Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“Sumber - Sumber Pendidikan Akhlak dalam Islam

dan Filsafat Barat Modern”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Akhlak.

Dosen Pengampu:

Dr. Khairan Muhammad Arif, M.Ed

Disusun oleh:

Kelompok 2 – Kelas 2A

1. Sultan Syahruna (11230140000026)


2. Nailah Mumtazah Kahhar (11230140000021)
3. Dina Nofita (11230140000038)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS ILMU


TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan anugerah-Nya
sehingga makalah dengan judul “Sumber – Sumber Pendidikan Akhlak dan Filsafat
Barat Modern” ini berhasil disusun tepat waktu. Sholawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW., semoga kelak mendapatkan
syafaatnya di akhirat. Aamiin ya robbal aalamiin.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Pendidikan Akhlak
dengan dosen pengampu Dr. Khairan Muhammad Arif, M.Ed, dimana dalam makalah ini
topik pembahasan berpusat pada pentingnya pendidikan akhlak, adab, dan bentuk
perbedaannya dengan moral dan etika. Penyusunan makalah dilakukan dengan pencarian dari
berbagai sumber, sehingga dengan disusunnya makalah ini, selain untuk memenuhi tugas,
penulis juga berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi
para pembaca.

Penulis selaku seluruh anggota dari kelompok 2 mengucapkan permohonan maaf


yang sebesar-besarnya apabila terdapat banyak kekurangan dalam disusunnya makalah ini.
Penulis hanyalah sekelompok manusia yang tidak luput dari kesalahan, dan sesungguhnya
kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. semata. Kritik dan saran yang bersifat
membangun akan dihargai. Semoga makalah ini dapat diterima dengan baik dan kelak
mampu memberikan manfaat kepada siapa pun yang membacanya.

Atas perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih.

Ciputat, 19 Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii
BAB I: PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................................................1
B. Perumusan Masalah........................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................3
A. Pengertian........................................................................................................................................3
1. Sumber-Sumber Pendidikan Akhlak dalam Islam........................................................3
2. Filsafat Akhlak Barat Modern.........................................................................................5
3. Filsafat Akhlak dalam Konteks Pemikiran Etika Modern............................................6
BAB III PENUTUP....................................................................................................................9
A. Kesimpulan.......................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................10

iii
BAB I:
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dunia modern saat ini memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan
akhlak dan moral anak, betapa tidak perilaku-perilaku yang muncul dikalangkan masyarakat
terkhusus di Indonesia sangat memprihatinkan. ini merupakan tanggung jawab bersama dalam
mengantisipasi kemerosotan akhlak, dengan demikian pendidikan di Sekolah, Keluarga maupun
Masyarakat memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam mengantisipasi hal
tersebut.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dialami oleh manusia sekarang ini,
tidak sedikit dampak negatifnya terhadap sikap hidup dan perilakunya, baik ia sebagai manusia
yang beragama maupun sebagai makhluk Individu dan sosial. Dampak negatif yang paling
berbahaya terhadap kehidupan manusia atas kemajuan yang dialaminya, ditandai dengan
adanya kecenderungan menganggap bahwa satu-satunya yang dapat membahagiakan hidupnya
adalah nilai material.

Untuk menjamin keberlangsungan kehidupan bersama itulah, dalam masyarakat terdapat


aturan, norma atau kaidah sosial sebagai sarana untuk mengatur lalu lintas pergaulan antar
warga masyarakat. Olehnya itu dalam mengarungi kehidupan di permukaan bumi ini, selain ada
agama, hukum, adat istiadat, juga ada akhlak atau moral 1 yang masing-masing memiliki nilai
dan norma atau kaidah untuk mengatur kehidupan masyarakat.2

Islam adalah agama yang santun karena dalam Islam sangat menjunjung tinggi
pentingnya akhlak. Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak
mencakup segala pengertian tingkah laku, tabiat, perangai, karakter manusia yang baik maupun
yang buruk dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama makhluk.3

1
Moral adalah keseluruhan aturan, kaidah, norma berbentuk perintah dan larangan yang mengatur perilaku
manusia dan masyarakat di mana manusia itu berada,H. De Vos, Inleiding Ethiek, terjemahan Soejono dengan
judul Pengantar Etika (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1987), h. 42.
2
J. van Kan dan J. H. Beekhuis, Inleiding Tot De RechtWetenschap (De Erven F. Bohn N. V. Haarlem),
diterjemahkan oleh Mr. Moh. O. Masdoeki dengan judul, Pengantar Ilmu Hukum (Cet. VI; Jakarta: PT.
Pembangunan, 1972), h. 10, dan L. J. van Apeldoorn, Inleiding tot de Studie van het Nederlandse Recht
diterjemahkan oleh Mr. Oetarid Sadino dengan judul, Pengantar Ilmu Hukum (Cet. XXI; Jakarta: Pradnya
Paramita, 1983), h. 25.
3
Rokayah, Penerapan Etika Dan Akhlak Dalam Kehidupan Sehari - hari (Jurnal TERAMPIL Pendidikan
1
Memang sangat mengenai persoalan akhlak untuk dibahas dan dielaborasi terutama
dalam konteks kekinian karena akhlak sendiri merupakan suatu perwujudan sifat-sifat
ketuhanan yang murni dan suci yang membawa manusia dalam kesempurnaan.

Berdasarkan dari uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka pokok masalah
yang menjadi perhatian untuk diteliti lebih lanjut dalam kajian makalah ini adalah bagaimana
Filsafat Akhlak dalam Konteks Filsafat Etika Modern?

B. Perumusan Masalah

a. Apa saja sumber-sumber pendidikan akhlaq dalam islam?

b. Definisi Filsafat Akhlak Barat Modern

c. Bagaimana Filsafat Akhlak dalam Konteks Pemikiran Etika Modern?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari disusunnya makalah ini adalah untuk mengetahui apa saja sumber-sumber
pendidikan akhlak dalam Islam dan mengetahui apa itu Filsafat barat modern, serta
mengetahui konteks Pemikiran filsafat barat modern sebagai seorang muslim.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

1. Sumber-Sumber Pendidikan Akhlak dalam Islam

Akal pikiran manusia juga sama kedudukannya seperti hati nurani di atas. Kebaikan atau
keburukan yang diperoleh akal bersifat subjektif dan relatif. Karena itu, akal manusia tidak
dapat menjamin ukuran baik dan buruknya akhlak manusia. Hal yang sama juga terjadi pada

dan Pembelajaran Dasar Volume 2 Nomor 1 Juni 2015), h. 15

2
pandangan umum masyarakat. Yang terakhir ini juga bersifat relatif, bahkan nilainya paling
rendah dibandingkan kedua standar sebelumnya. Hanya masyarakat yang memiliki kebiasaan
(tradisi) yang baik yang dapat memberikan ukuran yang lebih terjamin.

Sebagai sumber akhlak, wahyu / ayat suci Al-Qur’an menjelaskan bagaimana berbuat
baik. al-Qur’an bukanlah hasil renungan manusia, melainkan firman Allah s.w.t. yang Maha
Pandai dan Maha Bijaksana. Oleh sebab itu, setiap muslim berkeyakinan bahwa isi al-Qur’an
tidak dapat dibuat dan ditandingi oleh buatan manusia.

‫َّلَقْد َك اَن َلُك ْم ِفى َر ُسوِل ٱِهَّلل ُأْس َو ٌة َحَس َنٌة ِّلَم ن َك اَن َيْر ُجو۟ا ٱَهَّلل َو ٱْلَيْو َم ٱْل َء اِخَر َو َذ َك َر ٱَهَّلل َك ِثيًرا‬
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah. (QS. Al-Azhab : 21)

‫الق‬
ِ ‫ِإَّنَم اُبِع ْثُتُألَتِّم َم َك اِر َم اَألْخ‬
Artinya : “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.” (HR.
Al-Baihaqi).

Kata al-makârim itu sendiri adalah jamak dari kata al-makrumah. Menurut dalam Lisânal-‘Arab
(Ibnu Manzhur) makna Al makarim adalah perbuatan mulia (fi’lal-karam). Adapun Akhlak (
‫ )األخالق‬adalah jamak dari khuluq (‫)الُخ ُل ُق‬. Khuluq menurut Al-Azhari adalah “Al-Khuluq: din,
dan al-khuluq: muru’ah.” (Muhammad bin Ahmad al-Azhariy ). Sedangkan Al-Qadhi ‘Iyadh
menukil perkataan Ibnu al-‘Arabi: “Ibnu al-‘Arabi menuturkan: al-khuluq yakni tabiat, al-
khuluq yakni al-dîn, al-khuluq yakni muru’ah.” (‘Iyadh bin Musa bin ‘Iyadh, Masyâriqal-Anwâr
‘AlâShihâhal-Âtsâr). Ibn Manzhur dalam Lisânal-‘Arab pun menjelaskan:”Al-Khuluq: yakni din
(agama), tabi’at dan watak alami”

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ukuran baik dan buruknya akhlak manusia
bisa diperoleh melalui berbagai sumber. Dari sekian bànyak sumber yang ada, hanyalah sumber
al-Quran dan Sunnah Nabi yang tidak diragukan kebenarannya.Sumber-sumber lain masih
penuh dengan subyektivitas dan relativitas mengenai ukuran baik dan buruknya. Karena itulah
ukuran utama akhlak Islam adalah al-Quran dan Sunnah. Dan inilah yang sebenarnya
merupakan bagian pokok dari ajaran Islam. Apapun yang diperintahkan oleh al-Quran dan
Sunnah pasti bernilai baik untuk dilakukan, sebaliknya yang dilarang oleh al-Quran dan Sunnah
pasti bernilai baik untuk ditinggalkan.

3
Oleh karena itu tidak boleh memakai hadits bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam fokus dakwahnya hanya pada akhlak mulia dan mengabaikan dakwah menyeru pada
penerapan Islam kaffah dalam naungan khilafah Rasyidah. Karena faktanya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyeru pada masyarakat Arab kepada aqidah Islam dan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam membangun Daulah Islam Madinah berlandaskan aqidah
Islam. Dengan aqidah Islam masyarakat Islam yang berakhlak karimah terbentuk.

4
2. Filsafat Akhlak Barat Modern

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti,
kelakuan, watak atau tabiat.4 Kata akhlak walaupun terambil dari bahasa Arab (yang biasa
diartikan sebagai tabiat, perangai, kebiasaan, bahkan agama), namun menurut Quraish Shihab
kata seperti itu tidak ditemukan dalam al-Qur’an, yang ditemukan hanya bentuk tunggal saja
yaitu khuluk seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an surat Al-Qalam ayat 4 yakni:

‫َو ِإ َّنَك َل َع َل ٰى ُخ ُلٍق َع ِظ ي ٍم‬


Artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”

Sejauh penelitian para ahli bahasa Arab, kata khulq seakar kata dengan kata khalq,
walaupun memeliki sisi yang berbeda. Ketika menggunakan kata khulq, tendensinya adalah
karakter ( yang bersifat bathiniah ) pada manusia. Sedangkan apabilah menggunakan kata
khalq, maka tendensinya lebih bersifat fisikal ( yang bersifat lahiriah ) pada manusia.5

Sebagai sebuah istilah yang sering dipakai, akhlak digunakan secara beragam oleh para
ulama akhlak dan para pemikir, sehingga memiliki arti yang berbeda-beda. Beberapa arti dari
istilah akhlak adalah sebagai berikut;
1. Arti akhlak secara umum yang sering digunakan para ulama akhlak muslim adalah sifat-
sifat yang melekat pada jiwa manusia.
2. Sebagian ulama akhlak Islam mendefinisikan akhlak dengan; sifat batin yang
menyebabkan kemunculan tindakan-tindakan yang baik atau buruk, apakah itu terpatri
kuat atau tidak pada jiwa manusia, ataukah perlu pertimbangan pikiran.
3. Ada pula yang mendefinisikan bahwasanya kata akhlak hanya mewakili tindakkan yang
baik, sedang yang buruk adalah amoral.6

Dalam perkembangan selanjutnya, kata akhlak digunakan pula dalam pengertian sebagai
teori atau pengetahuan yang mempelajari tentang keseluruhan nilai, norma dan kaidah moral
yang menjadi pegangan seseorang atau kelompok masyarakat dalam mengatur tingkah lakunya.

4
W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Cet. VIII; Jakarta: Balai Pustaka, 1985), h.
25. Lihat pula Ahmad Amin, Al-Akhlaaq, diterjemahkan oleh Prof. K. H. Farid Ma’ruf dengan judul Etika
(Ilmu Akhlak) (Cet. VIII; Jakarta: Bulan Bintang, 1995), h. 2.
5
Lihat,Taqi Mishbah Yazdi, Falsafah Akhlaq,( Cet. I; Jakarta : al-huda, 2006), h. 1
6
Taqi Mishbah Yazdi, Falsafah Akhlaq,, h. 2
5
Dalam pengertian ini orang kadang menyebutnya dengan ilmu akhlak, atau etika Islam, 7 atau
etika (ilmu akhlak) 8 dan ada pula yang menanamkan filsafat akhlak.

Berdasarkan dari defenisi tersebut filsafat akhlak adalah satu bidang ilmu yang
membahas dasar-dasar ilmu akhlak, dengan membahas sejumlah masalah yang berkaitan
dengan peletak ilmu, tujuan ilmu, metodologi serta sejarah perkembangannya.

3. Filsafat Akhlak dalam Konteks Pemikiran Etika Modern

filsafat akhlak berarti berusaha kembali untuk memahami segala hal yang berkaitan
dengan akhlak dalam konteks perkembangannya baik sudut eksistensi esensi dan urgensi serta
perkembangannya sehingga perlu diurai kembali dalam perspektif kebahasaan, berasal dari
bahasa Arab, yaitu isim masdar dari kata, akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan yang berarti perangai,
tabiat, kelakuan, kebiasaan, kelaziman, peradaban yang baik Untuk menjelaskan pengertian
akhlak dari segia istilah ada beberapa pendapat: Akhlak adalah segala tingkah laku, ucapan
dan sikap seseorang yang mempunyai nilai utama bina atau nilai yang tinggi dan nilai yang
rendah Akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan- perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran.9

Pertumbuhan dan perkembangan Akhlak dapat dibagi pada dua bagian, Pertama

pertumbuhan dan perkembangan di luar ajaran Islam (non Muslim) dan pertumbuhan dan

perkembangan di dalam ajaran Islam. cara ini ditempuh karena secara histories keberadaan

perkembangan adat istiadat masyarakat termasuk agama dan akhlak pada masyarakat di luar

Islam telah ada lebih dahulu dibandingkan dengan ajaran akhlak yang dibawa oleh Nabi

Muhammad saw yang berdasarkan al-Qur’an dan al-Sunnah.

Salah satu tokoh yang cukup popular dalam pemikiran akhlak di kalangan Muslim
adalah Al-Gazali. Beliau sendiri mendefinisikan akhlak sebagai “suatu keadaan yang menyatu
dalam pribadi dan menjadi pangkal timbulnya perbuatan- perbuatan dengan mudah tanpa proses
pemikiran atau pertimbangan” (Al-Qasimi, n.d.). Tinjauan al-Gazali tentang akhlak seperti yang
7
K. S. Durrany, Etika Islam, dalam Hakim Abdul Hameed (ed.), Aspek-Aspek Pokok Agama Islam
(Jakarta: Pustaka Jaya, 1982), h. 71.
8
Lihat Ahmad Amin, Al-Akhlaaq, diterjemahkan oleh K. H. Farid Ma’ruf dengan judul Etika ( Ilmu
Akhlak), (Cet; Jakarta: Bulan Bintang, 1995), h. 2
9
Ishak Talibo & Faradila Hasan, Filsafat Akhlak dalam Konteks Pemikiran Etika Modern “Potret
Pemikiran” 24, No. 1 (2020) h. 47-57.
6
dikemukakan di atas, didasarkan atas persepsi yang menganalogikan akhlak dengan psycho-
motorik yang melahirkan perbuatan spontan sebagai cerminan dari akumulasi nilai-nilai iman
yang tertanam dalam jiwa (bathin) setiap orang.

Definisi akhlak versi al-Gazali tersebut jika diperhadapkan dengan konsep tujuan hidup
dan misi utama kehadiran manusia di arena kehidupan kini, ternyata masih tertinggal dan masih
memerlukan revisi (perumusan ulang). Di satu pihak, al-Gazali mengidentikkan akhlak dengan
sifat-sifat dasar yang tertanam kokoh dan mewarnai tingkah laku seseorang dengan sifat-sifat
dasar tersebut kemudian muncul perlakuan spontan tanpa melalui pemikiran atau pertimbangan
yang berkepanjangan. Sedang di pihak lain, al-Qur’an menekankan perlunya dipelihara sikap
aktif dan positif dalam menapak jalan hidup serta berupaya menciptakan suasana yang kondusif
bagi tercapainya misi kekhalifaan manusia yaitu mengantarkan seluruh penghuni alam menuju
terwujudnya kesejahteraan dan ketentraman hidup lahir dan batin. Konsep pemikiran al-Gazali
ternyata memang telah mewarnai corak berfikir para cendekiawan (ulama) di dunia Muslim
sejak sepeninggal Ibn Rusyd (1126- 1198).

Pendidikan dapat membantu seseorang untuk memiliki sifat terpuji tersebut, oleh sebab
itu Ibn Miskawai menolak pendapat sebagian pemikir Yunani yang mengatakan akhlak tidak
dapat dirubah dengan cara apapun karena hal tersebut sudah bersifat alami (Maskawiy, 1994).

Menurut Penulis Akhlak sangat di pengaruhi tingkat intelegensi seseorang. Oleh


karenanya pengembangan intelegensia manusia dan upaya untuk mengoperasionalisasikannya
akan membentuk manusia pemikir yang mengenal jati diri, alam dan linkungan di mana ia
berada, bahka sekaligus menyadari misi dan tujuan hidupnya. Manusia seperti itu, menurut term
al-Qur’an, disebut Ulu al-Albab (orang yang berakal).10

Pertumbuhan dan perkembangan ilmu Akhlak pada bangsa Yunani baru terjadi setelah
munculnya apa yang disebut Sophisticians, yaitu orang-orang yang bijaksana (500-450 SM).
Sedangkan sebelum itu di kalangan bangsa Yunani tidak dijumpai pembicaraan mengenai
akhlak. Dasar yang digunakan para pemikir Yunani dalam membangun Ilmu Akhlak
adalah pemikiran filsafat tentang manusia, atau pemikiran tentang manusia ini menunjukkan
bahwa ilmu Akhlak yang mereka bangun lebih bersifat filosofis yang bertumpu pada kajian
secara mendalam terhadap potensi kejiwaan yang terdapat dalam diri manusia atau bersifat
anthroposentris, dan mengesankan bahwa masalah akhlak adalah sesuatu yang fitri, yang akan
10
Bahriani, M. M. D. (2020). Pengaruh Pemberian Penguatan (Reinforcement) terhadap Prestasi Belajar
Peserta Didik dalam Bidang Studi Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri Makassar. Journal Mistar, 1(1).
7
ada dengan adanya manusia sendiri dari hasil yang di dapatnya berdasar logika murni (Nata,
2006).

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian yang dikemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Dengan demikian, manusia harus selalu mendasarkan pada al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai
sumber akhlak. Untuk memperjelas, memperluas dan menjabarkannya, baik secara konseptual
maupun praktis, sumber kedua dipakai yaitu as-Sunnah. Dalam bahasa teknisnya, meneladani
pemikiran ulama, selama masih bersumber kepada al-Qur’an dan al-Hadis yang shahih, atau
sekurang- kurangnya tidak bertentangan langsung atau tidak langsung terhadap kedua sumber
tersebut, dapat saja dipakai untuk memperluas, memperdalam, memperjelas dan memperlancar
pengembangan konseptual tentang akhlak dan pengamalannya secara fungsional”.
2. Filsafat akhlak adalah teori atau filsafat yang mempelajari tentang keseluruhan nilai, norma
dan kaidah moral yang menjadi pegangan seseorang atau kelompok masyarakat dalam
mengatur tingkah lakunya. Sedangkan etika moderen adalah suatu teori atau filsafat yang
mempelajari tentang keseluruhan nilai dan norma atau kaidah moral secara ilmiah-filsafati.
Sebagai salah satu cabang dari filsaat, filsafat akhlak dan etika moderen memiliki obyek
kajian yang sama, yaitu nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan
seseorang atau kelompok masyarakat. Nilai-nilai dan norma-norma moral menurut filsafat
akhlak bersumber dari agama Islam, sedangkan menurut etika moderen bersumber dari
pemikiran manusia.

9
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghazali. 2018. Ihya Ulumuddin. Jakarta: Zaman Kitab Klasik

H. De Vos, Inleiding Ethiek, terjemahan Soejono.1987. Pengantar Etika Yogyakarta: Tiara


Wacana.

J. van Kan dan J. H. Beekhuis, Inleiding Tot De RechtWetenschap De Erven F. Bohn N. V.


Haarlem, diterjemahkan oleh Mr. Moh. O. Masdoeki. 1972. Pengantar Ilmu Hukum;
Jakarta: PT. Pembangunan.

L. J. van Apeldoorn, Inleiding tot de Studie van het Nederlandse Recht diterjemahkan oleh
Mr. Oetarid Sadino. 1983. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Pradnya Paramita.

Rokayah. 2015. Penerapan Etika Dan Akhlak Dalam Kehidupan Sehari - hari Jurnal Terampil
Pendidikan dan Pembelajaran Dasar Volume 2.

W. J. S. Poerwadarminta. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Ahmad Amin, Al-Akhlaaq, diterjemahkan oleh Prof. K. H. Farid Ma’ruf. 1995. Etika
ilmu Akhlak .Jakarta: Bulan Bintang.

Taqi Mishbah Yazdi. 2006. Falsafah Akhlaq. Jakarta : al-huda.

K. S. Durrany. 1982 . Etika Islam, dalam Hakim Abdul Hameed (ed.), Aspek-Aspek Pokok
Agama Islam Jakarta; Pustaka Jaya.

Ahmad Amin, Al-Akhlaaq, diterjemahkan oleh K. H. Farid Ma’ruf. 1995. Etika Ilmu Akhlak.
Jakarta; 1995

Ishak Talibo & Faradila Hasan. 2022. Filsafat Akhlak dalam Konteks Pemikiran Etika Modern
Potret Pemikiran.

Bahriani, M. M. D. 2020. Pengaruh Pemberian Penguatan.

10

Anda mungkin juga menyukai