Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH

MATAKULIAH ILMU TASAWUF


Sejarah Perkembangan Tarekat

Dosen Pengampu
Dra. Mu’minatul Zanah, M.Ag

Disusun Oleh :

1. Ahmad Zaydan (1204020012)


2. Arif Nughraha (1204020025)
3. Arrumy Marwa.P (1204020026)
4. Eka Astria Rustiani (1204020042)

PROGRAM STUDI S-1 KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji kami panjatkan kepada zat Yang Maha Suci, syuku kami
panjatkan kepada zat Yang Maha Ghafur, Rabb semesta alam yakni Alla Subhana
Wa Ta'ala yang mana dengan Qudrah dan Iradahnya kami dapa menyelesaikan
Makalah Mata Kuliah Ilmu Tasawuf ini.

Kami menyadari bahwasannya, ”Tiada gading yang tak retak.” Penyusuna


makalah ini masih sangat sederhana dan jauh dari kata sempurna. Karen
kesempurnaan hanyalah milik Allah Subhanahu Wa Ta‟ala.

Maka dari itu, kritik dan saran konstruktif sangat kami harapkan dari pembaca
sekalian, dalam rangka meningkatkan kualitas keilmuan dan wawasan untuk
perbaikan ke depannya. Penyusunan Makalah ini tidak terlepas dari pihak-pihak
yang ikut berkontribusi dan berpartisipasi, maka kami haturkan terimakasih dan
teriring doa jazakumullahu khairan katsiran, mudah-mudahan menjadi penambah
amalan shalihan di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta‟ala.

Akhir kata, kami berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi
media kontribusi bagi pembaca sekalian khususnya penulis.

Padang, 3 Mei 2021


Penulis

i
DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1


A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 1

BAB II. PEMBAHASAN ...................................................................................... 2


A. Pengertian ................................................................................................... 2
B. Hubungan Tariqat Dengan Tasawuf ........................................................... 3
C. Sejarah Timbulnya Tariqat ......................................................................... 3
D. Aliran-aliran Tariqat Dalam Islam .............................................................. 7
E. Tujuan Tarekat ............................................................................................ 9

BAB III. PENUTUP .............................................................................................. 10


A. Kesimpulan ................................................................................................. 10
B. Saran ........................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 11

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ajaran tarekat adalah salah satu pokok ajaran yamg ada dala tasawuf. Ilmu tarekat
sama sekali tidak dapat dipisahkan dengan ilm tasawuf dan tidak mungkin dipisahkan dari
kehidupan orang-orang sufi Orang sufi adalah orang yang menerapkan ajaran tasawuf.
Dan tarekat itu sendiri adalah tingkatan ajaran pokok dari tasawuf itu. Para tokoh sufi
dalam tarekat, merumuskan bagaimana sistematika, jalan, cara, dan tingkat –tingkat jalan
yang harus dilalui oleh para calon sufi atau muri tarekat secara rohani untuk cepat
bertaqarrub, mendekatkan diri kehadirat Allah SWT.

Orang Islam yang tidak paham Ilmu Tasawwuf selalu mempertanynakan mengapa ada
pula ilmu Tarekat, apa tidak cukup ilmu fiqh itu saja dikerjakan untuk melaksanakan
ajaran Islam itu. Orang yang bertanya demikian itu sebenarnya sudah melakukan ilmu
tarekat, tatkala gurunya yang mengajarkan ilmu fiqh itu kepadanya, misalnya sembahyang,
menunjuk dan membimbing dia, bagaimana cara melakukan ibadat sembahyang itu,
bagaimana mengangkat tangan pada waktu takbir pembukaaan, bagaimana berniat yang
sah, bagaimana melakukan bacaan, bagaimana melakukan Mukti dan sujud, semuanya itu
dengan sebaik-baiknya. Semua bimbingan guru itu dinamakan tarekat, secara minimum
tarekat namanya, tetapi juga pelaksanaan ibadat itu berbekas kepada jiwanya, pelaksanaan
itu secara maksimum tarekat namanya, sedang hasilnya sebagai tujuan terakhir daripada
semua pelaksanaan ibadat itu ialah mengenal Tuhan sebaik-baiknya, yang dengan istilah
sufi ma‟rifat namanya, mengenal Allah, untuk siapa dipersembahkan segala amal ibadat
itu.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan tarekat dan hubungan tarekat dengan tasawuf?
2. Bagaimana sejarah timbulnya tarekat?
3. Apa aliran-aliran tarekat dalam islam dan istilah tarekat itu

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tarekat
Dari segi etimologi, kata tarekat yang berasal dari bahasa Arab ‫ طریقة‬yang
merupakan bentuk mashdar (kata benda) dari kata ‫ طرقیطرق‬-‫طریقة‬yang memiliki arti ‫)الكیفیة‬
jalan, cara), ‫ )األسلوب‬metode, sistem), ‫ )المذھة‬madzhab, aliran, haluan), dan ‫ )الحالة‬keadaan).
Ahmad Warson Munawwirr, 1997: 849). Pengertian ini membentuk dua makna istilah
yaitu metode bagi ilmu jiwa akhlak yang mengatur suluk individu dan kumpulan sistem
pelatihan ruh yang berjalan sebagai persahabatan pada kelompok-kelompok persaudaraan
Islam (Muhammad Sabit al Fandi, dkk.: 172).
Sedangkan secara terminologi para pengkaji tarekat mengemukakan beberapa
definisi, di antaranya :
1. Menurut Aboebakar Atjeh, tarekat mempunyai arti jalan atau petunjuk dalam
melakukan suatu ibadat sesuai dengan ajaran yang ditentukan dan dicontohkan
Nabi dan dikerjakan oleh sahabat dan tabi‟in, turun-temurun sampai kepada
guru-guru, secara berantai.
2. Menurut Al-Taftazani, tarekat diartikan sekumpulan sufi yang terkumpul dengan
seorang syaikh tertentu, tunduk dalam aturan aturan yang terperinci dalam
tindakan spiritual, hidup secara berkelompok di dalam ruang-ruang peribadatan
atau berkumpul secara berkeliling dalam momen-momen tertentu, serta
membentuk majelis-majelis ilmu dan zikir secara organisasi.
3. Menurut Harun Nasution, tarekat berarti jalan yang harus ditempuh seorang
calon sufi agar ia berada sedekat mungkin dengan Allah.
4. Menurut Nurcholis Madjid, tarekata dalah jalan menuju Allah guna
mendapatkan ridha-Nya dengan mentaati ajaran-ajaran-Nya.
5. Menurut al-Syaikh Muhammad Amin al-Kudry, tarekat diartikan: pertama,
mengamalkan syariat melaksanakan beban ibadah dengan tekun dan
menjauhkan diri dari sikap yang sebenarnya memang tidak boleh dipermudah.
Kedua, menjauhi larangan dan melakukan perintah Tuhan sesuai dengan
kesanggupan, baik larangan dan perintah yang nyata maupun tidak (batin).

2
Berdasarkan beberapa definisi secara istilah tersebut dapat disimpulkan bahwa tarekat
mempunyai dua pengertian: pertama, tarekat sebagai pendidikan keruhanian yang
dilakukan oleh orang-orang yang menjalani kehidupan tasawuf, yang secara individu
untuk mencapai suatu tingkat keruhanian tertentu, dan kedua,tarekat sebagai sebuah
perkumpulan atau organisasi yang didirikan menurut aturan yang telah ditetapkan oleh
seorang syaikh yang menganut suatu aliran tarekat tertentu.
B. Hubungan tarekat dengan Tasawuf
Dalam ilmu tasawuf istilah tarikat tidak saja ditunjukan kepada aturan dan cara-cara
tertentu yang ditunjukan oleh seorang syaih tariqat dan bukan pula terhadap kelompok
yang menjadi pengikut salah seorang syaih tariqat , tetapi meliputi segala aspek ajaran
yang ada di dalam agama islam, seperti halnya shalat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya.
Ajaran tersebut merupakan jalan atau cara mendekatkan diri kepada Allah.[5]
Di dalam tariqat yang sudah melembaga, tariqat mencakup semua aspek ajaran islam
seperti shalat, puasa, zakat, jihad, haji, dan sebagainya, telah diketahui bahwa tasawuf itu
secara umum adalah usaha unuk mendekatkan diri kepada Allah dengan sedekat mungkin,
melalui penyesuaian rohani dan memperbanyak ibadah. Dan ajaran-ajaran tasawuf yang
harus ditempuh untuk mendekatkan diri kepada Allah merupakan hakikat tariqat yang
sebenarnya, dengan demikian bahwa tasawuf adalah usaha mendekatkan diri kepada
Allah, sedangkan tariqat adalah cara atau jalan yang ditempuh seorang dalam usaha
mendekatkan diri kepada Allah.
C. Sejarah Perkembangan Tarekat

Dalam pembahasan sejarah perkembangan tarekat ini, penulis membahas periodesasi


perkembangan tasawuf. Dalam kajian ini perkembangan –tasawuf- tersebut dapat dibagi
ke dalam empat periode Yaitu periode pertama, abad ke-1 dan ke-2 H. periode kedua, abad
ke-3 dan ke-4 H. periode ketiga, abad ke-5 H. dan periode keempat, abad ke6 H dan
seterusnya (Asmaran As, 1994: 249). Pembagian periode ini dilihat berdasarkan proses
perubahan masyarakat Islam dari generasi kegenerasi yang dipengaruhi oleh perbedaan-
perbedaan dan fenomena 90 Tarekat dan Perkembangannya Al-Munzir Vol. 7, No. 1, Mei
2014 keberagamaan masyarakat Islam yang dari generasi ke generasi. Proses tersebut itu
jugalah yang menjadi cikal bakal lahir dan munculnya tarekat dalam Islam (Muhammad
Agus & Muhammad Kamil, 23 April 2014).

3
Mengapa periodisasi tersebut diawali dari abad pertama Hijriah?

Dari kajian historis mengungkapkan bahwa awal mulanya tasawuf itu adalah padah
masa sahabat dan tabi‟in. tidak muncul pada pada masa Nabi Muhammad SAW. Hal itu
disebabkan oleh prilaku umat Islam masih sangat stabil, keberagamaan masih
dilaksanakan secara seimbang, bahkan cara pandang hidupnya jauh dari budaya
pragmatism, materialism dan hedonism (M. Alfatih, 2008: 23). Namun sekalipun di masa
tersebut belum ditemukan istilah tasawuf, mereka sebenarnya telah menjadi seorang sufi
dengan tidak pernah mengagungkan dunia tetapi tidak juga meremehkannya, mereka
selalu ingat kepada Allah sebagai Sang Pencipta langit dan bumi serta segala isinya.

1. Periode Pertama (abad ke-1 dan ke-2 H)

Gerakan tasawuf pada masa ini timbul sebagai bentuk kekahawatiran terhadap
perubahan mental masyarakat di masa itu. Kondisi masyarakat pada masa abad pertama
Hijriyah pasca nabi SAW dan para sahabat mengalami perubahan besar dari aspek sosial
dan ekonomi. Dalam hal spiritual, masyarakat lebih banyak berbicara tentang teologi dan
formulasi syariat (Sri Mulyati, 2004: 6), sehingga mulai melupakan persoalan-persoalan
kerohanian. Kondisi ini ditandai dengan berkembangnya budaya hedonism di tengah-
tengah masyarakat. Para tokoh sufi melihat kehidupan masayarakat saat itu mulai 91 Al-
Munzir Vol. 7, No. 1, Mei 2014 Tarekat dan Perkembangannya\ cenderung hidup
bermewah-mewahan. Gerakan tasawuf yang dimotori oleh para sahabat, tabi‟in serta
tabi‟tabi‟in senantiasa mengingatkan tentang hakikat hidup ini, dan berupaya
menanamkan semangat beribadah, dan melakukan pola hidup sederhana atau zuhud (M.
Alfatih, 2008: 24). Di antara bentuk kesederhanaan mereka –utamanya dalam
berpakaian- adalah berpakaian shuf (pakaian dari bulu domba), karena mereka
dinamakan sufi. Termasuk dalam periode ini adalah Hasan al Bashri (110 H) dengan
konsep khauf, dan Rabi‟ah al „Adawiyah (185 H) dengan konsep cintanya. Berdasarkan
keterangan di atas, tampak bahwa ajaran tasawuf pada periode pertama bercorak akhlaki,
yakni pendidikan moral dan mental dalam rangka pembersihan jiwa dan raga dari
pengaruhpengaruh duniawi (Asmaran As, 1994: 249).

2. Periode Kedua (abad ke-3 dan ke-4 H)

Pada periode ini ajaran tasauf memasuki babak baru. Ajaran tasawuf pada periode ini
tidak hanya terbatas pada pembinaan moral, sebagaimana yang diajarkan para Zahid di
masa periode pertama. Dalam pandangan Hamka, pada masa abad ke 3 dan ke-4, ilmu

4
tasawuf telah berkembang dan telah memperlihatkan isinya yang dapat dibagikan kepada
tiga bagian, yaitu ilmu jiwa, ilmu akhlak dan ilmu ghaib (metafisika). Kehalusan rasa
yang diutamakan di abad pertama dan kedua telah mempertinggi penyelidikan atas ketiga
cabang ilmu itu, yang telah memenuhi seluruh kehidupan sufi. 92 Tarekat dan
Perkembangannya Al-Munzir Vol. 7, No. 1, Mei 2014 Menurut Abubakar Atjeh, jika
pada abad ke-2 ajaran tasawuf menekankan pada kezuhudan (asceticism), maka pada
abad ke-3 orangorang sudah masuk pada pembicaraan tentang wusul dan ittihad dengan
Tuhan (mistikisme).

3. Periode ketiga (abad ke-5 H)

Memasuki abad ke 5, kedua bentuk ajaran tasawuf yakni tasawuf sunni dan tasawuf
falsafi yang berkembang pada periode kedua, maka pada periode ketiga ini terjadi
pembaharuan di dalamnya. Karena ternyata tasawuf sunni makin berkembang, sementara
tasawuf falsafi mulai tenggelam dan baru muncul kembali di saat lahirnya para sufi yang
sekaligus seorang filosof (Asmaran As, 1994: 253). Akan tetapi, kaitannya dengan
tarekat, pada abad kelima hijriah ini tarekat dalam pengertian kelompok zikir, baru
muncul yang menjadi kelanjutan kaum sufi sebelumnya. Hal itu ditandai dengan setiap
silsilah tarekat selalu dihubungkan dengan nama pendiri atau tokoh sufi yang lahir pada
masa itu. Tarekat seperti ini mulai bermunculan disebabkan oleh karena pada periode
tersebut telah terjadi kehampaan spiritual sehingga untuk mengembalikan semangat
spiritual itu maka dilakukan upaya pendekatan diri kepada Allah dalam bentuk tarekat,
sekalipun pada periode ini kuantitas pengamalan tarekat masih cukup terbatas
(Muhammad Agus & Muhammad Kamil, 23 April 2014). 93 Al-Munzir Vol. 7, No. 1,
Mei 2014 Tarekat dan Perkembangannya

4. Periode keempat (abad ke-6 H. dan seterusnya)

Pada periode ini adalah munculnya kembali ajaran tasauf falsafi secara sempurna,
dimana pada periode sebelumnya (abad ke V) ajaran ini tenggelam. Ajaran tasawuf
falsafi pada periode abad ke VI mengalami perkembangan yang sempurna dimana ajaran
tqasauwuf ini sudah cukup detail dan mendalam dalam segi praktek, pengajaran dan ide.
Hal tersebut dapat terilhat dari tulisan Ibnu Arabi dalam bukunya al Futuhat al Makkiyah
dan Fusus al Hikam. Perkembangan tasawuf pada periode ini secara signifikan turut
berpengaruh pada perkembangan tarekat itu sendiri. Dari hasil kajian oleh sebagian
penulis bahwa lahirnya gerakan tarekat sebenarnya diawali pada abad keenam Hijriah

5
(Ummu Kalsum, 2003: 117). Berdasarkan kajian historis perkembangan tasawuf di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa di awal perkembangannya, utamanya pada abad ke1 dan
ke-2 Hijriah tarekat masih merupakan jalan spiritual yang dilalui oleh seorang salik
menuju hakikat, dengan kata lain tarekat dalam pengertian yang pertama. Nanti pada
abad selanjutnya, abad ketiga dan keempat Hijriah, merupakan cikal bakal munculnya
tarekat-tarekat. Dan selanjutnya pada abad keenam Hijriah terjadi perubahan arah dalam
perkembangan tarekat dengan munculnya beberapa kelompokkelompok tarekat yang
diawali dengan datangnya Syaikh Abdul Qadir al Jailani (w. 561 H/1166 M) dengan
sistem tarekat Qadiriahnya (sekaligus menjadi tarekat pertama). Sejak itu, berbagai
macam tarekat mulai bermunculan, baik yang merupakan cabang dari tarekat Qadiriyah
maupun tarekat yang berdiri sendiri. Tarekat-tarekat itu antara lain, tarekat al-Rifaiyah
yang 94 Tarekat dan Perkembangannya Al-Munzir Vol. 7, No. 1, Mei 2014 diajarkan
oleh Syekh Ahmad Rifa‟i (w. 1182 M), tarekat al Kubrawiyah yang diajarkan oleh
Najmuddin al Kubra (w. 1221 M), tarekat Syaziliyah oleh Abu Hasan al Syazili (w. 1258
M), tarekat Naqsyabandiyah oleh Bahauddin al-Naqsyabandi (w. 1389 M), tarekat
Syattariah oleh Abdullah al-Syattar (w. 1428 M), dan tarekat al Khalwatiyah dari
Zahiruddin al Khalwati (w. 1397 M). (Muhammad Agus & Muhammad Kamil, 23 April
2014). Dalam proses pengajaran dan pengamalan masing-masing tarekat antara syekh
dan muridnya, sehingga terjadi transformasi ilmu di antara keduanya. Murid yang telah
sampai pada tingkatan tertinggi diberi ijazah untuk mengadakan dan mengajarkan tarekat
tersebut. Maka secara otomatis penyebaran tarekat makin meluas. Namun bukan hanya
itu, terkadang seorang murid belajar tarekat bukan hanya dari satu orang atau satu jenis
tarekat saja tetapi di antara murid tersebut yang mempelajari tarekat dari beberapa
sumber dan masing-masing memberikan ijazah kepadanya untuk mengajarkan tarekat
yang telah dipelajarinya sehingga terkadang dalam pengajaran tersebut si murid
membuat kelompok tarekat baru yang menggabung dua atau beberapa tarekat yang telah
dipelajarinya. Sebagai contoh tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah yang merupakan
tarekat gabungan antara Qadiriyah dan Naqsyabandiyah yang merupakan tarekat yang
didirikan oleh ulama asli Indonesia Ahmad Khatib Sambas (Kalimantan Barat) yang
lama belajar di Mekkah dan sangat dihormati (Sri Mulyati, 2004:19).

6
D. Aliran-Aliran Tarekat dalam Islam
1. Tarekat Qadiriyah

Qadiriyah didirikan oleh Abdul Qadir Zailani [470 H /1077 M-561 H /1166 M] atau
quthb al-awiya. Ciri khas dari Tarekat Qadiriyah ini adalah sifatnya yang luwes,tidak
sempit sehingga tuan syaikh atau Syaikh Mursyid yang baru dapat menentukan
langkahnya menuju kehadirat Allah SWT guna mendapat keridlaan-Nya. Keluwesan dan
kemandirian inilah, yang menyebabkan tarekat ini cepat berkembang di sebagian besar
dunia Islam.Terutama di Turki, Yaman, Mesir, India, Suria, Afrika dan termasuk ke
Indonesia.

2. Syadziliyah

Tarekat Syadziliyah didirikan oleh Abu Al-Hasan asy-Syadzili [593 H /1196 M-656
H /1258 M].Syadziliyah menyebar luas di sebagian besar Dunia Muslim.Seperti, Afrika
Utara termasuk Mesir.

3. Tarekat Naqsabandiyah

Tarekat Naqsabandiyah didirikan oleh Muhammad Bahauddin an-Naqsabandi al-


Awisi al-Bukhari [w.1389M] di Turkistan. Tarekat ini mempunyai dampak dan pengaruh
sangat besar kepada masyarakat muslim di berbagai wilayah yang berbeda-beda. Tarekat
ini pertama kali berdiri di Asia Tengah, kemudian meluas ke Turki, Suriah, Afganistan,
dan India. Ciri menonjol tarekat Naqsabandiyah adalah : Pertama, mengikuti syariat
secara ketat, keseriusan dalam beribadah yang menyebabkan penolakan terhadap musik
dan tari, dan lebih menyukai berdzikir dalam hati. Kedua, upaya yang serius dalam
memengaruhi kehidupan dan pemikiran golongan penguasa serta mendekati negara pada
agama.

4. Tarekat Yasafiyah

Tarekat Yasafiyah didirikan oleh Ahmad al-Yasafi [w. 562H/1169M] Tarekat ini
menganut paham tasawuf Abu Yazid Al-Bustami [w. 425 H/1034 M].Setelah wafatnya
Ahmad al-Yasafi kepemimpinan dilanjutkan oleh Abu Al-Farmadhi [w. 477 H/1084
M].Tarekat Yasafiyah berkembang ke berbagai daerah, antara lain ke Turki.

5. Tarekat Khalwatiyah

7
Tarekat ini didirikan oleh Umar al-Khalatawi [w. 1397 M] dan merupakan salah satu
tarekat yang berkembang di berbagai negeri, seperti Turki, Syiria, Mesir, Hijaz, dan
Yaman.Di Mesir, tarekat Khalwatiyah didirikan oleh Ibrahim Gulsheini [w. 940 H/1534
M] yang kemudian terbagi kepada beberapa cabang, antara lain tarekat Sammaniyah
yang didirikan oleh Muhammad bin Abd al-Karim as-Samani [1718-1775].

6. Tarekat Syatariyah

Tarekat ini didirikan oleh Abdullah bin Syattar [w. 1485 M] dari India.

7. Tarekat Rifa’iyah

Tarekat ini didirikan oleh Ahmad bin Ali ar-Rifa‟i [1106-1182 M]. Tarekat sufi
Sunni ini memainkan peranan penting dalam pelembagaan sufisme. Dari segala praktik
kaum Rifa‟iyah, dzikir mereka yang khas selalu dilakukan disertai tabuhan gendang.

8. Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah

Tarekat ini merupakan gabungan dari dua ajaran tarekat, yaitu Qadiriyah dan
Naqsabandiyah.Tarekat ini didirikan oleh Ahmad Khatib Sambas yang bermukim dan
mengajar di Mekkah pada pertengahan abad ke-19.Tarekat ini merupakan yang paling
berpengaruh dan tersebar secara meluas di Jawa saat ini.

9. Tarekat Sammaniyah

Tarekat ini didirikan oleh Muhammad bin Abdal-Karim al-Madani asy-Syafi‟i as-
Samman [1130-1189 H /1718-1775 M]. Hal menarik dari tarekat ini yang menjadi ciri
khasnya adalah corak wahdat al-wujud.

10. Tarekat Tijaniyah

Tarekat Tijaniyah didirikan oleh Syaikh Ahmad bin Muhammad at-Tijani [1150-1230
H/1737-1815 M]. Bentuk amalan tarekat Tijaniyah terdiri dari dua jenis,yaitu wirid
wajibah dan wirid ikhtiyariyah.

11. Tarekat Chistiyah

Chistiyah adalah salah satu tarekat sufi utama di Asia Selatan. Tarekat ini meyebar ke
seluruh kawasan yang kini merupakan wilayah India, Pakista dan Banglades. Namun,
tarekat ini hanya terkenal di India. Pendiri tarekat ini di India adalah Khwajah Mu‟ in
Ad-Din Hasan, yang lebih populer dengan panggilan Mu‟ in Ad-Din Chisti.

8
12. Tarekat Mawlawiyah

Nama Mawlawiyah berasal dari kata “mawlana” [guru kami],yaitu gelar yang
diberikan murid-muridnya kepada Muhammad Jalal Ad-Din Ar-Rumi [w. 1273 M].Oleh
karena itu, Rumi adalah pendiri tarekat ini, yang didirikan sekitar 15 tahun terakhir hidup
Rumi.Salah satu mursyid sekaligus wakil yang terkenal secara internasional dari tarekat
ini adalah Syaikh al-Kabir Helminski yang bermarkas di California, Amerika Serikat.
Tarekat Mawlawiyah ini mempunyai ciri khas tarian yaitu tarian darwis, yang dilakukan
dalam keadaan tidak sadar agar dapat bersatu dengan Tuhan.

13. Tarekat Ni’matullahi

Tarekat Ni‟matullahi adalah suatu mazhab sufi Persia yang segera setelah berdirinya
dan mulai berjaya pada abad ke-8 sampai abad ke-14. Tarekat ini didirikan oleh Syaikh
Ni‟matullahi Wal. Tarekat ini secara khusus menekankan pengabdian dalam pondok sufi
itu sendiri.

14. Tarekat Sanusiyah

Tarekat ini didirikan oleh Sayyid Muhammad bin Alias-Sanusi. Dalam tarekat ini,
dzikir bisa dilakukan bersama-sama atau sendirian. Tujuan dzikir itu lebih dimaksudkan
untuk “melihat nabi” ketimbang “melihat tuhan”, sehingga tidak dikenal “keadaan
ekstatis” sebagaimana yang ada pada tarekat lain.

E. Tujuan Tarekat
a. Sebagai interpretasi Islam secara transformatif. Maksudnya adalah memperkaya
bentuk-bentuk pengembangan keIslaman dengan metode yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Hal ini penting dilakukan agar Islam dapat lebih diterima walaupun
melalui interpretasi yang berbeda 20 ibid mengenai metode pelaksanaan
ibadahnya, asalkan tidak keluar dari jalur-jalur yang telah ditetapkan agama.
b. Sebagai penyerahan diri secara langsung kepada Allah melalui amalan batin.
Maksudnya adalah “mistisme tasawuf” 21 sebagai bagian yang integral dalam
tarekat menjadikan sesuatu yang kasat mata mengenai kemungkinan melakukan
pendekatan yang lebih mendalam kepada Allah yang selama ini hanya dilakukan
melalui ibadah-ibadah yang secara jelas terlihat, sebenarnya dapat didukung
dengan amalan- amalan batin yang salah satu caranya adalah dengan mengikuti
ajaran- ajaran tarekat.

9
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara etimologi tarekat berasal dari kata thariqah yang berarti jalan, keadaan, aliran
atau garis pada sesuaatu. Adapun sejarah timbulnya tareqat, Harun Nasution menyatakan
bahwa setelah al-Ghazali memenghalalkan tasawuf yang sebelumnya yang dikatakan
sesat, tasawuf berkembang didunia islam, melalui tarikat. Tariqat adalah organisasi dari
pengikut-pengikut sufyn besar, yang bertujuan untuk melestarikan ajaran-ajaran tasawuf
gurunya, tariqat memakai suatu tempat pusat kegiatan yang disebut ribat, ini merupakan
tempat murid-murid berkumpul melestarikan ajaran tasawufnya.
B. Saran
Tujuan hidup tidaklah mencapai kebaikan.Untuk kebaikan melainkan merasa
kebahagiaan. Tujuan kita bukan untuk mengetahui, melainkan berbuat, dan bukan untuk
mengetahui apa budi itu. Melainkan supaya kita menjadi orang yang berbudi. Manusia
tidak selamanya tepat pertimbangannya, adil sikapnya, kadang – kadang manusia berbuat
yang tidak masuk akal.
Oleh sebab itu, manusia perlu sekali tahu mengenai diri.Manusia yang tahu
mengetahui diri hidupsebagaimana mestinya tidak terombang – ambing oleh hawa nafsu.

10
DAFTAR PUSTAKA

Makluf, Luis. 1986, Al-Munjid Fi Al-Lughat Wa Al-A‟lam. Bairut: Dar Al-Masyrik


Solihin, M. 2008, Ilmu Tasawuf. Bandung: CV Pustaka Setia
Schimel, Annemarie. 1986, Dimesti Mistik Dalam Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus
Mustofa, A. 2007, Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia
Nasution, Harun. 1986, Perkembangan Tasawuf Di Dunia Islam. Jakarta: Depag RI
Anwar, Rosihon. 2000, Ilmu Tasawuf. Bandung: CV Pustaka Setia
Mustofa, A. 2010, Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia
Nurul imamah, 2013: Tasawuf jalan yg sesungguhnya, Makasar: Penerbit Arus
Timur.
Kasmuri Selamat & ihsan sanusi, 2012: Akhlak Tasawuf, Jakarta: Penerbit Kalam
Mulia.
H.M.Jamil, 2013: Akhlak Tasawuf, Ciputat: Penerbit REFERENSI.
Mengenal Thariqah (Panduan pemula mengenal menuju jalan Allah Ta'ala), 2005:
Semarang, Penerbit Aneka ilmu Semarang.
Rosihon Anwar, 2010: Akhlak Tasawuf, Bandung: Penerbit CV. Pustaka Setia.
Luis Makluf, Al-Munjid fi Al-Lughat wa Al-A‟lam (Bairut: Dar Al-Masyriq, 1986),
hal.465.
M. Solihin, Ilmu Tasawuf (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008), hal.203.
Annemarie Schimel, Dimensi Mistik dalam islam(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1986),
hal.101.
A. Mustofa, Akhlak Tasawuf (Bandung: Pustaka Setia, 2007),hal.280.
A. Mustofa, Op.Cit., hal.280-281.
Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi, Pengantar Ilmu Tasawuf (Sumatra Utara,
1981/1982)hal.273.
M. Solihin, Op.Cit., hal.207.
Harun Nasution, Perkembangan Tasawuf di Dunia Islam (Jakarta: Depag RI, 1986),
hal.24.
Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000), hal.167.
Rosihon Anwar, Op.Cit., hal.168.
M. Solihin, Op.Cit.,hal.211-216.
M. Solihin, Op.Cit.,hal.217-218.
11

Anda mungkin juga menyukai