Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KAPITA SELEKTA

PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF AL QURAN DAN HADITS

Tujuan: Untuk memenuhi tugas terstruktur Kapita Selekta

Dosen Pengampu: L. Firmansyah, M.Pd.

DisusunOleh:

1. Oktavera Audina
2. Ruslan Rustiandi
3. Siti Mukhlas R.A

SekolahTinggi Agama Islam (STAI) Sukabumi

Jln. Lio Balandongan Sirnagalih (Begeg) No. 74 Kel. Cikondang Kec. Citamiang Telp.(0266)
225464 Kota Sukabumi 43142

www.stai.sukabumi.ac.id e-mail: stai.sukabumi@gmail.com


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW.
Berkat rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas mata kuliah KAPITA SELEKTA dangan
judul “PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF AL QURAN DAN HADITS”

Dalam penyusunan tugas ini, tidak sedikit hambatan yang dihadapi. Baik itu yang datang dari
diri penyusun sendiri maupun dari luar. Namun, penyusun menyadari bahwa kelancaran dalam
penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan berbagai pihak. Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada
pembaca.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan-perbaikan
pembuatan makalah dimasa yang akan datang.

Sukabumi, 10 Oktober 2019

Penyusun
Daftar Isi

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................i
Daftar isi.................................................................................................................................................ii
BAB I.....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................................................3
A. Latar Belakang...........................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................3
BAB II....................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN....................................................................................................................................4
A. Konsep Pendidikan dalam Perspektif Al Quran dan Hadits........................................................4
B. Sifat yang Harus Dimiliki oleh Pendidik dalam Perspektif Islam...............................................7
C. Hakikat dan Tugas Pendidik dalam Perspektif Islam..................................................................8
D. Kompetensi Pendidikan dalam Perspektif Islam.........................................................................9
BAB III................................................................................................................................................11
PENUTUP............................................................................................................................................11
A. Kesimpulan...............................................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuntunan Islam sangat menekankan akan urgensi pendidikan bagi umat manusia.
Pada hakikatnya pendidikan sebagai jalan satu-satunya menuju kehidupan yang tentram dan
damai baik di dunia juga di akhirat. Bagaimana manusia akan tentram di dunia apabila ia tidak
mengetahui ilmu-ilmu dunia? begitu juga untuk memperoleh kedamaian di akhirat harus
mengetahui jalan menuju kedamaian akhirat. Untuk mengetahui kedua jalan tersebut harus
menggunakan kendaraan ilmu, berupa pendidikan. Pendidikan merupakan sarana potensial
menuju keharibaan Tuhan. Keberhasilan sebuah pendidikan tidak akan terlepas oleh
profesionalisme pendidik yang menjadi suri tauladan bagi peserta didiknya.
Dengan semakin “majunya perkembangan zaman”, menjadikan ajaran Al-Qur’an
semakin ter-marjinalkan. Hal ini bisa diresapi oleh setiap individu bagaimana eksistensi
pendidikan belakangan ini yang tidak memiliki arah secara hakiki. Pendidikan yang mestinya
menjadi kewajiban individu terhadap penciptanya, kini hal tersebut sudah tidak memiliki
atsar lagi. Kini pendidikan sudah tidak mengarah kepada ranah yang hakiki, justru mengarah
pada prestise, tidak mementingkan moral, dan memprioritaskan pada hal yang berbau materi.
Adanya ranah pendidikan yang semakin melenceng jauh dari kehakikiannya, tidak
terlepas dari seorang pendidik yang mestinya menjadi suri teladan bagi peserta didiknya justru
belakangan ini banyak guru yang membiarkan bahkan membentuk anak didik menjauh dari
ajaran Al-Qur’an sehingga dekadensi moral tidak bisa dielakkan lagi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep pendidikan dalam perspektif Al-Qur’an dan hadist ?
2. Apa saja sifat yang harus dimiliki oleh pendidik dalam perspektif Islam ?
3. Apa hakikat dan tugas pendidik dalam perspektif Islam ?
4. Bagaimana kompetensi pendidik dalam perspektif Islam?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Pendidikan dalam Perspektif Al Quran dan Hadits


Kelebihan manusia dari makhluk lainnya adalah terletak pada kemampuan akal
pikirannya. Menurut Ibnu Khaldun manusia adalah makhluk yang berfikir. Oleh karena itu ia
mampu melahirkan ilmu (pengetahuan) dan teknologi. Sifat-sifat seperti ini tidak dimiliki
makhluk lainya. Lewat kemampuan berfikirnya itu manusia tidak hanya membuat
kehidupannya, tetapi juga menaruh perhatian terhadap berbagai cara guna memperoleh makna
hidup. Proses-proses yang seperti ini melahirkan peradaban. Untuk mengantarkan pada suatu
pemikiran yang dinamis dan prospektif
Al-Qur’an mengajarkan umat manusia untuk selalu membaca (belajar). al-Qur’an
telah berkali-kali menjelaskan akan pentingnya pengetahuan. Tanpa pengetahuan niscaya
kehidupan manusia akan menjadi sengsara. Tidak hanya itu, al-Qur’an bahkan memposisikan
manusia yang memiliki pengetahuan pada derajat yang tinggi. al-Qur’an surat al-Mujadalah
ayat 11 menyebutkan:

“…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…”.
Al-Qur’an juga telah memperingatkan manusia agar mencari ilmu pengetahuan,
sebagaimana dalam al-Qur’an surat at-Taubah ayat 122 disebutkan:

“Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga
dirinya”.
Dari sini dapat dipahami bahwa betapa pentingnya pengetahuan bagi kelangsungan
hidup manusia. Karena dengan pengetahuan manusia akan mengetahui apa yang baik dan
yang buruk, yang benar dan yang salah, yang membawa manfaat dan yang membawa
madharat.
4
Dalam sebuah sabda Nabi saw. dijelaskan:

“Mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah)


Hadits tersebut menunjukkan bahwa Islam mewajibkan kepada seluruh pemeluknya untuk
mendapatkan pengetahuan. Yaitu, kewajiban bagi mereka untuk menuntut ilmu pengetahuan.
Islam menekankan akan pentingnya pengetahuan dalam kehidupan manusia. Karena tanpa
pengetahuan niscaya manusia akan berjalan mengarungi kehidupan ini bagaikan orang
tersesat, yang implikasinya akan membuat manusia semakin terlunta-lunta kelak di hari
akhirat.
Imam Syafi’i pernah menyatakan:

“Barangsiapa menginginkan dunia, maka harus dengan ilmu. Barangsiapa menginginkan


akhirat, maka harus dengan ilmu. Dan barangsiapa menginginkan keduanya, maka harus
dengan ilmu”.
Dari sini, sudah seyogyanya manusia selalu berusaha untuk menambah kualitas ilmu
pengetahuan dengan terus berusaha mencarinya hingga akhir hayat.
Dalam al-Qur’an surat Thahaa ayat 114 disebutkan:

“Katakanlah: ‘Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan’.”


Pendidikan Islam memiliki karakteristik yang berkenaan dengan cara memperoleh dan
mengembangkan pengetahuan serta pengalaman. Anggapan dasarnya ialah setiap manusia
dilahirkan dengan membawa fitrah serta dibekali dengan berbagai potensi dan kemampuan
yang berbeda dari manusia lainnya. Dengan bekal itu kemudian dia belajar: mula-mula
melalui hal yang dapat diindra dengan menggunakan panca indranya sebagai jendela
pengetahuan; selanjutnya bertahap dari hal-hal yang dapat diindra kepada yang abstrak, dan
dari yang dapat dilihat kepada yang dapat difahami. Sebagaimana hal ini disebutkan dalam
teori empirisme dan positivisme dalam filsafat. Dalam firman Allah Q.s. an-Nahl ayat 78
disebutkan:

5
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu
bersyukur”.
Dengan pendengaran, penglihatan dan hati, manusia dapat memahami dan mengerti
pengetahuan yang disampaikan kepadanya, bahkan manusia mampu menaklukkan semua
makhluk sesuai dengan kehendak dan kekuasaannya. Dalam al-Qur’an surat al-Jatsiyah ayat
13 disebutkan:

“Dan dia menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya,
(sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir”.
Namun, pada dasarnya proses pemerolehan pengetahuan adalah dimulai dengan
membaca, sebagaimana dalam al-Qur’an surat al-‘Alaq ayat 1-5:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan (1), Dia telah menciptakan

manusia dari segumpal darah (2). Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah (3), Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam (4), Dia mengajar kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya (5)”.
Dalam pandangan Quraish Shihab kata Iqra’ terambil dari akar kata yang berarti
menghimpun. Dari menghimpun lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah,
mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca teks tertulis maupun tidak.
Wahyu pertama itu tidak menjelaskan apa yang harus dibaca, karena al-Qur’an menghendaki
umatnya membaca apa saja selama bacaan tersebut bismi Rabbik, dalam arti bermanfaat untuk
kemanusiaan. Iqra’ berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu; bacalah
alam, tanda-tanda zaman, sejarah, maupun diri sendiri, yang tertulis maupun yang tidak.
Alhasil, objek perintah iqra’ mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkaunya.
Sebagaimana dalam al-Qur’an surat Yunus ayat 101 disebutkan:

6
“Katakanlah: ‘Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi”.
Al-Qur’an membimbing manusia agar selalu memperhatikan dan menelaah alam
sekitarnya. Karena dari lingkungan ini manusia juga bisa belajar dan memperoleh
pengetahuan.
Dalam al-Qur’an surat asy-Syu’ara ayat 7 juga disebutkan:

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya kami tumbuhkan di
bumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?”.
Demikianlah, al-Qur’an secara dini menggarisbawahi pentingnya “membaca” dan
keharusan adanya keikhlasan serta kepandaian memilih bahan bacaan yang tepat. Namun,
pengetahuan tidak hanya terbatas pada apa yang dapat diindra saja. Pengetahuan juga meliputi
berbagai hal yang tidak dapat diindra. Sebagaimana tertuang dalam al-Qur’an surat Al-Haqqah

ayat 38-39:

“Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat (38). Dan dengan apa yang tidak kamu
lihat (39)”.
Dengan demikian, objek ilmu meliputi materi dan nonmateri, fenomena dan nonfenomena,
bahkan ada wujud yang jangankan dilihat, diketahui oleh manusia pun tidak. Dalam al-Qur’an
surat Al-Nahl ayat 8 disebutkan:

“Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya”.

B. Sifat yang Harus Dimiliki oleh Pendidik dalam Perspektif Islam


Ada beberapa pernyataan tentang tugas guru yang dapat disebutkan disini, yang
diambil dari uraian penulis muslim tentang syarat dan sifat guru, misalnya sebagai berikut :
1. Guru harus mengetahui karakter murid.

7
2. Guru harus selalu berusaha meningkatkan keahliannya.
3. Guru harus mengamalkan ilmunya.
Sifat-sifat yang harus dimiliki pendidik sebagaimana tercantum dalam Al-Quran, diantaranya:
1. Sifat shiddiq, sebagaimana surat. An-nisa’: 104,
2. Amanah sebagaimana surat al-qashash: 26,
3. Tabligh, fathanah, mukhlish sebagaimana surat al-bayyinah: 5,
4. Sabar sebagaimana surat al-muzammil: 10, dan surat ali imron:159,
5. Saleh (mencintai, membina, menyokong kebaikan) sebagaimana surat an-nur: 55,
6. Adil sebagaimana surat al-maidah: 8,
7. Mampu mengendalikan diri sesuai diri sendiri sebagaimana surat an-nur: 30,
8. Kemampuan kemasyarakatan sesuai surat ali imron: 112,
9. Ketaqwaan kepada allah sebagimana surat al-a’raf: 26, dan surat al-mudatstsir : 1-7).
Menurut Al-Ghazali pendidik dituntut memiliki beberapa sifat keutamaan yang menjadi
kepribadianny, diantanya:
1. Sabar
2. Kasih sayang
3. Sopan
4. Tidak riya’
5. Tidak takabbur
6. Tawadhu’
7. Pembicaraan terarah
8. Bersahabat
9. Tidak pemarah
10. Membimbing dan mendidik dengan baik
11. Sportif
12.   Ikhlas
Sehingga Al-Ghazali berpendapat bahwa pendidik tidak boleh meminta bayaran dan apabila
bila mengajar ilmu agama hanya boleh menerimanya.

C. Hakikat dan Tugas Pendidik dalam Perspektif Islam


Pendidik menurut W.J.S. Poerwadarminta adalah orang yang mendidik. Definisi ini
memberi pengertian, bahwa pendidik adalah orang yang melakukan aktivitas dalam bidang
mendidik. Dalam bahasa Inggris disebut dengan Teacher, yang diartikan guru atau pengajar
dan Tutor yang berarti guru privat, atau guru yang mengajar dirumah.
 Selanjutnya dalam bahasa Arab dijumpai kata Ustadz,Mudarris, Mu’allim dan
Mu’addib. Kata Ustadz jamaknya Asatidz yang berarti Teacher (guru), professor (gelar

8
akademik), jenjang dibidang intektual, pelatif, penulis, dan penyair. Adapun kata Mudarris
berarti Teacher (guru), Instructor (pelatih) dan Lecturer (dosen). Selanjutnya kata Mu’allim
yang juga berarti Teacher (guru), Instructor (pelatih), Trainer (pemandu). Selanjutnya kata
Mu’addib berarti Educator (pendidik) atau teacher in Koranic School (guru dalam lembaga
pendidikan Al-Qur-an).
Sebagaimana telah disinggung mengenai pengertian pendidik, didalam al-Qur’an telah tersirat
pula mengenai tugas-tugas pendidik, maka lebih diperjelas lagi, yaitu:
1. Mengajarkan bacaan al-Qur’an atau membacakan al-Qur’an
2. Membimbing dan menuntun peserta didik agar berakhlak mulia dengan
membersihkan jiwa mereka
3. Mengajarkan kandungan al-Qur’an dan ilmu pengetahuan secara integral
Sedangkan tugas pendidik yang tersirat didalam hadits adalah sebagai berikut:
1. Sebagai orang yang menkomunikasikan ilmu pengetahuan, hal ini sesuai dengan
hadits yang artinya “sampaikanlah (pengetahuan) dariku walau hanya satu ayat”
2. Sebagai model  atau tauladan, “rusaknya umatku karena dua macam orang, yaitu
seoranng alim yang durjana dan seorang sholih yang jahil...” (HR. Baihaqi)
3. Sebagai penggerak (motivator) masyarakat.

D. Kompetensi Pendidikan dalam Perspektif Islam


Kompetensi pada intinya adalah kecakapan, kemampuan untuk melakukan sesuatu.
Namun secara lebih luas, kompetensi sebagaiman dikemukakan oleh Mulyasa (2003:37)
adalah merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Menurut Mulyasa (2003:38) dijelaskan
tentanng kompetensi itu dengan beberapa aspek atau ranah yang terkandung didalamnya
sebagai berikut :
1. Pengetahuan (knowledge) yaitu, kesadaran dalam bidang kognitif.
2. Pemahaman (understanding) yaitu, kedalam kognitif dan afektif yang dimiliki oleh
individu.
3. Kemampuan (skill) yaitu, sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas
atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
4. Nilai (value) yaitu, suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis
telah menyatu dalam diri seseorang.
5. Sikap (attitude) yaitu, perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka) atau reaksi
terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar.
6. Minat (interest) yaitu, kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan.

9
BAB III
PENUTUP

10
A. Kesimpulan
Pendidik sebagai komponen yang terpenting di dunia pendidikan menjadi figur di
lingkungannya dalam mengantarkan anak-anak didiknya pada ranah kehidupan masa depan
yang lebih cerah. Pendidik sebagai ujung tombak dalam memberantas kebodohan dan
kemaksiatan, tentunya harus memiliki karakteristik Qur’ani dengan jalan yang persuasif dan
konstruktif. Satu sisi pendidik mempunyai kewajiban untuk menyampaikan ilmunya,
mencerdaskan masyarakat, sedangkan sisi lain ia mempunyai kewajiban menyambung
hidupnya. Sehingga dua kewajiban yang bersamaan ini semestinya harus terpenuhi tanpa
mengurangi keikhlasan yang dianjurkan dalam Al-Qur’an.
Dengan demikian pendidik dalam Al-Qur’an adalah sebagai penentu kebaikan
generasi muda masa depan, karena ditangan pendidiklah generasi muda akan menjadi generasi
yang tangguh dan siap melanjutkan estafet kepemimpinan masa dengan yang lebih damai
sejahtera sesuai dengan ajaran Al-Qur’an.

DAFTAR PUSTAKA

11
http://zainululum04.blogspot.com/2016/04/makalah-pendidikan-dalam-perspektif-al.html

https://hasanrizal.wordpress.com/2009/10/21/tafsir-tarbawi-pendidikan-dalam-perspektif-al-qur
%E2%80%99an/

12

Anda mungkin juga menyukai