Anda di halaman 1dari 17

MANUSIA DALAM PERSPEKTIF

AL-QUR’AN DAN AL-SUNNAH

“Makalah ini disusun guna melengkapi tugas besar 1 Pendidikan Agama Islam”

Disusun Oleh :
- Nama : Shifa Nuraini Madinna Putri
- NIM : 44121010068
- Prodi : Broadcasting
- Matkul : Pendidikan Agama Islam
- Dosen : Pak Deden Abdul Fatah, Dr,M.Si

UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA

WARUNG BUNCIT

2021/2022
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, hidayah
dan karunia-nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan penegetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 14 Oktober 2021

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. 2
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................................ 5
BAB II ....................................................................................................................................... 6
KAJIAN PUSTAKA ................................................................................................................ 6
2.1 Konsep Tentang Manusia ................................................................................................. 6
2.2 Proses Kejadian Manusia Menurut Al-Qur’an dan Al-Sunnah ........................................ 7
2.3 Pengertian Manusia Dalam Al-Qur’an ............................................................................. 9
2.4 Pengertian Manusia Dalam Al-Sunnah .......................................................................... 10
BAB III.................................................................................................................................... 11
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 11
3.1 Kejadian dan Tugas Manusia ......................................................................................... 11
3.2 Manusia Sebagai Makhluk Berpikir dan Merasa ........................................................... 11
3.3 Manusia Sebagai Makhluk Beragama ............................................................................ 12
3.4 Manusia Dalam Perspektif Al-Qur’an............................................................................ 12
3.4.1 Manusia Sebagai Dimensi Intelektual ..................................................................... 12
3.4.2 Manusia Sebagai Dimensi Sosial ............................................................................ 13
3.4.3 Manusia Sebagai Dimensi Spiritual ........................................................................ 13
3.5 Manusia Dalam Perspektif Al-Sunnah ........................................................................... 14
3.5.1 Proses Penciptaan Manusia Dari Sari Pati Tanah .................................................... 14
3.5.2 Proses Penciptaan Manusia Dalam Janin (Kandungan) .......................................... 14
3.5.3 Proses Penciptaan Manusia Pertama ....................................................................... 15
BAB IV .................................................................................................................................... 16
PENUTUP............................................................................................................................... 16
4.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 17

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Al-Qur’an adalah pedoman hidup manusia yang diwahyukan Allah kepada Nabi
Muhammad, Al-Qur’an menjadi penuntun bagi kehidupan manusia, sehingga Al-Qur’an
haruslah mencakup segala aspek kehidupan manusia. Al-Qur’an tidak hanya membahas
hubungan manusia dengan penciptanya, melainkan membahas juga hubungan manusia
dengan manusia (Habluminnallah dan Habluminannas).
Manusia tidak dapat hidup sendiri, karena manusia adalah makhluk sosial yang
saling membutuhkan yang satu dengan yang lainnya. Sehingga manusia akan senantiasa
hidup berkelompok untuk saling memenuhi kebutuhan hidupnya, baik itu kebutuhan
ekonomi, tempat, sosial, dan yang lainnya.
Dalam hidup berkelompok atau bermasyarakat, manusia memerlukan aturan
norma-norma dalam islam kehidupan berkelompok atau bermasyarakat disebut dengan
jamaah, Dan senantiasa manusia harus bisa menyandarkan dirinya kepada Al-Qur’an.
Sehingga penting mengkaji konsep jamaah berdasarkan Al-Qur’an.
Al-Sunnah merupakan sumber ketentuan Islam yang kedua setelah Al-Qur’an. Ia
merupakan penguat dan penjelas dari berbagai persoalan baik yang ada di dalam Al-
Qur’an maupun yang dihadapi dalam persoalan kehidupan kaum muslim yang
disampaikan dan dipraktikkan Nabi Muhammad SAW. yang dapat dijadikan landasan
pendidikan Islam.
Misi dari agama Islam adalah penyempurnaan akhlak seperti yang terdapat dalam
Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Islam sangat memperhatikan masalah pembinaan akhlak. Hal
ini dapat dijumpai dari sunnah nabi Muhammad SAW, seperti terlihat dalam ucapan dan
perbuatannya yang mengandung nilai-nilai dan prinsip-prinsip akhlak. Adapun hadits yang
menyebutkan bahwa Nabi Muhammad diutus ke muka bumi ini untuk menyempurnakan
akhlak yang mulia. Orang yang paling berat timbangan amal baiknya di akhirat adalah
orang yang paling mulia akhlaknya. Orang yang paling sempurna imannya adalah orang
yang paling baik akhlaknya.

4
1.2 Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang di atas, dan karena permasalahan yang di bahas dalam
penelitian ini “Manusia Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Untuk itu dipaparkan
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana manusia dalam perspektif Al-Qur’an?
2. Bagaimana manusia dalam perspektif Al-Sunnah?

1.3 Tujuan Penelitian


Dengan memeperhatikan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menegtahui makna manusia dalam perspektif Al-Qur’an dan Al-Sunnah.

1.4 Manfaat Penelitian


Dari tujuan penelitian di atas, ini diharapkan bisa memberikan manfaat atau
kegunaan sebagai berikut :
1. Secara akademik, penelitian ini di harapkan dapat memberikan kontribusi bagi
perkembangan pemikiran dan wacana keagamaan serta menambah khazanah literatur
studi ilmu-ilmu al-Qur’an terutama dalam bidang aqidah, akhlak dan sosial.
2. Secara sosial, penelitian ini di harapkan dapat berguna bagi masyarakat dalam
mempelajari ilmu-ilmu al-Qur’an, dalam bidang aqidah, akhlak dan sosial.
3. Secara pribadi, penelitian ini berguna untuk mengembangkan keilmuan dan
intelektualitas dalam rangkamenyelesaikan tugas besar 1 dengan judul “Manusia
Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Al-Sunnah.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep Tentang Manusia


Asal-usul adanya manusia menurut al-Quran adalah karena sepasang manusia
pertama yaitu Adam dan Hawa. Pada mulanya, dua insan ini hidup di surga. Namun,
karena melanggar perintah Allah maka mereka diturunkan ke bumi. Setelah diturunkan ke
bumi, sepasang manusia ini kemudian beranak-pinak, menjaga dan menjadi wakil-Nya di
dunia baru itu. Tugas yang amat berat untuk menjadi penjaga bumi. Satu nilai lebih pada
diri manusia, yaitu dianugerahi pengetahuan.
Manusia dengan segala kelebihannya kemudian ditetapkan menjadi khalifah
dibumi ini. Dengan segala pengetahuan yang diberikan Allah manusia memperoleh
kedudukannya yang paling tinggi dibandingkan dengan makhluk lainnya. Ini
menunjukkan bahwa manusia memiliki keistimewaan dibanding makhluk Allah yang
lainnya, bahkan Malaikat sekalipun. Menjadi menarik dari sini jika legitimasi
kesempurnaan ini diterapkan pada model manusia saat ini, atau manusia-manusia pada
umumnya selain mereka para Nabi dan orang-orang maksum.
Sejak awal Allah menghendaki manusia untuk menjadi hamba-Nya yang paling
baik, tetapi karena sifat dasar alamiahnya, manusia mengabaikan itu. Ini memperlihatkan
bahwa pada diri manusia itu terdapat potensi-potensi baik, namun karena potensi itu tidak
didaya gunakan maka manusia terjerebab dalam lembah kenistaan, bahkan terkadang jatuh
pada tingkatan di bawah hewan.
Dalam makalah ini, disatu sisi konsep evolusi menawarkan satu gagasan bahwa
manusia adalah wujud sempurna dari evolusi makhluk di bumi ini. Sedangkan konsep yang
kedua mengatakan bahwa manusia adalah keturunan Adam dan Hawa. Dalam makalah ini
benar-salah kedua konsep itu tidak dibahas secara intens. Tulisan ini akan lebih
menakankan konsep manusia dalam al-Quran, dan sedikit memberi ruang penjelasan untuk
konsep manusia melalui teori evolusi, sekedar analisa perbandingan saja.

6
2.2 Proses Kejadian Manusia Menurut Al-Qur’an dan Al-Sunnah
Allah SWT telah menceritakan proses penciptaan manusia di dalam Al-Qur'an
secara terperinci, Allah berfirman dalam surat Al-Mu'minun ayat 12-14 :
Artinya : “ Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan
tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang
paling baik.”
Sementara itu dalam sebuah potongan Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim juga dijelaskan : “Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radiallahuanhu
beliau berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam menyampaikan kepada kami dan
beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan : Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan
penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari, kemudian
berubah menjadi setetes darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal
daging selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu
ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara :
menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya.” (Riwayat
Bukhori dan Muslim).
Tahapan-tahapan atau tingkatan penciptaan Manusia :
1. Nutfah
Yaitu tingkat pertama bermula selepas persenyawaan atau minggu pertama.
Nutfah bermula setelah terjadinya percampuran air mani. Menurut Ibn Jurair al-
Tabari, asal perkataan nutfah ialah “nutf” artinya air yang sedikit yang terdapat di
dalam sesuatu tabung dan sebagainya. Dan dari nutfah inilah Allah menciptakan
anggota-anggota yang berlainan , tingkahlaku yang berbeda serta menjadikan lelaki
dan perempuan. Dari nutfah lelaki akan terbentunya saraf dan tulang, dan dari nutfah
perempuan akan terbentuknya darah dan daging.
2. Alaqah
Tingkat pembentukan alaqah ialah pada hujung minggu pertama / hari ketujuh
. Pada hari yang ketujuh telur yang sudah disenyawakan itu akan tertanam di dinding
rahim. Kebanyakan ahli tafsir menafsirkan alaqah dengan makna segumpal darah. Ini
mungkin dibuat berasaskan pandangan mata kasar. Alaqah sebenarnya suatu benda
7
yang amat seni yang diliputi oleh darah. Tingkat alaqah adalah pada minggu pertama
hingga minggu ketiga didalam rahim.
3. Mudghah
Pembentukan mudghah dikatakan terjadi pada minggu keempat. Ditingkat ini
sudah terjadi pembentukan otak, saraf tunjang, telinga dan anggota-anggota yang lain.
Selain itu sistem pernafasan bayi sudah terbentuk.Vilus yang tertanam di dalam otot-
otot ibu kini mempunyai saluran darahnya sendiri. Jantung bayi mulai berdengup.
Untuk perkembangan seterusnya, darah mulai mengalir dengan lebih banyak untuk
membentuk oksigen dan pemakanan yang secukupnya. Menjelang tujuh minggu
sistem pernafasan bayi mulai berfungsi sendiri.
4. Izam dan Lahm
Pada tingkat ini yaitu minggu kelima, keenam dan ketujuh ialah tingkat
pembentukan tulang yang mendahului pembentukan oto-otot. Apabila tulang belulang
telah dibentuk, otot-otot akan membungkus rangka tersebut. Kemudian pada minggu
ketujuh terbentuk pula satu sistem yang kompleks. Pada tahap ini perut dan usus ,
seluruh saraf, otak dan tulang belakang mulai terbentuk. Serentak dengan itu sistem
pernafasan dan saluran pernafasan dari mulut ke hidung dan juga ke pau-paru mulai
kelihatan. Begitu juga dengan organ pembiakan, kalenjar, hati, buah pinggang, pundi
air kencing dan lain-lain terbentuk dengan lebih sempurna lagi. Kaki dan tangan juga
mulai tumbuh. Begitu juga mata, telinga dan mulut semakin sempurna. Pada minggu
kelapan semuanya telah sempurna dan lengkap.
5. Nasy’ah Khalqan Akhar
Pada tingkat ini yaitu menjelang minggu kelapan , beberapa perubahan telah.
Perubahan pada tahap ini bukan lagi embrio tetapi sudah masuk ke janin. Pada bulan
ketiga, semua tulang janin telah terbentuk dengan sempurna kukunya pun mulai
tumbuh. Walaupun perubahan telah terjadi tetapi perubahannya hanya pada ukuran
bayi saja.
6. Nafkhur-ruh
Yaitu tingkat peniupan roh. Para ulama Islam menyatakan roh ditiupkan ke
dalam jasad yang sedang berkembang? Mereka sepakat mengatakan peniupan roh
terjadi selepas empat puluh hari dan selepas terbentuknya organ-organ tubuh
termasuklah organ seks. Nilai kehidupan telah pun terjadi sejak di alam rahim. Ketika
di alam rahim perkembangan mereka bukanlah proses perkembangan fisikal semata-

8
mata tetapi telah mempunyai hubungan dengan Allah melalui ikatan kesaksian
sebagaimana yang disebutkan oleh Allah di dalam al-Quran surah al-A'raf : 172.

2.3 Pengertian Manusia Dalam Al-Qur’an


Istilah Manusia dalam Al-Qur’an ada tiga kata yang digunakan Al-Qur’an untuk
menunjuk kepada manusia :
1. Menggunakan kata yang terdiri dari huruf alif, nun dan sin seperti insan, ins,nas atau
unas.
2. Menggunakan kata basyar.
3. Menggunakan kata Bani Adam dan zuriyat Adam.
Kata insan terambil dari akar kata uns yang berarti jinak, harmonis dan tampak.
Pendapat ini jika ditinjau darisudut pandang Al-Qur’an lebih tepat dari yang berpendapat
bahwa ia terambil dari kata nasiya (lupa) atau nasa yanusu (berguncang).
Kata basyar terambil dari akar kata yangpada mulanya berarti penampakan sesuatu
dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit.
Manusia dinamai basyar karena kulitnya tampak jelas, dan berbeda dengankulit binatang
yang lain.
Al-insan mempunyai beberapa bentuk kalimat yang berbeda-beda dengan ciri-ciri
tertentu sehingga diyakini, bahwakalimat-kalimat yang berbeda itu bermakna satu, seperti
kalimat Al-Basyar, An-Nas dan Al-Insi. Berbeda dengan kalimat Al-Basyar yang diberi
arti dengan manusia, maka kalimat-kalimat An-naas, Al-Insi dan Al-Insan, yang tercantum
dalam Al-Qur’an, maka arti manusia bagi kalimat-kalimat itu ada tinjauan secara khusus
yang dapat membedakan satu samalain bagi masing-masing kalimat.
Perbedaan di antara kalimat Al-Insi dan Al-Insan walaupun artinya sama yakni
jinak tetapi dapat dibedakan, manusia yang disebut dalam Al-Quran dengan kalimat Al-
Insi selalu dirangkaikan dengan kalimat Al-Jinni sebagai lawan katanya, itu menunjukkan
bahwa manusia tidak buas seperti jinn.

9
2.4 Pengertian Manusia Dalam Al-Sunnah
Proses kejadian manusia menurut Al-Sunnah pada dasarnya sama dengan proses
kejadian fisik manusia menurut Al-Qur’an, karena jika dilihat kedudukan Al-Sunnah
adalah sebagai bayān At-Tafsil, keterangan yang menjelaskan ayat-ayat yang mujmāl
(ringkas), sebagai bayān At-Tafsil, keterangan yang menentukan mana yang dimaksud dari
dua atau tiga macam perkara yang semuanya mungkin dimaksud. Kadang-kadang Al-
Sunnah juga mendatangkan suatu hukum yang tidak didapati pokoknya di dalam Al-
Qur’an, dan Al-Sunnah juga dapat untuk menentukan ayat yang dināsikhkan dan mana
ayat yang dimansūkhkan, dari ayat-ayat yang keliatan berlawanan.
Sama halnya dengan Al-Qur’an, Al-Sunnah juga menjelaskan proses kejadian
jasmani manusia melalui dua tahap, yaitu pertama, kejadian manusia pertama adalah
Adam. Setelah kejadian jasmani adam sempurna barulah ditiupkan ruh ciptaan Allah.

10
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kejadian dan Tugas Manusia


Informasi pertama kali yang diberikan oleh al-Quran, manusia diciptakan Allah
dari al-'alaq (Q.S. 96 : 2). Dalam ayat Iain diungkapkan: manusia diciptakan dari saripati
dari tanah (Q.S. 23: 12), dari setctes air mani yang bercampur (Q.S. 76: 2), dari air rnani
yang memancar (Q.S. 75: 37) dari tanah yang kering (Q.S. 55: 14), dari tanah yang kering
yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk (Q.S. 15: 26). Al-Qur'an di satu sisi
mengungkapkan bahwa manusia diciptakan dari nuthfah, air yang terpancar, mani serta
dari air yang hina. Keempat hal tersebut mengandung unsur yang sama yaitu unsur air.
Nuthfah arti aslinya setetes air dan dinamai nuthfah karena ia merupakan setetes air,1
sedang air yang terpancar adalah mani yang diciptakan dari laki-laki yang memancar ke
rahim. Mani mengandung unsur air.
Manusia diciptakan Allah Swt. melalui pentahapan, yaitu dari nuthfah, kemudian
menjadi 'alaqah, dari 'alaqah menjadi mudghah (segumpal daging), dari mudghah menjadi
tulang-belulang, kemudian tulang itu dibungkus dengan daging, lalu dijadikan makhluk
yang lain (Q.S. 23: 12, 13, 14). Ayat ini inenunjukkan perkembangan manusia dalam rahim
(prenatal) dan sekaligus memberi informasi bahwa manusia mengandung unsur materi.

3.2 Manusia Sebagai Makhluk Berpikir dan Merasa


Manusia sebagai ciptaan Allah yang paling unik dan paling dahsyat. Sesungguhnya
kami ciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk (Q.S. 95: 4). Dan Kami telah muliakan
anak-anak Adam (Q.S. 17:70). Manusia adalah makhluk yang paling baik dibanding
dengan makhluk lain di dunia ini, manusia diberi perangkat 'aql dan dia makhluk
monodualis, jasmani sekaligus ruhani. Keberadaan manusia sebagai makhluk paling baik
itu akan luntur dan berubah ke kondisi paling hina jika ia tidak konsisten dengan iman dan
amal shalih (Q.S. 95: 5).
Manusia dikaruniai 'aql oleh Allah agar digunakan untuk berpikir dan merasa.
Banyak ayat Al-Qur'an yang mengisyaratkan hal ini. Allah sering kali menginstruksikan
kepada manusia untuk berpikir. Tantangan Allah kepada manusia untuk berpikir sering
dinyatakan dengan kata 'aqala, faqiha, dabbara, tafakkara dan nazara. Kata 'aqala

11
digunakan dalam berbagai ayat misalnya dalam al-Qur'an: ka~rdlika yubayyinulldh lakum
aydti la'allakum ta'qilun. (Q.S. 2: 242).

3.3 Manusia Sebagai Makhluk Beragama


Menurut acuan yang dicanangkan Al-Qur'an, manusia mempunyai fitrah beragama
tauhid. Maka hadapkanlah mukamu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah
Allah itu yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak ada perubahan dari
fitrah itu, itulah agama yang lurus, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (Q.S.
30: 30).
Manusia telah diberi fitrah oleh Allah yaitu agama yang lurus (tauhid). Fitrah ini
harus ditumbuh-kembangkan melalui Pendidik-an. Fitrah beragama tauhid ini ternyata
dapat tertutup sinarnya oleh pengaruh lingkungan (pendidikan). Hal ini dapat ditangkap
dari sinyal-sinyal yang dipancarkan oleh Rasulullah Saw dalam Al-Sunnah.

3.4 Manusia Dalam Perspektif Al-Qur’an


3.4.1 Manusia Sebagai Dimensi Intelektual
Kata insan digunakan Al-Qurâan untuk menunjuk kepada manusia
denganseluruh totalitasnya, jiwa dan raga. Manusia berbeda antara seseorang
denganyang lain, akibat perbedaan fisik, mental dan kecerdasan. Dan juga Al-
Qur’an banyak menyebutkan ayat yang memuji dan memuliakan manusia, seperti
pernyataan tentang terciptanya manusia dalam bentuk dan keadaan yang sebaik-
baiknya (QS Al-Tin[95]: 5) dan penegasan tentang dimuliakannya makhluk ini
dibanding dengan kebanyakan makhluk-makhluk Allah yang lain (QS Al-Isra [17]:
70).
Ada 65 tempat di dalam al-Quran kalimat Al-Insan disebut-sebut jika
direnungkan, memangkalimat al-Insan itu mengandung arti manusia yang
sempurna, sampai tiga kali kalimat al-Insan itu diulang di dalam surat Al-Alaq :
1. Menengok asal kejadian manusia itu dari segumpal darah
2. Menunjukkan bahwa manusia itu memiliki kekhususan dikaruniai ilmu
3. Memperingatkan bahwa manusia itu mempunyai watak menganiaya diri
sendiri sehingga bila telah sampai pada puncak, dia bersikap angkuh tidak
membutuhkan lagi kepada Tuhan khaliqnya.

12
Firman Allah, dalam surah Al-Alaq [96]: 1-8 :

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,Dia telah


menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu-lah yang paling
Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
3.4.2 Manusia Sebagai Dimensi Sosial
Kalimat An-Naas dalam Al-Qur’an disebut berulang kali sampai 240 kali
yang menunjukkan dengan jelas bahwa kalimat itumerupakan nama kelompok
makhluk yang berupa keturunan Adam, yakni manusia, perhatikan firman Allah
surat Al-Hujratayat 13 “Hai manusia, sesungguhnya Kamimenciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikankamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi maha mengenal.”
Manusia adalah makhluk sosial. Ayat kedua dari wahyu pertamayang
diturunkan Allah dapat dipahami sebagai salah satu ayat yang menjelaskanhal
tersebut. Bukan saja diartikan sebagai menciptakan manusia dari segumpal darah
atau sesuatu yang berdempet didinding rahim, tetapi juga dapat dipahami sebagai
diciptakan dinding dalam keadaan selalu bergantung kepada pihak lain atau tidak
dapat hidup sendiri. Ayat lain dalam konteks ini adalah surah Al-Hujrat ayat 13.
Ayat tersebut secara tegas dinyatakan bahwa manusia diciptakan terdiridari lelaki
dan perempuan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, agar mereka saling mengenal.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, menurut Al-Quran, manusia secara fitri
adalah makhluk sosial dan hidup bermasyarakat merupakan satu keniscayaan bagi
mereka.

3.4.3 Manusia Sebagai Dimensi Spiritual


Di antara ayat Al-Quran yang menunjukkan bahwatujuan hidup manusia
adalah untuk mengabdi kepada Allah terdapat pada surat Adz-Dzariyat : 56 “Dan
Akutidak menjadikan jin dan manusia melainkan supaya menyembah-Ku.
Menyembah atau mengabdi artinya berlaku berbuat dan bersikap sebagai budak.
Budak itu melakukan apa saja yang disuruh tuannya, meninggalkan sama sekali
perbuatan yang dilarangnya, bersikap hormat serta merendahkan diri terhadap
tuannya.”

13
Manusia lahir dengan membawa potensi tauhid, atau paling tidak ia
berkecenderungan untuk mengesakan Tuhan, dan berusaha secaraterus menerus
untuk mencari dan mencapai ketauhidan tersebut. Manusia secara fitriah telah
memilikiwatak dan kecerdasan Al-Tauhid, walaupun masih di alam materi (alam
ruh,alam alastu).

3.5 Manusia Dalam Perspektif Al-Sunnah


3.5.1 Proses Penciptaan Manusia Dari Sari Pati Tanah
Di zaman sekarang saat orang-orang sudah mengenal teknologi yang begitu
canggih dan ilmu pengetahuan manusia yang semakin tinggi namun ilmu
pengetahuan manusia itu masih sedikit sekali bila dibandingkan dengan besar dan
luasnya alam semesta. Masih banyak sekali pengetahuan yang belum diketahui
oleh manusia, jika dibandingkan dengan apa yang sudah diketahuinya.
Tahap pertama penciptaan manusia adalah dia berasal dari saripati tanah.
Kemudian setelah itu, dari sari pati air yang hina, yaitu nuṭfah yang diserap dari
sekujur tubuh. Ia menetap dalam keadaan yang seperti itu selama 40 hari.
Kemudian, Allah swt mengubah nuṭfah itu menjadi segumpal darah, yaitu
potongan darah berwarna hitam. Potongan darah itu menetap disana dalam keadaan
seperti itu selama 40 hari pula. Kemudian potongan darah itu Allah jadikan mu
gah, yaitu segumpal daging selama 40 hari. Pada tahapan itu ditentukan anggota-
anggota tubuhnya, rupanya, bentuknya, dan keadaan yang lain.

3.5.2 Proses Penciptaan Manusia Dalam Janin (Kandungan)


Buqrath berkata dalam makalah ketiganya dari bukunya, Al-Ajinnah, “perlu
saya ceritakan kepadamu, aku melihat mani itu tumbuh. Ada seorang wanita dari
suatu keluarga mempunyai seorang budak perempuan yang cantik. Dia tidak ingin
budaknya hamil agar harganya tidak berkurang. Dan suatu hari budak perempuan
itu mendengar para wanita berkata jika wanita hendak hamil, mani lelaki tidak
keluar darinya, tetapi tetap tertahan. Budak perempuan itu mengerti, lalu dia
perhatikan dirinya, pada suatu ketika dia merasakan bahwa mani lelaki yang
menggaulinya tidak keluar dari dirinya. Berita itu sampai padaku. Saya suruh
budak itu melompat mundur. Dia pun menurut. Dia melompat tujuh lompatan.
Jatuhlah mani itu bersuara seperti telur mentah yang telah dikupas kulit luarnya
dan kelembabannya masih tersisa dalam rongga selaput dalam.”

14
Hadist Ibnu Mas’ūd, salah satu lafaẓnya sesuai dengan hadis Hużaifah
meskipun disebukan bahwa penentuan dan penulisan hal-hal tadi dilakukan setelah
40 hari sebelum peniupan ruh seperti disebutkan terdahulu di dalam riwayat Imām
Bukhāriy. Adapun lafadznya, “Kemudian Allah mengutus seorang malaikat
kepadanya (janin) dengan membawa empat kalimat. Malaikat itu menuliskan
amalnya, rizkinya, ajalnya, dan celaka atau bahagia. Kemudian, ia meniupkan ruh
kedalamnya.”

3.5.3 Proses Penciptaan Manusia Pertama


1. Proses kejadian manusia pertama (Adam A.S.)
Manusia yang pertama kali diciptakan, menurut Alquran, adalah
Adam, yang proses kejadiannya bermula dari turāb. Seperti terlihat dalam
ungkapan “khalaqa hū min turāb” (Allah menciptakan Adam dari turāb, QS.
Ali „Imrān: 59). Kata turāb yang kaitannya dengan penciptaan Adam, dalam
Alquran disebut 7 kali. Menurut kamus Arab, turāb artinya ma na’uma min
adim al-ard (permukaan tanah yang halus dan lembut). Dalam beberapa surah
diantarannya sūrah Al- Ijr di atas, Allah menjelaskan bahwa manusia dibuat
dari tanah. Jadi, proses penciptaan Adam sebagai manusia pertama melewati
berbagai tahapan, yaitu turāb, ṭin, salsāl min hama’i al masnūn, salsāl ka al-
fakhkhār, taswirah (patung manusia), nafhatu al-ruh (pemberian ruh), takwin
(menjadikan). Proses penciptaan manusia menurut Al-Sunnah pada dasarnya
sama saja dengan proses penciptaan manusia menurut Al-Qur’an, karena jika
dilihat dari kedudukannya hadis adalah sebagai bayān tafsil.
2. Proses Kejadian Manusia Kedua (Siti Hawa)
Pada dasarnya sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini selalu
dalam keadaan berpasang-pasangan. Di dalam salah satu Hadist yang
diriwayatkan oleh Bukhāri dan Muslim dijelaskan “Maka sesungguhnya
perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk Adam” (HR. Bukhāri - Muslim).
Apabila kita amati proses kejadian manusia kedua ini, maka secara tak
langsung hubungan manusia laki-laki dan perempuan melalui perkawinan
adalah usaha untuk menyatukan kembali tulang rusuk yang telah dipisahkan
dari tempat semula dalam bentuk yang lain. Dengan perkawinan itu maka akan
lahirlah keturunan yang akan meneruskan generasinya.

15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sumber pendidikan Islam ada dua macam, yaitu, pertama, sumber Ilahi, yang
meliputi Al-Qur’an, Al-Sunna, dan alam semesta sebagai ayat kauniyah yang perlu
ditafsirkan kembali. Kedua, sumber insaniah, yaitu lewat proses Ijtihad. Al-Qur’an
memberikan pandangan yang mengacu kehidupan di dunia ini, maka asas-asas dasarnya
harus memberi petunjuk kepada pendidikan Islam. Tidak mungkin dapat berbicara
tentang pendidikan Islam bila tanpa mengambil Al-Qur’an sebagai satu-satunya rujukan.
Al-Sunnah merupakan sumber ketentuan Islam yang kedua setelah Al-Qur’an. Ia
merupakan penguat dan penjelas dari berbagai persoalan baik yang ada di dalam Al-
Qur’an maupun yang dihadapi dalam persoalan kehidupan kaum muslim yang
disampaikan dan dipraktikkan Nabi Muhammad SAW. yang dapat dijadikan landasan
pendidikan Islam. Ijtihâd sebagai salah satu sumber ajaran Islam setelah Al-Qur’an dan
Al-Sunnah merupakan dasar hukum yang sangat dibutuhkan, guna mengantarkan
manusia dalam menjawab berbagai tantangan zaman yang semakin menggelobal dan
mondial. Eksistensi ijtihâd harus senantiasa bersifat dinamis dan senantiasa diperbaharui,
seirama dengan runtutan perkembangan zaman, selama tidak bertentangan dengan
prinsip pokok Alqur’an dan Al-Sunnah.

16
DAFTAR PUSTAKA
http://muslimpoliticians.blogspot.com/2011/01/manusia-dalam-perspektif-al-quran.html

https://www.iiq.ac.id/artikel/details/486/Manusia-Dalam-Perspektif-al-Quran

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwiQi
uGb78fzAhUFX30KHclACSgQFnoECAQQAQ&url=http%3A%2F%2Fdigilib.uin-
suka.ac.id%2F8562%2F1%2FMUH.%2520ANIS%2520MANUSIA%2520DALAM%2520P
ERSPEKTIF%2520AL-
QUR%2527AN%2520%2528KAJIAN%2520KEPENDIDIKAN%2529.pdf&usg=AOvVaw1
nci2Wms2UGmxW7Gpk4cCc

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwjot
_Ds7MfzAhVX7nMBHaMnD7YQFnoECAkQAQ&url=http%3A%2F%2Frepository.uinbant
en.ac.id%2F3236%2F1%2FFITRI%2520FEBRILIYANI%2520-
%2520143700024.pdf&usg=AOvVaw3VaS_MiWKY2Zps-z9LhBrF

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwiP
w9PE78fzAhUF_XMBHfzbAwkQFnoECAUQAQ&url=http%3A%2F%2Fdigilib.uinsgd.ac.i
d%2F7107%2F4%2F4_BAB%2520I.pdf&usg=AOvVaw22F1e-HElwDCNC9pypui1l

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&
ved=2ahUKEwiPw9PE78fzAhUF_XMBHfzbAwkQFnoECAsQAQ&url=https%3A%2F%2F
media.neliti.com%2Fmedia%2Fpublications%2F69511-ID-al-quran-dan-al-sunnah-sebagai-
dasar-ide.pdf&usg=AOvVaw0dlhnr-zdzU-kmaKyIphTE

17

Anda mungkin juga menyukai