan pribadi Ibnu Arabi,sehingga ketika menyebut
pemikiran Ibnu Arabi seakan-akan terlintas tentang doktrin wahdah Al-wujud sebenarnya
wihdatul wujud bukan penyebutan aari ibnu arbai sendiri melainkan sebutan yang
dilontarkan oleh musuh bebuyutannya yaitu Ibnu taimiyah.

1. Ittihad

Pengertian ittihad sebagaimana disebutkan dalam sufi terminologi adalah; ittihad adalah
penggabungan antara dua hal yang menjadi satu.Ittihad merupakan doktrin yang menyimpang
dimana didalamnya terjadiproses pemaksaan antara dua ekssistensi. Kata ini berasal dari
katawahd atau wahdah yang berarti satu atau tunggal. Jadi ittihad artinyabersatunya manusia
dengan Tuhan.

1. Insan Kamil

Al-jilli adalah seorang yang sangat terkenal di Baqhdat, riwayat hidupnya tidak banyak
diketahui oleh sejrah tapi yang jelas ajran yang al-jilli ini ialah Insan kamil. Insan kamil
menurut aljilli ialah manusia

1. Wujud al mutlak Ibnu Sab’in

Disamping para sufi ia juga seorang filosof yang sangat terkenal dari Andalusia, ia adalah
seorang penggagas paham tasawwuf yang lebih dikenal dengan kesatuan Mutlak

Ibnu Khaldun dalam karyanya Al-Muqaddimah, menyimpulkan bahwa ada empat objek utama
yang menjadi perhatian para sufi filosof, antara lain :

1. Latihan rohaniah dengan rasa, instiusi serta introspeksi diri yang timbul darinya.
2. Iluminasi atau hakekat yang tersingkap dari alam gaib, seperti sifat – sifat rabbani,
‘arsy, kursi, malaikat dll.
3. Peristiwa – peristiwa dalam alam maupun kosmos yang berpengaruh terhadap
berbagai bentuk kekeramatan atau keluarbiasaan.
4. Penciptaan ungkapan – ungkapan yang pengertiannya sepintas samar – samar
(syatahiyyat).

C. Maqomat dan Ahwal

1. Pengertian Maqamat
Secara harfiah Maqamat berasal dari bahasa Arab yang berarti tempat orang berdiri atau
pangkal mulia. Istilah ini selanjutnya digunakan untuk arti sebagai jalan panjang yang harus
ditempuh oleh seorang sufi untuk berada dekat kepada Allah.
Dalam bahasa inggris Maqamat dikenal dengan istilah stages yang artinya tangga. Sedangkan
dalam ilmu tasawuf maqamat berarti kedudukan hamba dalam pandangan Allah berdasarkan
apa yang telah diusahakan, baik melalui Riyadhah, Ibadah, maupun mujahadah.
2. Pengertian Ahwal
Secara Bahasa Al Ahwal merupakan jamak dari kata tunggal ha}l yang berarti keadaan atau
sesuatu (keadaan rohani), menurut syekh Abu Nash As-sarraj, ha}l adalah sesuatu yang terjadi
yang mendadak yang bertempat pada hati nurani dan tidak bertahan lama.
Menurut harun nasution, dalam Bukunya abuddin Nata Akhlak Tasawuf. Hal atau akhwal
merupakan keadaan mental perasaan senang, perasaan takut, perasaan sedih, dan sebagainya.
Sedangkan Menurut imam al Ghozali dalam Bukunya Tim Penyusun MKD Iain Sunan Ampel
Surabaya. menerangkan bahwa, hal adalah kedudukan atau situasi kejiwaan yang dianugrahkan
Allah kepada seorang hamba pada suatu waktu, baik sebagai buah dari amal saleh yang
mensucikan jiwa atau sebagai pemberian semata.
Pada Istilah Maqam atau arti jamak adalah maqamat , sebagaimana juga ahwal, yang dipahami
berbeda menurut para sufi. Namun semuanya sepakat dalam memahami maqamat yang berarti
kedudukan seorang pejalan spiritual atau sufi di hadapan ALLAH yang diperoleh melalui kerja
keras dalam beribadah kepadaNya, bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu (mujahadah),
serta latihan-latihan keruhanian budi-pekerti (adab) yang dapat membuatnya memiliki syarat –
syarat dalam melakukan usaha – usaha untuk menjalankan berbagai kewajiban dengan baik
dan mendekati sempurna.
Sedangkan hal atau arti jamak adalah ahwal adalah suasana atau keadaan yang menyelimuti
kalbu, yang diciptakan sebagai hak prerogatif pada Allah dalam hati setiap hambanNya, tidak
ada sufi yang mampu merubah keadaan tersebut apabila datang saatnya, atau
memperhatikannya apabila pergi.
Meskipun pengertian dari Maqamat dan Ahwal ini pada dasarnya merupakan suatu
kesepakatan atau persetujuan para kaum sufi, Mereka tentu saja adalah hasil ijtihad dan juga
bukan dari bagian kepastian-kepastian dalam aturan Islam qath’iyyat. Karena hal itu, bukan
hanya merupakan pengertian yang tidak dijumpai di kalangan di luar materi tasawuf, bahkan
para sufi masing – masing berbeda-beda dalam perinciannya.
Intinya adalah, macam-macam pengertian ini diperkenalkan dengan maksud sebagai bagian
dari pentingnya disiplin dalam tasawuf, yang tujuan perjalanan spiritual , baik itu pemahaman
tentang Allah, keridhaanNya, Cinta-Nya dapat dicapai dengan demikian, kesimpulan yang
ditarik oleh para sufi berdasarkan pemahaman mereka tentang konsep-konsep yang menyusun
urut-urutan dan macam-macam maqamat dan ahwal dan atau berdasarkan pengalaman yang
mereka jalani sendiri ketika menempuh jalan spiritual. Dengan demikian, tidak semua pejalan
spiritual harus mengikuti, menjalani, atau mengalami maqamat dan ahwal persis sebagaimana
disebutkan oleh para sufi itu untuk dapat mencapai tujuan perjalanan spiritual. Yang pasti,
dibutuhkan kualifikasi-kualifikasi spiritual yang terkait dengan keadaan hati dan ketinggian
akhlak untuk meraih hal itu. Dan semuanya itu diyakini dibutuhkan upaya keras dan
bersungguh-sungguh dalam melawan hawa nafsu mujahadah serta latihan-latihan keruhanian
riyadhah
Tingkatan- tingkatan dalam Mahqamat
a. Maqamat
Maqamat, bentuk jamak dari maqam berarti tahapan, tingkatan, atau kedudukan. Jadi, maqamat
adalah tahapan rohani yang ditempuh oleh para pengamal tasawuf untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT.
Ada beberapa tingkatan dalam maqam yaitu:

a) Tobat
b) Orang yang menempuh jalan sufi terlebih dahulu harus bertobat dari
dosa, yang dilakukan oleh anggota badan, maupun yang tersembunyi di
dalam hati.
c) wara’,
Wara’ yaitu meninggalkan segala sesuatu yang syubhat, yaitu segala sesuatu yang yang
diragukan hukumnya, tidak jelas halal-haramnya, dan meninggalkan segala sesuatu yang tidak
berguna.
d) Zuhud
Zuhud yaitu mengosongkan hati dari cinta terhadap dunia dan menjalani hidup untuk beribadah
kepada Allah SWT, serta mengosongkan hati dari selain Allah SWT dan memusatkan hati
kepada cinta-Nya.
e) Faqir
Faqir yaitu menjalani hidup dengan kesadaran bahwa ia hanya membutuhkan Allah SWT.
f) Sabar
Sabar yaitu sabar dalam menjalani perintah, sabar dalam meninggalkan larangan, sabar dalam
menghadapi kesulitan, dan sabar atas ni’mah yang dilimpahkan oleh Allah SWT kepadanya.
g) Tawakal
Tawakal yaitu menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah SWT, tidak bergantung kepada
selain-Nya, dan tidak pula kepada amal perbuatannya (nafsunya).
h) Rida
Rida yaitu menerima dengan senang hati segala sesuatu yang ditakdirkan oleh Allah SWT dan
menyadari bahwa ketentuan-Nya lebih baik daripada keinginannya.
b. Ahwal
Ahwal adalah bentuk jamak dari ‘hal’ yang biasanya diartikan sebagai keadaan mental (mental
states) yang dialami oleh para sufi di sela-sela perjalanan spiritualnya. “ahwal” sering diperoleh
secara spontan sebagai hadiah dari Tuhan. Lebih lanjut kaum sufi mengatakan bahwa hal
adalah anugerah dan maqam adalah perolehan. Tidak ada maqam yang tidak dimasuki hal dan
tidak ada hal yang terpisah dari maqam.
hal juga terdiri dari beberapa macam. Namun, konsep pembagian atau formulasi serta jumlah
hal berbeda-beda dikalangan ahli sufi. Diantara macam-macam hal yaitu :
a) Muraqabah
Secara etimologi muraqabah berarti menjaga atau mengamati tujuan. Adapun secara
terminologi muraqabah adalah salah satu sikap mental yang mengandung pengertian adanya
kesadaran diri bahwa ia selalu berhadapan dengan Allah dan merasa diri diawasi oleh
penciptanya.

b) Khauf
Al-khauf adalah suatu sikap mental merasa takut kepada Allah karena kurang sempurna
pengabdiannya atau rasa takut dan khawatir jangan sampai Allah merasa tidak senang
kepadanya.
c) Raja’
raja’ adalah sikap optimis dalam memperoleh karunia dan nikmat Allah SWT yang disediakan
bagi hambaNya yang saleh dan dalam dirinya timbul rasa optimis yang besar untuk melakukan
berbagai amal terpuji dan menjauhi perbuatan yang buruk dan keji.
d) Syauq
Syauq bermakna lepasnya jiwa dan bergeloranya cinta. Para ahli sufi menyatakan bahwa syauq
merupakan bagian dari mahabbah. Sehingga pengertian syauq dalam tasawuf adalah suasana
kejiwaan yang menyertai mahabbah. Rasa rindu ini memancar dari kalbu karena gelora cinta
yang murni. Untuk menimbulkan rasa rindu kepada Allah maka seorang salik terlebih dahulu
harus memiliki pengetahuan dan pengenalan terhadap Allah. Jika pengetahuan dan pengenalan
terhadap Allah telah mendalam, maka hal tersebut akan menimbulkan rasa senang dan gairah.
Rasa senang akan menimbulkan cinta dan akan tumbuh rasa rindu, rasa rindu untuk selalu
bertemu dan bersama Allah.
e) Mahabbah
Cinta (mahabbah) adalah pijakan atau dasar bagi kemuliaan hal. Seperti halnya taubat yang
menjadi dasar bagi kemuliaan maqam.Al-Junaid menyebut mahabbah sebagai suatu
kecenderungan hati. Artinya, hati seseorang cenderung kepada Allah dan kepada segala sesuatu
yang datang dariNya tanpa usaha. Tokoh utama paham mahabbah adalah Rabi’ah al-Adawiyah
(95 H-185 H). Menurutnya, cinta kepada Allah merupakan cetusan dari perasaan cinta dan
rindu yang mendalam kepada Allah.
f) Tuma’ninah
Secara bahasa tuma’ninah berarti tenang dan tentram. Tidak ada rasa was-was atau khawatir,
tak ada yang dapat mengganggu perasaan dan pikiran karena ia telah mencapai tingkat
kebersihan jiwa yang paling tinggi.
g) Musyahadah
Dalam perspektif tasawuf musyahadah berarti melihat Tuhan dengan mata hati, tanpa keraguan
sedikitpun, bagaikan melihat dengan mata kepala. Hal ini berarti dalam dunia tasawuf seorang
sufi dalam keadaan tertentu akan dapat melihat Tuhan dengan mata hatinya. Musyahadah dapat
dikatakan merupakan tujuan akhir dari tasawuf, yakni menemukan puncak pengalaman rohani
kedekatan hamba dengan Allah.
h) Yaqin
Al-yaqin berarti perpaduan antara pengetahuan yang luas serta mendalam dan rasa cinta serta
rindu yang mendalam pula sehingga tertanamlah dalam jiwanya perjumpaan secara langsung
dengan Tuhannya. Dalam pandangan al-Junaid yaqin adalah tetapnya ilmu di dalam hati, ia
tidak berbalik, tidak berpindah dan tidak berubah. Menurut al-Sarraj yaqin adalah fondasi dan
sekaligus bagian akhir dari seluruh ahwal. Dapat juga dikatakan bahwa yaqin merupakan esensi
seluruh ahwal .
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah memahami pembahasan diatas kita dapat mengerti hal-hal yang berkaitan dengan
tasawuf, mulai dari tokoh-tokoh yang merumuskan dasar-dasarnya, pandangan mereka tentang
hakikat hidup, hubungan manusia dengan Tuhan, pengaruh terhadap kehidupan politik umat
islam, hingga perkembangannya dewasa ini.
Daftar Pustaka
https://engkinoer.wordpress.com/2014/01/15/pokok-pokok-ajaran-tasawuf/
https://id.scribd.com/document/366107741/ORIENTASI-TENTANG-
TASAWUF#:~:text=Dari%20segi%20kebahasaan%2CTasawuf%20menggambarkan%20kea
daan%20yang%20selalu%20berorientasi&text=kebenaran%2Cdan%20rela%20berkorban%2
0demi%20tujuan%20yang%20lebih%20mulia.
http://ekonomisyariahclasse.blogspot.com/2017/12/makalah-maqamat-dan-ahwal-dalam-
tasawuf.html?m=1#:~:text=Maqamat%20merupakan%20bentuk%20jamak%20dari,tempat%
20berpijak%20dua%20telapak%20kaki.&text=Sedangkan%2C%20ahwal%20ialah%20keada
an%20atau,seorang%20sufi%20mencapai%20maqam%20tertentu.

Anda mungkin juga menyukai