Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

 HUBUNGAN MANUSIA DENGAN AGAMA SEBAGAI AMANAT ALLAH

OLEH
 
NAMA                                   :
NIM                                        :
MATA KULIAH                  : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
 
 
PROGRAM STUDI S-1 PGSD
LEMBAGA LAYANAN PENDIDIKAN TINGGI WILAYAH XI KALIMANTAN
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) MELAWI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH Yang Maha Esa karena hanya
dengan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan sebuah makalah yang
berjudul “Manusia, Agama dan Islam.”

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak


kekurangan, oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sungguh diharapkan
demi penyempurnaan pada penyusunan makalah yang akan datang. Akhirnya, kami
berharap semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang
lebih luas kepada pembaca dan bermanfaat bagi kita semua. Semoga Tuhan Yang
Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan...........................................................................................2
BAB II....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................3
2.1 Manusia...........................................................................................................3
2.1.1 Pengertian Manusia.......................................................................................3
2.1.2 Asal Usul Manusia........................................................................................5
2.1.3 Hakikat Manusia...........................................................................................7
2.1.4 Kelebihan Manusia........................................................................................7
2.2 Agama.............................................................................................................9
2.2.1 Pengertian Agama.........................................................................................9
2.2.2 Konsepsi Agama.........................................................................................13
2.2.2 Hubungan Manusia dan Agama..................................................................14
2.2.3 Agama Sebagai Petunjuk Tata Sosial..........................................................17
2.3 Islam...................................................................................................................18
2.3.1 Pengertian Islam..........................................................................................18
2.3.2 Karakteristik Agama Islam..........................................................................20
2.3.3 Fungsi, Tujuan dan Cita-cita Islam.............................................................21
2.3.4 Ruang Lingkup Ajarannya..........................................................................23
2.3.5 Sumber Ajaran Agama Islam......................................................................24
BAB III.................................................................................................................................28
PENUTUP............................................................................................................................28
3.1 Kesimpulan...................................................................................................28
3.2 Saran.............................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................29

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Manusia, agama dan islam merupakan masalah yang sangat penting karena
ketiganya mempunyai pengaruh besar dalam pembinaan generasi yang akan datang,
yang tetap beriman kepada Allah dan tetap berpegang pada nila-nilai spiritual yang
sesuai dengan agama-agama samawi (agama yang datang dari langit atau Agama
wahyu).
Agama merupakan sarana yang menjamin kelapangan dada dalam individu
dan menumbuhkan ketenangan hati pemeluknya. Agama akan memelihara manusia
dari penyimpangan, kesalahan dan menjauhkan nya dari tingkah laku yang negatif.
Bahkan agama akan membuat hati manusia menjadi jernih halus dan suci. Disamping
itu, agama juga merupakan benteng pertahanan bagi generasi muda muslim dalam
menghadapi berbagai aliran sesat.
Agama juga mempunyai peranan penting dalam pembinaan akidah dan akhlak
dan juga merupakan jalan untuk membina pribadi dan masyarakat yang individu-
individunya terikat oleh rasa persaudaraan, cinta kasih dan tolong menolong.
Islam dengan berbagai ketentuannya dapat menjamin bagi orang yang
melaksanakan hukum-hukumnya akan mencapai tujuan yang tinggi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, kami merumuskan masalah


sebagai berikut.
1. Apa pengertian dari Manusia beserta kelebihannya, Agama dan Islam?
2. Bagaimana hubungan manusia dan agama?
3. Apa saja karakteristik, fungsi, tujuan, cita,cita dan sumber ajaran agama islam?

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Manusia

2.1.1 Pengertian Manusia

Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda menurut biologis,


rohani dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia
diklasifikasikan sebagai Homosapiens (BahasaLatin untuk manusia) sebuah
spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan
tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang
bervariasi dimana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan
kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup.
Menurut agama Islam itu sendiri, manusia adalah makhluk ciptaan Allah
yang paling mulia diantara makhluk ciptaan-Nyayang lain, yang dipercaya untuk
menjadi khalifah dimukabumi.
Ada sebuah pepatah dari cendekiawan kita yang mengatakan “orang bijak
bukanlah orang yang mampu  melerai pertikaian’’, Melainkan orang bijak adalah
orang yang mampu mengambil satu kesimpulan di antara dua persoalan yang
sama buruknya”. Manusialah pelaksana tugasnya, Yang melerai, mengambil
kesimpulan, serta manusia pulalah yang merusak kemudian membangun kembali
dan merusak lagi. Bahkan membuat baru dan kembali memperbaiki.
Untuk mencapai kesempurnaan menjadi yang sebenarnya manusia,
pastinya memerlukan tahap tahap tertentu. Sebagaimana manusia, yang awalnya
tiada dan dengan kekuasaan Ilahi ia bermukim di dalam rahim, dan kelahirannya
pun senantiasa  dirayakan. Setelah itu, manusia bergelar menjadi balita, remaja,
dewasa, berumur kemudian tua dan tiada.
Lantas, bagaimana pandangan Al-Qur’an menilai manusia? Suatu ketika
kehadiran manusia dengan segala kebijaksanaannya dinanti-nanti, serta
ketidakhadirannya dirindukan. Ada pula manusia yang lain sibuk menilai

2
manusia lainnya. Ada lagi manusia yang sibuk untuk berkarya agar ‘’dianggap’’,
ada juga agar menjadi manusia yang bisa bermanfaat bagi sesamanya. Namun
menghina dan menghardik orang lain, Seolah-olah menjadi hukum kehidupan.
Sementara, dalam Al-Quran telah menyebutkan nama-nama manusia dengan
memiliki 4 makna, serta tingkatan yang perlu anda ketahui. Berikut
keterangannya:
a. Manusia Dengan Sebutan Yaa Bani Adam (Anak Cucu Adam)
Al-Qur’an menyebutkan tentang Bani Adam sebanyak 9 kali, di
antaranya juga terdapat dalam surah Yasin ayat 60. Jika kita perhatikan lebih
seksama, ayat ini mengarahkan manusia dari segi amaliah, juga sebagai
upaya mengenal diri sendiri atau memahami tingkatan kita dalam Al-Qur’an.
Sebagai contoh dalam segi amaliah, mari kita simak terjemahan ayat di
bawah ini:
(QS. Al Isra [17]:70) “Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-
anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka
rizki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”.
b. Manusia Dengan Sebutan Basyarun
Manusia dengan gelar “basyarun” disebutkan sebanyak 36 kali, dan
tersebar di dalam 26 surah. Secara etimologi “basyar” berarti kulit kepala,
wajah, dan tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya segala macam rambut.
Selain itu, ayat ini menjelaskan bila manusia dipenuhi dengan keterbatasan
termasuk membutuhkan makan dan minum. Berikut ayat yang menjelaskan
tentang basyarun, dikisahkan oleh Muhammad SAW, yakni manusia yang
terdiri dari berbagai organ tersebut sangat rentan melakukan persekutuan
kepada Allah SWT”.
(QS. Al Kahfi ayat 110) “Katakanlah, Sesungguhnya aku Ini
(Muhammad) manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku,
“Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. Barang

3
siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang saleh, dan janganlah ia mempersekutukan seorang
pun dalam beribadah kepada Tuhannya.
c. Manusia Dengan Sebutan An-Nas
Untuk manusia dengan sebutan An-nas, 241 kali disebutkan di dalam
55 surah. Sebutan An-Nas merupakan paling banyak diungkapkan, seakan
memberikan pesan bahwa manusia dari macam inilah yang banyak
ditemukan.
Diantaranya ayat yang menyebutkan tentang An-nas di surah An-Nisa
ayat 174 “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti
kebenaran dari Tuhanmu (Muhammad dengan mukjizatnya), dan telah Kami
turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran)”.
d. Manusia Dengan Sebutan Insan
Asal kata dari Insan berasal dari kata “al-uns”, Dan sebanyak 65 kali
disebutkan dan tersebar di dalam 43 surat. Insan dapat diartikan lemah
lembut, harmonis, tampak, atau pelupa. Kata ini digunakan dalam Al-Qur’an
untuk menyampaikan tentang manusia yang kemanusiaannya secara totalitas
Jiwa dan raga. Manusia yang telah sampai pada segi insan yang sempurna
yakni “kamil”, Bermakna: “manusia sempurna”, yang memang susah
ditemukan. Karena umumnya manusia seperti ini memilih menepi
meninggalkan segala hiruk pikuk dunia.
Namun tidak menutup kemungkinan mereka juga ada di antara kita,
Tanpa mencolok tapi kehadirannya benar-benar ada. Sebagaimana yang
diungkapkan Haidar Baqir (cendekiawan islam), saat beliau ditanyai oleh
salah seorang peserta seminar, “Apakah insan kamil itu ada pada zaman
ini?”, dengan tegas beliau menjawab “Saya yakin ada, Tidaklah mungkin
disebut-sebutkan dalam Al-Qur’an jika hal itu mustahil dicapai manusia”.

4
2.1.2 Asal Usul Manusia

Tidak syak lagi, para pengulas terdahulu, tidak mampu melihat adanya
gagasan, bahwa bentuk manusia bisa jadi telah mengalami transformasi.
Meskipun demikian, mereka berkehendak untuk mengakui bahwa perubahan-
perubahan mungkin saja benar-benar telah terjadi dan mereka mengakui
kemajuan tahapan-tahapan disepanjang perkembangan embrionik, suatu gejala
yang biasa teramati pada seluruh kurun waktu dalam sejarah. Meskipun demikian
hanya pada masa kita inilah, sains modern mengizinkan kita untuk sepenuhnya
memahami arti ayat-ayat al-qur’an yang menunjuk kepada tahapan-tahapan
berurutan dari perkembangan embrionik di dalam rahim.
Pada saat ini memang kita bisa bertaya-tanya apakah perujukan-perujukan
yang ditujukan kepada tahap-tahap berurutan dari perkembangan manusia, paling
ridak pada beberapa ayat, tidak melampaui sekadar pertumbuhan embrionik
sedemikian, sehingga mencakup transformasi-transformasi morfologi manusia
yang terjadi selama berabad-abad. Kemajuan perubahan-perubahan itu telah
secara resmi dibuktikan oleh palenteologi dan buktinya sangat banyak sehingga
tidak perlu lagi untuk mempertanyakannya.
Para penafsir Al-Qur’an terdahulu barang kali tak punya firasat bakal
adanya penemuan-penemuan pada berabad-abad kemudian. Mereka hanya bisa
memandang ayat-ayat khusus ini dalam konteks perkembangan embrio, tak ada
alternatif lain pada masa itu. Kemudian tibalah bom darwin yang melalui
pemuntiran terang-terangan teori darwin oleh para pengikut awalnya
mengekstrapolasikan pengertian tentang suatu evolusi yang bisa diterapkan atas
manusia, meskipun tingkat evolusinya belum lagi dibuktikan di dalam dunnia
hewan. Dalam hal darwin teori tersebut di dorong sampai ke tingkat ekstrim
sedemikian sehingga para penelliti mengklaim sebagai telah memiliki bukti
bahwa manusia berasal dari kera suatu gagasan yang bahkan pada masa
sekarang, tak seorang ahli paleontologi terhormat sekalipun membktikannya.

5
Meski demikian rerdapat satu jurang yang sangat senjang di antara konsep
tentang manusia yang berasal dari kera.

2.1.3 Hakikat Manusia

Hakikat manusia adalah sebagai berikut :


a. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
b. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah
laku intelektual dan sosial.
c. Makhluk yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu
mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
d. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang
tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
e. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha
untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat
dunia lebih baik untuk ditempati
f. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan
ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas
g. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung
kemungkinan baik dan jahat.
h. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan
sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat
kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.

2.1.4 Kelebihan Manusia

Manusia diciptakan dengan dianugerahi kelebihan dibanding makhluk


lainnya. Yaitu, cipta, rasa dan karsa. Dari ketiga kelebihan tadi masing-masing
bisa dikembangkan ke dalam potensi-potensi. Potensi yang bersumber dari cipta,

6
yaitu potensi intelektual atau intelectual quotient (IQ). Potensi dari rasa, yakni
potensi emosional atau emosional quotinet (EQ) dan potensi spiritual (SQ).
Sedangkan potensi yang bersumber dari karsa, adalah potensi ketahanmalangan
atau adversity quotient (AQ) dan potensi vokasional quotient (VQ).
Dengan IQ, manusia mampu menyatakan benar dan salah berdasarkan inteletual.
Kita mampu menghitung, membuat konstruksi bangunan, menyusun program,
dan sebagainya. Dengan EQ, manusia mampu mengendalikan amarah, memiliki
rasa iba, kasih sayang, tanggung jawab, kerja sama, dan kesenian (estetika).
Dengan adanya ini muncul sikap sabar, lemah lembut, ataupun sebaliknya.
Dengan SQ, manusia membedakan mana yang baik dan yang buruk. Potensi ini
sangat terkait dengan etika atau nilai-nilai moral, baik dan buruk, serta nilai-nilai
keagamaan.
Dengan AQ, manusia mampu menghadapi berbagai hambatan dan tantangan
hidup. Dengan adanya ini muncul sikap tabah, tangguh, memiliki daya juang, dan
kreatifitas. Dengan VQ, manusia mampu dan cenderung pada bidang-bidang
keterampilan atau kejuruan. Misalnya, bidang olahraga, kesenian, dan teknik.
Pada hakikatnya, kedua potensi (AQ dan VQ) merupakan manifestasi dari
berbagai potensi diri yang direalisasikan dalam tindakan.
Berikut ini cara untuk mengenali potensi diri, diantaranya adalah:
a. Refleksi diri, yaitu perenungan secara mendalam dan jujur tentang keadaan
dirinya. Apa saja kekuatan-kekuatannya dan bagaimana kekurangannya.
Refleksi diri erat kaitannya dengan instropeksi diri (mawas diri).
b. Tes psikologi atau psikotes, yaitu seperangkat soal yang harus dijawab secara
jujur untuk memperoleh gambaran tentang diri seseorang. Misalnya, tes
intelegensi (IQ), tes bakat, tes minat, dan tes lepribadian.
c. Sharing dan evaluasi dari orang lain. Misalnya, dari pengamatan sesama
teman terhadap dirimu, kemudian teman tersebut memberi input atau masukan
informasi kepadamu.

7
Mengenali potensi diri adalah penting karena bisa memperoleh manfaat
dari pengenalan potensi tersebut. Berikut manfaat dari mengenali potensi diri.
a. Mengetahui kekuatan-kekuatan serta kelemahan diri sendiri.
b. Mengembangkan potensi yang menonjol agar memperoleh hasil yang optimal.
c. Membenahi kelemahan-kelemahan diri dalam menunjang kehidupan.
Kelemahan bukan sebagai hambatan, tetapi diubah menjadi motivasi dan
peluang.
d. Mampu menempatkan diri dalam berbagai kehidupan karena setiap orang
harus tahu diri.
Bagaimana, benar kan bahwa manusia ternyata mempunyai kelebihan
yang tiada terkira. Silahkan masing-masing potensi anda dikembangkan untuk
menjadi orang yang bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun untuk orang lain.

2.2 Agama

2.2.1 Pengertian Agama

Agama menurut bahasa sangsakerta, agama berarti tidak kacau (a = tidak,


gama = kacau) dengan kata lain, agama merupakan tuntunan hidup yang dapat
membebaskan manusia dari kekacauan. Didunia barat terdapat suatu istilah
umum untuk pengertian agama ini, yaitu : religi, religie, religion, yang berarti
melakukan suatu perbuatan dengan penuh penderitaan atau mati-matian,
perbuatan ini berupa usaha atau sejenis peribadatan yang dilakukan berulang-
ulang. Istilah lain bagi agama ini yang berasal dari bahasa arab, yaitu addiin yang
berarti : hukum, perhitungan, kerajaan, kekuasaan, tuntutan, keputusan, dan
pembalasan.
Kesemuanya itu memberikan gambaran bahwa “addiin” merupakan
pengabdian dan penyerahan, mutlak dari seorang hamba kepada Tuhan
penciptanya dengan upacara dan tingkah laku tertentu, sebagai manifestasi
ketaatan tersebut (Moh. Syafaat, 1965). Dari sudut sosiologi, Emile Durkheim

8
(Ali Syari’ati, 1985 : 81) mengartikan agama sebagai suatu kumpulan keayakinan
warisan nenek moyang dan perasaan-perasaan pribadi, suatu peniruan terhadap
modus-modus, ritual-ritual, aturan-aturan, konvensi-konvensi dan praktek-
praktek secara sosial telah mantap selama genarasi demi generasi.
Sedangkan menurut M. Natsir agama merupakan suatu kepercayaan dan
cara hidup yang mengandung faktor-faktor antara lain :
a. Percaya kepada Tuhan sebagai sumber dari segala hukum dan nilai-
nilai hidup.
b. Percaya kepada wahyu Tuhan yang disampaikan kepada rosulnya.
c. Percaya dengan adanya hubungan antara Tuhan dengan manusia.
d. Percaya dengan hubungan ini dapat mempengaruhi hidupnya sehari-
hari.
e. Percaya bahwa dengan matinya seseorang, hidup rohnya tidak
berakhir.
f. Percaya dengan ibadat sebagai cara mengadakan hubungan dengan
Tuhan.
g. Percaya kepada keridhoan Tuhan sebagai tujuan hidup di dunia ini.
Agama/ad-Din menurut Islam. Agama atau bahasa arabnya ad-Din
berasal dari asal kata da ya na. Dalam kamus arab traditioanal ia memberikan
banyak arti, dari berbagai makna dayana ada 4 pengertian yang mempunyai
hubung kait dengan agama menurut persepsi Islam:
a. Dain/ qardh bermakna hutang. Dalam hal ini ia berkaitan rapat dengan
kewujudan manusia yang merupakan suatu hutang yang perlu dibayar(lihat surah
al-Baqarah:245), manusia yang berasal dari tiada kemudian dicipta dan
dihidupkan lalu diberi berbagai nikmat yang tak terhingga (wain tauddu).
Sebagai peminjam kita sebenarnya tidak memiliki apa-apa, akan tetapi Pemilik
sebenar adalah Allah S.W.T manusia hanyalah diamanahkan untuk dipergunakan
dalam ibadah. Oleh kerana tidak memiliki apa-apa, manusia tidak dapat
membayar hutangnya maka satu-satunya jalan untuk membalas budi adalah

9
dengan beribadah, dan menjadi hamba Allah yang mana adalah tujuan daripada
penciptaan manusia(al-Dhariyat:56).
b. Maddana juga berasal dari kata dana, dari kata ini lahirlah istilah
madinah dan madani, maddana yang bermakna membangun dan bertamaddun,
oleh itu madinah dan madani hanya boleh digunakan untuk masyarakat yang
beragama dan bukan sekular. Dari pengertian ini juga kita lihat ianya berhubung
kait dengan konsep khilafah dimana manusia telah diamanahkan oleh Allah
sebagai khalifahNya di muka bumi untuk memakmurkan bumi dan membangun
tamadun yang sesuai dengan keinginan Allah(al-Qasas:5, al-Nur:55).
c. Perkataan dana juga mempunyai arti kerajaan (judicious power).
Konsep ini sangat berkaitan dengan tauhid uluhiyyah yang merupakan perkara
paling penting dalam aqidah Muslim. Seseorang itu tidak diterima imannya
dengan hanya percaya kepada Allah sebagai Rabb akan tetapi ia hendaklah iman
kepada Allah sebagai Ilah. Ini bermakna Allah adalah satu-satunya tuhan yang
disembah, ditaati, dialah penguasa dan Raja. Tauhid uluhiyyah ini yang
membezakan musyrikin dengan mu’minin. Dari sinilah lahirnya Istilah al-
hakimiyyah dimana seoarang muslim harus menerima Syari’at Allah dan tidak
boleh tunduk kepada undang-undang buatan manusia. Kerana Allah Yang maha
bijaksana dan maha mengetahui telah menetapkan hukum syari’ah yang sesuai
untuk manusia untuk ditegakkan dan dipatuhi(Yusuf:40,al-Nisa’:65).
d. Pengertian yang lain ialah kecendrungan (inclination). Sudah menjadi
fitrah manusia diciptakan mempunyai kecendrungan untuk percaya kepada
perkara yang supernatural, percaya adanya tuhan yang mengatur alam semesta
dan kuasa ghaib disebalik apa yang dicerna oleh indera manusia. Inilah yang
dinamakan dienul fitrah (al-Zukhruf:9, al-Rum:30) Islam adalah agama yang
sesuai dengan fitrah manusia dan seorang bayi itu lahir sebagai seorang Muslim.
Dari beberapa definisi / maksud ad-Din menurut Islam seperti yang telah
diterangkan diatas, maka jelaslah agama menurut sudut pandangan Islam sangat
berbeza dengan persepsi Barat, agama dalam Islam adalah cara hidup, cara

10
berfikir, berideologi, dan bertindak. Agama meliputi sistem-sistem politik,
ekonomi, sosial, undang-undang dan ketata-negaraan. Agama berperan dalam
membentuk pribadi insan kamil disamping juga membentuk masyarakat yang
ideal, agama menitik beratkan pembentukan moral dan spiritual sesebuah
masyarakat tetapi tidak lupa juga membangun tamadun dan membina empayar
yang kukuh dan berwibawa dimata dunia. Inilah yang dinamakan agama menurut
Islam, jadi apa yang dianggap agama oleh barat adalah bukan agama(tidak
lengkap) menurut Islam, ataupun Islam bukan hanya sekadar agama dalam
pengertian Barat yang sempit.
Islam berasal dari kata as la ma yang dari segi bahasa bermakna berserah
diri. Ini tidak berarti setiap orang yang berserah diri dan percaya adanya tuhan
termasuk dalam Islam, oleh kerana berserah diri sahaja tidak cukup untuk masuk
Islam. Al-Qur’an menerangkan bahwa ada dua jenis berserah diri/tunduk (ali
Imran:83): (a). seluruh ciptaan Allah tunduk kepada hukum Allah dengan
terpaksa. (b) Ada juga yang berserah diri dengan keinginan sendiri (tau’an)
mereka adalah orang mukmin(al-An’am:162,163). Agama selain islam tidak
diterima oleh Allah (Ali Imran:19,85)
Keislaman seseorang itu bergantung kepada kefahamannya terhadap
kalimah Lailaha illallah Muhammadarrasulullah, Lailaha illallah merumuskan
konsep tauhid uluhiyyah yang mana orang musyrikin terkeluar daripada Islam,
demikian juga orang yang menuhankan hawa nafsu dan tidak mahu tunduk
kepada hukum Allah. Adapun dengan kalimah Muhammadarrasulullah
terkeluarlah orang-orang yang tidak mengakui Muhammad sebagai nabi dan
Rasul, tunduk dan Iman kepada Allah tidak diterima apabila mengingkari Nabi .
Sunnah yang dibawanya adalah wajib dipegang , ibadah seorang Muslim tidak
diterima apabila sesuatu itu tidak disyari’atkan dan disunnahkan. Sementara
agama islam dapat diartikan sebagai wahyu Allah yang diturunkan melalui para
Rosul-Nya sebagai pedoman hidup manusia di dunia yang berisi Peraturan
perintah dan larangan agar manusia memperoleh kebahagaian di dunia ini dan di

11
akhirat kelak. Agama Islam adalah agama yang sebenar dan akan kekal menjadi
agama yang sebenar-benarnya.

2.2.2 Konsepsi Agama

Dalam Al-Qur’an Surat Al-Bakarah 208, Allah berfirman :


‫يايها الدين امنواادخلوا فى السلم كافة والتتبعوا خطوت الشيطن انه لكم عد ومبين‬

Artinya : Hai orang-orang yang beriman masuklah kamu kedalam islam


secara utuh, keseluruhan (jangan sebagian-sebagaian) dan jangan kamu
mengikuti langkah setan, sesunggungnya setan itu musuh yang nyata bagimu.
Kekaffahan beragama itu telah di contohkan oleh Rosulullah sebagai uswah
hasanah bagi umat islam dalam berbagai aktifitas kehidupannya, dari mulai
masalah-masalah sederhana (seperti adab masuk WC) samapi kepada masalah-
masalah komplek (mengurus Negara).

Beliau telah menampilkan wujud islam itu dalam sikap dan prilakunya
dimanapun dan kapanpun beliu adalah orang yang paling utama dan sempurna
dalam mengamalkan ibadah mahdlah (habluminallah) dan ghair mahdlah
(hablumminanas). Meskipun beliau sudah mendapat jaminan maghfiroh
(ampunan dari dosa-dosa) dan masuk surga, tetapi justru beliau semakin
meningkatkan amal ibadahnya yang wajib dan sunah seperti shalat tahajud,
zdikir, dan beristigfar. Begitupun dalam berinteraksi sosial dengan sesama
manusia beliu menampilkan sosok pribadi yang sangat agung dan mulia.

Kita sebagai umat islam belum semuanya beruswah kepada Rasulullah


secara sungguh-sungguh, karena mungkin kekurang pahaman kita akan nilai-nilai
islam atau karena sudah terkontaminasi oleh nilai, pendapat, atau idiologi lain
yang bersebrangan dengan nilai-nilai islam itu sendiri yang di contohkan oleh
Rasulullah SAW. Diantara umat islam masih banyak yang menampilkan sikap
dan prilakunya yang tidak selaras, sesuai dengan nila-nilai islam sebagai agama

12
yang dianutnya. Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan kejadian atau
peristiwa baik yang kita lihat sendiri atau melalui media masa mengenai contoh-
contoh ketidak konsistenan (tidak istikomah) orang islam dalam mempedomani
islam sebagai agamanya.

2.2.2 Hubungan Manusia dan Agama

Kondisi umat islam dewasa ini semakin diperparah dengan merebaknya


fenomena kehidupan yang dapat menumbuhkembangkan sikap dan prilaku yang
a moral atau degradasi nilai-nilai keimanannya. Fenomena yang cukup
berpengaruh itu adalah:
a. Tayangan media televisi tentang cerita yang bersifat tahayul atau
kemusrikan, dan film-film yang berbau porno.
b. Majalah atau tabloid yang covernya menampilkan para model yang
mengubar aurat.
c. Krisis ketauladanan dari para pemimpin, karena tidak sedikit dari mereka
itu justru berprilaku yang menyimpang dari nilai-nilai agama.
d. Krisis silaturahmi antara umat islam, mereka masih cenderung
mengedepankan kepentingan kelompoknya (partai atau organisasi) masing-
masing.
Sosok pribadi orang islam seperti di atas sudah barang tentu tidak
menguntungkan bagi umat itu sendiri, terutama bagi kemulaian agama islam
sebagai agama yang mulia dan tidak ada yang lebih mulia di atasnya. Kondisi
umat islam seperti inilah yang akan menghambat kenajuan umat islam dan
bahkan dapat memporakporandakan ikatan ukuwah umat islam itu sendiri. Agar
umat islam bisa bangkit menjadi umat yang mampu menwujudkan misi
“Rahmatan lil’alamin” maka seyogyanya mereka memiliki pemahaman secara
utuh (Khafah) tentang islam itu sendiri umat islam tidak hanya memiliki
kekuatan dalam bidang imtaq (iman dan takwa) tetapi juga dalam bidang iptek
(ilmu dan teknologi).

13
Mereka diharapkan mampu mengintegrasikan antara pengamalan ibadah
ritual dengan makna esensial ibadah itu sendiri yang dimanifestasikan dalam
kehidupan sehari-hari, seperti : pengendalian diri, sabar, amanah, jujur, sikap
altruis, sikap toleran dan saling menghormatai tidak suka menyakiti atau
menghujat orang lain. Dapat juga dikatakan bahwa umat islam harus mampu
menyatu padukan antara mila-nilai ibadah mahdlah (hablumminalaah) dengan
ibadag ghair mahdlah (hamlumminanas) dalam rangka membangun “Baldatun
thaibatun warabun ghafur” Negara yang subur makmur dan penuh pengampunan
Allah SWT.
Agama sangat penting dalam kehidupan manusia antara lain karena agama
merupakan :
a.   Agama Sumber moral
Dapat disimpulkan, bahwa pentingnya agama dalam kehidupan
disebabkan oleh sangat diperlukannya moral oleh manusia, padahal moral
bersumber dari agama. Agama menjadi sumber moral, karena agama
mengajarkan iman kepada Tuhan dan kehidupan akhirat, serta karena adanya
perintah dan larangan dalam agama.
b.  Agama Petunjuk Kebenaran
Sekarang bagaimana manusia mesti mencapai kebenaran? Sebagai
jawaban atas pertanyaan ini Allah SWT telah mengutus para Nabi dan Rasul
di berbagai masa dan tempat, sejak Nabi pertama yaitu Adam sampai dengan
Nabi terakhir yaitu Nabi Muhammad SAW. Para nabi dan Rasul ini diberi
wahyu atau agama untuk disampaikan kepada manusia. Wahyu atau agama
inilah agama Islam, dan ini pula sesungguhnya kebenaran yang dicari-cari
oleh manusia sejak dulu kala, yaitu kebenaran yang mutlak dan universal.
Dapat disimpulkan, bahwa agama sangat penting dalam kehidupan karena
kebenaran yang gagal dicari-carioleh manusia sejak dulu kala dengan ilmu
dan filsafatnya, ternyata apa yang dicarinya itu terdapat dalam agama.

14
Agama adalah petunjuk kebenaran. Bahkan agama itulah kebenaran, yaitu
kebenaran yang mutlak dan universal.
c.   Agama Sumber Informasi Metafisika
Sesungguhnya persoalan metafisika sudah masuk wilayah agama tau
iman, dan hanya Allah saja yang mengetahuinya. Dan Allah Yang Maha
Mengetahui perkara yang gaib ini dalam batas-batas yang dianggap perlu
telah menerangkan perkara yang gaib tersebut melalui wahyu atau agama-
Nya. Dengan demikian agama adalah sumber infromasi tentang metafisika,
dan karena itu pula hanya dengan agama manusia dapat mengetahui
persoalan metafisika. Dengan agamalah dapat diketahui hal-hal yang
berkaitan dengan alam barzah, alam akhirat, surga dan neraka, Tuhan dan
sifat-sifat-Nya, dan hal-hal gaib lainnya. Dapat disimpulkan bahwa agama
sangat penting bagi manusia (dan karena itu sangat dibutuhkan), karena
manusia dengan akal, dengan ilmu atau filsafatnya tidak sanggup
menyingkap rahasia metafisika. Hal itu hanya dapat diketahui dengan
agama, sebab agama adalah sumber informasi tentang metafisika.
d.  Agama pembimbing rohani bagi manusia
Dengan sabdanya ini Nabi mengajarkan, hendaknya orang beriman
bersyukur kepada Allah pada waktu memperoleh sesuatu yang
menggembirakan dan tabah atau sabar pada waktu ditimpa sesuatu yang
menyedihkan. Bersyukur di kala sukadan sabar di kala duka inilah sikap
mental yang hendaknya selalu dimiliki oleh orang beriman. Dengan begitu
hidup orang beriman selalu stabil, tidak ada goncangan-goncangan, bahkan
tenteram dan bahagia, inilah hal yang menakjubkan dari orang beriman
seperti yang dikatakan oleh Nabi. Keadaan hidup seluruhnya serba
baik.Bagaiman tidak serba baik, kalau di kala suka orang beriman itu
bersyukur, padahal “ Jika engkau bersyukur akan Aku tambahi” , kata Allah
sendiri berjanji (Ibrahim ayat 7). Sebaliknya, orang beriman tabah atau sabar
di kala duka, padahal dengan tabah di kala duka ia memperoleh berbagai

15
keutamaan, seperti pengampunan dari dosa-dosanya(H.R Bukhari dan
Muslim), atau bahkan mendapat surga (H.R Bukhari), dan sebagainya.
Bahkan ada pula keuntungan lain sebagai akibat dari kepatuhan menjalankan
agama, seperti yang dikatakan oleh seorang psikiater, Dr. A.A. Brill, “Setiap
orang yang betul-betul menjalankan agama, tidak bisa terkena penyakit
syaraf. Yaitu penyakit karena gelisah rsau yang terus-menerus.
2.2.3 Agama Sebagai Petunjuk Tata Sosial

Rosulullah SAW bersabda: “Innamaa bu’itstu liutammima akhlaaq”


Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak. Yang bertanggung
jawab terhadap pendidikan akhlak adalah orang tua, guru, ustad, kiai, dan para
pemimpin masyarakat. Pendidikan akhlak ini sangat penting karena
menyangkut sikap dan prilaku yang musti di tampilkan oleh seorang muslim
dalam kehidupan sehari-hari baik personal maupun sosial (keluarga, sekolah,
kantor, dan masyarakat yang lebih luas). Akhlak yang terpuji sangat penting
dimiliki oleh setiap muslim (masyarakat sebab maju mumdurnya suatu bangsa
atau Negara amat tergantung kepada akhlak tersebut. Untuk mencapai maksud
tersebut maka perlu adanya kerja sama yang sinerji dari berbagai pihak dalam
menumbuhkembangkan akhlak mulya dan menghancur leburkan faktor-faktor
penyebab maraknya akhlak yang buruk.
Kami di sini tidak mampu mengisyaratkan berbagai pemikiran klasik.
Tetapi, kami akan menerangkan hal-hal yang berhubungan dengan pemikiran
klasik menurut pendapat kami. Pada masa datangnya budaya Islam, turunnya
kitab-kitab suci dan diutusnya para Rasul yang mengantarkan manusia menuju
jalan kesempurnaan. Hal ini sangatlah jelas, bahwa agama adalah petunjuk
Tuhan Yang Penyayang dan Pemberi Hidayat kepada manusia hingga
menyampaikan manusia pada kesempurnaan yang diinginkan. Tujuan agama
adalah memberikan petunjuk pada manusia, sehingga dengan kekuatan
petunjuk agama akan menyampaikannya menuju ke-haribaan Ilahi. Jika

16
demikian, maka agama adalah perantara dalam membantu tugas manusia untuk
merealisasikan tujuan mulianya. Dengan dasar ini, tidaklah mungkin
digambarkan bahwa bagaimana mungkin ketika agama muncul manusia
menjadikan tebusan dan pengorbanan pada dirinya. Jika seandainya manusia
tidak berpegang pada prinsip agama, tidak menjadikan kesempurnaan kekuatan
ruh agama. Maka tidak akan menyampaikannya ke tujuan agama. Jika manusia
tanpa memperdulikan petunjuk agama dan agama hanya sebagai identitas
lahirnya akan menjerumuskannya ke jurang kehancuran, dan yang pantas di
sebut atheis.
Dalam pandangan Islam yang murni, agama sebagai jalan kebenaran dan
keselamatan. Agama sebagai jalan menyampaikan pada tujuan dan
kesempurnaan realitas wujud yang paling tinggi. Agama sebagai rantai dan
penyambung antara Alam Malaikat dan Alam Malakut. Agama datang, hingga
menjadikan manusia yang berasal dari kedalaman tanah menuju ke singgasana
langit. Agama sebagai pengobat rasa takut kita. Agama sebagai pelindung
terhadap berbagai kesulitan yang mendasar dari alam natural. Agama adalah
bagian penting dari kehidupan manusia. Agama yang merubah ketakutan akan
mati pada manusia menjadikannya sebagai sebuah harapan kehidupan yang
abadi.

2.3 Islam

2.3.1 Pengertian Islam

Islam (al-islām, ‫ اإلسالم‬  "berserah diri kepada Tuhan") adalah agama yang
mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Dengan lebih dari satu seperempat miliar
orang pengikut di seluruh dunia, menjadikan Islam sebagai agama terbesar
kedua di dunia setelah agama Kristen. Islam memiliki arti "penyerahan", atau
penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan (‫هللا‬, Allāh). Pengikut ajaran Islam
dikenal dengan sebutan Muslim yang berarti "seorang yang tunduk kepada

17
Tuhan", atau lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat
bagi perempuan. Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan firman-Nya
kepada manusia melalui para nabi dan rasul utusan-Nya, dan meyakini dengan
sungguh-sungguh bahwa Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus
ke dunia oleh Allah.
a. Islam Secara Etimologi
Berdasarkan ilmu bahasa (etimologi) kata “islam” berasal dari
bahasa Arab, yaitu kata salima yang berarti selamat, sentosa, dan damai.
Dari kata itu terbentuk kata aslama yuslimu islaman yang berarti juga
menyerahkan diri, tunduk, patuh, dan taat. Sedangkan muslim yaitu orang
yang telah menyatakan dirinya taat, menyerahkan diri, patuh, dan tunduk
kepada Allah SWT.
b. Islam Secara Terminilogi
Secara istilah (tertimologi), islam berarti suatu nama bagi agama
yang ajaran-ajarannya di wahyukan Allah kepada manusia melalui
seorang rasul. Ajaran-ajaran yang di bawa oleh islam merupakan ajaran
manusia mengenai berbagai segi dan kehidupan manusia. Islam
merupakan ajaran yang lengkap, menyuluruh, dan sempurna yang
mengatur tata cara kehidupan seorang muslim baik ketika beribadah
maupun ketika berinteraksi dengan lingkunganya.
Cukup banyak ahli dan ulama yang berusaha merumuskan definisi
islam secara teminilogi. Kesimpulan bahwa agama islam adalah wahyu
yang di turunkan oleh Allah SWT kepada rasul-Nya untuk di sampaikan
kepada segenap umat manusia sepanjang masa adalah :
1. Suatu sistem keyakinan dan tata ketentuan yang mengatur
perikehidupan dan penghidupan asasi manusia dalam hubungan
dengan Tuhan, sesama manusia dan mahkluk lainnya.

18
2. Bertujuan: Mendapatkan keridhaan Allah, Memberi rahmat bagi
segenap alam,dan memperoleh kebahagiaan di dunia dan di
akhirat.
3. Pada garis besarnya terdiri atas akidah, syariat dan akhlak.
4. Bersumber Kitab Suci Al-Quran yang merupakan wahyu Allah
SWT sebagai penyempurna wahyu-wahyu sebelumnya yang
ditafsirkan oleh Sunnah Rasulullah Saw.
c. Islam Secara Syar’i
Islam secara syar’i maksudnya makna islam berdasarkan hadist
Nabi Muhammad SAW dan firman Allah. Dalil-dalil tentang islam
sangat banyak sekali, di antaranya adalah sebagai berikut :
1. "Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah
Islam." (QS Ali Imran : 19)
2. "Dan barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka
sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan
dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi." (QS Ali Imran :
85)
3. "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai
Islam itu jadi agama bagimu." (QS Al-Maidah : 3)
4. "Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan
kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk
(memeluk agama) Islam." (QS Al-An'am : 125)
5. "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali
kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam." (QS Ali
Imran : 102)

19
2.3.2 Karakteristik Agama Islam

Karakteristik Agama Islam dapat di artikan sebagai ciri yang khas yang
mempelajari tentang berbagai ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia dalam
berbagai bidang agama, muamalah (kemanusiaan), yang di dalamnya termasuk
ekonomi, social, politik, pendidikan, kesehatan, pekerjaan dan disiplin ilmu
yang baik dan benar.
Ada 6 karakteristik Islam, di antaranya:
a. Islam Agama Fitroh
b. Islam Agama Rasional
c. Islam Agama Moderat
d. Islam Agama Mudah
e. Islam Agama Tauhid
f. Islam Agama yang Sempurna

2.3.3 Fungsi, Tujuan dan Cita-cita Islam

Terlaksananya tujuan hidup manusia merupakan perwujudan


diberlakukan nya fungsi-fungsi Islam dalam kehidupan manusida dan
masyarakat yang beriman dan bertakwa. Oleh karena itu untuk memahami
fungsi-fungsi atau kedudukan Islam dalam kehidupan, berikut ini
penjelasannya:
a. Islam Sebagai Agama Allah Fungsi Islam sebagai agama Allah
dinyatakan dalam predikatnya yaitu dienul haq (agama yang benar),
dimana kehadiran dan kebenaran agama Islam nyata sepanjang
zaman. Islam juga dinyatakan sebagai dinul khalis yang berarti
kesucian dan kemurnian serta keaslian Islam terjaga sepanjang masa.
b. Islam sebagai Panggilan Allah. Allah memanggil orang yang beriman
dan bertakwa kepada Islam dengan mengutus Rasul-Nya membawa

20
Islam agar supaya disampaikan dan diajarkan kepada manusia . Oleh
karena itu para rasul dan para pengikut nya yang setia hanya
mengajak manusia kepada Islam.
c. Islam sebagai Rumah yang Dibangun oleh Allah.Allah menjadikan
Islam sebagai ”rumah” yang disediakan bagi hamba-Nya yang
beriman dan bertakwa agar mereka hidup sebagai keluarga muslim.
Dengan demikian Islam merupakan wadah yang mempersatukan
orang yang beriman dan bertakwa dalam melaksanakan dan
menegakkan agama Allah dalam kehidupan manusia dan masyarakat.
d. Islam Sebagai Jalan yang Lurus Orang yang beriman dan bertakwa
yang memenuhi panggilan Allah kepada Islam, tetap dalam Islam
melaksanakan ajaran Islam, karena mereka tahu dan mengerti bahwa
Islam itu agama Allah. Merekalah yang sedang berjalan pada jalan
Allah yaitu sirathal Mustaqim(jalan yang lurus).
e. Islam Sebagai Tali Allah Sebagai tali Allah, Islam merupakan
pengikat yang mempersa- tukan orang yang beriman dan bertakwa
dalam melaksanakan dan menegakkan agama Allah.
f. Islam Sebagai Sibgah Allah. Sibgah atau celupan yaitu zat pewarna
yang memberikan warna bagi sesuatu yang dicelupkan. Dengan
Islam, Allah bermaksud memberkan warna atau corak kepadapa
manusia. Untuk mendapatkan corak atau warna tersebut adalah
dengan jihad, mengerahkan segala kemampuan nya dalam
melaksanakan agama Allah. Muslim yang tersibghah adalah Allah
tetapkan sebagai saksi atas manusia dan yang sadar akan identitasnya
serta tahu akan harga dirinya sebagai hamba Allah yang beriman dan
bertakwa.
g. Islam Sebagai Bendera Allah. Islam sebagai bendera Allah di bumi.
Bendera tersebut mesti dikibarkan setinggi tingginya, sehingga
tampak berkibar menjulang tinggi di angkasa. Untuk mengibarkan

21
atau menampakkan Islam, Allah mengutus Rasul-Nya dengan
Alquran dan Islam, sehingga dengan demikian kekafiran dan
kemusrikan akan dapat diatasi.

2.3.4 Ruang Lingkup Ajarannya

Agama islam yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw adalah islam
yang terakhir diturunkan allah kepada manusia. Karena itu tidak akan ada lagi
rasul yang diutus kemuka bumi. Kesempurnaan ajaran islam yang diturunkan
kepada nabi muhammad sesuai dengan tingkat budaya manusia yang telah
mencapai puncaknya, sehingga islam akan sesuai dengan budaya manusia
sampai sejarah manusia berakhir pada hari kiamat nanti.
Agama islam berisi ajaran yang menyangkut seluruh aspek kehidupan
manusia, maupun sebagai mahluk dunia.
Secara garis besar ruang lingkup agama islam menyangkut tiga hal
pokok, yaitu:
1)   Aspek keyakinan yang disebut aqidah, yaitu aspek kredial atau
keimanan terhadap allah dan semua yang difirmankan-Nya untuk
diyakini.
2)   Aspek norma atau hukum yang disebut syariah, yaitu aturan-aturan
allah yang mengatur hubungan manusia dengan allah, sesama
manusia, dan dengan alam semesta.
3)   Aspek prilaku disebut akhlak, yaitu sikap-sikap atau prilaku yang
nampak dari pelaksanaan aqidah dan syariah.
Ketiga aspek tersebut tidaklah berdiri sendiri-sendiri, tetapi menyatu
membentuk kepribadian yang utuh pada diri seorang muslim. Hal ini
diungkapkan secara tegas dalam firman allah dalam surah al-baqarah, 2:208
yang artinya :

22
“ Wahai orang-orang yang beriman,masuklah kamu ke dalam islam
keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan.
Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata.
Antara aqidah, syariah, dan ahklak masing-masing saling berkaitan.
Aqidah atau iman merupakan keyakinan yang mendorong seorang muslim
untuk melaksanakan syariah. Apabila syariah telah dilaksanakan berdasarkan
aqidah akan lahirakhlak. Oleh karena itu, iman tidak hanya ada didalam hati,
tetapi ditampilkan dalambentuk perbuatan.dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa aqidah merupakan landasan bagi tegak berdirinya syariah dan akhlak
adalah prilaku nyata pelaksanaan syariah.

2.3.5 Sumber Ajaran Agama Islam

Sumber ajaran Islam ialah segala sesuatu yang dapat dijadikan acuan,
pedoman, dasar dalam menjalankan syariat islam. Sumber pokok ajaran Islam
itu ada tiga macam, diantaranya yaitu Al-Qur’an, Hadits dan Ijtihad. Dari
kalangan para Ulama, sumber paling utama itu adalah Qur’an dan Hadits
(Sunnah).
a. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kalamullah yang berisikan firman-firman Allah,
diwahyukan kepada Nabi Muhamad SAW sebagai salah satu
mukjizatnya melalui perantara malaikat Jibril. Al-Qur’an yang merupakan
kitab suci umat Islam yang berisikan tentang aqidah, ibadah, hukum,
peringatan, kisah-kisah dan isyarat pengembangan iptek yang dijadikan
sebagai acuan dan pedoman hidup bagi umat Nabi Muhamad SAW.
“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan
berbahasa Arab, agar kamu memahaminya“. (QS. Yusuf: 2)
b. Hadits (Sunnah)

23
Merupakan sumber ajaran Islam yang kedua. Sunnah merupakan
kebiasaan yang dilakukan oleh Rasulullah baik dari segi perkataan,
perbuatan maupun ketetapan atau persetujuan Rasulullah terhadap apa
yang dilakukan oleh para sahabatnya.

Menurut ulama Salaf, As-Sunnah ialah petunjuk yang dilakukan oleh


Rasulullah dan para sahabatnya, baik tentang ilmu, i’tiqad (keyakinan),
perkataan maupun perbuatannya.
As-Sunnah berfungsi untuk memperjelas, menafsirkan isi atau
kandungan dari ayat-ayat Al-Qur’an dan memperkuat pernyataan ayat-
ayat Al-Qur’an serta mengembangkan segala sesuatu yang samar-samar
atau bahkan tidak ada ketentuannya di dalam Al-Qur’an.

1. Macam-macam Hadits atau Sunnah

Hadits atau sunnah dilihat dari segi bentuknya, diantaranya:

a. Qauliyah yakni semua perkataan Rasulullah


b. Fi’liyah yakni semua perbuatan Rasulullah
c. Taqririyah yakni penetapan, persetujuan dan pengakuan
Rasulullah
d. Hammiyah yakni sesuatu yang telah direncanakan oleh
Rasulullah dan telah disampaikan kepada para sahabatnya
untuk dikerjakan namun belum sempat dikerjakan dikarenakan
telah datang ajalnya.

Hadits atau sunnah dilihat dari segi jumlah orang yang


menyampaikannya, diantaranya:

a. Mutawatir yaitu hadits yang diriwayatkan oleh orang banyak


b. Masyhur yaitu diriwayatkan oleh banyak orang, namun tidak
sampai (jumlahnya) kepada derajat mutawatir

24
c. Ahad yaitu diriwayatkan hanya oleh satu orang saja.
d. Hadits atau sunnah dilihat dari segi kualitasnya, diantaranya:
e. Shahih yakni hadits yang benar dan sehat tanpa ada keraguan
atau kecacatan.
f. Hasan yakni hadits yang baik, memenuhi syarat seperti hadits
shahih, letak perbedaannya hanya dari segi kedhobitannya
(kuat hafalan). Hadits shahih kedhobitannya lebih sempurna
daripada hadits hasan.
g. Dhaif yakni hadits yang lemah.
h. Maudhu yakni hadits yang palsu atau dibuat-buat.
c. Ijtihad

Ijtihad yaitu mengerahkan segala kemampuan berpikir secara


maksimal untuk mengeluarkan hukum syar’i dari dalil-dalil syara’ yaitu
Qur’an dan hadits. Ijtihad dapat dilakukan jika ada suatu masalah yang
hukumnya tidak terdapat di dalam Al-Qur’an maupun  hadits, maka dapat
dilakukan ijtihad dengan menggunakan akal pikiran dengan tetap
mengacu dan berdasarkan pada Al-Qur’an dan  hadits.

Macam-macam ijtihad:
1. Ijma’
Yaitu kesepakatan para ulama (mujathid) dalam menetapkan suatu
hukum-hukum berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits dalam suatu perkara
yang terjadi. Keputusan bersama yang dilakukan oleh para ulama
dengan cara ijtihad untuk kemudian dirundingkan dan disepakati.
Adapun hasil dari ijma’ adalah fatwa, yakni keputusan bersama para
mujtahid yang berwenang untuk diikuti seluruh umat.
2. Qiyas
Yaitu menggabungkan atau menyamakan. Artinya menetapkan
suatu hukum atau suatu perkara yang baru muncul, yang belum ada

25
pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalam sebab,
manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu
sehingga dihukumi sama. Dalam Islam, Ijma dan Qiyas sifatnya
darurat, bila memang terdapat hal-hal yang ternyata belum ditetapkan
pada masa-masa sebelumnya.
3. Istihsan
Yaitu tindakan meninggalkan satu hukum kepada hukum lainnya
disebabkan karena adanya suatu dalil syara’ yang mengharuskan untuk
meninggalkannya. Berbeda dengan Al-Quran, Hadits, Ijma’ dan Qiyas
yang kedudukannya sudah disepakati oleh para jumhur ulama sebagai
sumber hukum Islam. Istihsan ini adalah salah satu cara yang
digunakan hanya oleh sebagian ulama saja.
4. Maslahah Mursalah
Yakni kemaslahatan yang tidak disyari’atkan oleh syar’i dalam
wujud hukum, dalam rangka menciptakan kemaslahatan, disamping
tidak terdapat dalil yang membenarkan atau menyalahkan.
5. Sududz Dzariah
Yakni tindakan dalam memutuskan sesuatu yang mubah menjadi
makruh atau haram demi kepentingan dan kemaslahatan umat.
6. Istishab
Yakni menetapkan ssuatu keadaan yang berlaku sebelumnya hingga
adanya dalil yang menunjukkan adanya perubahan keadaan itu. Atau
menetapkan berdasarkan hukum yang ditetapkan pada masa lalu secara
abadi berdasarkan keadaan, hingga terdapat dalil yang menunjukkan
adanya perubahan.
7. Urf
Yaitu segala sesuatu yang sudah dikenal oleh manusia karena telah
menjadi kebiasaan, adat atau tradisi baik bersifat perkataan, perbuatan
atau dalam kaitannya dengan meninggalkan perbuatan tertentu.

26
27
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dapat di simpulkan bahwa agama sangat di perlukan oleh manusia sebagai


pegangan hidup sehingga ilmu dapat menjadi lebih bermakna, yang dalam hal ini
adalah Islam. Agama Islam adalah agama yang selalu mendorong manusia untuk
mempergunakan akalnya memahami ayat-ayat kauniyah (Sunnatullah) yang
terbentang di alam semesta dan ayat-ayat Qur’aniyah yang terdapat dalam Al-Qur’an,
menyeimbangkan antara dunia dan akhirat.
Islam menurut bahasa (etimologi)  mengandung arti berserah diri, tunduk, 
patuh, dan taat kepada allah sehingga melahirkan  keselamatan dan kesejahteraan diri
serta kedamaian kepada sesama manusia dan lingkungannya. Sedangkan menurut
istilah (terminologi) Islam adalah suatu nama bagi agama yang ajaran-ajarannya
diwahyukan Allah kepada manusia melalui seorang Rasul. Islam juga merupakan
ajaran yang lengkap, menyeluruh, dan sempurna yang mengatur tata cara kehidupan
seorang muslim baik ketika beribadah maupun ketika berinteraksi dengan
lingkungannya. Islam juga berisi hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia
dengan Allah, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam semesta.

3.2 Saran

Sebagai umat Islam, sudah menjadi kewajiban kita untuk bertaqwa kepada
Allah SWT. dan mengikuti tuntunan dari Nabi Muhammad SAW. Segala macam
peraturan ataupun kaidah yang ada di kehidupan telah diatur oleh Allah sang
pencipta, kita dapat mempelajari itu semua melalui kitab suci Al-Qur’an dan Al-
Hadits agar dalam menjalani kehidupan ini kita senantiasa berada dalam jalan Allah
SWT yang benar. Aamiin.

28
DAFTAR PUSTAKA

Abduh, Syekh Muhammad. 1976. Risalah tauhid. Jakarta: Bulan Bintang.


Syaifulloh,M, dkk. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi.
Surabaya: Grasindo.
Hamka. 1976. Sejarah Umat Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Barus. J.V,et.al.(ed)2001. Ensiklopedia Islam Untuk Pelajar. Jakarta: Ichtiar
Baru Van Hoeve.
TimPenyusun. 2005. Pendidikan Agama Islam. Kebumen: Universitas Sebelas
Maret
TimPenyusun. 2004. Islam Mulai Akar ke Daunnya. Bogor: BKIM IPB Press.
Tim Dosen Pendidikan Agama Islam UPI. 2009. Islam Tuntunan dan Pedoman
Hidup. Bandung: Value Press.

29

Anda mungkin juga menyukai