Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“Manusia dan Agama”

Untuk memenuhi tugas matakuliah Program Studi Ilmu Kalam

Dosen Pengampu :

.......

Di Susun Oleh Kelompok _ :

1.         ..............................(201..........................)

2.         ..............................(221..........................)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS YUDHARTA PASURUAN

2013

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam
semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan
yang gelap menuju jalan yang terang benderang yaitu Ad-Dinul Islam wal Iman.

Makalah kami kali ini berjudul Manusia dan agama. Makalah ini membahas tentang
ruang lingkup manusia terhadap agama. Kami menyadari bahwa makalah kami ini jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Untuk itu, kami sampaikan banyak terima kasih.
Pasuruan,  September 2016

                                                                                                                               Kelompok

Daftar isi

Kata
Pengantar...........................................................................................................
...........................................................  i

Daftar
Isi   ii...................................................................................................................
..........................................................

BAB
I            PENDAHULUAN..........................................................................................
........................................................

1.     Latar
Belakang....................................................................................................................................
.........  1

2.     Perumusan
Masalah...................................................................................................................................  
1

3.     Tujuan
Penulis.......................................................................................................................................
...... 1

BAB
II          PEMBAHASAN...........................................................................................
..........................................................

A.    Manusia......................................................................................................................................
...................

1. Pengertian Manusia dalaam


Alqur’an.................................................................................................

2. Tujuan Penciptaan
Manusia..................................................................................................................

3. Fungsi dan Kedudukan


Manusia...........................................................................................................
B.     Hakikat
Manusia......................................................................................................................................
......

1. Pengertian Manusia dalaam


Alqur’an.................................................................................................

2. Hakekat Manusia (Menurut Islam -  Mohammad Sholihuddin,


M.HI).............................................

C.    Agama........................................................................................................................................
.....................

1. Pengertian
Agama..................................................................................................................................

2. Syarat- Syarat
Agama..............................................................................................................................

3, Fungsi
Agama........................................................................................................................................
...

D.    Karakteristik
Agama......................................................................................................................................

E.     Hubungan Agama Dengan Manusia Dalaam


Kehidupan........................................................................

BAB
III         PENUTUP...................................................................................................
...........................................................

1.    Kesimpulan.................................................................................................................................
...................

Daftar
Pustaka..............................................................................................................
..........................................................

MANUSIA DAN AGAMA

I.          PENDAHULUAN

Agama memberikan penjelasan bahwa manusia ialah mahluk yangg memilki potensi untukk
berahlak baik (takwa) atau buruk (fujur) potensi fujur akan senantiasa eksis dalaam diri
manusia karena terkait dengan aspek instink, naluriah, atau hawa nafsu, seperti naluri
makan/minum, seks, berkuasa dan rasa aman. Apabila potentsi takwa seseorang lemah,
karena tidak terkembangkan (melalui pendidikan), maka prilaku manusia dalaam hidupnya
tidak akan berbeda dengan hewan karena didominasi oleh potensi fujurnya yangg bersifat
instinktif atau implusif (seperti berzina, membunuh, mencuri, minum-minuman keras, atau
menggunakan narkoba dan main judi).Agar hawa nafsu itu terkendalikan (dalaam arti
pemenuhannya sesuai dengan ajaran agama), maka potensi takwa itu harus dikembangkan,
yaitu melalui pendidikan agama dariii sejak usia dini. Apabila nilai-nilai agama telah
terinternalisasi dalaam diri seseorang maka dia akan mampu mengembangkan dirinya
sebagai manusia yangg bertakwa, yangg salah satu karakteristiknya ialah mampu
mengendalikan diri (self control) dariii pemuasan hawa nafsu yangg tidak sesuai dengan
ajaran agama.

II.              RUMUSAN MASALAH

Untukk mengkaji masalahan yangg terdapatt dalaam makalah “Manusia dan Agama” ini,
kelompok kami akan membuat beberapa rumusan masalah yangg akan dibahas:

1.    Pengertian manusia

2.    Hakekat manusia

3.    Pengertian agama

4.    Karateristik agama

5.    Hubungan agama dengan manusia dalaam kehidupan

Bab II

 PEMBAHASAN

A.      MANUSIA

1.    Pengertian Manusia dalaam Alqur’an

Quraish Shihab mengutip dariii Alexis Carrel dalaam “Man the Unknown”, bahwa banyak
kesukaran yangg dihadapi untukk mengetahui hakikat manusia, karena keterbatasan-
keterbatasan manusia sendiri.

Istilah kunci yangg digunakan Al-Qur’an untukk menunjuk pada pengertian manusia
menggunakan kata-kata basyar, al-insan,  dan ann-nas.

Kata basyar  disebut dalaam Al-Qur’an 27 kali. Kata basyar menunjuk pada pengertian


manusia sebagai makhluk biologis (QS Ali ‘Imran [3]:47) tegasnya memberi pengertian
kepada sifat biologis manusia, seperti makan, minum, hubungan seksual dan lain-lain.

Kata al-insan dituturkan sampai 65 kali dalaamAl-Qur’an yangg dapatt dikelompokkan


dalaam tiga kategori. Pertama al-insan dihubungkan dengan khalifah sebagai penanggung
amanah (QS Al-Ahzab [3]:72), kedua al-insan dihubungankan dengan predisposisi negatif
dalaam diri manusia misalnya sifat keluh kesah, kikir (QS Al-Ma’arij [70]:19-21) dan ketiga
al-insan  dihubungkan dengan proses penciptaannya yangg terdiri dariii unsur materi dan
nonmateri (QS Al-Hijr [15]:28-29). Semua konteks al-insan  ini menunjuk pada sifat-sifat
manusia psikologis dan spiritual.

Kata an-nas yangg disebut sebanyak 240 dalaam Al-Qur’an mengacu kepada manusia


sebagai makhluk sosial dengan karateristik tertentu misalnya mereka mengaku beriman
padahal sebenarnya tidak (QS Al-Baqarah [2]:8)[1][1]

Dariii uraian ketiga makna untukk manusia tersebut, dapattdisimpulkan bahwa manusia
ialah mahkluk biologis,psikologis dan sosial. Ketiganya harus dikembangkan dan
diperhatikan hak maupun kewajibannya secara seimbang dan selalu berada dalaam hukum-
hukum yangg berlaku (sunnatullah).[2][2]

2.    Tujuan Penciptaan Manusia

Kata “Abdi” berasal dariii kata bahasa Arab yangg artinya memperhambakan diri,
ibadah (mengabdi/memperhambakan diri). Manusia diciptakan oleh Allah agar ia beribadah
kepada-Nya. Pengertian ibadah di sini tidak sesempit pengertian ibadah yangg dianut oleh
masyarakat pada umumnya, yakni kalimat syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji tetapi
seluas pengertian yangg dikandung oleh kata memperhambakan dirinya sebagai
hamba Allah. Berbuat sesuai dengan kehendak dan kesukaann (ridha) Nya dan menjauhi
apa yangg menjadi larangan-Nya.[3][3]

3.    Fungsi dan Kedudukan Manusia

Sebagai orang yangg beriman kepada Allah, segala pernyataan yangg keluar dariii mulut
tentunya dapatt tersingkap dengan jelas dan lugas lewat kitab suci Al-Qur’an sebagai satu
kitab yangg abadi. Dia menjelaskan bahwa Allah menjadikan manusia itu agar ia menjadi
khalifah (pemimpin) di atas bumi ini dan kedudukan ini sudah tampak jelas pada diri Adam
(QS Al-An’am [6]:165 dan QS Al-Baqarah [2]:30) di sisi Allah menganugerahkan kepada
manusia segala yangg ada dibumi, semula itu untukk kepentingan manusia (ia menciptakan
untukkmu seluruh apa yangg ada dibumi ini.  QS Al-Baqarah [2]:29). Maka sebagai tanggung
jawab kekhalifahan dan tugas utama umat manusia sebagai makhluk Allah, ia harus selalu
menghambakan dirinyakepada Allah Swt.

Untukk mempertahankan posisi manusia tersebut, Tuhan menjadikan alam ini lebih rendah
martabatnya dariiipada  manusia. Oleh karena itu, manusia diarahkan Tuhan agar tidak
tunduk kepada alam, gejala alam (QS Al-Jatsiah [45]:13) melainkan hanya tunduk kepada-
Nya saja sebagai hamba Allah (QS Al-Dzarait [51]:56). Manusia harus menaklukanya,
dengan kata lain manusia harus membebaskan dirinya dariii mensakralkan atau
menuhankan alam.

Jadi dariii uraian tersebut diatas bisa ditarik kesimpulan secara singkat bahwa manusia
hakikatnya ialah makhluk biologis, psikolsogi dan sosial yangg memiliki dua predikat
statusnya dihadapan Allah sebagai Hamba Allah (QS Al-Dzarait [51]:56) dan fungsinya
didunia sebagai khalifah Allah (QS Al-Baqarah [2]:30); al-An’am [6]:165), mengantur alam
dan mengelolanya untukk mencapai kesejahteraan kehidupan manusia itu sendiri dalaam
masyarakat dengan tetap tunduk dan patuh kepada sunnatullah.

B.       HAKEKAT MANUSIA

Hakekat manusia ialah sebagai berikut :

1.    Makhluk yangg memiliki tenaga dalaam yangg dapatt menggerakkan hidupnya untukk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

2.    Individu yangg memiliki sifat rasional yangg bertanggung jawab atas tingkah laku
intelektual dan sosial.yangg mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yangg positif mampu
mengatur dan mengontrol dirinya serta mampu menentukan nasibnya.

3.    Makhluk yangg dalaam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah
selesai (tuntas) selama hidupnya.

4.    Individu yangg dalaam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalaam usaha untukk
mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untukk
ditempati

5.    Suatu keberadaan yangg berpotensi yangg perwujudanya merupakan ketakterdugaan


dengan potensi yangg tak terbatas

6.    Makhluk Tuhan yangg berarti ia ialah makhluk yangg mengandung kemungkinan baik dan
jahat.

7.    Individu yangg sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia
tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup di dalaam
lingkungan sosial.

8.    Makhluk yangg berfikir. Berfikir ialah bertanya, bertanya berarti mencari jawaban, mencari
jwaban berarti mencari kebenaran.[4][4]

1.    Hakikat Manusia Menurut Al-Qur’an

Al-Qur’an memandang manusia sebagaimana fitrahnya yangg suci dan mulia, bukan
sebagai manusia yangg kotor dan penuh dosa. Peristiwa yangg menimpa Nabi Adam
sebagai cikal bakal manusia, yangg melakukan dosa dengan melanggar larangan Tuhan,
mengakibatkan Adam dan istrinya diturunkan dariii surga, tidak bisa dijadikan argumen
bahwa manusia pada hakikatnya ialah pembawa dosa turunan. Al-Quran justru memuliakan
manusia sebagai makhluk surgawi yangg sedang dalaam perjalanan menuju suatu
kehidupan spiritual yangg suci dan abadi di negeri akhirat, meski dia harus melewati
rintangan dan cobaan dengan beban dosa saat melakukan kesalahan di dalaam hidupnya di
dunia ini. Bahkan manusia diisyaratkan sebagai makhluk spiritual yangg sifat aslinya ialah
berpembawaan baik (positif, haniif).

Karena itu, kualitas, hakikat, fitrah, kesejatian manusia ialah baik, benar, dan indah. Tidak
ada makhluk di dunia ini yangg memiliki kualitas dan kesejatian semulia itu . Sungguhpun
demikian, harus diakui bahwa kualitas dan hakikat baik benar dan indah itu selalu
mengisyaratkan dilema-dilema dalaam proses pencapaiannya. Artinya, hal tersebut
mengisyaratkan sebuah proses perjuangan yangg amat berat untukk bisa menyandang
predikat seagung itu. Sebab didalaam hidup manusia selalu dihadapkan pada dua tantangan
moral yangg saling mengalahkan satu sama lain. Karena itu, kualitas sebaliknya yaitu buruk,
salah, dan jelek selalu menjadi batu sandungan bagi manusia untukk meraih prestasi
sebagai manusia berkualitas mutaqqin  di atas.

Gambaran al-Qur’an tentang kualitas dan hakikat manusia di atas megingatkan kita pada
teorisuperego  yangg dikemukakan oleh sigmund Freud, seorang ahli psikoanalisa kenamaan
yangg pendapattnya banyak dijadika rujukan tatkala orang berbicara tentang kualitas jiwa
manusia.

Menurut Freud, superego selalu mendampingi ego. Jika ego  yangg mempunyai berbagai


tenaga pendorong yangg sangat kuat dan vital (libido bitalis), sehingga penyaluran
dorongan ego (nafsu lawwamah/nafsu buruk) tidak mudah menempuh jalan
melalui superego  (nafsu muthmainnah/nafsu baik). Karena superego  (nafsu muthmainnah)
berfungsi sebagai badan sensor atau pengendali ego  manusia.Sebaliknya, superego pun
sewaktu-waktu bisa memberikan justifikasi terhadap ego  manakala instink, intuisi, dan
intelegensi –ditambah dengan petunjuk wahyu bagi orang beragama– bekerja secara
matang dan integral. Artinya superego  bisa memberikan pembenaran
pada ego manakala ego bekerja ke arah yangg positif. Ego yangg liar dan tak terkendali
ialah ego yangg negatif, ego yangg merusak kualitas dan hakikat manusia itu sendiri.

2.    Hakekat Manusia (Menurut Islam - Mohammad Sholihuddin, M.HI)

Manusia terdiri dariii sekumpulan organ tubuh, zat kimia, dan unsur biologis yangg
semuanya itu terdiri dariii zat dan materi Secara Spiritual manusia ialah roh atau jiwa.
Secara Dualisme manusia terdiri dariii dua subtansi, yaitu jasmani dann ruhani (Jasad dan
roh). Potensi dasar manusia menurut jasmani ialah kemampuan untukk bergerak dalaam
ruang yangg bagaimanapun, di darat, laut maupun udara. Dan jika dariii Ruhani, manusia
mempunyai akal dan hati untukk berfikir(kognitif), rasa(affektif), dan
perilaku(psikomotorik).Manusia diciptakan dengan untukk mempunyai kecerdasan.[5][5]

C.      AGAMA

1.    Pengertian Agama

       Kata agama dalaam bahasa Indonesia berarti sama dengan “din” dalaam bahasa Arab
dan Semit, atau dalaam bahasa Inggris “religion”. Dariii arti bahasa (etimologi) agama
berasal dariii bahasa Sansekerta yangg berarti tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi turun
temurun. Sedangkan kata “din” menyandang arti antara lain menguasai, memudahkan,
patuh, utang, balasan atau kebiasaan.

       Secara istilah (terminologi) agama, seperti ditulisoleh Anshari bahwa walaupun


agama, din, religion, masing-masing mempunyai arti etimologi sendiri-sendiri, mempunyai
riwayat dan sejarahnya sendiri-sendiri, namun dalaam pengertian teknis terminologis ketiga
istilah tersebut mempunyai makna yangg sama, yaitu:

a.    Agama, din, religion ialah satu sistem credo (tata keimanan atau tata keyakinan) atas


adanya Yangg Maha Mutlak diluar diri manusia;

b.    Agama juga ialah sistem ritus (tata peribadatan) manusia kepada yangg dianggapnya Maha
Mutlak tersebut.
c.    Di samping merupakan satu sistema credo dan satu sistema ritus, agama juga ialah satu
sistem norma (tata kaidah atau tata aturan) yangg mengatur hubungan manusia sesama
manusia dan hubungan manusia dengan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata
keimanan dan tata peribadatan termaktub diatas.

             Menurut Durkheim, agama ialah sistem kepercayaan dan praktik yangg


dipersatukan yangg berkaitan dengan hal-hal yangg kudus. Bagi Spencer, agama ialah
kepercayaan terhadap sesuatu yangg Maha Mutlak. Sementara Dewey, menyatakan bahwa
agama ialah pencarian manusia terhadap cita-cita umum dan abadi meskipun dihadapkan
pada tantangan yangg dapatt mengancam jiwanya; agama ialah pengenalan manusia
terhadap kekuatan gaib yangg hebat.

             Dengan demikian, mengikuti pendapatt Smith, tidak berlebihan jika kita katakan
bahwa hingga saaat ini belum ada definisi agama yangg benar dan dapatt ditarima secara
universal.[6][6]

2.    Syarat-Syarat Agama

a.    Percaya dengan adanya Tuhan

b.    Mempunyai kitab suci sebagai pandangan hidup umat-umatnya

c.    Mempunyai tempat suci

d.   Mempunyai Nabi atau orang suci sebagai panutan

e.    Mempunyai hari raya keagamaan

3.    Unsur-Unsur Agama

                Menurut Leight, Keller dan Calhoun, agama terdiri dariii beberapa unsur pokok:

1.     Kepercayaan agama, yakni suatu prinsip yangg dianggap benar tanpa ada keraguan lagi

2.     Simbol agama, yakni identitas agama yangg dianut umatnya.

3.     Praktik keagamaan, yakni hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan-Nya, dan
hubungan horizontal atau hubungan antarumat beragama sesuai dengan ajaran agam.

4.     Pengalaman keagamaan, yakni berbagai bentuk pengalaman keagamaan yangg dialami
oleh penganut-penganut secara pribadi.

5.     Umat beragama, yakni penganut masing-masing agama

4.    Fungsi Agama

·       Sumber pedoman hidup bagi individu maupun kelompok


·       Mengatur tata cara hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia.

·       Merupakan tuntutan tentang prinsip benar atau salah

·       Pedoman mengungkapkan rasa kebersamaan

·       Pedoman perasaan keyakinan

·       Pedoman keberadaan

·       Pengungkapan estetika (keindahan)

·       Pedoman rekreasi dan hiburan

·       Memberikan identitas kepada manusia sebagai umat dariii suatu agama.[7][7]

D.      KARATERISTIK AGAMA

Karakteristik agama dalaam kehidupan manusia seperti halnya bangunan yangg sempurna.
Seperti dalaam salah satu sabda nabi Muhammmad,bahwa beliau ialah penyempurna
bangunan agama tauhid yangg telah dibawa oleh para nabi dan rosul sebelum kedatangan
beliau.

Layaknya sebuah bangunan agamapun harus memiliki rangka yangg kokoh, tegas, dan
jelas. Rangka yangg baik ialah rangka yangg menguatkan bangunan yangg akan dibangun
diatasnya. Memiliki ukuran yangg simetris satu sama lainnya. Komposisi bahan yangg tepat
karena berperan sebagai penopang. Oleh sebab itu, kerangka harus memiliki luas yangg
cukup atau memiliki perbandingan yangg sesuai dengan bangunannnya. Itulah sebaik-
baiknya agama dengan demikian agama pada dasarnya berperan sebagai pedoman
kehidupan manusia, untukk menjalani kehidupannya dibumi. Manusia akan kehilangan
pedoman atau pegangan dalaam menjalani kehidupan di dunia bila tidak berpedoman pada
agama. Dewasa ini agama mengalami beralih dan berpedoman kepada akal logikanya.
Padahal akal dan logika manusia memiliki keterbatasan yaitu keterbatasan melihat masa
depan. Sedangkan agama telah disusun sedemikian rupa oleh sang pencipta agar menjadi
pedoman sepanjang hayat manusia. Akibat dariii skularisme ini mnimbulkan gaya hidup
baru bagi kaum muslim yakni gaya hidup hedomisme dan pragmatis.

Adapun karakteristik agama pada umumnya ialah sebagai berikut:

1.    Agama ialah suatu sistem tauhid atau sistem ketuhanan(keyakinan) terhadap eksistensi
suatu yangg absolut(mutlak), diluar diri manusia yangg merupakan pangkal pertama dariii
segala sesuatu termasuk dunia dengan segala isinya.

2.    Agama merupakan sistem ritual atau peribadatan(penyembahan) dariii manusia kepada
suatu yangg absolut.

3.    Agama adlah suatu sistem nilai atau norma (kaidah) yangg menjadi pola hubungan
manusiawi antara sesama manusia dan pola hubungan dengan ciptaan lainnya dariii yangg
absolut.
E.       HUBUNGAN AGAMA DENGAN MANUSIA DALAAM KEHIDUPAN

               

Agama dan kehidupan beragama merupakan unsur yangg tak terpisahkan dariii kehidupan
dan sistem budaya umat manusia. Sejak awal manusia berbudaya, agama dan kehidupan
beragama tersebut telah menggejala dalaam kehidupan, bahkan memberikan corak dan
bentuk dariii semua perilaku budayanya. Agama dan perilaku keagamaan tumbuh dan
berkembang dariii adanya rasa ketergantungan manusia terhadap kekuatan goib yangg
mereka rasakan sebagai sumber kehidupan mereka. Mereka harus berkomunikasi untukk
memohon bantuan dan pertolongan kepada kekuatan gaib tersebut, agar mendapattkan
kehidupan yangg aman, selamat dan sejahtera. Tetapi “apa” dan “siapa” kekuatan gaib
yangg mereka rasakan sebagai sumber kehidupan tersebut, dan bagaimana cara
berkomunikasi dan memohon peeerlindungan dan bantuan tersebut, mereka tidak tahu.
Mereka hanya merasakan adanya da kebutuhan akan bantuan dan perlindunganya. Itulah
awal rasa agama, yangg merupakan desakan dariii dalaam diri mereka, yangg mendorong
timbulnya perilaku keagamaan. Dengan demikian rasa agama dan perilaku keagamaan
(agama dan kehidupan beragama) merupakan pembawaan dariii kehidupan manusia, atau
dengan istilah lain merupakan “fitrah” manusia. [8][8]

1.    Perkembangan Agama Dan Kehidupan Budaya Manusia

               

Pada tahap awalnya nampak bahwa agama mendominasi kehidupan budaya masyarakat,
kemudian dengan adanya perkembangan akal dan budidaya manusia, maka mulai nampak
gejala terjadinya proses pergeseran dominasi agama tersebut, yangg pada giliran
selanjutnya tersingkirkan dalaam kehidupan budaya suatu masyarakat. Namun demikan
dengan tersingkirnya dominasi agama itu, maka pertumbuhan dan perkembangan sistem
budaya dan peradaban manusia nampak menjadi kehilangan arah dan tujuannya yangg
pasti, sehingga mereka memerlukan lagi terhadap agama, bukan sebagai yangg
mendomianasi, tetapi sebagai petunjuk da pengarah kehidupan mereka.

Perkembangan agama dan kehidupan budaya umat manusia dalaam proses sejarah yangg
panjang tersebut dapatt dilihat secara selintas pada pertumbuhan dan perkembangan
manusia secara individual. Pada tahap awalnya kehidupan manusia diliputi oleh ketidak-
tahuan dan ketidak-berdayaan, sehingga sifat ketergantungan pada orang tua (yangg
memelihara) sangat menonjol. Setelah akal fikiran dan kemampuan budidayanya tumbuh
dan berkembang, maka sifat ketergantungan itu semakin berkurang, dan setelah
menginajak dewasa sifat kemandiriannya inilah manusia memerlukan adanya pedoman
hidup, karena tanpa pedoman/tujuan yangg pasti, maka kemandirian akan menimbulkan
kekacauan dan malapetaka dalaam kehidupan manusia. Kemudian pada masa tua, dimana
kemampuan akal fikiran dan budidaya manusia sudah mulai berkurang, maka manusia
memerlukan kembali tempat bergantung yangg pasti sebagai tempat kembali.

Kalau di hubungkan dengan hukum perkembangan, ketiga tahap perkembangan jiwa atau
masyarakat/budaya manusia itu ialah pada tahap awal (masa kanak-kanak) disebut dengan
tahap teologik, fiktif;  masa remaja (masa tumbuh dan berkembangnya pemikiran abstrak)
sebagai tahap metafisik  atau abstrak; dan masa dewasa sebagai tahap positif  atau riil.
Sedangkan masa tua sebagai kelanjutan perkembangan lebih lanjut dariii tahap positif  atau
riil tersebut.[9][9]

IV.     KESIMPULAN             

Manusia hakikatnya ialah makhluk biologis, psikolsogi dan sosial yangg memiliki dua
predikat statusnya dihadapan Allah sebagai Hamba Allah dan fungsinya didunia
sebagai khalifah  Allah), mengantur alam dan mengelolanya untukk mencapai kesejahteraan
kehidupan manusia itu sendiri dalaam masyarakat dengan tetap tunduk dan patuh kepada
sunnatullah. Rasa agama dan perilaku keagamaan (agama dan kehidupan beragama)
merupakan pembawaan dariii kehidupan manusia, atau dengan istilah lain merupakan
“fitrah” manusia.

V.              PENUTUP

Demikian  makalah yangg dapatt kami paparkan tentang hukum syar’i, semoga bermanfa’at
bagi pembaca pada umumnyadan pada kami pada khususnya. Dan tentunya makalah  ini
tidak lepas dariii kekurangan, untukk itu saran dan kritik yangg bersifat konstruktif sangat
kami butuhkan, guna memperbaiki makalah selanjutnya.

VI.              DAFTAR PUSTAKA

Fathoni Ahmad Miftah Drs., M.Ag, Pengantar Studi Islam, 2001,  Semarang, Gunung Jati.

Supadie Didiek Ahmad,dkk. Pengantar Studi Islam, 2011 , Jakarta, Rajawali Pers.

http://almanhaj.or.id/content/3191/slash/0/karakteristik-agama-islam/Muhaiman dkk,

Muhaiman  Dimensi-Dimensi Studi Islam, 1994, Surabaya,Karya Abditama

Syukur Amin Prof. Dr. H. M., MA, Pengantar Studi Islam, 2010, Semarang, Pustaka Nuun
[1][1] Didiek Ahmad Supadie,dkk. Pengantar Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers,2011), hlm:137-138
[2][2] Prof. Dr. H.M. Amin Syukur,MA , Pengantar Studi Islam, (Semarang:Pustaka Nuun,2010),hlm:9
[3][3] Didiek Ahmad Supadie,dkk. Pengantar Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 143
[4][4] Drs.Miftah Ahmad Fathoni, M.Ag, Pengantar Studi Islam, (Semarang:Gunung Jati),2001,hlm:18
[5][5] Drs.Miftah Ahmad Fathoni, M.Ag, Pengantar Studi Islam, (Semarang:Gunung Jati),2001,hlm:19-23
[6][6] Didiek Ahmad Supadie,dkk. Pengantar Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 35-36
[7][7] Prof. Dr. H. M. Amin Syukur, MA, Pengantar Studi Islam, (Semarang:Pustaka Nuun), 2010, hlm:26-29

[8][8] Muhaiman dkk, Dimensi-Dimensi Studi Islam, (Surabaya: Karya Abditama, 1994), hlm. 29


9. Muhaiman dkk, Dimensi-Dimensi Studi Islam, (Surabaya: Karya Abditama, 1994), hlm.20-28

Anda mungkin juga menyukai