DISUSUN OLEH :
WINDA SYEFRIYANI
FATAN HAMAMAH
NOVITA SARI
M. IBNU HASAN
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah- Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
PENGERTIAN TAREKAT DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA ini
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulis dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak
ZAINUDIN, S.Pd.I.,M.Pd pada Mata Kuliah Akhlak Tasawuf. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Tarekat dalam
Ilmu Tasawuf bagi para pembaca dan juga penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak ZAINUDIN, S.Pd.I.,M.Pd, selaku
dosen mata kuliah Akhlak Tasawauf yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
Daftar Isi
Kata Pengantar.........................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH..........................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH..........................................................................1
1.3 TUJUAN PENULISAN............................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
2.1 PENGERTIAN TAREKAT.......................................................................2
2.2 UNSUR-UNSUR DALAM TAREKAT....................................................4
2.3 MACAM-MACAM TAREKAT................................................................5
2.4 SEJARAH PERKEMBANGAN TAREKAT DALAM ISLAM...............7
BAB III....................................................................................................................9
PENUTUP................................................................................................................9
3.1 KESIMPULAN.........................................................................................9
3.2 SARAN.....................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Ajid Thohir, Gerakan Politik Kaum Tarekat: Telaah Historis Gerakan Politik
Antikolonialisme Tarekat Qadiriyah-Naqsabandiyah di Pulau Jawa, (Bandung :
Pustaka Hidayah : 2002), hlm. 47.
dikerjakan oleh sahabat dan tabi’in turun temurun sampai kepada guru-guru,
sambung-menyambung dan rantai-merantai.”
Menurut Hamka
“ Antara makhluk dan khaliq ada perjalanan hidup yang harus kita tempuh.
Inilah yang dikatakan thoriqoh (jalan).”
“ Tarekat adalah jalan atau sistem yang ditempuh menuju keridhaan Allah
semata. Adapun ikhtiar dalam menempuh jalan itu dinamakan suluk, sedangkan
orangnya bernama salik. Jadi tarekat adalah saluran-saluran dari tasawuf.”
2
Ahmad Najib Burhani, Tarekat tanpa Tarekat,(Jakarta, Serambi Ilmu Semesta :
2002), hlm. 36. 3 Sri Mulyati, dkk, Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat
Muktabarah di Indonesia, (Jakarta, Kencana : 2005), hal 9-10.
d. Murid
Murid atau kadang disebut salik adalah orang yang sedang mencari
bimbingan perjalanannya menuju Allah. Dalam pandangan pengikut
tarekat, seorang yang melakukan perjalanan rohani menuju Tuhan tanpa
bimbingan guru yang berpengalaman melewati berbagai tahap (maqamat)
dan mampu mengatasi keadaan jiwa (hal) dalam perjalanan spiritualnya,
maka orang tersebut mudah tersesat.4
e. Ajaran
Ajaran adalah praktik-praktik dan ilmu-ilmu tertentu yang diajarkan
dalam sebuah tarekat. Biasanya, masing-masing tarekat memiliki kekhasan
ajaran dan metode khusus dalam mendekati Tuhan. Guru-guru tarekat
yang sama mengajarkan metode yang sama kepada murid-muridnya.
4
Ahmad Najib Burhani, Tarekat tanpa Tarekat,(Jakarta, Serambi Ilmu Semesta :
2002), hlm. 37.
13. Tarekat Bakdasiyah,
14. Tarekat Ghazaliyah,
15. Tarekat Rumiyyah,
16. Tarekat Jatsiyyah,
17. Tarekat Sya’baniyyah,
18. Tarekat Shiddiqiyyah,
19. Tarekat Qusyasyiyyah,
20. Tarekat Tijaniyyah,
21. Tarekat ‘Alawiyyah,
22. Tarekat ‘Usyaqiyyah,
23. Tarekat Bakriyyah,
24. Tarekat ‘Umariyyah,
25. Tarekat ‘Usmaniyyah,
26. Tarekat ‘Aliyyah,
27. Tarekat Abbasiyah,
28. Tarekat Haddadiyyah,
29. Tarekat Maghribiyyah,
30. Tarekat Ghaibiyyah,
31. Tarekat Hadiriyyah,
32. Tarekat Syattariyyah,
33. Tarekat Bayumiyyah,
34. Tarekat Aidrusiyyah,
35. Tarekat Sanbliyyah,
36. Tarekat Malawiyyah,
37. Tarekat Anfasiyyah,
38. Tarekat Sammaniyyah,
39. Tarekat Sanusiyyah,
40. Tarekat Idrisiyah, dan
41. Tarekat Badawiyyah.
2.4 SEJARAH PERKEMBANGAN TAREKAT DALAM ISLAM
Pada awalnya, tarekat itu merupakan bentuk praktik ibadah yang diajarkan
secara khusus kepada orang tertentu. Misalnya, Rasulullah mengajarkan wirid
atau zikir yang perlu diamalkan oleh Ali ibn Abi Thalib. Atau, Nabi saw.
memerintahkan kepada sahabat A untuk banyak mengulang-ulang kalimat tahlil
dan tahmid. Pada sahabat B, Muhammad memerintahkan untuk banyak membaca
ayat tertentu dari surat dalam Alquran. Ajaran-ajaran khusus Rasulullah itu
disampaikan sesuai dengan kebutuhan penerimanya, terutama berkaitan dengan
faktor psikologis.
Pada abad pertama Hijriyah mulai ada perbincangan tentang teologi,
dilanjutkan mulai ada formulasi syariah. Abad kedua Hijriyah mulai muncul
tasawuf. Tasawuf terus berkembang dan meluas dan mulai terkena pengaruh luar.
Salah satu pengaruh luar adalah filsafat, baik filsafat Yunani, India, maupun
Persia. Muncullah sesudah abad ke-2 Hijriyah golongan sufi yang mengamalkan
amalan-amalan dengan tujuan kesucian jiwa untuk taqarrub kepada Allah. Para
sufi kemudian membedakan pengertian-pengertiansyariat, tahriqat, haqiqat, dan
makrifat. Menurut mereka syariah itu untuk memperbaiki amalan-amalan
lahir, thariqat untuk memperbaiki amalan-amalan batin (hati), haqiqat untuk
mengamalkan segala rahasia yang gaib, sedangkan makrifat adalah tujuan akhir
yaitu mengenal hakikat Allah baik zat, sifat maupun perbuatanNya. Orang yang
telah sampai ke tingkat makrifat dinamakan wali. Kemampuan luar biasa yang
dimilikinya disebut karamat atau supranatural, sehingga dapat terjadi pada dirinya
hal-hal yang luar biasa yang tidak terjangkau oleh akal, baik di masa hidup
maupun sudah meninggal. Syaikh Abdul Qadir Jaelani (471-561/1078-1168)
menurut pandangan sufi adalah wali tertinggi disebut quthub al-auliya (wali
quthub).
Pada abad ke-5 Hijriyah atau 13 Masehi barulah muncul tarekat sebagai
kelanjutan kegiatan kaum sufi sebelumnya. Hal ini ditandai dengan setiap silsilah
tarekat selalu dihubungkan dengan nama pendiri atau tokoh-tokoh sufi yang lahir
pada abad itu. Setiap tarekat mempunyai syaikh, kaifiyah zikir dan upacara ritual
masing-masing. Biasanya syaikh atau mursyid mengajar murid-muridnya di
asrama latihan rohani yang dinamakan suluk atau ribath..
Kehadiran tasawuf berikut lembaga-lembaga tarekatnya di Indonesia,
sama tuanya dengan kehadiran Islam itu sendiri sebagai agama yang masuk di
kawasan ini. Namun, tampaknya, dari sekian banyak tarekat yang ada di seluruh
dunia, hanya ada beberapa tarekat yang bisa masuk dan berkembang di Indonesia.
Hal itu dimungkinkan di antaranya karena faktor kemudahan sistem komunikasi
dalam kegiatan transmisinya. Tarekat yang masuk ke Indonesia adalah tarekat
yang populer di Makkah dan Madinah, dua kota yang saat itu menjadi pusat
kegiatan dunia Islam. Faktor lain adalah karena tarekat-tarekat itu dibawa langung
oleh tokoh-tokoh pengembangnya yang umumnya berasal dari Persia dan India.
Kedua negara ini dikenal memiliki hubungan yang khas dengan komunitas
Muslim pertama di Indonesia.
Sebelumnya kita harus mengetahui dulu apa itu tarekat. Tarekat dalam
bahasa Arab ialah "thariqah" yang berarti, jalan, keadaan, aliran, atau garis pada
sesuatu. Menurut Harun Nasution, tarekat berasal dari kata “thariqah”, yaitu jalan
yang harus ditempuh oleh seorang calon sufi dalam tujuannya berada sedekat
mungkin dengan Allah. Tarekat kemudian mengandung arti organisasi. Tiap
organisasi (dalam tarekat) mempunyai syekh, upacara ritual, dan bentuk jikir sendiri.
Untuk lebih mengenal tarekat ada baiknya kita mempertanyakan kapankah
pertama munculnya tarekat kelembagaan?
Peralihan tasawuf yang bersifat personal kepada tarekat yang bersifat
lembaga tidak terlepas dari perkembangan dan perluasan tasawuf itu sendiri.
Semakin luas pengaruh tasawuf, semakin banyak pula orang yang berhasrat
mempelajarinya.
Harun Nasution menyatakan bahwa setelah Al-Ghazali menghalalkan
tasawuf yang sebelumnya dikatakan sesat, tasawuf berkembangan di dunia islam,
tetapi perkembangannya melalui tarekat. Tarekat adalah organisasi dari pengikut
sufi-sufi besar. Mereka mendirikan organisasi-organisasi untuk melestarikan ajaran-
ajaran tasawuf gurunya, maka timbullah tarekat. Tarekat ini memakai suatu tempat
pusat kegiatan yang disebut ribat. Ini merupakan tempat murid-murid berkumpul
melestarika ajaran tasawufnya, ajaran tasawuf walinya, ajaran tasawuf syekhnya.
Ditijau dari segi historisnya, kapan dan tarekat mana yang mula-mula
muncul sebagai suatu lembaga, sulit diketahui dengan pasti. Naman, Dr. Kamil
Musthafa Asy-Syibi dalam tesisnya tentang gerakan tasawuf dan gerakan Syi’ah
mengungkapkann, tokoh pertama yang memperkenalkan system Tariqah itu ialah
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani di baghdad, Sayyi Ahmad Ar-Rifa’i di Mesir dengan
tarekat rifa’iyyah, dan Jalal Ad-Din Ar-Rumi di Persia.
Organisasi serupa mulai timbul pada abad ke-12 M tetapi belum menonjol,
dan baru nampak perkembangannya pada abad-abad berikutnya. Disamping untuk
pria ada juga tarekat untuk wanita tetapi tidak berkembang dengan baik seperti
tarekat untuk pria. Pada awal munculnya, tarekat berkembang di dua daerah, yaitu
Khurasan dan Irak. Pada periode ini mulai timbul beberapa di antaranya tarekat
Yasafiyah yang didirikan oleh Ahmad Al-Yasafi, tarekat Khawajagawiyah
disponsori oleh Abd Al-Khaliq Ghuzdawani.
Pada abad ke-13 awal mula pengaruh tarekat dalam dunia islam dimana
kedudukan tarekat ini sama dengan parpol (partai politik), dan juga para tentara
menjadi anggotanya, bahkan penyokong tarekat Bektasih adalah tentara Turki. oleh
kerena itu, tarekat ini ketika di bubarkan oleh Sultan Mahmud II di tetang oleh
tentara turki. Jadi tarekat tidak hanya berpusat pada persoalan agama, tetapi juga
tarekat ini bergerak dalam persoalan dunia.
Tetapi, pada saat itu terjadi penyelewengan di dalam tarekat, di mana ketika
tarekat keagamaan meluaskan pengaruh dan organisasinya ke seluruh pelosok
negeri, dengan menguasai masyarakat melalui suatu jenjang yang tersusun dengan
baik dan memberikan otonomi daerah. Setiap kelompok ada ketuanya yang di
muliakan sepanjang hidupnya, bahkan dipuja dan diagung-agungkan setelah
kematiannya. Dengan ini, timbullah suatu paham yang di sebut dengan wasilah,
yaitu paham bahwa permohonan seseorang tidak dapat di tujukan secara langsung
kepada allah, tetapi harus melalui guru, guru-gurunya, demikian terusnya sampai
kepada syekh, baru bisa bertemu dengan Allah atau berhubungan langsung dengan
Allah. Inilah yang di tentang oleh Muhammad Abd Al-Wahhab di Arabia, karena
paham ini sudah membawa kepada paham syirik.
Pada abad ke-18 landasan penting bagi peristiwa-peristiwa terkemudian
dalam kehidupan Islam umumnya dan dalam sejarah tarekat sufi pada khususnya.
Sebagaimana dunia islam pada abad ke-18 dan pada awal abad ke-19 yang berjumpa
dengan perluasan dan modernisasi Barat. Dalam perjumpaan itu tarekat-tarekat sufi
memainnkan peran penting, tetapi kadang-kadang tidak memperoleh perhatian
sebanyak kegiatan yang di lakukan oleh gerakan-gerakan radikal yang dibentuk dan
dipengaruhi oleh barat.
Pada abad ke-19 mulai muncul pemikiran yang negative tentang tarekat dan
juga tasawuf. Banyak yang menentang dan meninggalkan tarekat. Yang pertama
yang meninggalkan tarekat adalah Muhammad Abduh yang merupakan pengikut
tarekat yang paling patuh, tetapi setelah betemu dengan Jamaluddin Al-Afghani, ia
berubah pendirian dan meninggalkan tarekat dan mementingkan dunia disamping
akhirat.
Banyak para pengamat menyatakan bahwa pada era modern, tarekat secara
efektif telah berakhir. Seorang otoritas besar Perancis mengenai sufisme abad
pertengahan, umpamanya mengumumkan bahwa tarekat dalam keadaan runtuh
sepenuhnya dan menghadapi permusuhan dan penghinaan oleh kaum elit dari dunia
muslim modern. Hal ini mencerminkan ketegangan sejarah yang panjang antara
kaum elit muslim intelektual perkotaan dan tarekat, maupun secara khusus ada
keyakinan modern bahwa pengalaman religius yang bersifat mistis tidak bersesuaian
dengan modernitas.
Pada abad ke-20, peran tarekat kadang-kadang berbada. Tarekat-tarekat
mapan tampak tidak efektif dalam manjawab tantangan tertentu modernitas, namun
struktur-struktur dasar atau pendekatan umum masih menyediakan model bagi
gerakan revivalis dan reformis islam baru. Tetapi, pada saat yang sama walaupun
dalam konteks yang berubah, banyak terma pokok dalam pengalaman-pengalaman
lama tarekat yang tetap berlanjut.
Banyak para pengamat berpikir, bahwa begitu masyarakat menjadi lebih
modern dan terindustrialisasi, fungsi-fungsi sosial guru sufi dan organisasi mereka
akan menurun. Pada pertengahan abad ke-20 banyak analisis yang melukiskan
gambaran tentang berkurangnya, dan mungkin lenyapnya tarekat-tarekat sufi. Tetapi
malah sebaliknya, tarekat-tarekat sufi justru semakin kuat secara menakjubkan
disebagian besar dunia islam serta dalam komunitas muslim dimana tarekat sufi
hanyalah minoritas saja. Pada akhir abad ke-20 tradisi-tradisi sufi meiliki kekuatan
khusus dalam situasi yang mengandung derajat pluralisme keagamaan yang semakin
tinggi. Tradisi-tradisi ini juga mengizinkan artikulasi Islam dalam bentuk yang
sesuai dengan perspektif sekularitas.
Tarekat dalam dunia islam ini sangat berpengaruh besar, dimana tarekat ini
tidak hanya mementingkan urusan akhirat saja, tetapi mereka juga mementingkan
urusan dunia dimana ketika umat Islam dalam acaman, tarekat ini pun ikut bergerak
dalam menyelamatkan umat Islam dari ancaman bahaya tersebut. Bahkan dengan
berkembangnya zaman tarekat ini masih memiliki peran penting dalam dunia islam.
2.6 Pengaruh Tarekat pada Kehidupan Beragama di Indonesia
Dalam bukunya 'Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia', Martin
mengemukakan, bahwa pikiran kaum sufi terkemuka seperti Ibmu Arabi dan Abu
Hamid al-Ghazali sangat berpengaruh dalam membentuk kepribadian para generasi
Muslim pertama di Indonesia. "Sebagian besar para pemimpin Muslim di Indonesia,
juga menjadi pengikut ajaran tarekat," kata Martin yang menulis bukunya dengan
mengumpulkan berbagai sumber baik melalui studi literatur maupun menjumpai
secara langsung para guru tarekat terkenal.
Tarekat, yang makna harfiahnya 'jalan', mengacu baik kepada sistem latihan
meditasi maupum amalan, seperti wirid dan zikir yang dihubungkan dengan sederet
guru sufi dan organisasi yang tumbuh di sekitar metode tasawuf yang khas ini.
Berbagai ragam ajaran tarekat berkembang di Indonesia. Beberapa di antaranya
hanya merupakan tarekat lokal yang berdasarkan ajaran dan amalan guru tertentu,
sementara tarekat lainnya merupakan cabang dari gerakan sufi internasional, seperti
Khalwatiyah (Sulawesi Selatan), Syatariyah (Sumatra Barat dan Jawa), Syadzaliyah
(Jawa Tengah), dan yang paling besar adalah Naqsyabandiyah yang berkembang di
hampir pelosok nusantara. Ajaran tarekat yang terakhir ini diuraikan secara detil di
dalam buku Martin yang pertama kali diterbitkan di Indonesia pada awal Juli 1913
itu.
Martin yang juga pernah bekerja sebagai konsultan metodologi penelitian di LIPI
(1986-1990) ini mengatakan, sesungguhnya tarekat tidak hanya mempunyai fungsi
keagamaan. Tetapi, juga merupakan cara lain bagi seseorang untuk mencari
kekuatan spiritual dan tenaga batin. Di antara anggota masyarakat yang tidak puas
dengan keadaan dan kemudian melarikan diri dari kehidupan duniawi sehari-hari,
mengalihkan perhatian mereka pada kehidupan batin dengan cara mengamalkan
ajaran tarekat. "Mereka mencari kebersihan diri dan ketentraman batin serta
kekuatan rohani sebagai upaya menjauhkan diri dari dunia luar yang mereka pahami
sebagai dunia yang kotor dan bergelimang ketidakadilan," ujarnya.
Sheikh Yusuf
Menurut catatan sejarah, jumlah pengikut tarekat, khususnya Tarekat
Naqsyabandiyah di Indonesia meningkat dengan pesat setelah tahun 1885.
Sementara tarekat itu sendiri telah hadir di Indonesia lebih dari dua abad tanpa ada
perhatian dari Pemerintah Belanda.
Menurut Martin, ulama dan sufi Indonesia yang pertama kali mengenalkan
tarekat lewat karya tulis adalah sheikh Yusuf Makasar (1636-1699). Sheikh Yusuf
berasal dari Kerajaan Islam Gowa, Sulawesi Selatan. Pada usia 18, ia berangkat ke
Makkah untuk menuntut ilmu dan sekaligus untuk menunaikan ibadah haji. Ia
mempelajari Tarekat Naqsyabandiyah lewat guru sufi ternama Muhammad Abdul
Baqi. Setelah itu, ia juga belajar berbagai macam tarekat lain di Madinah.
Sheikh Yusuf kembali ke Indonesia pada 1613, namun tidak langsung ke
tempat kelahirannya, lantaran pada 1669, Gowa telah ditaklukkan oleh Belanda yang
bersekutu dengan Kerajaan Bugis saingan Goa. Ia lalu melanjutkan perjalanan ke
Banten dan menjadi salah seorang yang paling disegani di tempat itu.
Kehadiran Sheikh Yusuf meningkatkan nama Banten sebagai pusat pendidikan
Islam yang cukup menarik minat para pelajar. Di Banten ini, Shekh Yusuf lalu
mengadakan perlawanan terhadap penjajah Belanda. Meski jihadnya itu bisa
ditumpas Belanda, namun tak pernah mengurangi semangat perjuangan Shekh
Yusuf dan para pengikutnya untuk mengembangkan ajaran tarekat.
Sheikh Yusuf memang bukan orang Indonesia pertama yang mengamalkan ajaran
tarekat. Namun ia merupakan orang pertama yang menulis banyak tentang ajaran
tarekat. "Perjalanan hidupnya membuktikan kesalehan mistik yang tidak
menghalangi militansi politiknya," ungkap Martin. Sebagian besar karangan Sheikh
Yusuf ditulis dalam bahasa Arab dan sebagian kecil berbahasa Bugis.
Melalui berbagai tulisan Yusuf, ajaran tarekat yang berpusat di Timur Tengah,
semakin merebak dan berkembang ke seluruh pelosok nusantara dengan berbagai
ragam tarekat dan organisasi semacamnya.
Tarekat Naqsyabandiyah
Berbeda dengan tarekat lain yang berkembang di Indonesia, Tarekat
Naqsyabandiyah yang dikembangkan oleh Sheikh Yusuf, lebih menitikberatkan
pada syariat dan paling banyak memberikan tekanan pada kajian teks selain latihan
kesufian. Pengikut tarekat itu tidak hanya dari lapisan sosial tertentu, tapi juga dari
berbagai wilayah perkotaan, pedesaan, dan bahkan berbagai kelompok profesi
tertentu.
Menurut Martin, tarekat bukan sama sekali tidak mempunyai kaitan dengan iklim
sosial dan politik yang sedang berlangsung. Peranan tarekat di kalangan pengikutnya
pernah mengalami kelemahan yang disebabkan oleh beberapa faktor. Perkembangan
dan pertumbuhan kaum modernis dan organisasi massa yang berorientasi politik
sangat berpengaruh terhadap melemahnya peranan tarekat, karena rasa tidak puas di
bidang politik dan ekonomi yang mestinya disalurkan lewat tarekat dapat tersalurkan
lewat organisasi secara formal. Berkat usaha beberapa shekh Naqsyabandiyah di
Indonesia, pengaruh dan peranan tarekat kembali bangkit secara luar bisasa di
penghujung tahun 1950-an dan 1960-an.
2.7 Pasang Surut Tarekat
Gerakan sufi yang muncul dalam permukaan sejarah Islam dapat dikatakan
merupakan reaksi terhadap penafsiran tentang Islam yang terlalu menekankan aspek
hukum yang kemudian mengarah kepada pemujaan terhadap hukum sebagai suatu
ekspresi Islam yang komprehensif dan menyeluruh, padahal hukum itu sendiri
hanyalah berkaitan dengan tingkah laku eksternal-lahiriyah manusia dan
masyarakat, sehingga para sufi meragukan validitas pemahaman Islam seperti yang
dikembangkan oleh para fuqaha' atau para ahli hukum Juga merupakan reaksi
terhadap glamoritas material dan kemewahan duniawi yang mengarah kepada
reduksiasi dan eliminasi terhadap aspek kejiwaan, kerohanian dan spiritualitas
kemanusiaannya
Selain tasawwuf, didalam Islam juga dijumpai dan telah berkembang sebuah
institusi yang disebut dengan tarekat yang mengadakan pembinaan rohaniah untuk
berada sedekat-dekatnya kepada Allah Swt sebagaimana tujuan tasawwuf Menurut
suatu pendapat bahwa institusi ini merupakan klimaks dari pengembangan
pengamalan dan penerapan ajaran tasawwuf Perbedaannya, bila tasawwuf
merupakan renungan dan aktifitas individual yang hanya dapat dinikmati antar
kalangan elit kerohanian, sedangkan tarekat berbentuk aktivitas massal dari kaum
muslimin yang didalamnya terdapat suatu ikatan yang sangat ketat antara guru
(mursyid) dengan para murid dengan pola guru sentris
Ajaran tasawwuf yang mempunyai praktek-praktek tertentu akhirnya melembaga
menjadi organisasi tarekat Tarekat mengambil bentuk organisasi yang memiliki
praktek-praktek spiritual tertentu telah berkembang didunia Islam sejak abad klasik
Perkembangan itu terjadi, pada mulanya tidak begitu semarak Namun, diabad
pertengahan Islam, organisasi (tarekat) sufi tersebut menjadi gejala umum di jazirah
Islam Perkembangan itu terus melaju hingga abad ke - 19
Melihat gambaran umum dari pada tarekat yang menjadi topik pembahasan makalah
ini, cukup menarik untuk dikaji keberadaannya Permasalahannya adalah bagaimana
sejarah lahirnya tarekat ini, sebagai sebuah institusi yang mengadakan latihan-
latihan / pendidikan pengamalan dan penerapan ajaran tasawwuf kepada masyarakat
umum Dapat diketahui bahwa tasawwuf merupakan pengamalan sisi esoterik dari
ajaran agama dan berhubungan dengan dzauq yang tidak sembarangan orang mampu
memasukinya Kajian ini terasa lebih menarik karena adanya pandangan yang pro-
kontra terhadap keberadaannya, dan pengaruhnya didunia Islam
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan yang diatas dapat kita ambil kesimpulan yaitu : Istilah
tarekat diambil dari bahasa Arab thariqah yang berarti jalan atau metode.
Sedangkan pengertian tarekat secara istilah adalah suatu jalan atau cara untuk
mendekatkan diri kepada Allah, dengan mengamalkan ilmu Tauhid, Fikih dan
Tasawuf. Ia bisa juga berarti sebuah pengorganisasian dari tasawuf.
Unsur-unsur terpenting dalam tarekat ada lima: 1. Mursyid (guru), 2. Baiat
(janji setia), 3. Silsilah (hubungan antar guru), 4. Murid, dan 5. Ajaran.
Adapun tujuan utama pendirian berbagai tarekat oleh para sufi adalah
untuk membina dan mengarahkan seseorang agar bisa merasakan hakikat
Tuhannya dalam kehidupan sehari-hari melalui perjalanan ibadah yang terarah
dan sempurna.
Pada awalnya, tarekat itu merupakan bentuk praktik ibadah yang diajarkan secara
khusus kepada orang tertentu. Misalnya, Rasulullah mengajarkan wirid atau zikir
yang perlu diamalkan oleh Ali ibn Abi Thalib. Kemudian kemunculan tarekat
sendiri diawali dengan pengklasifikasian antara syariat, tahriqat, haqiqat, dan
makrifat oleh para sufi. Barulah pada abad ke-5 Hijriyah atau 13 Masehi muncul
tarekat sebagai kelanjutan dari pemikiran kaum sufi tersebut.
3.2 SARAN
Dalam memahami tarekat tidak cukup hanya dengan mempelajari sekilas saja.
Karena seluk-beluk tarekat sangatlah rumit dan penuh dengan teka-teki. Sebab
ruang lingkup tarekat adalah spiritual yang tidak bisa dipelajari kecuali dengan
pengalaman batiniyah tersendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Ajid Thohir, 2002. Gerakan Politik Kaum Tarekat: Telaah Historis Gerakan
Politik Antikolonialisme Tarekat Qodiriyah-Naqsabandiyah di Pulau
Jawa. Bandung: Pustaka Hidayah.
Ahmad Najib Burhani, 2002. Tarekat tanpa Tarekat. Jakarta: Serambi Ilmu
Semesta.
Sri Mulyati, dkk, 2005. Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah
di Indonesia. Jakarta: Kencana
https://pengertiankomplit.blogspot.com/2017/09/pengertian-thoriqoh.html
http://www.sarjanaku.com/2011/11/pengertian-tarekat-dan-sejarah.html#
https://www.academia.edu/6512162/MAKALAH_TAREKAT