AL ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN VI
DISUSUN OLEH:
A. Nur Putri
(10531104620)
ii
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
A. Pendidikan dalam Perspettif Al-Qur’an dan hadist.................................................3
B. Urgensi, Fungsi Dan Tujuan Pendidikan Islam.......................................................7
C. Kandungan Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Objek Dan Subjek Pendidikan............8
D. Hakekat Dan Tujuan Kelembagaan Pendidikan Islam, Pendekatan Dan
Muhammadiyah.......................................................................................................14
F. Amal Usaha Muhammadiyah dalam Pendidikan dan Muhammadiyah
Berkemajuan............................................................................................................18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................................22
B. Saran .......................................................................................................................26
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuntunan Islam sangat menekankan akan urgensi pendidikan bagi umat manusia.
Pada hakikatnya pendidikan sebagai jalan satu-satunya menuju kehidupan yang tentram
dan damai baik di dunia juga di akhirat. Untuk mengetahui manusia akan tentram di
dunia apabila ia tidak mengetahui ilmu-ilmu dunia ? begitu juga untuk memperoleh
kedamaian di akhirat harus mengetahui jalan menuju kedamaian akhirat. Untuk
mengetahui kedua jalan tersebut harus menggunakan kendaraan ilmu, berupa
pendidikan. Pendidikan merupakan sarana potensial menuju keharibaan Tuhan.
Keberhasilan sebuah pendidikan tidak akan terlepas oleh profesionalisme pendidik yang
menjadi suri tauladan bagi peserta didiknya.
Dengan semakin majunya perkembangan zaman", menjadikan ajaran Al-Qur'an
dan Hadist semakin ter-marjinalkan. Hal ini bisa diresapi oleh setiap individu Untuk
mengetahui eksistensi pendidikan belakangan ini yang tidak memiliki arah secara
hakiki. Pendidikan yang mestinya menjadi kewajiban individu terhadap penciptanya,
kini hal tersebut sudah tidak memilikiatsar lagi. Kini pendidikan sudah tidak mengarah
kepada ranah yang hakiki, justru mengarah pada prestise, tidak mementingkan moral,
dan memprioritaskan pada hal yang berbau materi.
Adanya ranah pendidikan yang semakin melenceng jauh dari kehakikiannya,
tidakterlepas dari seorang pendidik yang mestinya menjadi suri teladan bagi peserta
didiknya justrubelakangan ini banyak guru yang membiarkan bahkan membentuk anak
didik menjauh dari ajaran Al-Qur'andan Hadist sehingga dekadensi moral tak bisa
dielakkan lagi.
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Ada dua kata yang digunakan al-Qur’an untuk mengungkapkan makna pendi-
dikan yaitu kata rabb dengan bentuk masdarnya tarbiyah dan kata ‘allama dengan
bentuk masdarnya ta’lim. Kata tarbiyah seUntuk mengetahui dijelaskan oleh al-Raghib
al- Ashfahany adalah sya’a al-syai halan fa halun ila haddi al-tamam; artinya
mengembang- kan atau menumbuhkan sesuatu setahap demi setahap sampai batas yang
sempurna. Sedangkan kata ta’lim digunakan secara khusus untuk menunjukkan sesuatu
yang dapat diulang dan diperbanyak sehingga menghasilkan bekas atau pengaruh pada
diri seseorang.
Kata rabb dengan segala derivasinya disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 981
kali. Kata tersebut selanjutnya digunakan oleh al-Qur’an untuk berbagai makna anta- ra
lain digunakan untuk menerangkan salah satu sifat Allah swt, yaitu rabbul ‘alamin yang
diartikan pemelihara, pendidik, penjaga, dan penguasa alam semesta (lihat QS al-
Fatihah/1: 2, al-Baqarah/2: 131, al-Maidah/5: 28, al-An’am/6: 45, 71, 162, dan 164, al-
A’raf/7: 54, digunakan juga untuk menjelaskan objek sifat tuhan sebagai pemeliha- ra,
pendidik, penjaga, dan penguasa alam semesta seperti: al-‘arsy al-‘azhim yakni ‘arsy
yang agung (QS al-Taubah/9: 129), al-Masyariq, yakni ufuk timur tempat terbitnya
matahari (al-Rahman/55: 17), abaukum al-awwalun yakni nenek moyang para penda-
hulu orang-orang kafir Quraisy (QS al-Shaffat/37: 126), al-Baldah, yakni negeri dalam
hal ini Mekah al-Mukarramah (QS al-Naml/27: 91; al-Baqarah/2: 126), al-Bait yakni
rumah, dalam hal ini Ka’bah yang ada di Mekah al-Mukarramah (QS Quraisy/106: 3)
Dan al-Falaq yakni waktu subuh (QS al-Falaq/112: 1).
Berdasarkan makna-makna tersebut di atas, terlihat dengan jelas bahwa kata rabb
dalam al-Qur’an digunakan untuk menunjukkan obyek yang bermacam-macam, baik
fisik maupun non fisik. Dengan demikian, pendidikan oleh Allah swt.
MeliputiPemeliharaan seluruh makhluk-Nya.
Adapun kata ‘allama dengan segala bentuk derivasinya disebutkan dalam al-
Qur’an sebanyak 854 kali, dan digunakan dalam berbagai konteks. Terkadang
diguNakan untuk menjelaskan bahwa Allah sebagai subyek yang mengajarkan
3
kepadamanusia beberapa hal antara lain: mengajarkan nama-nama (benda) semuanya
(surat al-Baqarah/2: 31-32), mengajarkan al-Qur'an (SQ. Ar-Rahman/55: 1-4),
mengajarkan al-hikmah, taurat, dan injil (QS Ali-Imran/3; 48) mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak diketahui (QS al-Alaq/96: 5 dan QS al-Baqarah/2: 239) dan
terkadang digunakan bahwa manusia sebagai subyek, seperti Nabi Musa mengajarkan
sihir kepada pengikut Fir'aun (al-Syu'ara/26: 49 dan QS Thaha/20: 71) dan terkadang
pula digunakan bahwa Jibril sebagai subyek yang mengajarkan wahyu kepada Nabi
Muhammad saw. (QS An-Najm/53: 5). Dari beberapa ungkapan tersebut, terkesan
bahwa kata ta'lim dalam al-Qur'an menunjukkan adanya sesuatu berupa pengetahu- an
yang diberikan kepada seseorang. Jadi, sifatnya intelektual.
Dalam pembahasan selanjutnya ditemukan perbedaan pendapat di kalanganpara
ahli mengenai pemakaian kata tersebut dalam hubungannya dengan pendidikan.
Menurut Abdurrahman al-Nahlawi dalam Ahmad Tafsir, bahwa kata tarbiyahlebih tepat
digunakan untuk makna pendidikan. Menurutnya, kata Tarbiyah' berasaldari tiga kata,
yaitu: pertama, dari kata raba-yarbu yang berarti bertambah atau tumbuh; karena
pendidikan mengandung misi untuk menambah bekal pengetahuankepada anak dan
menumbuhkan potensi yang dimilikinya. Kedua, dari kata rabiya-yarba' yang berarti
menjadi besar, karena pendidikan juga mengandung misi untukmembesarkan jiwa dan
memperluas wawasan seseorang. Ketiga, dari kata rabba-yarubbu' yang berarti
memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga, memelihara seUntuk mengetahui
telah dijelaskan di atas.
Berbeda dengan pendapat di atas, Abdul Fattah Jalal mengatakan bahwa kata
ta'lim lebih komprehensif untuk mewakili istilah pendidikan karena kata tersebut
berhubungan dengan tiga aspek. Pertama, menyangkut aspek pemberian bekal
pengetahuan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab, dan penanaman amanah, hingga
penyucian atau pembersihan manusia dari segala kotoran dan menjadikan diri manusia
berada dalam kondisi yang memungkinkan untuk menerima al-hikmah serta
mempelajari apa yang bermanfaat baginya dan yang tidak diketahuinya. Kedua,
menyangkut aspek pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan seseorang dalam
hidup serta pedoman perilaku yang baik. Ketiga, merupakan proses yang terus mene-
rus diusahakan semenjak dilahirkan, sebab menusia dilahirkan tidak mengetahui apa-
apa, tetapi dia dibekali dengan berbagai potensi yang mempersiapkannya untuk meraih
dan memahami ilmu pengetahuan serta memanfaatkanya dalam kehidupan.
Sedangkan menurut Sayed Muhammad al-Naquid al-Atas, kata at-taʼlim disino-
4
nimkan dengan pengajaran tanpa adanya pengenalan secara mendasar, namun bila al-
taʼlim disinonimkan dengan al-tarbiyah, al-ta'lim mempunyai arti pengenalan tem- pat
segala sesuatu dalam sebuah sistem. Menurutnya, ada hal yang membedakan antara
tarbiyah dan ta'lim, yaitu ruang lingkup ta'lim lebih umum daripada tarbiyah, karena
tarbiyah tidak mencakup segi pengetahuan dan hanya mengacu pada kondisi eksistensial
dan juga tarbiyah merupakan terjemahan dari bahasa latin education, yang keduanya
mengacu kepada segala sesuatu yang bersifat fisik-mental, tetapi sumber- nya bukan
dari wahyu.
Kebalikan dari pendapat Sayed Muhammad al-Naquid al-Atas, Muhammad
Athiyah al-Abrasy, mengatakan bahwa kata ta’lim lebih khusus dibandingkan dengan
tarbiyah. Hal itu karena kata ta’lim hanya merupakan upaya menyiapkan individu
dengan mengacu pada aspek-aspek tertentu saja, sedangkan kata tarbiyah mencakup
keseluruhan aspek-aspek pendidikan. Sementara itu Abuddin Nata mengatakan bahwa
istilah taʼlim mengesankan proses pemberian bekal pengetahuan, sedangkan istilah
tarbiyah mengesankan proses pembinaan dan pengarahan bagi pembentukan
kepribadian dan sikap mental.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa pendidikan
menurut al-Qur’an adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan bertahap untuk
memberikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada peserta didik sebagai bekal
dalam melaksanakan tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi.
2. Pendidikan Dalam Perspektif Hadist
Dalam istilah ilmu Hadis, takhrij adalah kegiatan pencarian hadis sampai
menemukannya dalam berbagai kitab Hadis yang disusun lang- sung oleh mukharrij-
nya. Dalam kitab-kitab tersebut disebutkan Hadis secara lengkap dari segi sanad dan
matan.16 Arifuddin Ahmad dan pakar Hadis lainnya menyatakan bahwa takhrij al-Hadis
dapat dilakukan dengan metode bi alfaz dan bi al-mawdu'i. Takhrij yang disebutkan per-
tama berdasarkan lafal dan takhrij yang disebutkan kedua berdasarkan topik masalah.
Karena kajian ini menggunakan metode tematik, maka takhrij dilakukan adalah takhrij
bi al-mawdhu'i. Namun untuk Hadis tertentu, tetap digunakan takhrij dengan metode bi
alfaz. Fasilitas takhrij yang penulis digunakan adalah kitab Mu'jam dan CD-Rom
(Compact Disc-Read Only Memory) Hadis melalui program komputer.
Dengan merujuk pada makna yang terkandung dalam istilah tarbi- yah, maka
kitab Mu'jam dan CD-Rom Hadis memberikan data-data takhrij Hadis tentang
pendidikan sebagai berikut:
5
1. Takhrij Hadis tentang keutamaan mendidik anak, pada kitab Mu'jam Mufahras
ditemukan informasi sebagai berikut:
ألنيؤدبالرجلولدهخيرمنأنيتصدقبصاع
2. Takhrij Hadis tentang urgensi mengajarkan ilmu melalui pen- didikan, pada Mu'jam
Miftah Kunuz al-Sunnah, ditemukan tema hadis tentang dengan data-data sebagai
berikut:'
مثلمايعنياللهبهمنالهدىوالعلمكماللغيثالكثير.
Untuk kelengkapan data-data Hadis yang bertemakan ilmu, maka penulis juga
menggunakan alat bantu CD-Rom. Dengan upaya seperti ini, penulis menemukan
informasi yang sejalan dengan data-data Hadis yang bersumber dari Miftah Kunuz al-
Sunnah,
Takhrij Hadis tentang balasan yang diperoleh bagi penuntut ilmu dalam
pendidikan, juga ditemukan dalam petunjuk Miftah Kunus al-Sunnah dan data CD-Rom
seUntuk mengetahui dalam poin nomor 2 di atas. Hal ini disebabkan Hadis yang
dimaksud di dalamnya terdapat kata al-'ilmu dan al-hikmah.
Takhrij Hadis tentang konsep fitrah dalam dunia pendidikan, pada kitab Mu'jam
Mufajras ditemukan informasi sebagai berikut:
مامنمولود (يولد) إاليولدعلىالفطرة
Selanjutnya, pada CD-Rom Hadis juga ditemukan informasi bahwa di samping
Hadis tersebut diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, dan Ahmad, juga diriwayatkan oleh
Abu Dawud dalam kitab al-Sunnah, Hadis ke-4091.
Takhrij Hadis tentang pendidikan shalat bagi anak sejak umur tujuh tahun,
ditemukan data yang sama dalam Mu'jam bahwa Hadis tersebut dalam Sunan al-
Turmuzi kitab al-Shalat Hadis ke-272, dan Sunan al-Darimi, kitab al-Shalat Hadis ke-
1395.
Istilah pendidikan dalam Hadis, terdapat pada kata ِّب
َ يُؤدkata ini disinonimkan
dengan makna al-tarbiyah, maka yang digunakan istilah al-tadib yang akar katanya
adalah addaba-yu’addibu- tadiban yang berarti memberi adab, atau perilaku.” Kata ini
memang tidak ditemukan dalam al-Qur’an yang mengacu pada makna pendidi- kan,
tetapi dalam Hadis kata ini banyak disebutkan di samping dalam matan Hadis tersebut.
Antara lain Nabi Saw. Menyatakan (Allah Swt. Telah menanamkan adab/pendidikan
pada diriku). Lebih lanjut, Naquib al-Attas menyatakan bahwa, istilah pendidikan
dengan kata al-ta’dib sudah mencakup unsur-unsur ilmu (‘ilm), instruksi (taʼlim),
Dan pembinaan yang baik (tarbiyah).” Kemudian dalam konseptualnya, kata
6
tadib sudah mencakup unsur-unsur pengetahuan, pengajaran, dan pengasuhan yang
baik.” Dalam perspektif ini, Nurcholish Madjid me- nyatakan bahwa perkataan al-tadib
dalam arti adab juga digunakan dalam konteks yang merujuk pada kajian kesusastraaan
dan etika profe- sional dan kemasyarakatan.” Al-Qur’an menegaskan bahwa contoh
ideal bagi orang yang beradab adalah Nabi Saw. Karena itu, ta’dib dalam arti
pendidikan adalah mengacu pada dimensi akhlak.
Dalam Hadis itu, juga disinggung bahwa salah satu dimensi akhlak yang mulia
adalah bersedekah, dan merupakan salah satu amal yang ter- puji dalam Islam.
Bersedekah dapat meringankan beban sesama muslim, sehingga hal tersebut dapat
memberikan kegembiraan kepadanya. Dengan bersedekah, maka sangat banyak hal-hal
positif yang dapat dilaksanakan. Namun demikian, menanamkan pendidikan ternyata
lebih jauh penting dibanding dengan bersedekah. Anak yang terdidik dengan baik akan
menjadi anak yang beriman, berakhlak, dan berbudaya. Kapasitas anak yang dilahirkan
oleh buah pendidikan ini, terbukti dapat melahirkan anak yang dapat memberikan
sedekah yang lebih banyak dibanding sedekah yang diberikan orang tuanya sebanyak
satu sha’ saja.
Sebaliknya, anak yang tidak terdidik dengan baik dapat saja meng- Hilangkan
sedekah yang pernah diberikan kepada seseorang dengan menyakiti hatinya atau bahkan
dapat saja merobohkan bangunan yang dibangun dengan sumbangan yang diberikan
oleh ayahnya.
Diyakini bahwa pendidikan yang diinginkan oleh Hadis tersebut adalah adalah
pendidikan Islam. Orang Islam menyakini bahwa kehidupan tidak dapat diser- ahkan
seluruhnya kepada kemampuan akal manusia secara pribadi atau manusia dalam arti
keseluruhan manusia. Pandangan orang Islam ber- tolah belakang dari humanisme yang
mengajarkan bahwa akal manusia telah mencukupi untuk mengatur dunia dan
kehidupan manusia, dan karena itu agama tidak diperlukan.”
Dengan demikian, pendidikan yang diiginkan Nabi Saw. SeUntuk mengetahui
dalam Hadis tersebut, bukanlah pen- didikan yang menanamkan faham humanisme dan
pendapat lain yang tidak sejalan dengan ajaran Islam.
B. Urgensi, Fungsi dan Tujuan Pendidikan Islam
1. Urgensi Pendidikan Islam
Pendidikan Islam merupakan keharusan mutlak untuk dilaksanakan secara
konsisten dengan penuh rasa tanggung jawab, guna mencapai kesejahteraan hidup
sebagai wujud peribadatan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.ayat yang pertama kali
7
diturunkan oleh Allah SWT adalah berkaitan tentang urgensi pendidikan, yakni iqra’,
perintah membaca.
Hasil usaha belajar membaca ayat-ayat qur’aniyah, dapat menghasilkan ilmu
agama seperti fikih, tauhid, akhlak dsb. Sedangkan hasil dengan usaha membaca ayat-
ayat kawniyah, dapat menghasilkan sains seperti fisika, biologi, kimia, astronomi dan
semacamnya. Intinya ilmu yang bersumber dari ayat-ayat qur’aniyah dan kawniyah,
harus diperoleh melalui proses belajar membaca.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa urgensi ilmu pendidikan
Islam adalah sarana untuk meraih bimbingan jasamani dan rohani menuju
kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ajaran Islam, supaya
mendapatkan kemuliaan didunia dan di akhirat
2. Fungsi Pendidikan Islam
Fungsi pendidikan secara Khusus, meliputi
a. Mengoptimalkan Fungsi Akal (Pemikiran)
Sesungguhnya pendidikan itu semata-mata untuk mengoptimalkan fungsi akal yang
diberikan Allah kepada kita, sehingga dengan mengoptimalkan fungsi akal yang ada
kita akan mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk, baik berkenaan
dengan hubungan antar manusia, manusia dengan alam, ataupun berkenaan dengan
hubungan antara manusia dengan Allah.
(QS. Al-Baqarah : 118)
(QS. Al-An’am : 32)
(QS. Yunus : 101)
(QS. Al-Baqarah : 31)
b. Mengendalikan Ghadab (Amarah) dan Nafsu Syahwat
Pendidikan dalam hal ini berfungsi mengajarkan kepada kita betapa pentingnya
mengendalikan amarah dan nafsu kita, sehingga kita terjaga dari perbuatan-
perbuatan yang tidak sesuai dengan syariat islam.
Kedua fungsi tersebut berkaitan dengan potensi bawaan (Fithrah) yang ada pada
manusia sejak lahir.
(QS. An-Nahl : 90)
Fungsi pendidikan secara Umum, meliputi :
a. Untuk mempersiapkan kader-kader Khalifah di Bumi
Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa. Allah SWT, menciptakan manusia untuk
menjadi Khalifah (pemimpin) di bumi.
8
(QS. Al-Baqarah : 30)
(QS. Al-An’am : 16)
b. Transfer Of Knowladge
Al-Qur'an sebagai petunjuk dan pedoman bagi manusia, menjelaskan tentang fungsi
pendidikan islam yaitu untuk mengajarkan ilmu pengetahuan (transfer of
knowledge) kepada para peserta didik.
QS. Al-Baqarah : 151)
9
SWT.
b. Mengikhlaskan niat dalam mencari ilmu untuk berkhidmah kepada islam
c. Konsisten dalam menjaga kesungguhan dan kesabaran
d. Membersihkan hati dari rasa dengki, iri dan akhlak yang buruk. Dll\
Kelembagaan pendidikan Islam adalah sistem atau struktur yang dibentuk untuk
memberikan pendidikan dengan fokus pada ajaran dan nilai-nilai agama Islam. Tujuan
utama dari kelembagaan pendidikan Islam adalah untuk menyebarkan pengetahuan dan
pemahaman tentang agama Islam serta membentuk pribadi yang taat beragama dan
bertanggung jawab.
1. Berikut adalah beberapa hakekat kelembagaan pendidikan Islam: Hakekat Kelembagaan
Pendidikan Islam:
a) Berlandaskan ajaran Al-Quran dan Hadis: Kelembagaan pendidikan Islam
10
didasarkan pada prinsip-prinsip agama Islam yang tercantum dalam Al-Quran dan
Hadis. Kurikulum dan metode pengajaran didesain untuk memastikan pemahaman
yang tepat tentang ajaran agama.
b) Menekankan akhlak dan moralitas: Selain memberikan pengetahuan agama,
kelembagaan pendidikan Islam juga bertujuan untuk membentuk akhlak yang baik
dan moralitas yang tinggi pada siswa. Pendidikan Islam menekankan pentingnya
etika, kejujuran, kesederhanaan, keadilan, dan sikap saling menghormati.
c) Mendorong pemahaman holistik: Kelembagaan pendidikan Islam tidak hanya
berfokus pada aspek spiritual, tetapi juga menghargai pengembangan fisik,
intelektual, sosial, dan emosional siswa. Tujuannya adalah menghasilkan individu
yang seimbang secara holistik.
d) Mengintegrasikan pengetahuan dan amal: Kelembagaan pendidikan Islam tidak
hanya mengajarkan pengetahuan teoritis, tetapi juga mendorong penerapan praktis
dalam kehidupan sehari-hari. Tujuannya adalah menghasilkan individu yang tidak
hanya memiliki pengetahuan tentang agama Islam, tetapi juga mampu
mengimplementasikannya dalam tindakan nyata.
2. Tujuan Kelembagaan Pendidikan Islam:
a) Mempertahankan dan menyebarkan ajaran Islam: Salah satu tujuan utama
kelembagaan pendidikan Islam adalah mempertahankan dan menyebarkan ajaran
Islam kepada generasi muda. Ini dilakukan melalui pengajaran Al-Quran, Hadis,
sejarah Islam, dan praktek ibadah lainnya.
Hadis ini menekankan pentingnya pendidikan dan pengetahuan dalam agama Islam.
11
Setiap Muslim dianjurkan untuk mencari ilmu dan meningkatkan pemahamannya
terhadap agama.
Hadis ini menunjukkan bahwa pencarian ilmu tidak mengenal batasan usia atau waktu.
Muslim dianjurkan untuk terus belajar sepanjang hidup, dari awal kelahiran hingga
akhir hayat.
c) "Sesungguhnya Allah, para malaikat, langit dan bumi, bahkan semut di dalam
liangnya dan ikan di lautan mendoakan kebaikan bagi orang yang mengajarkan
kebaikan kepada manusia." (HR. At-Tirmidzi)
Hadis ini menggambarkan betapa pentingnya peran sebagai pendidik dalam agama
Islam. Orang yang memberikan pengajaran dan menyebarluaskan kebaikan akan
mendapatkan doa kebaikan dari seluruh ciptaan Allah.
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah memberikan keutamaan dan kehormatan kepada
orang-orang yang beriman dan memiliki pengetahuan. Dengan pengetahuan yang
benar, seseorang dapat meningkatkan keimanan dan mendapatkan kedudukan yang
lebih tinggi di sisi Allah.
c) "Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan." (Al-Baqarah: 219)
Ayat ini juga menggarisbawahi pentingnya ilmu pengetahuan dalam agama Islam.
Allah menjanjikan bahwa Dia akan meningkatkan derajat orang-orang yang
beriman dan memiliki pengetahuan. Hal ini menunjukkan bahwa pencarian ilmu
12
dan pengembangan intelektual adalah cara untuk mendapatkan keberkahan dan
pahala dari Allah.
5. Pendidikan Islam memiliki berbagai pendekatan dan metode yang digunakan dalam
proses pembelajaran. Berikut adalah beberapa pendekatan dan metode pendidikan
Islam yang umum digunakan:
bekerja sama, dan lain sebagainya. Dalam pendekatan ini, pengetahuan yang diberikan
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari agar lebih relevan dan bermanfaat.
Pendekatan ini bertujuan untuk membentuk kepribadian yang seimbang, baik dari segi
spiritualitas maupun akhlak. Dalam pendekatan ini, proses pembelajaran tidak
hanya berkutat pada aspek kognitif, tetapi juga melibatkan aspek emosional dan
spiritual.
Metode ini merupakan metode tradisional dalam pendidikan Islam, di mana guru
memberikan materi pelajaran secara langsung dan siswa diberi kesempatan untuk
bertanya dan memperjelas pemahaman mereka. Metode ini masih banyak
digunakan dalam sistem pendidikan Islam tradisional.
14
E. Kewajiban Menuntut Ilmu Pengetahuan Dalam Islam dan Pendidikan Muhammadiyah
1. Kewajiban Menuntut Ilmu Dalam Islam
Kewajiban menuntut ilmu dalam Islam merupakan ajaran yang penting dan ditegaskan
dalam Al-Qur'an dan hadis-hadis Nabi Muhammad SAW. Tidak ada larangan dalam Islam
terkait jenis ilmu yang dapat dituntut. Namun, terdapat penekanan khusus pada pengetahuan
agama, seperti mempelajari Al-Qur'an, hadis, tafsir, fikih, sejarah Islam, dan lain sebagainya.
Pengetahuan agama ini penting agar seorang Muslim dapat memahami ajaran Islam dengan
benar, menjalankan ibadah dengan sempurna, dan mengembangkan akhlak yang baik sesuai
dengan nilai-nilai agama.
Selain itu, menuntut ilmu duniawi juga sangat dianjurkan dalam Islam. Ilmu pengetahuan
umum seperti ilmu pengetahuan alam, matematika, sastra, seni, ilmu kedokteran, teknologi, dan
bidang lainnya dapat membantu individu Muslim untuk berkontribusi dalam pembangunan
masyarakat dan peradaban. Dengan menguasai ilmu-ilmu ini, seorang Muslim dapat
memberikan manfaat kepada diri sendiri, keluarga, dan masyarakat sekitarnya.
Selain kewajiban menuntut ilmu secara individu, dalam Islam juga ditekankan pentingnya
mendirikan lembaga pendidikan yang memfasilitasi proses pembelajaran dan penyebaran
pengetahuan. Ini mencakup pendirian madrasah, sekolah, perguruan tinggi, dan pusat
pendidikan lainnya. Lembaga-lembaga ini bertujuan untuk memberikan akses pendidikan yang
berkualitas bagi semua individu Muslim, baik anak-anak maupun orang dewasa. Kewajiban
menuntut ilmu dalam Islam juga mencakup konsep pemahaman sepanjang hayat (lifelong
learning). Seorang Muslim diharapkan terus-menerus meningkatkan pengetahuan dan
pemahamannya sepanjang hidupnya, baik melalui pendidikan formal, diskusi, membaca,
mengikuti seminar, atau sumber pengetahuan lainnya. Dengan demikian, menuntut ilmu bukan
hanya menjadi kewajiban, tetapi juga menjadi sebuah perjalanan yang berkelanjutan dalam
pengembangan diri.
Secara keseluruhan, kewajiban menuntut ilmu dalam Islam meliputi pengetahuan agama
dan pengetahuan duniawi. Islam mendorong umat Muslim untuk memiliki pemahaman yang
komprehensif dan berimbang dalam kedua bidang tersebut, sehingga dapat memberikan
manfaat bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan umat manusia secara luas.
Beberapa poin mengenai kewajiban menuntut ilmu dalam Islam adalah sebagai berikut:
1 Perintah Ilmu Pengetahuan: Al-Qur'an menekankan pentingnya pengetahuan dengan
perintah kepada umat Muslim untuk mencari pengetahuan. Surah Al-Zumar ayat 9
menyatakan, "Apakah orang yang mengetahui sama dengan orang yang tidak mengetahui?
Sesungguhnya hanya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran."
2 Tugas Menuntut Ilmu: Menuntut ilmu dianggap sebagai tugas individu Muslim. Rasulullah
Muhammad SAW bersabda, "Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim" (HR.
Ibn Majah). Hadis ini menekankan bahwa setiap Muslim memiliki kewajiban untuk
meningkatkan pengetahuan dan pemahamannya tentang agama Islam.
3 Pencarian Ilmu sebagai Ibadah: Menuntut ilmu dalam Islam dianggap sebagai bentuk
ibadah. Dengan memperoleh pengetahuan yang bermanfaat, seorang Muslim dapat
mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menjalankan tugas-tugas agama dengan lebih
baik.
4 Menghargai Pengetahuan dan Pendidikan: Islam mengajarkan penghargaan yang tinggi
terhadap pengetahuan dan pendidikan. Rasulullah Muhammad SAW bersabda, "Barang
15
siapa yang Allah menghendaki kebaikan padanya, Dia akan memahamkan (memberikan
pemahaman) dalam agama" (HR. Bukhari). Hadis ini menunjukkan bahwa Allah SWT
memberikan pemahaman dan pengetahuan agama kepada orang-orang yang Dia
kehendaki.
5 Menyeimbangkan Ilmu Duniawi dan Ilmu Agama: Menuntut ilmu dalam Islam mencakup
kedua aspek, yaitu ilmu duniawi (ilmu pengetahuan umum) dan ilmu agama (ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan ajaran Islam). Seorang Muslim diharapkan untuk
mengembangkan pemahaman yang seimbang dalam kedua bidang tersebut guna
memberikan manfaat bagi diri sendiri dan masyarakat.
Dengan demikian, kewajiban menuntut ilmu dalam Islam menekankan pentingnya
pengetahuan dalam memperoleh pemahaman yang baik tentang agama dan dunia sekitar, serta
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dengan cara yang bermanfaat dan sesuai
dengan ajaran Islam.
16
berintegritas.
Selain itu, Muhammadiyah juga aktif dalam memberikan pelatihan, seminar, dan
program pengembangan kepemimpinan kepada guru-guru, staf pendidikan, dan individu lain
yang terlibat dalam bidang pendidikan Islam.
Muhammadiyah berupaya untuk memberikan pendidikan Islam yang berkualitas dengan
mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam setiap aspek pendidikan. Beberapa langkah konkret
yang dilakukan oleh Muhammadiyah dalam melaksanakan pendidikan Islam di berbagai
tingkatan antara lain:
a) Pengembangan Kurikulum: Muhammadiyah terus mengembangkan kurikulum pendidikan
yang berbasis Islam dan sesuai dengan perkembangan zaman. Kurikulum ini mencakup
pemahaman dan pengamalan ajaran Islam, serta pengetahuan duniawi yang relevan.
Muhammadiyah juga mengintegrasikan pembelajaran karakter dan pengembangan potensi
siswa dalam kurikulum pendidikan.
b) Pendidikan Karakter: Muhammadiyah menerapkan pendekatan pendidikan karakter dalam
proses pembelajaran di semua tingkatan. Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk
siswa yang memiliki akhlak yang mulia, integritas, etika yang baik, dan sikap bertanggung
jawab terhadap diri sendiri, masyarakat, dan lingkungan.
c) Pembinaan Guru: Muhammadiyah memberikan perhatian yang besar dalam pembinaan
guru dan tenaga pendidik. Muhammadiyah menyelenggarakan pelatihan, workshop, dan
program pengembangan profesional bagi guru-guru agar memiliki kompetensi yang
memadai dalam melaksanakan pendidikan Islam. Selain itu, Muhammadiyah juga
mendorong para guru untuk terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka
melalui pendidikan lanjutan.
Penelitian dan Pengembangan Pendidikan: Muhammadiyah mendorong penelitian dan
pengembangan pendidikan untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan islam melalui.
a. penelitian, Muhammadiyah berusaha mengidentifikasi tantangan dan masalah dalam
pendidikan Islam, serta mencari solusi yang inovatif dan efektif. Hasil penelitian tersebut
digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan dan pengembangan pendidikan.
b. Kolaborasi dan Kemitraan: Muhammadiyah menjalin kerja sama dan kemitraan dengan
berbagai lembaga dan organisasi, baik dalam skala nasional maupun internasional.
Kolaborasi ini melibatkan pertukaran pengetahuan, pengalaman, dan sumber daya dalam
rangka meningkatkan kualitas pendidikan Islam. Muhammadiyah juga terlibat dalam
dialog antarumat beragama untuk mempromosikan pemahaman yang inklusif dan
harmonis antara agama-agama.
c. Pelayanan Sosial: Muhammadiyah menjalankan program pelayanan sosial melalui
pendidikan Islam. Ini termasuk memberikan kesempatan pendidikan kepada anak-anak
yang kurang mampu, pengembangan sekolah di daerah terpencil, dan pendidikan non-
formal untuk masyarakat yang membutuhkan. Muhammadiyah juga aktif dalam
memperjuangkan hak pendidikan bagi semua individu tanpa diskriminasi.
Dengan melaksanakan berbagai langkah ini, Muhammadiyah berkomitmen untuk
memberikan pendidikan Islam yang berkualitas, berorientasi pada pembentukan karakter
Muslim yang baik, dan berkontribusi positif dalam pembangunan masyarakat.
19
“ Untuk mencapai maksud dan tujuannya, Muhammadiyah melaksanakan Dakwah Amar
Ma‟ruf Nahi Mungkar dan Tajdid yang diwujudkan dalam usaha di segala bidang kehidupan”
Ayat 2 menyebutkan :
“Usaha Muhammadiyah diwujudkan dalam bentuk amal usaha, program, dan kegiatan yang
macam dan penyelenggaraannya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga” Muhammadiyah dalam
segala bentuk usahanya diwujudkan dalam penerapan amal usaha, program dan kegiatan yang
meliputi :
2. Bidang Pendidikan
21
Mencermati jejak K.H. Ahmad Dahlan, sejak awal kiprahnya dia sangat
mengutamakan pendidikan umat Islam menjadi umat yang berilmu, baik ilmu agama maupun
ilmu umum.Tidak heran jika bidang amal usaha yang dirintis pertama kali adalah sebuah sekolah
dirumahnya dan biaya pendidikannya pun ditanggungnya sendiri. Bahkan, salah satu faktor
penyebab lahirnya Muhammadiyah adalah tidak efisiennya lembaga pendidikan di Indonesia
saat itu. Lembaga pendidikan yang tersedia sudah tidak memenuhi kebutuhan dan tantangan
zaman lagi, sehingga isi, metode pengajaran, bahkan sistemnya juga harus dirombak.
Muhammadiyah mulai mendirikan sekolah yang tidak lagi memisahkan pelajaran yang
dianggap sebagai ilmu agama dengan pelajaran yang dianggap sebagai ilmu umum (dunia).
Kini lembaga pendidikan Muhammadiyah sudah berkembang luas di pelosok tanah air.
Hingga tahun 2012, Muhammadiyah memiliki 4.623 Taman Kanak-Kanak (TK), 2.604
Sekolah Dasar (SD), 1.769 Madrasah Diniyah/Ibtidaiyah (MI), 1.718 Sekolah Menengah
Pertama (SMP), 534 Madrasah Tsanawiyah (MTS), 1.143 Sekolah Menengah Atas (SMA), 263
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), 172 Madrasah Aliyah (MA), dan 67 Pondok
Pesantren. Adapun di bidang pendidikan tinggi, hingga tahun itu Muhammadiyah memiliki 172
Perguruan Tinggi.
Pendidikan yang dirintis Muhammadiyah adalah pendidikan yang berorientasi kepada
dua hal, yaitu perpaduan antara sistem sekolah umum dan madrasah/pesantren.
Untuk mewujudkan rintisan pendidikannya itu, maka Muhammadiyah mendirikan amal usaha
berupa: Sekolah-sekolah umum modern yang mengajarkan keagamaan, mendirikan
madrasah/pesantren yang mengajarkan ilmu pengetahuan umum/modern dan mendirikan
perguruan tinggi.
Untuk menjalankan dan mengelola amal usaha tersebut, maka dibentuk :
a. Majelis Pendidikan Sekolah, Madrasah dan pesantren
b. Majelis Pendidikan Tinggi
c. Lembaga Penelitian dan pengembangan
d. Majelis Pendidikan Kader
3. Bidang Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat
Sejak awal berdirinya Muhammadiyah menaruh perhatian besar terhadap
kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat kelas dhu‟afa. Penyaluran dan pembagian
zakat fitrah dan maal kepada fakir miskin dan asnaf yang lain Pendirian panti asuhan,
panti
miskin, panti jompo, pendirian balai kesehatan, poliklinik, Rumah Sakit Ibu dan Anak
dan
Rumah Sakit Umum. Untuk mengelola amal-amal usaha tersebut, maka dibentuklah
majelis
dan lembaga sebagai berikut :
a. Majelis Pelayanan Kesehatan Masyarakat
b. Majelis pelayanan sosial
c. Majelis Pemberdayaan Masyarakat
d. Majelis Lingkungan Hidup
e. Lembaga Penanggulangan Berencana
4. Bidang Politik Kenegaraan
Muhammadiyyah bukan suatu organisasi politik dan tidak akan menjadi partai politik
Meskipun demikian, dengan keyakinan bahwa agama islam adalah agama yang mengatur
segenap kehidupan manusia di dunia ini maka dengan sendirinya segala hal yang berhubungan
dengan dunia juga menjadi bidang garapnya, tak terkecuali soal-soal politik
kenegaraan. Akan tetapi, jika ikut bergerak dalam urusan kenegaraan dan
pemerintahan, Muahammadiyah tetap dalam batas-batasnya sebagai gerakan dakwah islam amar
makruf nahi unkar, dan tidak bermaksud menjadi partai politik.
22
5. Bidang Ekonomi Keuangan
Bertujuan untuk membimbing masyarakat kea rah perbaikan dan mengembangkan
ekonomi sesuai dengan ajaran Islam serta untuk meningkatkan kualitas pengelolaan amal usaha
Muhammadiyah. Amal Usaha di bidang ini meliputi antara lain: BPR, BMT, Koperasi, Biro
Perjalanan dll.
23
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Al-Qur'an mengungkapkan istilah pendidikan dengan kata tarbiyah dan tak- lim. Kata
tarbiyah digunakan untuk makna yang lebih luas yaitu proses pembinaan dan pengarahan bagi
pembentukan kepribadian dan sikap mental sedangkan kata taklim digunakan untuk makna
yang lebih khusus yakni proses pemberian bekal berupa pengetahuan dan keterampilan.
Berdasarkan kedua istilah tersebut maka pen- didikan menurut al-Qur'an dirumuskan sebagai
usaha yang dilakukan secara teren- cana dan bertahap untuk memberikan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap mentalkepada peserta didik sebagai bekal dalam melaksanakan
tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi.
Hadis-Hadis tentang pendidikan sangat banyak jumlahnya, dan terdapat dalam al-
Kutub al-Tisah, Hadis-Hadis tentang pendidikan itu, pada dasarnya dapat terklasifikasi dalam
lima sub tema, yakni (1) Hadis tentang keutamaan mendidik anak. Dalam Hadis ini,
ditemukan syarah bahwa mendidik anak lebih utama dan lebih mulia daripada bersedekah; (2)
Hadis tentang urgensi mengajarkan ilmu melalui pendidikan. Dalam Hadis dipahami bahwa
mengajarkan ilmu kepada orang lain sangat penting dan menjadi kewajiban bagi setiap
muslim; (3) Hadis tentang balasan yang diperoleh bagi penuntut ilmu dalam pendidikan.
Dalam Hadis ini dipahami bahwa seseorang yang menuntut ilmu dalam dunia pendidikan
akan mendapatkan balasan pahala berupa surga; (3) Hadis tentang konsep fitrah dalam dunia
pendidikan. Dalam Hadis ini dipa- hami bahwa fitrah seorang anak harus dikembangkan
melalui proses pendidikan yang Islami; (5) Hadis tentang pendidikan shalat bagi anak. Dalam
Hadis ini dipahami bahwa kewajiban orangtua adalah mendidik anak-anaknya untuk
melaksanakan ibadah shalat sejak dini, yakni sejak umur tujuh tahun. Hadis-Hadis yang telah
diklasifikasi, dan di-syarah secara maudhui dalam tulisan ini berkualitas shahih. Karena itu,
kajian penulis di sini berimplikasi pada pentingnya pengamalan Hadis-Hadis tentang
pendidikan dalam kehidupan.
urgensi ilmu pendidikan Islam adalah sarana untuk meraih bimbingan jasamani
dan rohani menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ajaran Islam,
supaya mendapatkan kemuliaan didunia dan di akhirat
Fungsi Pendidikan Islam
Fungsi pendidikan secara Khusus, meliputi
c. Mengoptimalkan Fungsi Akal (Pemikiran)
d. Mengendalikan Ghadab (Amarah) dan Nafsu Syahwat
Fungsi pendidikan secara Umum, meliputi :
a. Untuk mempersiapkan kader-kader Khalifah di Bumi
b. Transfer Of Knowladge
Tujuan pendidikan menurut islam
a. Menjadikan hamba Allah yang bertaqwa
b. Mengantarkan peserta didik menjadi khalifah
c. Memperoleh Kebahagiaan di Dunia dan Akhirat
Obyek pendidikan merupakan seluruh manusia terutama bagi umat islam, pada
24
hakikatnya manusia sebagai pendidik ataupun peserta didik dituntut untuk aktif mencari ilmu
dan kebenaran. Dalam artian bahwa kewajiban mencari ilmu dipikul oleh seluruh manusia,
dan bukan hanya kewajiban pendidik saja untuk menyampaikannya.
Ayat-ayat tentang objek pendidikan
a. QS. At-Tahrim Ayat 6
b. QS. Asy Syu’ara Ayat 214
c. QS. An-Nisa Ayat 170
Kandungan Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Subjek Pendidikan
Subjek pendidikan dipahami dari kebanyakan para ahli pendidikan adalah orang tua,
guru guru diinstusi formal dan lingkungan masyarakat.
Pendidikan yang pertama kali terjadi dalam ruang lingkup yang sangat sederhana yaitu
keluarga. Subjek pendidikannya adalah orang tua, terutama ibu. Kita dapat memperoleh ilmu
dari mana saja, seperti lingkungan, masyarakat, alam, dan semua ciptaan allah swt.
Kategori Subjek Pendidikan (Pendidik)
a. Pendidik menurut kodrat yaitu orang tua
b. Pendidik menurut jabatan yaitu guru
Subjek Pendidikan Perspektif Al-Quran
a) Q.S Al-Kahfi Ayat: 66
b) Q.S Al-Rahman Ayat 1-4
c) Q.S An-Najm Ayat 5-6
d) Q. S An-Nahl 43-44
Berikut adalah beberapa hakekat dan tujuan kelembagaan pendidikan Islam: Hakekat
Kelembagaan Pendidikan Islam:
Hakekat Kelembagaan Pendidikan Islam:
a) Berlandaskan ajaran Al-Quran dan Hadis:
b) Menekankan akhlak dan moralitas:
c) Mendorong pemahaman holistik:
d) Mengintegrasikan pengetahuan dan amal:
Tujuan Kelembagaan Pendidikan Islam:
a) Mempertahankan dan menyebarkan ajaran Islam:
Pendidikan Islam memiliki berbagai pendekatan dan metode yang digunakan dalam proses
pembelajaran. Berikut adalah beberapa pendekatan dan metode pendidikan Islam yang
25
umum digunakan:
Pendekatan Pendidikan Islam
a) Pendekatan Tauhid
b) Pendekatan Keterampilan Hidup
c) Pendekatan Tazkiyatun Nafs
Metode Pendidikan Islam
a) Metode Pengajaran Langsung
b) Metode Pembelajaran Kolaboratif
c) Metode Pembelajaran Berbasis Teknologi
d) Metode Pembelajaran Berbasis Proyek
Pendekatan dan metode pendidikan Islam dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kombinasi antara beberapa pendekatan dan metode
dapat memperkaya proses pembelajaran dan membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran
secara lebih efektif
Kewajiban menuntut ilmu dalam Islam merupakan ajaran yang penting dan
ditegaskan dalam Al-Qur'an dan hadis-hadis Nabi Muhammad SAW. Tidak ada larangan
dalam Islam terkait jenis ilmu yang dapat dituntut. Namun, terdapat penekanan khusus pada
pengetahuan agama, seperti mempelajari Al-Qur'an, hadis, tafsir, fikih, sejarah Islam, dan
lain sebagainya. Pengetahuan agama ini penting agar seorang Muslim dapat memahami
ajaran Islam dengan benar, menjalankan ibadah dengan sempurna, dan mengembangkan
akhlak yang baik sesuai dengan nilai-nilai agama.
Muhammadiyah berupaya untuk memberikan pendidikan Islam yang berkualitas
dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam setiap aspek pendidikan. Beberapa langkah
konkret yang dilakukan oleh Muhammadiyah dalam melaksanakan pendidikan Islam di
berbagai tingkatan antara lain:
a) Pengembangan Kurikulum:
b) Pendidikan Karakter:.
c) Pembinaan Guru:
Penelitian dan Pengembangan Pendidikan: Muhammadiyah mendorong penelitian
dan pengembangan pendidikan untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan islam melalui.
a) penelitian,
b) Kolaborasi dan Kemitraan:
c) Pelayanan Sosial:
“Usaha Muhammadiyah diwujudkan dalam bentuk amal usaha, program, dan
kegiatan yang macam dan penyelenggaraannya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga”
Muhammadiyah dalam segala bentuk usahanya diwujudkan dalam penerapan amal usaha,
26
program dan kegiatan yang meliputi :
B. SARAN
Makalah yang kami susun semoga bisa membantu kita lebih memahami tentang AL
Islam Kemuhammadiaan 6 Mohon permakluman dari semuanya jika dalam makalah kami
ini masih terdapat banyak kekeliruan baik bahasa maupun pemahaman.
27
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Qur'an. https://www.academia.edu/22909506/KEWAJIBAN_MENUNTUT_ILMU
Siroj, A. (2011). Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Prenadamedia
Group. Muhammadiyah (2010). Rencana Strategis Pendidikan Muhammadiyah 2010-2025.
https://aik.umm.ac.id/id/berita/best-practice-amal-usaha-
muhammadiyah.html#:~:text=Mulai%20dari%20lembaga%20sosial%2C%20kesehatan,pe
ndidikan%20usia%20dini%20TK%2FPAUD.
28