Anda di halaman 1dari 33

RESUME MATERI TAFSIR TARBAWI

Disusun Guna Memenuhi Tugas Ulangan Tengah Semester

Dosen Pengampu: MUFATIHATUT TAUBAH,S.AG., M.PD.I.

Disusun oleh :
PGMI-A
Muhamad Nurul Asro ( 2210310031 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


(PGMI)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang atas rahmat-Nya dan karunia-
Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema dari makalah
ini adalah “ Resume materi Tafsir Tarbawi”
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu MUFATIHATUT TAUBAH, S.Ag.,
M.Pd.I selaku Dosen Mata Kuliah Tafsir Tarbawi yang telah memberikan arahan serta
bimbingan, dan juga kepada kepada semua pihak yang telah membantu baik langsung
maupun tidak langsung dalam penulisan makalah ini.
Kami sadar atas keterbatasan kemampuan kami dalam penyusunan makalah ini. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami maupun pembaca.

Kudus, 13 November 2022

2
DAFTAR ISI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH.............................1
FAKULTAS TARBIYAH.........................................................................................................1
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS......................................................................1
BAB I......................................................................................................................................4
A.Latar Belakang....................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................4
C.Tujuan.................................................................................................................................5
BAB II....................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................................6
MATERI 1 KONSEP TAFSIR TARBAWI DAN URGENSINYA BAGI PENDIDIKAN
ISLAM................................................................................................................................6
MATERI 2 METODE PEMAHAMAN AYAT-AYAT PENDIDIKAN...........................7
MATERI 3 URGENSI ILMU ,KEUTAMAAN ORANG BERILMU,ILMU YANG
BERMANFAAT...............................................................................................................10
MATERI 4 TAFSIR TENTANG BELAJAR DAN HUKUMAN,RAGAM
KESUKSESAN TUGAS BELAJAR................................................................................11
MATERI 5 TAFSIR TENTANG ETIKA DAN METODE BELAJAR...........................13
MATERI 6 TAFSIR TENTANG TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM ,KESUKSESAN
ILMU,MENCARI RIDHA ALLAH.................................................................................15
MATERI 7 TAFSIR TENTANG PENDIDIK DAN SIFAT KEPRIBADIANNYA.......16
MATERI 8 TAFSIR TENTANG PESERTA DIDIK DAN KARAKTERNYA .............17
MATERI 10 TAFSIR TENTANG MATERI PENDIDIKAN ISLAM............................21
MATERI 11 TAFSIR TENTANG METODE PENDIDIKAN ISLAM...........................23
MATERI 12 TAFSIR TENTANG ALAT / MEDIA PENDIDIKAN ISLAM................25
BAB III.....................................................................................................................................29
PENUTUP................................................................................................................................29
Kesimpulan..............................................................................................................................29
Saran.........................................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................31

3
BAB I
A.Latar Belakang
Pendidikan merupakan lembaga utama yang memainkan peranan penting dalam
membangun dan menumbuhkembangkan peradaban. Maju mundurnya suatu peradaban
ditentukan oleh pendidikan. Bahkan, peradaban dan kebudayaan umat manusia tidak akan
pernah muncul tanpa ada lembaga yang mengarahkan manusia ke arah tersebut. Karena
manusia terlahir ke dunia tidak memiliki daya dan ilmu yang dapat membuatnya berkembang
lebih maju, maka pendidikanlah yang membangun daya dan pengetahuan tersebut dalam jiwa
manusia.Al-quran menegaskan :
‫ص َر َوااْل َ ْفِئ َدةَ لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُوْ ن‬
َ ‫َوهللاُ اَ ْخ َر َج ُك ْم ِم ْن بُطُوْ ِن اُ َّمهاَتِ ُك ْم الَتَ ْعلَ ُموْ نَ َشْئيا ً َو َج َع َل لَ ُك ُم ال َّس ْم َع َوااْل َ ْب‬
Artinya : Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu
bersyukur. (QS. al-Nahl (16): 78).
Al-Quran berpandangan bahwa pendidikan adalah persoalan pertama untuk
memperbaiki kondisi umat di dunia karna didalam Al-Quran terdapat akidah, tauhid, ahlak,
dan aturan mengenai hubungan manusia dengan Allah SWT dan hubungan manusia dengan
sesamanya yang mestinya ditanamkan melalui aspek pendidikan.
Untuk mendalami konsep pendidikan islam,sudah semestinya pendidik mampu
memaknai Al-Quran dan Hadist secara proposional Penguasaan terhadap sistem pendidikan
modern tentu tidak cukup untuk menjadi dasar yang dapat diterapkan dalam pendidikan
sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep tafsir tarbawi dan urgensinya bagi pendidikan islam?
2. Bagaimana metode pemahaman ayat-ayat Pendidikan?

4
3. Bagaimana tafsir tentang urgensi ilmu, keutamaan orang berilmu, ilmu yang
bermanfaat?
4. Bagaimana tafsir tentang belajar dan hukuman, ragam kesuksesan tuags
belajar?
5. Bagaimana tafsir tentang etika dan metode belajar?
6. Bagaimana tafsir tentang tujuan pendidikan islam, kesuksesan ilmu, mencari
ridla allah?
7. Bagaimana tafsir tentang pendidik dan sifat kepribadiannya (karakter)?
8. Bagaimana tafsir tentang peserta didik dan karakternya?
9. Bagaimana tafsir tentang lingkungan Pendidikan, pengaruh teman. Pengaruh
orang tua, pengaruh pendidik ?
10. Bagaimana tafsir tentang materi Pendidikan islam?
11. Bagaimana tafsir tentang metode Pendidikan islam?
12. Bagaimana tafsir tentang alat/media Pendidikan islam?

C.Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep tafsir tarbawi dan urgensinya bagi pendidikan islam
2. Untuk mengetahui metode pemahaman ayat-ayat Pendidikan
3. Untuk mengetahui tafsir tentang urgensi ilmu, keutamaan orang berilmu, ilmu
yang bermanfaat
4. Untuk mengetahui tafsir tentang belajar dan hukuman, ragam kesuksesan
tuags belajar
5. Untuk mengetahui tafsir tentang etika dan metode belajar
6. Untuk mengetahui tafsir tentang tujuan pendidikan islam, kesuksesan ilmu,
mencari ridla allah
7. Untuk mengetahui tafsir tentang pendidik dan sifat kepribadiannya (karakter)
8. Untuk mengetahui tafsir tentang peserta didik dan karakternya
9. Untuk mengetahui tafsir tentang lingkungan Pendidikan, pengaruh teman.
Pengaruh orang tua, pengaruh pendidik
10. Untuk mengetahui tafsir tentang materi Pendidikan islam
11. Untuk mengetahui afsir tentang metode Pendidikan islam
12. Untuk mengetahui tafsir tentang alat/media Pendidikan islam

5
BAB II
PEMBAHASAN
MATERI 1 KONSEP TAFSIR TARBAWI DAN URGENSINYA
A.Pengertian Tafsir Tarbawi
Menurut Rusydi AM, untuk mengetahui makna tafsir secara etimologis ada dua
pendapat yangbisa dijadikan rujukan tentang asal usul kata tafsir. Pendapatpertama,
mengatakan bahwa tafsir berasal dari akar kata “al-fasr”, yang mengikutiwazan (timbangan)
“taf’il” dengan kata kerja yang mengikuti wazan “fa’ala-yuf’ilu” menjadi “fasara-yufsiru”.
Pendapat kedua mengatakan bahwa tafsir adalah kata yang berasal dari kata kerja “safara”.1
Berikut 3 definisi tafsir secara terminologi yang dikemukakan oleh para ulama.
1. Menurut abu hayyan tafsir adalah ilmu yang membahas tentang cara pengucapan lafazh-
lafazh al-Qur’an, tetang petunjuk-petunjuknya, hukum-hukumnya, serta tentang makna-
maknanya yang berkaitan dengan kondisi struktur lafazh yang melengkapinya2.
2. Zarkasyi menyatakan bahwa tafsir adalah suatu ilmu untuk memahami kitabullah yang
diturunkan kepada nabi-Nya Muhammad saw. dan menerangkan maknamaknanya serta
mengeluarkan hukum-hukumnya dan hikmah-hikmahnya.3
3. Zarqani mendefinisikan tafsir sebagai suatu ilmu yang membahas tantang al-Qur’an dari segi
dilalahnya sesuai dengan maksud yang dikehendaki Allah menurut kemampuan manusia.4
1
Rusydi AM,Ulum Al-Qur’an I,(Padang: IAIN IB Press,1999), cet.1, h.120-121
2
Manna’ al-Qaththan, op.cit, h.409
3
Yusuf al-Qaradhawi,Bagaimana Berinteraksi Dengan al-Quran, judul asli: Kaifa Nata’amal Ma’a al-Qur’an,
( Jakarta: Pustaka al-Kautsar,2000) Cet.1, h.217
4
Muhammad Ali Ash-Shabuny, Pengantar Ilmu-Ilmu al-Qur’an, judul asli : Tibyan fi Ulumi Qur’an, (Surabaya:
al-Ikhlas1987), h.12427

6
B. Urgensi
a. Sebagai dasar keimanan yang amat tinggi nilai pengetahuannya.
b. Tafsir sebagai wadah penegasan terhadap kebenaran yang diungkap dalam
pengetahuan.
c. Tafsir sebagai penyempurna dan pelengkap ilmu.
d. Tafsir sebagai pengisi nilai terhadap pengetahuan berkembang.
e. Tafsir sebagai sarana yang menjembatani dalam menghubungkan pesan-pesan
ketuhanan (Ilahiyah).
f. Tafsir dalam wacana ilmiah sebagai wadah yang mudah diterima sesuai versi
masing-masing.
g. Tafsir pendidikan mempunyai sas
MATERI 2 METODE PEMAHAMAN AYAT-AYAT
A.Pengertian Metode Pemahaman Ayat-Ayat Pendidikan
Metode merupakan kata yang berasal dari bahasa Yunani dari akar kata “methodos”
yang berarti jalan atau cara. Kata “methodos” dalam bahasa Yunani berarti penelitian, uraian
ilmiah, hipotesa ilmiah dan metode ilmiah. Dalam bahasa Inggris kata metode tersebut ditulis
dengan kata “method”. Dalam bahasa Arab metode diterjemahkan dari kata “manhaj” atau
“thariqah”, dan dalam bahasa Indonesia kata metode mengandung makna; cara yang teratur
dan berfikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud atau tujuan. Dalam ilmu pengetahuan
metode berarti cara kerja yang teratur dan saling berkaitan, sehingga membentuk suatu
totalitas untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna untuk mencapai suatu tujuan
yang ditentukan.5
B. Metode-Metode Pendidikan
Metode Penafsiran yang dimaksud dengan metodologi penafsiran ialah ilmu yang
membahas tentang cara yang teratur dan terpikir baik untuk mendapatkan pemahaman yang
benar dari ayat-ayat Al-Qur’an sesuai kemampuan manusia. Metode tafsir yang dimaksud di
sini adalah suatu perangkat dan tata kerja yang digunakan dalam proses penafsiran Al-
Qur’an. Perangkat kerja ini, secara teoritik menyangkut dua aspek penting yaitu : pertama,
aspek teks dengan problem semiotik dan semantiknya. Kedua, aspek konteks di dalam teks
yang mempresentasikan ruangruang sosial dan budaya yang beragam di mana teks itu
muncul.6
5
Fuad Hassan dan Koentjaraningrat, Beberapa Asas Metodologi Ilmiah; dalam Koentjaraningrat [ed], Metode-
metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramadia, 2014),hlm.16.
6
Prof. Dr.Nasharuddin Baidan, Rekonstruksi Ilmu Tafsir, Yogyakarta, PT. Dana Bhakti Prima Yasa,
2000. hlm. 57 – 58.

7
Jika ditelusuri perkembangan tafsir Al-Qur’an sejak dulu sampai sekarang, maka akan
ditemukan bahwa dalam garis besarnya penafsiran Al-Qur’an ini dilakukan dalam empat cara
(metode), sebagaimana pandangan Al-Farmawi, yaitu : ijmaliy (global), tahliliy (analistis),
muqaran (perbandingan), dan mawdhu’iy (tematik).
Untuk lebih jelasnya di bawah ini diuraikan keempat metode tafsir tersebut secara
rinci, yaitu :
1.Metode Ijmali (Global)
Yang dimaksud dengan metode al-Tafsir al-Ijmali (global) ialah suatu metode tafsir
yang menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan cara mengemukakan makna global. Pengertian
tersebut menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an secara ringkas tapi mencakup dengan bahasa yang
populer, mudah dimengerti dan enak dibaca. Sistematika penulisannya menurut susunan ayat-
ayat di dalam mushaf.
a.Ciri-ciriMetodeIjmali
Dalam metode ijmali seorang mufasir langsung menafsirkan Al-Qur’an dari awal sampai
akhir tanpa perbandingan dan penetapan judul. Pola serupa ini tak jauh berbeda dengan
metode alalitis, namun uraian di dalam Metode Analitis lebih rinci daripada di dalam metode
global sehingga mufasir lebih banyak dapat mengemukakan pendapat dan ide-idenya.7
2.MetodeTahlili(Analisis)
Yang dimaksud dengan Metode Tahliliy (Analisis) ialah menafsirkan ayat-ayat Al-
Qur’an dengan memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat yang
ditafsirkan itu serta menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya, sesuai dengan
keahlian dan kecenderungan mufasir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut. Kalau kita lihat
dari bentuk tinjauan dan kandungan informasi yang terdapat dalam tafsir tahliliy yang jumlah
sangat banyak, dapat dikemukakan bahwa paling tidak ada tujuh bentuk tafsir, yaitu : Al-
Tafsir bi al-Ma’tsur, Al-Tafsir bi al-Ra’yi, Al-Tafsir al-Fiqhi, Al-Tafsir al-Shufi, At-Tafsir al-
Ilmi, dan Al- Tafsir al-Adabi al-Ijtima’i.
a.Ciri ciri Metode Tahili(Analisis)
Pola penafsiran yang diterapkan para penafsir yang menggunakan metode tahlili
terlihat jelas bahwa mereka berusaha menjelaskan makna yang terkandung di dalam ayat-ayat
Al-Qur’an secara komprehenshif dan menyeluruh, baik yang berbentuk al-ma’tsur, maupun

7
Islah Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia (dari Hermeneutika hingga Ideologi), Jakarta, Teraju Cet.
I, 2003..Hlm. 198

8
al-ra’y, sebagaimana. Dalam penafsiran tersebut, Al-Qur’an ditafsirkan ayat demi ayat dan
surat demi surat secara berurutan, serta tak ketinggalan menerangkan asbab al-nuzuldari ayat-
ayat yang ditafsirkan. Penafsiran yang mengikuti metode ini dapat mengambil bentuk ma’tsur
(riwayat) atau ra’y (pemikiran). Diantara kitab tahlili yang mengambil bentuk ma’tsur
(riwayat).8
3.Metode Muqarin (Komparatif)
Pengertian metode muqarin (komparatif) dapat dirangkum sebagai berikut:
a). Membandingkan teks (nash) ayat-ayat Al-Qur’an yang memiliki persamaan atau
kemiripan redaksi dalam dua kasus atau lebih, dan atau memiliki redaksi yang berbeda bagi
satu kasus yang sama.
b). Membandingkan ayat Al-Qur’an dengan Hadits Nabi SAW, yang pada lahirnya terlihat
bertentangan;
c). Membandingkan berbagai pendapat ulama’ tafsir dalam menafsirkan Al-Qur’an.
a.Ciri-ciri Metode Muqarin
Perbandingan adalah ciri utama bagi Metode Komparatif. Disini letak salah satu
perbedaan yang prinsipil antara metode ini dengan metode-metode lain. Hal ini disebabkan
karena yang dijadikan bahan dalam memperbandingkan ayat dengan ayat atau ayat dengan
hadits, adalah pendapat para ulama tersebut dan bahkan dalam aspek yang ketiga. Oleh sebab
itu jika suatu penafsiran dilakukan tanpa membandingkan berbagai pendapat yang
dikemukakan oleh para ahli tafsir, maka pola semacam itu tidak dapat disebut “metode
muqarrin”.9
4.Metode Mawdhu’iy (Tematik)
Yang dimaksud dengan metode mawdhu’iy ialah membahas ayat-ayat AlQuran sesuai
dengan tema atau judul yang telah ditetapkan. Semua ayat yang berkaitan, dihimpun.
Kemudian dikahi secara mendalam dan tuntas dari berbagai aspek yang terkait dengannya
seperti asbab al-nuzul, kosa kata dan sebagainya. Semuanya dijelaskan secara rinci dan
tuntas, serta didukung oleh dalil-dalil atau fakta yang dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah; baik argumen itu berasal dari Al-Qur’an dan Hadits, maupun pemikiran rasional.
a.Ciri-ciri Metode Mawdhu’iy

8
Abd al-Hayy al-Farmawi, al-Bidayah fi al-Tafsir al-Mawdhu’i, Dirasat Manhajiyyah Mawdhu’iyyah,
(1977). hlm. 70-72
9
Prof. Dr. Quraish Shihab. dkk., Sejarah dan Ulum al-Qur’an, Jakarta, Pustaka Firdaus, 1999., hlm.
83-91 dan 11-126

9
Yang menjadi ciri utama metode ini ialah menonjolkan tema, judul atau topik
pembahasan; sehingga tidak salah bila di katakan bahwa metode ini juga disebut metode
“topikal”.
Jadi mufasir mencari tema-tema atau topik-topik yang ada si tengah masyarakat atau
berasal dari Al-Qur’an itu sendiri, ataupun dari yang lain. Kemudian tema-tema yang sudah
dipilih itu dikaji secara tuntas dan menyeluruh dari berbagai aspek, sesuai dengan kapasitas
atau petunjuk yang termuat di dalam ayat-ayat yang ditafsirkan tersebut. Artinya penafsiran
yang diberikan tak boleh jauh dari pemahaman ayat-ayat Al-Qur’an, agar tidak terkesan
penafsiran tersebut berangkat dari pemikiran atau terkaan belaka (al-Ra’y al-Mahdh).10
C. Ayat-Ayat yang Menerangkan tentang Pendidikan
Ayat-ayat yang menerangkan tentang pendidikan antara lain sebagai berikut :
َّ ‫اَ ِم اتَّ َخ ُذوْ ا ِم ْن ُدوْ نِ ٖ ٓه ٰالِهَةً ۗقُلْ هَاتُوْ ا بُرْ هَانَ ُك ۚ ْم ٰه َذا ِذ ْك ُر َم ْن َّم ِع َي َو ِذ ْك ُر َم ْن قَ ْبلِ ۗ ْي بَلْ اَ ْكثَ ُرهُ ْم اَل يَ ْعلَ ُموْ ۙنَ ْال َح‬
ِ ‫ق فَهُ ْم ُّمع‬
َ‫ْرضُوْ ن‬
Artinya : Atau apakah mereka mengambil tuhan-tuhan selain Dia? Katakanlah (Muhammad),
“Kemukakanlah alasan-alasanmu! (Al-Qur’an) ini adalah peringatan bagi orang yang
bersamaku, dan peringatan bagi orang sebelumku.” Tetapi kebanyakan mereka tidak
mengetahui yang hak (kebenaran), karena itu mereka berpaling.” QS. Al-Anbiya’ Ayat 24
َ‫ي َواِ ْن هُ ْم اِاَّل يَظُنُّوْ ن‬ َ ‫َو ِم ْنهُ ْم اُ ِّميُّوْ نَ اَل يَ ْعلَ ُموْ نَ ْال ِك ٰت‬
َّ ِ‫ب آِاَّل اَ َمان‬
Artinya :Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak memahami Kitab (Taurat), kecuali
hanya berangan-angan dan mereka hanya menduga-duga. QS. Al-Baqarah Ayat 78

MATERI 3 TAFSIR TENTANG URGENSI ILMU,KEUTAMAAN ORANG YANG


BER ILM DAN ILMU YANG BERMANFAAT
A.Pengertian Urgensi Ilmu
َ ‫طَلَبُ ْال ِع ْل ِم فَ ِر ْي‬
‫ضةٌ َعلَى ُكلِّ ُم ْسلِ ٍم‬
"Menuntut ilmu diwajibkan kepada setiap orang Islam laki-laki dan orang Islam
perempuan." Begitulah hadis Nabi Muhammad Saw. yang menggambarkan bahwa
pentingnya menuntut ilmu bagi setiap manusia, tidak terkecuali untuk perempuan ataupun
laki-laki. Setiap muslim wajib menuntut ilmu dan tidak berbatas ruang dan waktu, tidak
berbatas gender. Allah memerintahkan pentingnya menuntut ilmu, karena salah satun
urgensinya ketika ilmu dapat mengangkat derajat orang-orang yang berilmu.
Puncak dari keutamaan Ilmu adalah ia mampu memberikan syafaat kepada ahlinya di
hari akhirat. Rasulullah saw, bersabda: "Apabila manusia meninggal maka amalnya terputus
10
Dr. Abdul Hay Al-Famawiy, Al-Bidayah fi Al-Tafsir Al-Maudhu’iy, Al-Hadharah Al-Arabiyah,
Kairo, Cetakan II, 1977. hlm. 23

10
kecuali meninggalkan tiga hal: sedekah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak sholih
yang senantiasa mendoakannya".Ilmu mempunyai posisi yang urgen dalam kehidupan
manusia, tanpa ilmu manusia tidak bisamenjalankan kehidupannya sesuai dengan tuntutan
ajaran agama.
B.Keutamaan Orang Yang Berilmu
Orang yang berilmu pasti berbeda dengan orang yang tidak berilmu. Orang berilmu
lebih utama daripada orang yang tidak berilmu. Ia dapat senantiasa dapat mengambil
pelajaran dari kehidupan dan peristiwa yang terjadi disekitarnya. Keutamaan orang berilmu
cukup banyak. Namun ada dua keutamaan yang kadang luput dari perhatian yaitu cara
melihat dan dilihat. Orang yang berilmu lebih banyak melihat sesuatu dari sisi positif
dalam pandangannya tidak ada satupun peristiwa didunia ini yang sia-sia, semuanya pasti
ada manfaatnya. Tentu hal ini berbeda dengan cara pandang orang yang tidak berilmu yang
sering melihat sesuatu dari sisi negatif.
C.Ilmu Yang Bermanfaat
Syaikh Nawawi berpandangan bahwa mencari ilmu merupakan ibadah dan sebagaimana
ibadah-ibadah yang lain di dalam Islam yang mempersyaratkan adanya niat agar ibadah yang
dilakukan sesuai dengan syariat. Serta pula, segala amal perbuatan manusia dinilai oleh Allah
Swt menurut niatan yang mendasarinya. Sebagaimana hadis Nabi yang berbunyi
“sesungguhnya segala perbuatan dengan niat”.

MATERI 4 TAFSIR TEMTANG BELAJAR DAN HUKUMAN,RAGAM


KESUKSESAN TUGAS BELAJAR
A.Kewajiban Menuntut Ilmu Dalam Al-Qur’an
Belajar atau menuntut ilmu merupakan sebuah aktivitas yang biasa dijalani oleh
manusia. Sebab ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang akan diperoleh tidak lain dari
proses yang namanya belajar. Tanpa ilmu manusia akan tersesat dari jalan kebenaran. Tanpa
ilmu manusia tidak akan mampu merubah suatu peradaban. Bahkan dirinya pun tidak bisa
menjadi lebih baik. Secara sederhana, belajar berarti berusaha mengetahui sesuatu, berusaha
memperoleh ilmu pengetahuan (kepandaian,keterampilan).
Kewajiban menuntut ilmu telah diterangkan dalam Al-Quran dan Hadits.Belajar
merupakan sebuah kewajiban bagi setiap manusia, karena dengan belajar manusia bisa
meningkatkan kemampuan dirinya. Dengan belajar, manusia juga dapat mengetahui hal-hal
yang sebelumnya tidak ia ketahui. Selanjutnya, kita khususnya sebagai umat muslim haruslah

11
lebih memperhatikan lagi dalam hal belajar, karena di dalam agama Islam sudah dijelaskan
keutamaan bagi para penuntut ilmu.
Menuntut ilmu itu wajib bagi muslim HR. Ibnu Majah no. 224,Ketika sudah turun
perintah Allah SWT yang mewajibkan suatu hal, yang harus dilakukan setiap Muslim adalah
sami’na wa atha’na (kami dengar dan kami taat.11
B. Usia belajar dan hukuman untuk anak menurut hadits
1.Pengertian hukuman (punishment)
Hukuman secara definisi dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai
siksaan dan sebagainya, yang dikenakan kepada orang-orang yang melanggar undang-
undang, sedangkan dalam bahasa Inggris, dikenal dengan istilah ȃpunishmentȄ. Secara
terminologi, hukuman adalah sebuah cara paling terakhir yang diberikan untuk mengarahkan
sebuah tingkah laku peserta didik agar sesuai dengan tingkah laku yang berlaku sesuai
dengan norma yang berlaku dalam suatu lingkungannya.12

2.Usia belajar untuk anak dalam hadits


Anak harus disuruh mengerjakan shalat ketika berusia tujuh tahun agar terbiasa
menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari, apabila anak tidak mengerjakan shalat, ketika
sudah berusia 10 tahun, maka dikenakan hukuman pukul. Makna dari kata (pukullah) dalam
hadits tersebut adalah memberikan pukulan tetapi tidak sampai meninggalkan bekas atau luka
di kulit agar tidak menimbulkan trauma yang berat bagi seorang anak. Tujuan pemberian
hukuman pukul sebagai tindakan preventif agar anak di usia 10 tahun akan tahu kewajiban
untuk melaksanakan ibadah salat lima waktu sebagai bentuk penghambaan diri kepada Tuhan
yang maha esa. (HR. Abu Daud).13
3.Tujuan Hukuman (Punishment)
Sedangkan menurut Kartini Kartono, tujuan hukuman dalam pendidikan ialah
a.Untuk memperbaiki individu yang yang bersangkutan agar menyadari kekeliruannya, dan
tidak akan mengulanginya lagi.
b.Melindungi pelakunya agar dia tidak melanjutkan pola tingkah laku yang menyimpang,
buruk dan tercela.

11
Kumparan berita “hadits tentang menuntut ilmu perintah dan keutamaannya” 30 November 2020, 10:35
12
Jajang Aisyul Muzakki, 4 Desember 2017, “Hakekat HUkuman Dalam Pendidikan Islam”, Jalan perjuangan
by pass sunyaragi Cirebon
13
Ali YUusf, 02 Juli 2020, “Alasan Mengapa Kita Diminta Ajari Anaka Sholat Usia 7 Tahun”, Nashih
Nashrullah.

12
c.Sekaligus juga melindungi masyarakat luar dari perbuatan dan salah (nakal, jahat, asusila,
kriminial, abnormal dan lain-lain) yang dilakukan oleh anak atau orang dewasa.14
C.Ragam Kesuksesan Tugas Belajar
1. Banyak bersedekah
2. Sabar atas penganiayaan
3. Tidak minta-minta15

MATERI 5 TAFSIR TENTANG ETIKA DAN METODE BELAJAR


A.Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani ethos (kata tunggal) yang berarti: tempat tinggal,
padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, sikap, cara berpikir. Bentuk jamaknya
adalah ta, etha, yang berarti adat istiadat. Dalam hal ini, kata etika sama pengertianya dengan
moral. Moral berasal dari kata latin: Mos (bentuk tunggal), atau mores (bentuk jamak) yang
berarti adat istiadat, kebiasaan, kelakuan, watak, tabiat, akhlak, cara hidup.16
Etika atau moral adalah aturan mengenai sikap perilaku dan tindakan manusia yang
hidup bermasyarakat. Etika ini juga bisa sebagai seperangkat prinsip moral yang
membedakan antara yang baik dari yang buruk. Dalam masyarakat kita tidak hidup sendiri
sehingga harus ada aturan yang dilaksanakan setiap orang agar kehidupan bermasyarakat
berjalan dengan aman, nikmat, dan harmonis. Tanpa aturan ini, kehidupan bisa seperti
neraka, atau seperti di Rimba yang kuat akan menang dan yang lemah akan tertindas. Maka
harus meningkatkan aspek etikanya dan penegakan kode etik profesi dalam kurikulum dan
dalam menjalankan profesinya.17
B.Hadis tentang Etika Pembelajaran.
1.Ikhlas dalam Belajar Mengajar ( Mengharap Ridho Allah SWT )
“ Janganlah kalian mempelajari ilmu untuk menandingi para ulama, dan jangan untuk
mendebat orang – orang bodoh, dan jangan bertujuan untuk bisa menguasai pertemuan dan
majlis – majlis. Barang siapa yang berbuat seperti itu maka neraka baginya, Neraka
baginya.” (HR.Ibnu Hibban, Ibnu Majah,dan Al Hakim)

14
Kartini Kartono, Pengantar Mendidik Ilmu Teoritis (Apakah Pendidikan Masih Diperlukan),
Bandung:Mandar Maju,1992, hal 261.
15
Baiti Rizki, Jurnal hadits tentang usia belajar dan hukuman, ragam kesuksesan, tugas belajar, 2019
16
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia,( Jakarta: Raja Grafindo, 2012), h.
17
Sofyan S Harahap, OpCit, h. 27

13
Seorang penuntut ilmu hendaknya memasang niat yang iklas. Penuntut ilmu harus
memurnikan niatnya dalam menuntut ilmu semata-mata hanya karena Allah, bukan untuk
menyombongkan ilmunya.
2. Sabar dalam Belajar Mengajar, Tidak Boleh Bersikap Keras atau Kasar
” Ajarkanlah ilmu dan janganlah kalian bersikap keras, karena sesungguhnya mengajar ilmu
lebih baik dari orang yang bersifat keras." (HR. Al-Harits, Ath-Tayalisi, dan Al-Baihaqi)
3.Bersikap Adil
Dari Ali r.a., la berkata: "Rasulullah SAW selalu memberikan kepada setiap orang yang
hadir dihadapan beliau, hak-hak mereka (secara adil), sehingga diantara mereka tidak ada
yang merasa paling diistimewakan. "(H.R Tirmidzi)
4.Membuat Mudah, Gembira, dan Kompak
Dari Anas bin Malik r.a.: Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, "Ringankanlah orang-
orang (dalam masalah-masalah agama), dan janganlah membuatnya menjadi sukar bagi
mereka dan berilah mereka kabar gembira dan janganlah membuat mereka melarikan diri
(dari Islam),"18
C.Pengertian Metode Belajar
Proses belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antara guru dengan
peserta didik dalam suatu pembelajaran untuk mewujudkan tujuan yang ditetapakan.
Berbagai pendekatan yang dipergunakan dalam pembelajaran agama islam harus dijabarkan
kedalam metode PAI yang besifat prosedural. Metode adalah cara atau seperangkat cara,
jalan dan teknik yang digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran agar peserta didik
dapat mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi tertentu yang dirumuskan dalam silabus
mata pelajaran.19
D.Metode Belajar Bersama dalam Pembelajaran
Metode pembelajaran dan mengajar dalam Islam tidak terlepas dari sumber pokok
ajaran yaitu Al-Qur'an. Al-Qur'an sebagai tuntunan dan pedoman bagi umat telah
memberikan garis-garis besar mengenai pendidikan terutama tentang metode pembelajaran
dan pengajaran. Di bawah ini dikemukakan salah satu ayat Al-Qur'an yang berkaitan dengan
metode pembelajaran dan pengajaran, yaitu dalam Surat An-Nahl ayat 125. Artinya “Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
18
A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka Progressif. 1997),
hal 462
19
A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka Progressif. 1997), hal
462.

14
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk.”20

MATERI 6 TAFSIR TENTANG TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM,KESUKSESAN


ILMU DAN MENCARI RIDHA ALLAH
A.Pengertian Pendidikan Islam
Dalam bahasa Arab, istilah pendidikan yang sering digunakan adalah at-ta'lim. "Dia
mengajarkan ('allama) kepada Adam nama-nama benda seluruhnya21". Menurut Rasyid
Ridha22, arti taʼlim adalah proses transmisi berbagai ilmu kepada jiwa individu tanpa adanya
batasan dan ketentuan tertentu.23 Menurut istilah Marimba, pendidikan adalah bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik
menuju terbentuknya kepribadian yang utama24.
B.Tujuan dan urgensi Pendidikan islam
Dalam tujuan pendidikan Islam ini, para ahli pendidikan berbeda pendapat dalam
merumuskan tujuan pendidikan Islam. Walaupun demikian, semuanya berada dalam
mainstrem pemikiran yang sama, bahwa tujuan pendidikan Islam adalah hasil yang ingin
dicapai dari proses pendidikan yang berlandaskan Islam. Dalam hal ini, Ahmad D Marimba
mengemukakan dua macama tujuan, yaitu tujuan sementara dan tujuan terakhir.Secara garis
besar menurut Mahmud dan Tedi Priatna yang dikutip dari Nur Uhbiyat tujuan pendidikan
Islam dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Menyempurnakan hubungan manusia dengan Khaliq-Nya agar semakin dekat dan
terpelihara, semakin tumbuh dan berkembang keimanannya, semakin terbuka pulalah
kesadaran akan penerimaan rasa taat dan ketundukkan kepada segala perintah dan larangan-
Nya, sehingga dengan demikian peluang untuk memperoleh kesempurnaan hidup menjadi
terbuka.
2. Menyempurnakan hubungan manusia dengan sesamanya, memelihara, memperbaiki dan
meningkatkan hubungan antara manusia dan lingkungan. Disinilah terjadi interaksi antara

20
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, ( Bandung : Remaja Rosda Karya, 1992), hlm. 131
21
QS al-Baqarah, 2: 31.
22
Lihat Tafsir Al-manar (dalam Ramayulis,2008).
23
Ramayulis,Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kalam Mulia, 2008), h .16
24
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsamat Pendidikan Islam, (Bandung: PT Al-Ma’arif Bandung,1986), h 19

15
sesama manusia, baik dengan Muslim maupun bukan, sehingga tampak bagaimana citra
Islam dalam masyarakat yang ditunjukkan oleh tingkah laku para pemeluknya.
3. Mewujudkan keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara hubungan manusia dengan
manusia, manusia dengan lingkungan dan mengaktifkan kedua-duanya sejalan dan berjalin
secara serasi, seimbang dan selaras dalam bentuk tindakan dan kegaiatan sehari-hari.25
C.KESUKSESAN ILMU
Suatu hal penting yang diharapkan oleh setiap orang dalam belajar adalah
kesuksesan dalam menuntut ilmu. Sukses menuntut ilmu itu tidak diukur dari tingginya serata
pendidikan dan gelar akademik saja, melainkan adanya keseimbangan potensi secara akal,
sikap dan keterampilan bagi seseorang. Imam Al-Zarnuji dalam kitab Ta'lim al Muta'allim,
beliau menulis bahwa kunci sukses menuntut ilmu menurut Imam Syafi'i dari Imam Ali bin
Abi Thalib sebagai berikut :
1. Memiliki kecerdasan.
2. Kemauan dan semangat menuntut ilmu.
3. Memiliki kesabaran.
4. Membutuhkan pengorbanan materi.
5. Menghormati guru.
6. Membutuhkan totalitas waktu.
D.MENCARI RIDHO ALLAH
Makna ridho sebenarnya adalah rela. Maksud dari kata rela ini adalah mencari apa
yang membuat Allah rela terhadap kita. Ketika seseorang memiliki prinsip hidup mencari
ridho Allah maka memiliki prinsip menanamkan ucapan Lailahaillallah merasuk ke dalam
jiwanya.
Mencari ridho Allah tidak hanya sekedar mengerjakan shalat, zikir, membaca al-
quran, ataupun ibadah-ibadah yang lain. Ketika seseora.ng telah memahami makna ridho
sehingga merasuk kedalam hatinya dan menguasai seluruh jiwa raganya maka yang
dilakukan hanya perbuatan-perbuatan baik. Kebaikan-kebaikan tersebut seperti menjaga
perasaan orang lain dan tidak menyakitinya, berhati lembut, banyak berkorban untuk manusia
dan titik akhirnya dari semua perbuatannya di limpahakan terhadap kehendak Allah.Meraih
keridhoan Allah taala adalah tujuan tertinggi dan teragung,bahkan tujuan para penghuni
surga.

25
Mahmud dan Tedi Priatna, op.cit., h 116

16
MATERI 7 TAFSIR TENTANG PENDIDIK DAN SIFAT KEPRIBADIANNYA
(KARAKTER)
A.PENGERTIAN PENDIDIKAN
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan itu sendiri berasal dari kata didik
kemudian kata ini mendapat imbuhan me- sehingga menjadi mendidik, artinya memelihara
dan memberi latihan. 26
Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran,
tuntunan dan pimpinan mengenai akhlaq dan kecerdasan pikiran. Sedangkan jika di tambah
dengan imbuhan pe- dan –an sehingga menjadi kata pendidikan, memiliki arti sebagai suatu
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.27
B.PENDIDIKAN KARAKTER
Karakter menurut Pusat Bahasa Indonesia berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau
budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain (Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, 2008: 392). Menurut Lickona isi dari karakter yang baik adalah
kebaikan (Thomas Lickona, 2013: 18-19). Kebaikan seperti kejujuran, keberanian,
keadilan, dan kasih sayang adalah disposisi untuk berprilaku secara moral. Karakter
adalah objektifitas yang baik dan kualitas manusia, baik bagi manusia diketahui atau tidak.
Kebaikan-kebaikan tersebut ditegaskan oleh masyarakat dan agama diseluruh dunia. 28
MATERI 8 TAFSIR TENTANG PESERTA DIDIK DAN KARAKTERNYA
A.PENGERTIAN PESERTA DIDIK
Peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi
dasar (fitrah) yang perlu dikembangkan. 29Peserta didik merupakan “ Raw Material” (Bahan
Mentah) dalam proses transformasi dan internalisasi, menepati posisi yang sangat penting
untuk melihat signifikasinya dalam menemukan keberhasilan sebuah proses. Peserta didik
adalah makhluk individu yang mempunyai kepribadian dengan ciri-ciri yang khas yang
sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Pertumbuhan dan perkembangan peserta
didik dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada30.
26
http://kbbi.id/didik, di akses 21 januari 2017

27
Ibid

28
Al-Rasyidin & Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Ciputat: PT. Ciputat Press, 2005),hlm. 48.
29
Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2011), hlm. 119.
30
Ramayulis dan Syamsul Nizar. op. cit., hlm.169

17
Jadi secara sederhana peserta didik dapat didefinisikan sebagai anak yang belum
memiliki kedewasaan dan memerlukan orang lain untuk mendidiknya sehingga menjadi
individu yang dewasa, memiliki jiwa spiritual, aktifitas dan kreatifitas sendiri. Dengan
demikian peserta didik adalah individu yang memiliki potensi untuk berkembang, dan mereka
berusaha mengembangkan potensinya itu melalui proses pendidikan pada jalur dan jenis
pendidikan tertentu31.

B.TUGAS DAN KEWAJIBAN PESERTA DIDIK


Agar pelaksanaan proses pendidikan Islam dapat mencapai tujuan yang dikehendaki
untuk menjadikan peserta didikinsane kamil, maka setiap peserta didik hendaknya senantiasa
menyadari tugas dan tanggung jawabnya. Seperti dikemukakan oleh Al-Abrasyi sebagaimana
dikutif Al Rasyidin, bahwa di antara tugas-tugas dan tanggung jawab peserta didik itu antara
lain:32
(1) Sebelum memulai aktivitas pembelajaran, peserta didik harus terlebih dahulu
membersihkan hatinya dari sifat yang buruk, karena belajar mengajar itu merupakan ibadah
dan ibadah harus dilakukan dengan hati dan jasmani yang bersih;
(2) Peserta didik belajar harus dengan maksud mengisi jiwanya dengan berbagai keutamaan
untuk mendekatkan diri kepada Allah;
(3) Bersedia mencari ilmu ke berbagai tempat yang jauh sekalipun, meskipun harus
meninggalkan daerah tempat kelahiran atau tanah air, keluarga, saudara atau bahkan ayah dan
ibu dan sebagainya
(4) Tidak terlalu sering menukar guru, dan hendaklah berpikir panjang sebelum menukar
guru;
(5) Hendaklah menghormati guru, memuliakannya, dan mengagungkannya karena Allah serta
berupaya menyenangkan hatinya dengan cara yang baik dan diridhai oleh Allah;
Adapun kewajiban yang umum dari peserta didik, yaitu:33
1. Menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan proses dan
keberhasilan pendidikan.

31
Dr. Akrim, M. Pd. 2020. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Yogyakarta: CV. Bildung Nusantara, hlm
117
32
Al Rasyidin. 2012. Falsafah Pendidikan Islami: Membangun Kerangka Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi
Praktik Pendidikan. Bandung: Citapustaka Media Perintis, hlm 153-154
33
Undang-undang Sisdiknas, (Jakarta: Sinar Graika, 2013), hlm 11.

18
2. Ikut menangung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang
dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
C.KARATERISTIK PESERTA DIDIK
Beberapa hal yang perlu dipahami mengenai karakteristik peserta didik adalah:
a. Peserta didik bukan miniatur orang dewasa.
b. Peserta didik memiliki kebutuhan dan menuntut untuk pemenuhan kebutuhan itu semaksimal
mungkin.
c. Peserta didik memiliki perbedaan antara individu dengan individu yang lain.
d. Peserta didik merupakan subjek dan objek sekaligus dalam pendidikan yang dimungkinkan
dapat aktif, kreatif, serta produktif
e. Peserta didik mengikuti periode-periode perkembangan tertentu dalam mempunyai pola
perkembangan serta tempo dan iramanya.34

MATERI 9 TAFSIR TENTANG LINGKUNGAN PENDIDIKAN PENGARUH


ORANG TEMAN,ORANG TUA DAN PENGARUH PENDIDIK
A.PENGERTIAN LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Salah satu sistem yang memungkinkan proses kependidikan Islam berlangsung secara
konsisten dan berkesinambungan dalam rangka mencapai tujuannya adalah institusi atau
kelembagaan pendidikan Islam. Dari pernyataan ini dapat dipahami bahwa lingkungan
pendidikan Islam adalah suatu institusi atau lembaga dimana pendidikan itu berlangsung.
Menurut Abudin Nata (2010) lingkungan pendidikan Islam adalah suatu lingkungan yang di
dalamnya terdapat ciri-ciri ke-Islaman yang memungkinkan terselenggaranya pendidikan
Islam dengan baik. Dalam al-Qur‟an, tidak dikemukakan penjelasan tentang lingkungan
pendidikan Islam tersebut, kecuali lingkungan pendidikan yang terdapat dalam praktek
sejarah.35
B.PENGARUH ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN
Keluarga merupakan bagian dari lembaga pendidikan informal yang memiliki
pengaruh terhadap perkembangan anak baik perkembangan motorik, perkembangan
kinestetik maupun perkembangan lainnya. Selain itu, keluarga juga disebut sebagai satuan
pendidikan luar sekolah. Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam mendidik

34
M. Ramli. 2015. Hakikat pendidik dan peserta didik, hlm 80
35
Tarbawi: Jurnal Keilmuan Manajemen Pendidikan. Vol. 4 No. 01, Juni 2018, 13-26 2018 ∣ Tarbawi ∣ pISSN
2442-8809 ∣ e-ISSN 2621-9549

19
setiap anak. Keluarga merupakan masyarakat alamiah yang pergaulan di antara 5 anggotanya
bersifat khas, dalam lingkungan keluarga terletak dasar-dasar pendidikan.36
Anak adalah anggota keluarga dimana orang tua adalah pemimpin keluarga sebagai
penanggung jawab atas keselamatan anaknya baik di dunia maupun di akhirat, maka orang
tua wajib mendidik anak anaknya. Sebagaimana penegasan Allâh SWT dalam QS. at-Tahrîm
ayat 6:
ۤ
َ‫وْ ن‬££ُ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا قُ ْٓوا اَ ْنفُ َس ُك ْم َواَ ْهلِ ْي ُك ْم نَارًا َّوقُوْ ُدهَا النَّاسُ َو ْال ِح َجا َرةُ َعلَ ْيهَا َم ٰل ِٕى َكةٌ ِغاَل ظٌ ِشدَا ٌد اَّل يَ ْعصُوْ نَ هّٰللا َ َمٓا اَ َم َرهُ ْم َويَ ْف َعل‬
َ‫َما يُْؤ َمرُوْ ن‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikatmalaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allâh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (Q.S. at-Tahrîm: 6).
C.PENGARUH TEMAN DALAM PENDIDIKAN
Masyarakat sebagai lembaga pendidikan non formal, juga menjadi bagian penting
dalam proses pendidikan, tetapi tidak mengikuti peraturan-peraturan yang tetap dan ketat.
Masyarakat yang terdiri dari sekelompok atau beberapa individu yang beragam akan
mempengaruhi pendidikan peserta didik yang tinggal di sekitarnya. Oleh karena itu, dalam
pendidikan Islam, masyarakat memiliki tanggung jawab dalam mendidik generasi muda
tersebut.37
D.PENGARUH PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN
Sekolah atau dalam Islam sering disebut madrasah, merupakan lembaga pendidikan
formal, juga menentukan membentuk kepribadian anak didik yang Islami. Bahkan sekolah
bisa disebut sebagai lembaga pendidikan kedua yang berperan dalam mendidik peserta didik.
Hal ini cukup beralasan, mengingat bahwa sekolah merupakan tempat khusus dalam
menuntut berbagai ilmu pengetahuan.
Lingkungan sekolah yang positif yaitu lingkungan sekolah yang memberikan fasilitas
dan motivasi untuk berlangsungnya pendidikan agama, tugas sekolah sangat penting dalam
menyiapkan anak untuk kehidupan masyarakat, sekolah juga sebagai produsen dan pemberi
jasa yang sangat erat hubungannya dengan pembangunan. Pembangunan tidak mungkin

36
Tarbawi:Jurnal Keilmuan Manajemen Pendidikan. Vol. 4 No. 01, Juni 2018, 13-26 2018 ∣Tarbawi
∣pISSN2442-8809∣e-ISSN 2621-9549
37
Tarbawi:Jurnal Keilmuan Manajemen Pendidikan. Vol. 4 No. 01, Juni 2018, 13-26 2018 ∣Tarbawi
∣pISSN2442-8809∣e-ISSN 2621-9549

20
berhasil dengan baik tanpa di dukungnya dengan manusia yang memiliki sumber daya yang
berkualitas sebagai produk pendidikan. Karena itu sekolah perlu dirancang dengan baik.38

MATERI 10 TAFSIR TENTANG MATERI PENDIDIKAN ISLAM


A.PENGERTIAN PENDIDIKAN ISLAM
Pendidikan dalam Islam, secara bahasa memiliki terma yang sangat varian. Perbedaan
ini tidak terlepas dari banyaknya istilah yang muncul dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits—
sebagai sumber rujukan utama pendidikan Islam—yang menyebutkan kata (kalimah) yang
memiliki konotasi pendidikan atau pengajaran.
Dalam praksisnya, para pakar berbeda pendapat mengenai definisi pendidikan Islam
itu sendiri. Berikut beberapa pendapat para ahli pendidikan Islam dalam mendefinisikan
istilah Pendidikan Islam;
A. Muhammad Athiyah Al Abrasyi; “Pendidikan Islam (Al Tarbiyah Al Islamiyah) adalah
usaha untuk menyiapkan manusia agar hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah
air, sempurna budi pekertinya, teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaan,
manis tutur katanya baik lisan maupun tulisan.
B. Marimba; Pendidikan Islam merupakan bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum
agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.
C. M. Yusuf Al Qardawi; pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan
hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan ketrampilannya. Karenanya pendidikan Islam
menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadaan damai maupun perang dan
menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya
serta manis dan pahitnya.39
B.TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

38
Tarbawi:Jurnal Keilmuan Manajemen Pendidikan. Vol. 4 No. 01, Juni 2018, 13-26 2018 ∣Tarbawi
∣pISSN2442-8809∣e-ISSN 2621-9549
39
Unang Wahidin and Anang Syaefudin, “MEDIA PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN
ISLAM,” Al-Ikhtibar: Jurnal Ilmu Pendidikan 5, no. 1 (2018): 652–71.

21
Pakar-pakar pendidikan Islam, seperti Al-Abrasy mengelompokkan tujuan umum
pendidikan Islam menjadi lima bagian, yaitu:
a. Membentuk akhlak yang mulia. Tujuan ini telah disepakati oleh orang-orang Islam bahwa
inti dari pendidikan Islam adalah mencapai akhlak yang mulia, sebagaimana misi kerasulan
Muhammad SAW;
b. Mempersiapkan untuk kehidupan dunia dan akhirat;
c. Mempersiapkan seseorang dalam dunia usaha (mencari rizki) yang profesional;
d. Menumbuhkan semangat ilmiah untuk selalu belajar dan mengkaji ilmu;
e. Mempersiapkan mental yang profesional dalam bidang teknik dan pertukangan.
Bashori Muchsin dan Moh. Sultthon, menegaskan lagi bahwa tujuan-tujuan umum
pendidikan Islam itu harus sejajar dengan pandangan manusia, yaitu makhluk Allah yang
mulia dengan akalnya, perasaannya, ilmunya dan kebudayaannya, pantas menjadi khalifah di
bumi.40
C.MEDIA YANG DI TERAPKAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM
1. Media Pendidikan Audio
Media pendidikan audio adalah media yang hanya dapat didengar, berupa suara dengan
berbagai alat penyampai suara baik dari manusia maupun bukan manusia.
2. Media Pendidikan Visual
Media pendidikan visual adalah seperangkat alat penyalur pesan dalam pembelajaran
yang dapat ditangkap melalui indera penglihatan tanpa adanya suara dari alat tersebut. Dalil
dalam Alqur’an pada Surat Al-Baqarah (2) Ayat 31 yang artinya: “Dan Dia mengajarkan
kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya Nabi
S.A.W. membuat gambar persegi kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!”.
3. Media Pendidikan Berbasis Teknologi
Cikal bakal tentang penggunaan teknologi dalam komunikasi termasuk komunikasi dalam
pembelajaran. Hubungannya dengan proses dalam pembelajaran seharusnya dapat
menggunakan media yang dapat memperlancar komunikasi dalam prosesnya, dan
menggunakan sarana yang dapat membuat seseorang nyaman, sehingga pembelajaran dapat
mencapai tujuan secara maksimal.
4. Media Pendidikan yang Bukan Benda (Immaterial)

40
Imam (s) Syafe’i, “Tujuan-Pendidikan-Islam,” Jurnal Pendidikan Islam 6, no. November (2015): 1–16,
https://media.neliti.com/media/publications/56605-ID-tujuan-pendidikan-islam.pdf.

22
Selain media berupa benda, terdapat Di antara media pendidikan yang bukan berupa benda
itu adalah: keteladanan, perintah/larangan, hukuman. 41
D.MANFAAT YANG DI DAPATKAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Manfaat Pendidikan Islam adalah Untuk masa depan dapat menambah atau
memperluas pengetahuan kita mengenai Allah dan ciptaan-Nya, dalam ilmu agama atau ilmu
umum serta Dapat menguatkan dan menambah keimanan para peserta didik dalam
menanamkan ilmu ajaran islam dan dapat secara langsung mempraktekkan keislaman dalam
kehidupan sehari-hari, seperti mengkaji AlQur’an dan As-Sunnah, mempelajari dan
mengembangkan apa saja yang dikaji dalam kehidupannya, dan masih banyak lagi. Ayat-ayat
Al qur’an tentang manfaat pendidikan islam melalui metode tahlili dengan menyajikan profil,
asbabunnuzul, tinjauan kebahsaan, dan Kandungan Alquran dalam Tafsir al-Misbah
menekankan pada Pendidikan Islam ayat Q.S. Al alaq ayat 1-5 dan Q.S Al An’am ayat 74-
79.42

MATERI 11 TAFSIR TENTANG METODE PENDIDIKAN ISLAM


A.PENGERTIAN METODE PENDIDIKAN ISLM
Secara etimologi, metode berarti langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk
melakukan suatu pekerjaan. Dalam bahasa Arab metode diungkapkan dalam berbagai kata
seperti thariqah, manhaj, dan wasilah. Thariqah berarti jalan, manhaj berarti system, dan
wasilah berarti sarana perantara. Dengan demikian kata yang paling mendekati adalah
Thariqah. Metode juga berasal dari kata "meto" yang berarti melalui, dan "hodos" yang
berarti jalan atau cara. Metode harus diwujudkan dalam proses pendidikan bila berkaitan
dengan pendidikan dalam rangka mengembangkan sikap mental dan kepribadian agar peserta
didik mampu menerima pelajaran dengan mudah, efektif, dan dapat dicerna dengan baik.
Secara terminologi, beberapa ahli mendefinisikan apa itu metode. Hasan Langgulung
mendefinisikan bahwa "Metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai
tujuan pendidikan.43
B.AYAT Al-QUR’AN YANG MENJELASKAN METODE PENDIDIKAN ISLAM
Dalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang menerangkan tentang metode
pendidikan, antara lain sebagai berikut:

41
Wahidin and Syaefudin, “MEDIA PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM.”
42
Asnil Aidah Ritonga et al., “Manfaat Pendidikan Islam,” Jurnal Pendidikan Tambusai 5, no. 3 (2021): 10703–
7.
43
Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Dewan Bahasa dan Pustaka

23
Dalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang menerangkan tentang metode
pendidikan, antara lain sebagai berikut:
1. Al-Nahl (16): 125
ۗ َ ِّ‫ع اِ ٰلى َسبِ ْي ِل َرب‬
‫و اَ ْعلَ ُم‬£ُ َ £ُ‫نُ اِ َّن َربَّكَ ه‬£‫ك بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة َو َجا ِد ْلهُ ْم بِالَّتِ ْي ِه َي اَحْ َس‬
َ ‫و اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬£
َ ‫بِ ْيلِ ٖه َوه‬£‫ َّل ع َْن َس‬£‫ض‬ ُ ‫اُ ْد‬
َ‫بِ ْال ُم ْهتَ ِد ْين‬
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang
baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu,
Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.
Dalam surah Al-Nahl ayat 125 terdapat beberapa metode, yaitu metode Al-Hikmah,
metode Mauizhah Hasanah, dan Mujadalah.
a) Metode Al-Hikmah
Al-Hikmah dalam bahasa Arab berarti keadilan, falsafah, ilmu, dan kebijaksanaan. Al-
Hikmah dalam penafsiran Imam Al-Qurtubi adalah “kalimat yang lemah lembut”. Dalam
berdakwah Nabi Muhammad diperintahkan untuk mengajak manusia dengan lemah lembut.
Jadi, yang dimaksud dengan penyampaian wahyu dengan lemah lembut tetapi juga tegas
dengan menggunakan alasan dalildalil dan argumentasi yang kuat sehingga proses ini para
peserta didik memiliki keyakinan dan kemantapan dalam menerima materi pelajaran.44
b) Metode Mauizah
Hasanah Mauizah Hasanah terdiri atas dua kata, yaitu kata Mauizah dan kata Hasanah.
Mauizah adalah uraian yang menyentuh hati yang mengantar kepada kebaikan.45
c) Metode Mujadalah
Metode Mujadalah konteks pendidikan adalah diskusi atau dialog. Maksud dari metode ini
adalah berdiskusi dengan cara yang baik sedangkan hasilnya diserahkan kepada Allah SWT.
Metode diskusi ini digunakan dalam media pembelajaran agar siswa dapat berdiskusi,
bertukar pendapat atau argumen mereka sehingga dapat diperoleh kesimpulan. Pada sisi lain,
metode ini juga dapat melatih siswa agar dapat menerima pendapat orang lain.
C.Metode Pendidikan Islam dalam Al-Qur’an.
Dalam Al-Qur’an terdapat beberapa metode yang digunakan sebagai metode
pendidikan, antara lain adalah sebagai berikut :
1. Metode Mauizah Hasanah Gabungan kata Mauidzah Hasanah dapatlah diartikan sebagai
ungkapan yang mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita
44
Abdul Haris Pito, “Metode Pendidikan dalam Al-Qur’an”, Andragogi Jurnal Diklat Teknis, Vol.7 No. 1
(Januari-Juni, 2019), 121
45
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2022), hal. 775.

24
gembira, peringatan, pesan-pesan positif (wasiat) yang bisa dijadikan pedoman dalam
kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.46
2. Metode Al-Hikmah Al-Hikmah bisa berarti tepat menempati kebenaran yang didapat
melalui ilmu dan akal.47
3. Metode Ibrah (Kisah) Metode Ibrah adalah salah satu langkah pendidikan yang dilakukan
degan mengambil pelajaran dari kisah orang-orang dahulu, kejadian di alam sekitar, tegak
dan hancurnya suatau bangsa, binasanya suatu kaum, dan seterusnya.48
4. Metode Amtsal (Perumpamaan) Fungsi dari metode perumpamaan menurut Najib Khalid
Al-Amin adalah memberikan ilustrasi, menginformasikan segi positif agar menarik minat
atau menginformasikan yang negatif agar menjauhinya, dan menajamkan nalar dan
mendinamiskan potensi berpikir atau meningkatan kecerdasan.49
5. Metode Qudwah (Keteladanan) Metode keteladanan adalah salah satu cara yang dilakukan
guru dalam mendidik dan membina peserta didik dengan menerapkan nilai karakter yang
baik.50
6. Metode Hiwar Hiwar adalah percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih melalui
Tanya jawab mengenai suatu topik mengarah kepada suatu tujuan.51

MATERI 12 TAFSIR TENTANG ALAT ATAU MEDIA PENDIDIKAN ISLAM


A.PENGERTIAN ALAT ATAU METODE PENDIDIKAN ISLAM
Secara etimologi alat diartikan sesuatu barang yang dipakai untuk mencapai suatu
maksud. Sedangkan definisi pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan
rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan,
melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam. Istilah mengarahkan,
mengasuh, mengajarkan atau melatih mengandung pengertian usaha mempengaruhi jiwa
anak didik melalui proses setingkat demi setingkat menuju tujuan yang ditetapkan, yaitu
menanamkan takwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran sehingga terbentuklah manusia
yang berpribadi dan berbudi luhur sesuai ajaran Islam.52

46
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 251.
47
Ipah Latipah, “Implementai Metode Al-Hikmah, Al-Mau’idhah Al-Hasanah, dan AlMujadalah dalam Praktik
Pendidikan”, Jurnal Ilmiah Mitra Swara Ganesha, Vol. 3 No. 2 (Juli 2016), 29.
48
Abdul Haris Pito, op. cit., hlm. 127
49
Najib Khalid Al-Amin, Tarbiyah Rasulullah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1994), hlm. 139-141.
50
M. Miftakhurrohman dkk, “Penerapan Metode Qudwah dalam Pembelajaran Akhlak”, Jurnal Al-HIKMAH,
Vol. 3 No. 2 (2021), 182.
51
Abdul Haris Pito, op. cit., hlm. 127
52
Saebani, Beni Ahmad, Ilmu Pendidikan Islam Bandung : Pustaka Setia, 2009, Hal. 46.

25
Jadi alat dalam pendidikan Islam adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam
rangka mempengaruhi jiwa anak didik agar menjadi insan yang bertakwa, berakhlak dan
menegakkan kebenaran sesuai dengan ajaran Islam dalam rangka menjalankan tugas dan
fungsinya sebagai hamba Allah dan juga khalifah di muka bumi.53
B.FUNGSI ALAT ATAU METODE PENDIDIKAN ISLAM
Secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan, sebagai berikut:
a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata
tertulis atau lisan belaka).
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya: Objek yang terlalu
besar, Objek yang kecil, Gerak terlalu lambat atau cepat, Kejadian atau peristiwa yang terjadi
di masa lalu, Objek terlalu kompleks, Konsep terlalu luas.
c. Mengatasi sikap pasif anak didik, dalam hal ini media pendidikan berguna: Menimbulkan
kegairahan belajar; Memungkin interaksi lebih langsung antara anak didik dengan
lingkunngan dan kenyataan.
d. Mendorong terjadinya interaksi langsung antara siswa dan guru, siswa dengan sesama
mereka, serta siswa dengan lingkungannya.
e. Memungkinkan kegiatan belajar mengajar siswa berlangsung sesuai dengan pilihannya dan
dengan kemampuan serta kesenangannya.54

C.MACAM-MACAM ALAT ATAU METODE PENDIDIKAN ISLAM


Dalam perspektif Ilmu Pendidikan Islam, para ahli telah mengklasifikasikan alat atau
media pendidikan menjadi dua bagian yaitu: alat pendidikan yang bersifat benda (materil)
dan alat pendidikan yang bukan benda (non materil).
1. Alat Pendidikan yang Bersifat Benda (Materil)
Menurut Zakiah Darajat, alat pendidikan yang berupa benda yaitu:
a) Media tulis, seperti al-Qur’an, hadits, Tauhid, Fiqh, sejarah.
b) Benda-benda alam seperti hewan, manusia, tumbuh-tumbuhan dsb.
c) Gambar-gambar yang dirancang seperti grafik.
d) Gambar yang diproyeksikan, seperti video.
e) Audio recording (alat untuk didengar) seperti kaset, tape, radio.
2.Alat Pendidikan yang Bukan Benda (Non materil)
53
Zakiah, Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1984, Hal. 32.
54
Abyan Amir, Materi Pokok Perencanaan Dan pengelolaan Pembelajaaran Pendidikan Agama Islam,
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Dan Universitas Terbuka, (1997), h. 140.

26
Berikut akan diuraikan secara ringkas beberapa alat pendidikan dalam bentuk bukan
benda (bisa berupa tindakan atau software) berdasarkan perspektif pendidikan Islam itu
sendiri, yaitu:
a. Keteladanan
Tingkah laku, cara berbuat, dan berbicara akan ditiru oleh anak. Dengan teladan ini,
lahirlah gejala identifikasi positif, yakni penyamaan diri dengan orang-orang yang ditiru.
b. Anjuran, Perintah dan Larangan
Di dalam alat pendidikan berupa anjuran, perintah dan larangan anak mendengar apa
yang harus dilakukan dan tidak dilakukan. Perintah adalah tindakan pendidik menyuruh anak
didik melakukan sesuatu.
c. Pujian dan Hadiah
Merupakan tindakan pendidik yang fungsinya memperkuat penguasaan tujuan
pendidikan tertentu yang telah dicapai anak didik. Hadiah dalam hal ini tidak mesti selalu
berwujud barang.55

d. Teguran
Perlu diperhatikan bahwa anak-anak bersifat pelupa, cepat melupakan larangan-
larangan, atau perintah yang baru saja diberikan kepadanya. Karenanya sebelum kesalahan
itu berlangsung lebih jauh, perlu adanya koreksi dan teguran.
e. Peringatan dan Ancaman
Peringatan diberikan kepada anak yang telah beberapa kali melakukan pelanggaran,
dan telah diberikan teguran pula atas pelanggarnya. Dalam memberikan peringatan ini,
bisanya disertai dengan ancaman akan sanksinya.
f. Hukuman
Menghukum adalah memberikan atau mengadakan nestapa atau penderitaan dengan
sengaja kepada anak didik dengan maksud agar penderitaan tersebut betul-betul
dirasakannya, untuk menuju ke arah perbaikan.

55
Fuad bin Abdul Azis, Mengajar EQ Cara Nabi, Bandung : MQS Publising, 2005, Hal. 69.

27
BAB II
PENUTUP
A.Kesimpulan
Pendidikan dalam Islam merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan manusia
menuju kedewasaan, baik secara akal, mental maupun moral, untuk menjalankan fungsi
kemanusiaan yang diemban sebagai seorang hamba di hadapan Khaliq-nya dan juga sebagai
Khalifatu fil ardh (pemelihara) pada alam semesta ini.Dengan demikian tujuan utama

28
pendidikan adalah mempersiapkan generasi penerus (peserta didik) dengan kemampuan dan
keahliannya (skill) yang diperlukan agar memiliki kemampuan dan kesiapan untuk terjun ke
tengah lingkungan masyarakat.
Dalam mencapai kesuksesan ilmu tidak cukup dengan mengandalkan kecerdasan akal dan
kemahiran keterampilan fisik seorang saja.Ada beberapa kunci penting untuk di jadikan bekal
menggapai kesuksesan dalam mengapai ilmu yakni:
1.Adanya kecerdasan
2.Tekat yang kuat
3.Memiliki kesabaran
4.Mempunyai biaya
5.Menghormati guru
6.Memperlukan waktu yang lama
Kehidupan dunia ini. Islam juga menekankan akan pentingnya membaca, menelaah,
meneliti segala sesuatu yang terjadi di alam raya ini. Selanjutnya dengan kelebihan akal dan
hati, manusia mampu memahami fenomena-fenomena yang ada di sekitarnya, termasuk
pengetahuan.
Istilah tafsir pendidikan (tafsir tarbawi) dapat diartikan sebagai tafsir yang
menitikberatkan pada masalah tarbiyah dalam rangka membangun peradaban yang sesuai
dengan petunjuk dan spirit Alquran. Tafsir tarbawi yang merupakan ijtihad akademisi di
bidang tafsir, berupaya mendekati Alquran melalui sudut pandang pendidikan.Baik dari segi
teoretik maupun praktik. Aspek aspek yang menjadi kebutuhan pendidikan dalam
memahami pengetahuan kitab suci (tafsir).
B.Saran
Demikian makalah ini dibuat, supaya dapat memenuhi tugas Penilaian Tengah
Semester (PTS). Kemudian, dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan baik
dari segi penulisan, kandungan maupun referensinya maka dari itu, pemakalah memerlukan
kritik dan saran yang membangun supaya makalah ini menjadi lebih baik lagi dan semoga
bisa bermanfaat bagi pembaca.

29
DAFTAR PUSTAKA

Kumparan berita “hadits tentang menuntut ilmu perintah dan keutamaannya” 30


November 2020, 10:35
Kadar Muhammad Yusuf, 2011, “Tafsir tarbawi”, Pekanbaru, Riau, Zanafa
publishing, hal.66

30
Jajang Aisyul Muzakki, 4 Desember 2017, “Hakekat HUkuman Dalam Pendidikan
Islam”, Jalan perjuangan by pass sunyaragi Cirebon.
Zakiyah Darajat, “Ilmu Pendidikan Islam” Jakarta:Bulan Bintang.1992,hal. 20
Ali YUusf, 02 Juli 2020, “Alasan Mengapa Kita Diminta Ajari Anaka Sholat Usia 7
Tahun”, Nashih Nashrullah.
Kartini Kartono, Pengantar Mendidik Ilmu Teoritis (Apakah Pendidikan Masih
Diperlukan), Bandung:Mandar Maju,1992, hal 261.
M.Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis
(rev.ed:Bandung,1994),hal.175-176
Ahmad Falah, M.Ag, 2010 Hadits Tarbawi, Kudus, Nora Media Enterprise, hal 132
Syamil Al-qur’an, Al-qur’an dan Terjemahannya, (Bandung, PT. Syamil Cipta
Media, 2006), Hal.157
Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Rineka Cipta 2009), Hal. 2
Muhammad Husein Al-Zahabi, at-Tafsir wa alMufassirun, Juz I, (Mesir:Dar al-
Maktub al-Haditsah,1976). Hal 13
Tim Penyusun, Ensiklopedia Alquran: Kajian Kosa Kata, Ed. Sahabuddin, (Jakarta:
Lentera Hati, 2007). 975.
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqy dkk., Sejarah dan Pengantar Ilmu Alquran
dan Tafsir, (Semarang: PT. Pustaka Rizkki Putera,1999), Hal 172
Muhammad Nur Hafid, Urgensi Tafsir Al-Tarbawi Dalam Pendidkan, Al-Muhafidz:
Jurnal Ilmu Alquran dan Tafsir, Vol.I (2001). Hal 7
Khon, Abdul Majid, Hadits Tarbawi; Hadis-Hadis Pendidikan, Jakarta:Kencana.
2014
Annahlawi, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Mastyarakat, Hal 205
Jannah Miftahul, 2014, Metode Pendidikan Islam Yang Terkandung dalam Al-quran,
Jakarta. Hal 15
Nata, Filsafat Pendidikan islam, Hal. 93
Keutamaan Orang yang berilmu, Jumat 26 Maret 2021, Semarang
Kumparan berita “hadits tentang menuntut ilmu perintah dan keutamaannya” 30
November 2020, 10:35
Ali YUusf, 02 Juli 2020, “Alasan Mengapa Kita Diminta Ajari Anaka Sholat Usia 7
Tahun”, Nashih Nashrullah
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: Raja Grafindo, 2012)
Liarti Bt Rusli, Desember 2019, Metode Pembelajaraan Dalam Al-quran, Volume
VIII, Nomor 2, (Makassar: Samata, Gowa), Hal. 237
Kesuksesan Dalam Menuntut Ilmu, 21 Februari 2019,
https://www.radardepok.com/2019/02/kesuksesan-dalam-menuntut-ilmu/
W.J.S. poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
1991) Hal. 250
Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, psikologi Kenabian (Menghidupkan potensi dan
kepribadian kenabian dalam diri) (Yogyakarta: Beranda Publishing, 2007)’ Hal.605
Mujib dan Mudzakkir, Ilmu Pendidikan islam (Jakarta: Kencana, 2008) Hal. 99-100
Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam Fakta Tepretis-Fnilosofis&Aplikatif-Normatif,
Hal. 124-125
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2011, cet ke-12,
Hal. 194
Bukhari Umar, Minggu, 15 Juli 2012, Pengaruh Lingkungan Terhadap Peserta Didik,
Bukhari Umar.blog
Tarbawi: Jurnal Keilmuan Manajemen Pendidikan. Vol 4 No.I, Juni 2018
Wahidin&Syaefudin, Media Pendidikan Dalam Persepektif Pendidikan Islam.

31
Ahmad tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2008) Hal. 6
Media Pendidikan islam, Rabu, 27 Mei 2020, Dunia PGMI

32
33

Anda mungkin juga menyukai