Anda di halaman 1dari 13

TAREKAT

SEJARAH & PERKEMBANGAN

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas matakuliah Akhlak Tasawuf


Dosen Pengampu:
Dr. Ziaulhaq Hidayat, M.A.

Disusun Oleh:

Rahmat Rahim Lase (0104222136)


Muhammad Aziz Mahyuti (0104222149)

PRODI MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
2022/2023
KATA PENGANTAR
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
Alhamdulillah atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan sebaik baiknya guna
memenuhi tugas kelompok untuk matakuliah Akhlak Tasawuf, dengan judul, Tarekat: Sejarah
& Perkembangan

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terleasasikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk
saran masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Medan, 20 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I........................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................1
C. Tujuan Masalah...............................................................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................2
PEMBAHASAN.......................................................................................................2
A. Tarekat.............................................................................................................................................2
1. Pengertian Tarekat.......................................................................................................................2
2. Tujuan Tarekat.............................................................................................................................3
3. Unsur-unsur dalan Tarekat...........................................................................................................3
4. Syarat-syarat mempelajari Tarekat..............................................................................................4
5. Amalan-amalan dalam Tarekat....................................................................................................4
B. Sejarah dan perkembangan tarekat...................................................................................................6
1. Abad Ke- 9 & 10 Masehi (Tahap Khanaqah)...............................................................................6
2. Abad Ke-13 & 14 Masehi (Tahap Tariqah).................................................................................6
3. Abad Ke-15 Masehi (Tahap Taifah)............................................................................................7
BAB III.....................................................................................................................8
PENUTUP................................................................................................................8
A. Kesimpulan......................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara sosiologis dengan lebih mendalam, tampak ada hubungan antara latar
belakang lahirnya trend dan pola hidup sufistik dengan perubahan dan dinamika
kehidupan masyarakat. Sebagai contoh adalah munculnya gerakan kehidupan zuhud dan
‘uzlah yang dipelopori oleh Hasan al-Bashri (110 H.) dan Ibrahim Ibn Adham (159 H.).
Gerakan ini muncul sebagai reaksi terhadap pola hidup hedonistik (berfoya-foya), yang
dipraktekkan oleh para pejabat Bani Umayyah1. Demikian juga berkembangnya tasawuf
filosofis yang dipelopori oleh Abu Mansur Al-Hallaj (309 H.). dan Ibn Arabi (637 H.),
tampaknya tidak bisa terlepas dari adanya pengaruh gejala global masyarakat Islam, yang
cenderung tersilaukan oleh berkembangnya pola hidup rasional. Hal ini merupakan
pengaruh berkembangnya filsafat dan kejayaan para filosof peripatetik, seperti; al-Kindi,
Ibn Sina, Al-Farabi, dan lain-lain. 2
Adapun tarekat, sebagai gerakan kesufian populer (massal), sebagai bentuk terakhir
gerakan tasawuf, tampaknya juga tidak begitu saja muncul. Kemunculannya tampaknya
lebih dari sebagai tuntutan sejarah, dan latar belakang yang cukup beralasan, baik secara
sosiologis, maupun politis pada waktu itu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Tarekat?
2. Bagaimana sejarah turunnya aliran Tarekat?
3. Bagaimana perkembangan aliran Tarekat?
4. Apa amalan-amalan Tarekat?

C. Tujuan Masalah
i. Untuk mengetahui tujuan adanya aliran Tarekat.
ii. Untuk mengetahui amalan-amalan Tarekat.
iii. Untuk mengetahui unsur-unsur Tarekat.
iv. Untuk mengetahui syarat-syarat mempelajari Tarekat.
v. Untuk memahami sejarah turunnya aliran Tarekat.

1
Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1973, h.64.
2
Aliran Teologi dan Filsafat Islam , Jakarta : Bumi Aksara, 1995, h. 101.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tarekat
1. Pengertian Tarekat
ْ َ‫ا‬
Dari segi bahasa, kata tarekat berasal dari kata ‫ الطَّ ِر يْق‬jamaknya ‫رق‬HH‫ ط‬dan ‫رق‬HH‫ط‬
yang bermakna jalan, lorong atau gang. Kata tersebut diturunkan menjadi bentuk
masdar (kata benda) dari kata ‫ طَ ِر يْقة‬yang memiliki arti jalan atau cara metode.
Secara terminologi beberapa ilmuwan memiliki pengertian tentang tarekat:
a. Al-Jurjani (w.816 M), tarekat ialah metode khusus yang dipakai oleh
salik (para penempuh jalan) menuju Allah Swt melalui tahapan-tahapan.
b. Harun Nasution (w.1998 M) tarekat adalah jalan yang harus ditempuh
oleh seseorang calon sufi agar ia berada sedekat mungkin dengan Allah
Swt.
c. Aboebakar Atjeh (w. 1953 M), tarekat adalah jalan atau petunjuk dalam
melakukan suatu ibadah yang sesuai dengan ajaran yang ditentukan Nabi
dan dikerjakan oleh sahabat dan tabi’in. secara turun temurun.
d. Abu Al-Wafa Al-Taftazani, tarekat diartikan sekumpulan sufi yang
tunduk dalam aturan-aturan tertentu yang terperinci dalam tindakan
spiritual, hidup secara berkelompok di dalam ruang-ruang peribadatan
atau berkumpul secara berkeliling dalam momen-momen tertentu, serta
membentuk majelis-majelis ilmu dan sikir secara organisasi.
e. Nurcholish Madjid (w. 2005 M), tarekat adalah jalan menuju Allah
guna mendapatkan ridha-Nya dengan mentaati ajaran-ajaran-Nya.
Dari beberapa defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa tarekat adalah
sebuah metode atau jalan dalam rangka mengadakan latihan jiwa, membersihkan
diri dari sifat-sifat tercela dan mengisinya dengan sifat-sifat terpuji dan
memperbanyak zikir semata-mata untuk dekat kepada Allah Swt.3

Dari beberapa defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa tarekat adalah


sebuah metode atau jalan dalam rangka mengadakan latihan jiwa, membersihkan
diri dari sifat-sifat tercela dan mengisinya dengan sifat-sifat terpuji dan
memperbanyak zikir semata-mata untuk dekat kepada Allah Swt.

3
Akhlak Tasawuf XII

2
2. Tujuan Tarekat
Tujuan tarekat adalah menggapai ridha Allah SWT dengan membersihkan
jiwa, dan menjaga hawa nafsu untuk melepaskan diri dari pelbagai bentuk ujub,
takabur, riya, hubbud dunya (cinta dunia).4

3. Unsur-unsur dalan Tarekat


a. Mursyid, secara bahasa mursyid berarti guru atau pembimbing, tepatnya
guru tarekat. Mursyid adalah pemimpin tertinggi tarekat. Mereka adalah
orang yang memiliki otoritas dan legalitas kesufian, yang berhak
mengawasi muridnya dalam setiap langkah dan geraknya sesuai dengan
ajaran Islam. Oleh karena itu dia mempunyai keistimewaan khusus, seperti
jiwa yang bersih. Menurut AboeBakar Atjeh, mursyid adalah orang yang
telah suluk, syariah dan hakikatnya sesuai dengan ajaran Islam, dan telah
mendapat ijazah untuk mengajarkan suluk kepada orang lain.
b. Murid, secara bahasa murid berarti seseorang yang berkehendak, berharap
atau menginginkan sesuatu. Dalam tarekat, murid berarti penempuh jalan
ruhani yang berharap mendapat ridha Allah Swt, mengenal dan mencintai-
Nya. Murid adalah orang-orang yang menghendaki perjumpaan dengan
Allah melalui ibadah, riya ḍah, mujahadah dan munajat dibawah
bimbingan mursyid. Ketaatan total murid kepada mursyid adalah kunci
keberhasilan murid mencapai tujuan.
c. Wirid. Secara etimologi wirid berarti sesuatu yang terjadi berulang-ulang.
Dalam tarekat wirid adalah zikir yang dilakukan secara rutin.
d. Baiat, yaitu perjanjian atau sumpah setia di antara dua orang atau dua
pihak. Murid berjanji akan mengamalkan zikir yang diajarkan guru dengan
sebaik-baiknya. Janji itu hakikatnya kepada Allah Swt bukan kepada
mursyid. Seorang pengamal tarekat diharuskan berjanji setia kepada
mursyid, bahwa ia akan menaatinya, memegang teguh ajaran dan
mengamalkan wirid yang diajarkan guru kepadanya; tidak
mempertanyakan atau meragukan ajaran dan amalan guru.
e. Silsilah, yaitu mata rantai yang menghubungkan kesinambungan ruhani di
antara mursyid dengan mursyid sebelumnya hingga sampai kepada
mursyid tertinggi.5

4
Zamroji Saerozi, al-Tadzkirat al-Nafi’ah fi silsilati al-Thariqtaini al-Qadiriyah Wa al-Naqsya bandiyah. Jilid 1, Pare:
TP,1983, h.13-14.
5
Akhlak Tasawuf XII h.25

3
4. Syarat-syarat mempelajari Tarekat
a. Menjalani syariat dengan tujuan yang benar, yaitu menjalaninya dengan
sikap ‘ubūdiyyah dan dengan niat menghambakan diri kepada Allah Swt.
b. Haruslah memandang gurunya memiki rahasia keistimewaan yang akan
membawa muridnya kehadapan Ilahi.
c. Harus menjalani tata krama yang dibenarkan oleh ajaran agama.
d. Bertingkah laku yang bersih sejalan dengan tingkah laku Nabi
Muhammad Saw.
e. Menjaga kehormatan, menghormati gurunya baik ada maupun tiada,
hidup ataupun mati, menghormati sesama saudaranya pemeluk agama
Islam, hormat terhadap yang lebih tua, saying kepada yang lebih muda,
dan tabah atas permusuhan antar saudara.6

5. Amalan-amalan dalam Tarekat


A. Individual
1. Dzikir
Kata dzikir sebenarnya merupakan ungkapan dan pemendekatan
kalimat “dzikrullah” ,Ia merupakan amalan khas yang mesti ada dalam
setiap tarekat. Yang dimaksud dengan dzikir dalam suatu tarekat adalah
mengingat dan menyebut nama Allah, baik secara lisan maupun secara
batin (jahr / sirri atau khafi). Di dalam tarekat, dzikir diyakini sebagai cara
yang paling efektif dan efesien untuk membersihkan jiwa dari segala
macam kotoron dan penyakit-penyakitnya, sehingga hampir semua tarekat
mempergunakan metode ini.7
2. Rabithah
Rabithah adalah mengingat rupa guru (syekh) dalam ingatan seorang
murid. Praktek rabithah ini merupakan adab dalam pelaksanaan dzikir
seseorang. Yaitu sebelum seorang dzakir melaksanakan dzikirnya, maka
terlebih dahulu ia harus mereproduksi ingatannya kepada syekh yang telah
menalqin dzikir yang akan dilaksanakan tersebut. Bisa berupa wajah
syekh, seluruh pribadinya, atau prosesi ketika ia mengajarkan dzikir
kepadanya. Atau bisa juga hanya sekedar mengimajinasikan seberkas sinar
(berkah) dari syekh tersebut.8

6
Akhlak Tasawuf XII h.26
7
Dzikir memang bermanfa’at ganda, di samping ia berfungsi sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah
sekaligus untuk membersihkan jiwa, tetapi susah untuk rnengidentifisirnya. mana yang dahulu di antara keduanya.
8
Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia , Bandung : Mizan, 1992, h. 83 – 84.

4
3. Zuhud dan Wara’
Kedua prilaku sufistik ini akan sangat mendukung upaya tazkiyat al-
nafsi, karena zuhud adalah tidak adanya ketergantungan hati pada harta
dan hal-hal yang bersifat dunia lainnya. Dan Wara’ adalah sikap hidup
yang selektif, orang yang berprilaku demikian tidak berbuat sesuatu,
kecuali benar-benar halal dan benar-benar dibutuhkan.9
4. Khalwat atau ‘uzlah
Mengasingkan diri dari hiruk pikuknya urusan duniawi. Sebagian
tarekat tidak mengajarkan khalwat dalam artian fisik, karena menurut
kelompok tarekat ini khalwat cukup dilakukan secara hati (khalwat
qalbiyah).10
5. Muraqabah
Kontemplasi atau muraqabah duduk bertafakkur atau mengheningkan
cipta dengan penuh kesungguhan hati, dengan penghayatan bahwa dirinya
seolah-olah berhadapan dengan Allah, meyakinkan hati bahwa Allah
senantiasa mengawasi dan memperhatikannya.11
6. Melaksanakan Syari’at
Dalam tarekat (yang kebanyakan merupakan jama’ah para sufi sunni),
menepati syari’at merupakan bagian dari bertasawuf (meniti jalan
mendekati kepada Tuhan). Karena menurut keyakinan para sufi sunni,
justru prilaku kesufian itu dilaksanakan dalam rangka mendukung
tegaknya syari’at. Seperti: Shalat, bersuci dari hadas, puasa, maupun
haji12.
7. Melaksanakan amalan-amalan sunnah
Di antara cara yang diyakini dapat membantu untuk membersihkan
jiwa dan segala macam kotoran dan penyakit-penyakitnya, adalah amalan
-amalan sunnah. Sedangkan di antara amalan-amalan tersebut yang
diyakini memiliki dampak besar terhadap proses dan sekaligus hasil dari
tazkiyat aI-nafsi adalah: membaca al-Qur’an dengan menghayati arti dan
maknanya, melaksanakan shalat malam (tahajjud), berdzikir di malam
hari, banyak berpuasa sunnah dan bergaul dengan orang-orang shaleh.13

9
Sayid Abi Bakar at-Makky, ibid.,h. 10,20.
10
Di antara kelompok tarekat yang hanya melakukan khalwat Qalbiyah, adalah Tarekat Qadiriyah beserta-cabang-
cabangnya.
11
A. Warson Munawir, Kamus Arab-lndonesia, Yogyakarta; aI-Munawir. 1984. h.557.
12
Abd.Aziz Dahlan, Tasawaf Sunni dan Tasawuf Falsafi: Tinjauan filosofis, Jakarta: Yayasan Paramadina,t.th. h. 125
13
Sayid Abi Bakar al-Makky, Kifayat al-Atqiya’ Wa minhaj al-Ashfiya’, Surabava: Maktabah Sahabat 1lmu, t.th, h.4

5
B. Jama’ah
1. Khataman
Kegiatan ini merupakan upacara ritual yang biasanya dilaksanakan
secara rutin di semua cabang kemursyidan. Ada yang menyelenggarakan
sebagai kegiatan mingguan, tetapi banyak juga yang menyelenggarakan
kegiatannya sebagai kegiatan bulanan14.

B. Sejarah dan perkembangan tarekat


1. Abad Ke- 9 & 10 Masehi (Tahap Khanaqah)
Pada abad ini banyak muncul kelompok-kelompok kecil antara seorang guru sufi
dengan sejumlah pengikutnya dalam sebuah organisasi yang tidak tetap dan
masih longgar. Tarekat menjadi sebuah wadah sekaligus metode psikologi moral
untuk bimbingan praktis bagi setiap individu. Syaikh menjadi mursyd yang
dipatuhi jamaah. Kontemplasi dan latihan-latihan spiritual dilakukan secara
individual dan secara kolektif. Kemudian kelompok ini menggunakan pusat-
pusat pertemuan sufi seperti zawiyyah, ribāṭ, khanqah atau tekke, yang sekaligus
berfungsi sebagai tempat pendidikan sufi. Menurut Hamka, tarekat Ṭaifuriyyah di
Persia merupakan tarekat yang pertama muncul sebagai lembaga pengajaran
tasawuf . Tarekat ini dinasabkan kepada Abu Yazīd al-Busṭāmi. Harun Nasution
mengatakan masa ini sebagai tahap Khanaqah ( pusat pertemuan sufi). Dengan
makin bertambahnya kegiatan, aktivitas dan jumlah pusat-pusat pertemuan sufi dari
waktu ke waktu, akhirnya teori-teori, konsep-konsep dan amalan-amalan
mistis diperkenalkan, begitu juga tata terbit untuk mengatur kehidupan bersama.
Beberapa sufi terkemuka di abad ini diantaranya adalah Junaid al-Baghdādi dan
Abu Saīd al-Khair.

2. Abad Ke-13 & 14 Masehi (Tahap Tariqah)


Pada abad ini, tarekat-tarekat mengalami perkembangan pesat. Abad dimana
terbentuknya ajaran-ajaran, peraturan-peraturan, dan metode tasawuf hingga
muncul pusat-pusat yang mengajarkan tasawuf dengan silsilahnya masing-
masing. Tarekat-tarekat periode inilah yang kemudian menjelma menjadi tarekat-
tarekat besar sekarang ini yang banyak sekali jumlahnya, dengan sebutan
bermacam-macam sesuai dengan nama sang pendiri. Akhirnya berkembanglah
metode-metode kolektif baru untuk mencapai kedekatan diri kepada Tuhan, dan
disini pulalah tasawuf telah mengambil bentuk kelas menengah. Tarekat-tarekat
pada periode ini adalah: Tarekat Qadiriyah, Tarekat Syadziliyah, Tarekat
Naqsabandiyah, Tarekat Rifaiyah.
14
Tarekat dan Politik Kasus Tarekat Qadiriyyah wa Naqsyabandiyah di Desa Mranggen Demak Jateng (tesis),
Jakarta : PPS – UI, 1993. h.188

6
Pada abad ini sejumlah sufi bergabung dengan seorang guru (syaikh) dan
tunduk di bawah aturan-aturan tertentu. Komunitas ini sering berkumpul secara
kolektif dan periodik di pusat-pusat pertemuan sufi dan pertemuan-pertemuan
ruhani lainnya. Selain pertemuan internal komunitas, terdapat juga beberapa
asosiasi atau warga masyarakat umum yang datang kapan saja untuk mendapatan
wejangan dari sang guru sufi, disela-sela menjalani aktifitas kehidupan sehari-
hari.

3. Abad Ke-15 Masehi (Tahap Taifah)


Merupakan masa terjadi penyebaran misi ajaran dan peraturan
kepada muridnya. Kalau abad ke-13 M, tarekat-tarekat sudah berkembang, namun
di abad 15 M ini tarekat sudah terkenal di dunia. Terkenalnya tarekat karena
sifatnya yang luwes, maksudnya bila murid sudah mencapai derajat syaikh, maka
murid tidak mempunyai suatu keharusan untuk terus mengikuti tarekat gurunya.
Bahkan dia berhak melakukan modifikasi tarekat yang lain ke dalam tarekatnya.
Pada akhirnya akan muncul tarekat-tarekat yang mempunyai cabang di tempat
lain. Pada tahap tha’ifah inilah tarekat mengandung arti lain, yaitu organisasi sufi
yang melestarikan ajaran syekh tertentu. Tarekat yang muncul diabad ini adalah-
Tarekat Syattariyah, Tarekat Samaniyyah.15

15
Saifulah Muzani (Ed), Islam Rasional : Gagasan dan Pemikiran Prof. DR. Harun Nasution , Bandung : Mizan, 1996,
h. 366.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tarekat sebagai para peniti jalan spiritual (salik) dan Sufi, pada dasarnya
memiliki tujuan yang sama, yaitu mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub ila
Allah). Akan tetapi sebagai organisasi para salik yang kebanyakan diikuti
masyarakat awam, dan para pemula (thalib al - mubtadi’in), maka akhirnya dalam
tarekat terdapat tujuan lain yang diharapkan akan dapat mendukung tercapainya
tujuan pertama dan utama tersebut. Sehingga secara garis besar orang bertarekat
karena memiliki tiga tujuan pokok. Ketiga tujuan pokok , yaitu; tazkiyatun nafsi
(penyucian jiwa), taqarrub ila Allah (mendekatkan diri kepada Allah), mengambil
berkah (tabarruk).
B. Saran
Kami sadar bahwa kami masih jauh dari kata sempurna, kedepannya kami akan
lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah ini dengan sumber-
sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggungjawabkan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1973, h.64.

Aliran Teologi dan Filsafat Islam , Jakarta : Bumi Aksara, 1995, h. 101.

Akhlak Tasawuf XII

Zamroji Saerozi, al-Tadzkirat al-Nafi’ah fi silsilati al-Thariqtaini al-Qadiriyah Wa al-


Naqsya bandiyah. Jilid 1, Pare: TP,1983, h.13-14

Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia , Bandung : Mizan, 1992, h.


83 – 84.

Sayid Abi Bakar at-Makky, ibid.,h. 10,20.

A. Warson Munawir, Kamus Arab-lndonesia, Yogyakarta; aI-Munawir. 1984. h.557.

Abd.Aziz Dahlan, Tasawaf Sunni dan Tasawuf Falsafi: Tinjauan filosofis, Jakarta: Yayasan
Paramadina,t.th. h. 125
Sayid Abi Bakar al-Makky, Kifayat al-Atqiya’ Wa minhaj al-Ashfiya’, Surabava: Maktabah
Sahabat 1lmu, t.th, h.4
Tarekat dan Politik Kasus Tarekat Qadiriyyah wa Naqsyabandiyah di Desa Mranggen
Demak Jateng (tesis), Jakarta : PPS – UI, 1993. h.188
Saifulah Muzani (Ed), Islam Rasional : Gagasan dan Pemikiran Prof. DR. Harun
Nasution , Bandung : Mizan, 1996, h. 366.

9
10

Anda mungkin juga menyukai