Anda di halaman 1dari 15

KARAKTERISTIK & SOLUSI TASAWUF KONTEMPORER DI ERA INDUSTRI

4.0

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Tasawuf

Dosen Pengampu: Muhamad Khoirul Umam, M.S.I.

Disusun oleh :

1. Rikko Aji Setiawan (4120066)


2. Agus Riyono (4118145)

PRODI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2021/2022

i
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahiim. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena dengan rahmat, karunia, serta taufiq dan hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah kami dari mata kuliah Ilmu Tasawuf dengan tema “
Karakteristik dan Solusi Tasawuf Kontemporer di Era Industri 4.0” ini dengan baik,
meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Kami sampaikan terima kasih kepada Bapak Muhamad Khoirul Umam, M. S. I.


selaku dosen pembimbing dalam mata kuliah Ilmu tasawuf Islam di IAIN Pekalongan yang
telah memberikan tugas ini kepada kami, serta kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan yang
bersifat membangun demi memperbaiki makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Demikian makalah ini kami susun, kami sangat berharap makalah ini dapat
bermanfaat baik bagi diri kami sendiri maupun bagi orang yang membacanya guna
menambah wawasan serta pengetahuan. semoga makalah ini tercatat menjadi motivator bagi
penulis untuk penulisan makalah yang lebih baik dan bermanfaat. Aamiin. Barakallahu
fiikum.

Pekalongan, 19 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................................... i

Kata Pengantar .................................................................................................................... ii

Daftar Isi ............................................................................................................................. iii

Bab I Pendahuluan

Latar Belakang Masalah ............................................................................................ 1

Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1

Tujuan Makalah ........................................................................................................ 1

Bab II Pembahasan

Karakteristik Tasawuf................................................................................................ 2

Solusi Tasawuf Kontemporer di Eera Industri 4.0 .................................................... 8

Bab III Penutup

Kesimpulan ............................................................................................................... 11

Saran........................................................................................................................... 11

Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tasawuf merupakan salah satu khazanah intelektual muslim yang
kehadirannya saat ini semakin dirasakan. Secara historis dan teologis tasawuf
mengawal dan memandu perjalanan hidup umat agar selamat dunia dan
akhirat.Tasawuf merupakan salah satu bidang studi Islam yang memusatkan perhatian
pada pembersihan aspek kerohanian manusia yang selanjutnya menimbulkan ebaikan
akhlak mulia. Pembersihan aspek rohani manusia selanjutnya dikenal sebagai dimensi
esoterik dari diri manusia. Melalaui tasawuf seseorang dapat mengetahui tentang cara-
cara melakukan pembersihan diri serta mengamalkannya, dan tampil sebagai manusia
yang dapat mengendalikan dirinya, dapat menjaga kejujuran hatinya, keikhlasan dan
tanggung jawab
Perhatian terhadap pentingnya tasawuf, kini muncul kembali, yaitu di saat
manusia di zaman modern ini dihadapkan pada masalah moral dan akhlak yang cukup
serius, yang kalau dibiarkan akan menghancurkan masa depan bangsa yang
bersangkutan. Praktek hidup yang menyimpang dan penyalahgunaan kesempatan
dengan mengambil bentuk perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan orang lain,
kian tumbuh subur. Korupsi, kolusi, penodongan, perampokan, pencurian,
pembunuhan, pemerkosaan dan perampasan hak-hak asasi manusia, semakin banyak
terjadi. Untuk mengatasi semua ini, tidak bisa hanya dengan uang, ilmu pengetahuan
dan teknologi, tetapi harus dibarengi dengan penanganan di bidang mental spiritual
dan akhlakul karimah1

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik Tasawuf.
2. Solusi Tasawuf Kontemporer di Era Industri 4.0

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Bagaimana karakteristik Tasawuf
2. Untuk mengetahui Solusi Tasawuf Kontemporer di Era Industri 4.0

1
Nilyati, Peranan Ilmu Tasawuf Dalam Kehidupan Modern. Jambi;TAJDID Vol.115 No 1 Januari.2015,hal 119
BAB II

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Tasawuf
Pada intinya tasawuf merupakan suatu usaha dan upaya dalam rangka
mensucikan diri (tazkiyyatunnafs) dengan cara menjauhkan dari pengaruh kehidupan
dunia yang meyebabkan lalai dari Allah SWT untuk kemudian memusatkan
perhatiannya hanya ditujukan kepada Allah SWT. Menurut Syaikh Muhammad Amin
al-Kurdi bahwa tasawuf adalah ilmu yang menerangkan tentang keadaan-keadaan jiwa
(nafs) yang dengannya diketahui hal-ihwal kebaikan dan keburukan jiwa, cara
membersihkannya dari (sifat-sifat) yang buruk dan mengisinya dengan sifat-sifat yang
terpuji,cara melakukan suluk, jalan menuju Allah, dan meninggalkan (larangan-
larangan) Allah menuju (perintah-perintah) Allah SWT.
Dengan demikian tasawuf atau sufisme adalah suatu istilah yang lazim
dipergunakan untuk mistisisme dalam Islam dengan tujuan pokok memperoleh
hubungan langsung dengan Tuhan. Dalam hal ini pokok-pokok ajarannya tersirat dari
Nabi Muhammad SAW yang didiskusikan dengan para sahabatnya tentang apa-apa
yang diperolehnya dari Malaikat Jibril berkenaan dengan pokok-pokok ajaran Islam
yakni: iman, Islam, dan ihsan. Ketiga sendi ini diimplementasikan dalam pelaksanaan
tasawuf2
Berikut ini merupakan beberapa jenis tasawuf dan karakteristiknya:

a. Tasawuf Akhlaqi
Tasawuf Akhlaqi adalah suatu ajaran tsawuf yang membahas tentang
kesempurnaan dan kesucian jiwa yang diformulasikan pada pengaturan sikap
mental pendisiplinan tingkah laku secara ketat, guna mencapai kebahagiaan yang
optimal. Manusia harus mengidentifikasikan eksistensi dirinya dengan cirri-ciri
ketuhanan melalui penyucian jiwa dan raga. Sebelumnya, dilakukan terlebih
dahulu pembentukan pribadi yang berakhlak mulia. Tahapan-tahapan itu dalam
ilmu tasawuf dikenal dengan takhalli (pengosongan diri dari sifatsifat tercela),
tahalli (menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji) dan tajalli (terungkapnya nur
ghaib bagi hati yang telah bersih sehingga mampu menangkap cahaya ketuhanan.3
2
Badrudin, Akhlak Tasawuf,Serang ; IAIB Press. 2015. Hal 57
3
Syukur, M. Amin dan Masyharuddin. Intelektualitas Tasawuf. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.2002, Hal 209

2
Dalam tasawuf akhlaki, sistem pembinaan akhlak meliputi takhalli, tahalli dan
tajalli.
a. Takhalli
Seperti yang dijelaskan oleh Munir mengutip Asmaran, takhalli berarti
membersihkan diri dari sifat-sifat tercela, dari maksiat lahir dan juga batin.
Solihin dan Rosihon mengatakan, takhalli adalah sebuah usaha mengosongkan
diri dari perilaku atau akhlak tercela.Dan salah satu akhlak tercela yang banyak
membawa kemudharatan adalah ketergantungan pada kelezatan duniawi.
Lebih lanjut Suwito menjelaskan, proses takhalli berupa membuang
sifat buruk pada diri seperti sifat rakus, perusak, tamak, serakah (greed), dan
sifatsifat buruk lainnya. Membersihkan diri dari sifat-sifat tercela oleh kaum
sufi dipandang penting, karena sifat ini merupakan najis maknawi (najasah
ma’nawiyah) yang dapat menghalangi untuk dekat dengan Tuhan.
Sebagaimana halnya najis dzat (najasah dzatiyah) yang menjadi sebab
seseorang tidak sah beribadah kepada Tuhan.
b. Tahalli
Tahalli merupakan suatu upaya menghiasi diri dengan akhlak-akhlak
terpuji.Tahapan ini dilakukan setelah melakukan pengosongan diri dari
sifatsifat tercela. Solihin dan Rosihon menjelaskan, pada tahap tahalli kaum
sufi berusaha agar setiap gerak perilaku selalu sesuai dengan tuntunan agam,
baik kewajiban yang bersifat lahiriah, seperti kewajiban yang bersifat formal
yaitu shalat, puasa dan haji, maupun batiniah seperti iman, ketaatan dan
kecintaan kepada Tuhan.
Menurut Al-Ghazali yang dikutip oleh Munir, jiwa manusia dapat
diubah, dilatih, dikuasai dan dibentuk sesuai kehendak manusia itu sendiri.
Sikap mental dan perbuatan baik yang penting diisikan ke dalam jiwa manusia
dan dibiasakan dalam perbuatan dalam rangka membentuk manusia paripurna
antara lain sebagai berikut:

1). Taubat
Sebagian besar para sufi menjadikan taubat sebagai pemberhentian
awal di jalan menuju Allah. Menurut Qamar Kailani dalam bukunya Fi
AtTashawwuf Al-Islam, yang dikutip oleh Solihin dan Rosihon, taubat adalah
rasa penyesalan yang sungguh-sungguh dalam hati dengan disertai

3
permohonan ampun serta meninggalkan segala perbuatan yang menimbulkan
dosa.

2). Cemas dan harap (Khauf dan Raja’)


Sikap mental ini adalah suatu perasaan yang timbul karena banyak
berbuat salah dan sering lalai kepada Allah. Dengan kesadaran demikian
menjadikan manusia memahami kekurangsempurnaannya dalam mengabdi
kepada Allah, sehingga timbul rasa takut, khawatir jika Allah akan murka
kepadanya.
Bagi para sufi, khauf dan raja’ berjalan seimbang dan saling
mempengaruhi.Khauf merupakan rasa takut atau cemas dan raja’ adalah
harapan atau keoptimisan.Takut semata-mata kepada Allah, dan senang karena
mentaati sesuatu yang diinginkan dan disenangi yaitu Allah.

3). Zuhud
Secara umum, zuhud dapat diartikan sebagai sikap melepaskan diri
dari rasa kebergantungan terhadap kehidupan duniawi dengan mengutamakan
kehidupan akhirat. Amin Syukur mengutip Abu Nu’aim, Hasan Al-Bashri
mengingatkan kepada khalifah Umar bin Abdul Aziz, “waspadalah kepada
dunia. Ia bagaikan ular yang lembut sentuhannya namun mematikan bisanya.
Berpalinglah dari pesonanya, karena sedikit saja terpesona, anda akan terjerat
olehnya...”
Al-Ghazali mengartikan zuhud sebagai sikap mengurangi keterikatan
kepada dunia untuk kemudian menjauhinya dengan penuh kesabaran. Inti dan
tujuan zuhud adalah sama, yaitu tidak menjadikan dunia sebagai
finaldestination/tujuan akhir, melainkan hanya sebagai sarana untuk sampai
kepada tujuan sebenarnya, yaitu kebahagiaan abadi di hadirat Tuhan.

4). Fakir
Fakir seperti yang dikatakan oleh Al-Kalabadzi yang dikutip oleh
Solihin dan Rosihon bermakna tidak menuntut lebih banyak apa yang telah
dimiliki dan merasa puas dengan apa yang sudah dimiliki, sehingga demikian
ia tidak meminta sesuatu yang lain. Fakir juga berarti kekurangan harta yang
diperlukan dalam menjalani kehidupan di dunia. Hal ini menjadi penting bagi

4
orang yang sedang menuju Allah karena, terlalu banyak memiliki harta akan
memungkinkan seseorang dekat kepada keburukan.

5). Sabar
Sabar merupakan salah satu hal yang fundamental bagi para sufi. Sabar
diartikan sebagai keadaan yang kokoh, stabil, dan konsekuen dalam pendirian.
Hal tersebut dilandasi oleh anggapan bahwa segala sesuatu yang terjadi
merupakan irdah Allah. Menurut Al-Ghazali sifat sabar merupakan kondisi
jiwa yang disebabkan oleh dorongan ajaran agama dalam mengendalikan
hawa nafsu. Ia membagi sabar menjadi tiga tingkatan, yaitu;
pertama iffah, adalah kemampuan mengatasi hawa nafsu. Kedua, hilm
yaitu kesanggupan seseorang menguasai diri agar tidak marah.Dan ketiga,
syaja’ah yaitu sifat pantang menyerah.

6) Ridha
Ridha merupakan perpaduan antara cinta dan sabar, yang berarti
menerima dengan lapang dada dan hati terbuka terhadap apa saja yang datang
dari Allah. Ahmad bin Hanbal r.a berkata, ridha ada tiga macam, yaitu;
meninggalkan pilihan, bersenang hati dengan perjalanan qadha,
danmenanggalkan perencanaan jiwa, sampai Allah menetapkan apa yang
menjadi hak dan kewajibannya.

c. Tajalli
Tajalli adalah hilangnya hijab dari sifat-sifat basyariyyah, jelasnya nur
yang sebelumnya gaib, dan fananya sesuatu ketika tampaknya wajah Allah. Hal
ini merupakan penyempurnaan akhlak daripada fase sebelumnya, yaitu tahalli,
atau merupakan penghayatan. Hal ini agar apa yang telah diperoleh jiwa dan
organ tubuh yang telah terisi oleh mutiara akhlak dan terbiasa melakukan
perbuatan luhur tidak menjadi berkurang. Kebiasaan baik yang dilakukan
dengan kesadaran optimal akan menyebabkan rasa rindu kepada-Nya.4

4
Ida Munfarida, Nilai- Nilai Tasawuf dan Relevensinya Bagi pengembangan etika lingkungan Hidup.Lampung :
UIN Raden Intan. 2017. Hal 64

5
b. Tasawuf Amali
Tasawuf amali merupakan cara mendekatkan diri kepada Allah, dalam hal ini
tasawuf berkonotasi dengan tarekat, yang di dalamnya memiliki aturan, prinsip dan
sistem khusus. Lebih lanjut Syamsul menjelaskan bahwa disamping perbaikan
akhlak, tasawuf juga menekankan ajaran-ajaran jalan mistik (spiritual, esoteris)
menuju kepada Yang Ilahi.Tasawuf yang demikian disebut tasawuf ‘Amali.‘Amali
artinya bentuk-bentuk perbuatan, yaitu sejenis laku-laku menempuh perjalanan
spiritual yang sering disebut thariqah.Dalam konteks ini dikenal adanya murid
(santri), mursyid (guru, syaikh) dan juga alam kewalian. Laku tarekat dimaksudkan
untuk melakukan perluasan kesadaran dari kesadaran nafsu ke kesadaran ruhaniah
yang lebih tinggi. J. Spencer Trimingham yang dikutip oleh Zaprulkhan
menyimpulkan bahwa tarekat merupakan metode praktis untuk menuntun seorang
sufi secara berencana dengan jalan pikiran, perasaan dan tindakan terkendali terus
menerus kepada suatu rangkaian maqam untuk dapat merasakan hakikat.
Berhubungan dengan hal di atas, Schimel mengatakan bahwa para ahli mistik
dalam berbagai tradisi keagamaan memiliki kecenderungan menggambarkan
langkah-langkah yang membawa kehadirat Tuhan sebagai “jalan”, jalan tersebut
dalam Islam disebut syari’at, tarekat dan hakikat. Jalan tritunggal kepada Tuhan
tersebut dijelaskan oleh Rasulullah Saw.“Syariat adalah perkataanku (aqwali),
tarekat adalah perbuatanku (a’mali) dan hakikat adalah keadaan batinku
(ahwali).”Mengenai tiga hal tersebut dalam agama Kristen disebut via purgative,
via contemplativa dan via illuminative.5

c. Tasawuf Falsafi
Tasawuf falsafi mulai muncul dengan jelas sejak abad VI hijriah,
meskipun dalam sejarah para tokohnya baru dikenal seabad kemudian. Kemudian
tasawuf falsafi terus hidup dan berkembang, terutama dikalangan para sufi yang
juga filsuf. Tasawuf falsafi seperti yang dijelaskan oleh Munir merupakan tasawuf
yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi intuitif dan visi rasional.Terminologi
falsafi yang digunakan berasal dari macam-macam ajaran filsafat yang telah
memengaruhi para tokohnya, namun orisinilnya sebagai tasawuf tidak
hilang.Walaupun demikian, tasawuf falsafi tidak dapat dipandang sebagai filsafat,
5
Ibid.,Hal 70

6
karena ajaran dan metodenya didasarkan pada rasa (dzauq).Selain itu, tasawuf ini
tidak pula dapat dikategoikan pada tasawuf (yang murni) karena sering
diungkapkan dengan bahasa filsafat.
Tasawuf yang berkombinasi dengan pemahaman filsafat, yaitu tasawuf falsafi
memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan tasawuf akhlaqi dan tasawuf
amali.Adapun karakteristik tasawuf falsafi secara umum mengandung kesamaran
akibat banyaknya ungkapan dan peristilahan khusus yang hanya dapat dipahami
oleh mereka yang memahaminya.Selanjutnya, tasawuf falsafi tidak dapat
dipandang sebagai filsafat karena ajaran dan metodenya didasarkan pada rasa
(dzauq) dan tidak pula dapat dikategorikan sebagai tasawuf, karena ajarannya
sering diungkapkan dalam bahasa dan terminologi filsafat, serta cenderung kepada
panteisme.
Tasawuf ini disebut dengan tasawuf falsafi karena di dalamnya kaya akan
pemikiran-pemikiran para filsuf. Seperti yang dijelaskan oleh Rivay, bahwa
berkembangnya tasawuf sebagai latihan untuk merealisasikan kesucian batin dalam
perjalanan menuju kedekatan dengan Allah swt, menarik perhatian parapemikir
muslim yang berlatar belakang teologi dan dan filsafat. Dari kelompok inilah
tampil sejumlah sufi yang filosofis atau filsuf yang sufis. Ajaran filsafat yang
paling banyak dipergunakan adalah emanasi Neo-Platonisme dalam semua
variasinya. Selanjutnya, dikatakan falsafi, sebab konteksnya sudah memasuki
wilayah ontologi (ilmu kaun) yaitu hubungan Allah swt dengan alam
semesta.Dengan demikian, wajarlah jika jenis tasawuf ini berbicara masalah
emanasi (faidh), inkarnasionisme (hulul), persatuan roh Tuhan dengan roh manusia
(ittihad) dan keEsaan (wahdah).6

d. Tasawuf Sosial
Tasawuf sosial dapat dipahami sebagai ajaran tasawuf yang mengedepankan
keseimbangan (harmonisasi) antara hubungan manusia dengan Allah (habl min
Allah), dan hubungan manusia dengan manusia (habl min al-nas) bahkan hubungan
manusia dengan alam dan makhluk (habl min al-‘alam).Dengan kata lain
keseimbangan shaleh individu dan shaleh sosial, keseimbangan hakikat dan
syari’at, kehidupan dunia dn akhirat, juga asyik-mansyuk bersama Allah dan
menjalankan kewajiban sosial. Selaras dengan hal tersebut di atas, Amin Syukur
6
Ibid.,Hal 71

7
menegaskan bahwa tasawuf sosial bukan lagi bersifat uzlah dari keramaian, namun
sebaliknya harus aktif mengarungi kehidupan ini secara total, baik dalam aspek
sosial, politik, ekonomi dan sebagainya. Hal tersebut berarti juga bahwa tasawuf
sosial bukan berarti tasawuf isolatif, tapi aktif sebagai tuntutan dan tanggungjawab
dutengah kehidupan masyarakat.
Ahlami mengatakan bahwa tasawuf sosial adalah tasawuf yang
menghubungkan dan mensinergikan antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.
Dalam hal ini dunia dalam pandangan tasawuf dijadikan sebagai sarana untuk
mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub ila Allậh), maka dunia yang demikian
disebut dunia yang terpuji (al-dunya al-mahmûdah). Dunia dalam pandangan
tasawuf adalah harta-benda (al-mal) dan jabatan (al-jah).Maka, dapat dikatakan
dsebagai dunia terpuji sesuai dengan jenisnya, cara memperolehnya, dan juga
penggunaannya, demikianlah dunia yang terpuji perspektif tasawuf. Ahlami
melanjutkan, bahwa tasawuf sosial sangat mengedepankan pembinaan moral (al-
akhlaq al-karỉmah) dalam kehidupan sosial.Pembinaan akhlak mulia menjadi
syarat mutlak bagi seseorang yang menempuh jalan tasawuf.Hal tersebut juga
sesuai dengan misi yang dibawa oleh Rasulullah SAW, untuk memperbaiki dan
penyempurnaan akhlak.7

B. Solusi Tasawuf Kontemporer di Era Industri 4.0


Era Industri 4.0 hakikatnya adalah kepanjangan tangan dari globalisasi. Dan
Globalisasi pada dasarnya sering di identikkan dengan kemodernan. Karena,
didalam-Nya merupakan masa di mana seluruh proses transformasi terjadi secara
cepat dan tanpa batas dalam waktu yang relatif singkat.
Ciri khas yang berkembang di dalamnya berupa rasionalitas, materialisme,
individualisme bahkan perkembangan ilmu dan teknologi. Singkatnya, kehidupan
manusia pada era ini tergantung pada sebuah proses globalisasi.
Kemajuan yang telah diraih di era globalisasi ini memberikan dampak yang
besar bagi kehidupan manusia. Dilihat dari dampak positifnya, segala aspek
kehidupan manusia dari berbagai bidang menjadi mudah terpenuhi, baik segi
fasilitas, penunjang aktivitas kehidupan manusia dan sebagainya.
Sementara, apabila ditinjau dari dampak negatifnya, banyak manusia yang
mengalami kehampaan spiritual, krisis moral dan sebagainya. Sehingga tak sedikit
7
Ibid.,Hal 73

8
orang yang mempunyai harta berlimpah, jabatan tinggi namun berujung pada
bunuh diri.
Pada titik ini, tasawuf memiliki peran penting dalam menjadi rujukan serta
solusi dari berbagai permasalahan yang terjadi di era ini. Tasawuf merupakan
khazanah keilmuan yang memiliki perannya sendiri dalam membimbing manusia
agar tidak tersesat dari fitrahnya.
Pada dasarnya, ia berfokus pada cara membersihkan jiwa sebersih mungkin
agar manusia memperoleh kedekatan kepada Allah SWT. Dari usaha pembersihan
jiwa inilah yang nantinya akan lahir pribadi tangguh dengan iman dan akhlak yang
baik.
Kehadiran tasawuf sesungguhnya menjawab persoalan kehampaan spiritual
dan krisis moral. Kehampaan spiritual merupakan salah satu problem mendasar
yang dialami oleh umat manusia saat ini. Hal ini terjadi karena manusia telah
kehilangan visi ke-Illahiaan.
Sementara, krisis moral terjadi akibat kehampaan spiritual yang dialami oleh
manusia itu sendiri. Hilangnya nilai-nilai ke-Ilahiaan menyebabkan manusia
menjadi rapuh dan mudah tergoda oleh kehidupan dunia.
Penerapan ajaran tasawuf dalam kehidupan sehari-hari akan menciptakan
lingkungan yang kondusif dan berakhlak. Salah satunya adalah konsep takhalli,
yaitu menjauhkan diri dari segala sesuatu yang dapat membuat dirinya jauh dari
Allah. Atau dapat diartikan sebagai mengosongkan atau membersihkan diri dari
sifat-sifat tercela. Seperti hubb ad-dunya (cinta dunia), tamak, ujub, riya takabbur,
hasud, sumah dan sebagainya.
Kemudian konsep tahalli atau membiasakan diri dengan sifat dan perbuatan
yang baik. Membersihkan dari perilaku dan sifat yang tercela. Konsep ini adalah
kelanjutan dari konsep takhali, yaitu mengisi kekosongan hati dengan perbuatan
yang baik. Seperti zuhud, qanaah sabar tawakal ridha, bersyukur, ikhlas dan
sebagainya. Fungsi dari konsep ini ialah sebagai sarana untuk membersihkan jiwa
dari penyakit batin.
Dan yang terakhir adalah, Tajalli. Setelah melalui dua konsep yaitu takhalli
dan tahalli, maka seseorang akan mendapatkan nur atau cahaya dari Tuhan-Nya,
bahkan lebih dari hal tersebut. Ia kan merasakan kenyamanan dan jauh dari
kehampaan spiritual, karena hidupnya senantiasa dituntun oleh Yang Maha Kuasa.

9
Konsep lain yang ditawarkan ialah zuhud, yang berarti membebaskan diri dari
ketertarikan materi atau dunia. Dalam konteks ini, penerapan konsep zuhud
menjadi sangat relevan melihat kondisi manusia di era ini yang begitu
materialistis. Mungkin, perlu ditekankan bahwa konsep ini, mungkin lebih
bermakna kepada menghilangkan kecintaan kepada yang berlebihan di dunia.
Untuk era ini, sudah tidak perlu diperdebatkan lagi bahwa tasawuf memiliki
peranan yang sangat penting dalam mengobati problematik yang sedang menimpa
masyarakat. Baik, kehampaan spiritual maupun krisis moral yang terus terjadi,
khususnya bagi kalangan muda.8

8
Rahma,Mega.Peran Tasawuf di Era Industri 4.0. http://afi.unida.gontor.ac.id/2020/01/26/peran-tasawuf-di-
era-industri-4-0/.Diakses Pada 20 September 2021.Pukul 20.10

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tasawuf atau sufisme adalah suatu istilah yang lazim dipergunakan untuk mistisisme
dalam Islam dengan tujuan pokok memperoleh hubungan langsung dengan Tuhan. Dalam
hal ini pokok-pokok ajarannya tersirat dari Nabi Muhammad SAW yang didiskusikan
dengan para sahabatnya tentang apa-apa yang diperolehnya dari Malaikat Jibril berkenaan
dengan pokok-pokok ajaran Islam yakni: iman, Islam, dan ihsan. Ketiga sendi ini
diimplementasikan dalam pelaksanaan tasawuf.

Bertasawuf juga suatu upaya untuk melatih jiwa dan mental dengan berbagai kegiatan
yang dapat membebaskan diri manusia dari pengaruh keduniawian yang serba canggih
dan instan. Tasawuf juga berperan untuk mengembalikan nilai-nilai spiritual manusia
yang memang sudah tergadaikan akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang tidak diimbangi dengan moral yang luhur dan agama sebagai pedoman utama
manusia dalam kehidupan. Dengan menerapkan nilai-nilai tasawuf, maka pada akhirnya
akan tercermin nilai-nilai kemanusian dan akhlak yang mulia dan dekat dengan Tuhan,
meskipun berada ditengah-tengah kemajuan zaman yang takkan mampu kita elakkan.
Membumikan nilai-nilai tasawuf yaitu dengan cara melawan hidup hedonisme dengan
hidup kerohanian. Manusia yang telah masuk ke dalam hidup kerohanian akan memiliki
nilai menjadi wara’ (tawadu’), sederhana, ta’abbud (berbakti), zuhud, (tidak terikat oleh
kemewahan).

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kekurangan lainnya. Oleh karen itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun untuk perbaikan makalah selanjutnya. Atas sarannya kami ucapkan
terimakasih penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat, baik bagi penulis
maupun pembaca.

11
DAFTAR PUSTAKA

Badrudin.2015.Akhlak Tasawuf. IAIB Press. Serang.


Munfarida,Ida.2017.Nilai- Nilai Tasawuf dan Relevensinya Bagi pengembangan etika
lingkungan Hidup.UIN Raden Intan. Lampung.
Nilyati.2015.Peranan Ilmu Tasawuf Dalam Kehidupan Modern.TAJDID. Jambi.
Syukur, M. Amin dan Masyharuddin. 2002. Intelektualitas Tasawuf. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai