Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KELOMPOK 1

“STUDI AL-QURAN”

DOSEN PEMBINA:

Dr. Abdul Hadi, S.Pd.I., M.Ag.

DISUSUN OLEH:

RAFI NAOFAL HANIF (210105022)

RAZIK SYAHRIGA (210105080)

TR MAULANA (210105049)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI AR-RANIRY

ACEH BESAR

2022

1
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT. Yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah KAJIAN
ISLAM, dengan judul : ”STUDI AL-QURAN”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang telah tulus memberikan saran,kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritikan yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi dunia Pendidikan.

Banda Aceh, 17 september 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
BAB I...................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................5
PEMBAHASAN....................................................................................................................5
A. Pendekatan Sejarah................................................................................................5
B. Fungsi dan Kedudukan Al-Qur’an...........................................................................6
C. Metode Penafsiran.................................................................................................9
BAB III...............................................................................................................................12
PENUTUP..........................................................................................................................12
A. Kesimpulan...........................................................................................................12

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Al-Quran adalah kitab suci umat islam. Al-Quran dipercaya sebagai pedoman
hidupumat islam. Penting untuk kita mengetahui hubungan antara beberapa ayat
atau beberapa surat Al-Qur‟an dengan ayat atau surat lainnya, agar kita dapat
lebih memahami tentang kalamullah ini. Juga wajib bagi kita untuk menguji
tentang al - Qur‟an secara mendalam agar kita bisa memahami dan bisa
menerapkannya dikalangankeluarga maupun masyarakat

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pendekatan sejarah dalam studi al-qur’an?
2. Apa fungsi dan kedudukan al-qur’an?
3. Bagaimana metode penafsirannya?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendekatan Sejarah
Sejarah adalah suatu ilmu yang di dalamnya dibahas berbagai peristiwa
dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, obyek, latar belakang, dan pelaku
dari peristiwa tersebut. Pentingnya studi sejarah dalam studi al-Qur’an
sebagaimana disampaikan oleh Manna’ al-Qaththan bahwa seseorang yang ingin
memahami alQur’an secara benar maka yang bersangkutan harus mempelajari
sejarah turunnya ayat-ayat al-Qur’an yang selanjutnya disebut dengan asbab al-
nuzul. Dengan asbab al-nuzul ini seseorang akan dapat mengetahui hikmah yang
terkandung dalam suatu ayat yang berkenaan dengan hukum tertentu dan
ditujukan untuk memelihara syariat dari kekeliruan memahaminya. Sejarah
sebagai salah satu dari ilmu-ilmu sosial, tentunya mengkaji tentang segala
perilaku manusia dari sisi-sisi kemunculan dan perkembangannya dari masa ke
masa. Oleh karena itu tatkala sejarah digunakan sebagai pendekatan maka
karakteristik yang paling menonjol adalah tentang signifikansi waktu dan
prinsipprinsip kesejarahan tentang individualitas dan perkembangan. Dengan
pendekatan sejarah harus disadari bahwa setiap orang adalah produk dari masa
lalu dan selalu mengalami proses perubahan dan perkembangan secara
berkesinambungan dalam satu mata rantai yang tak terputus. Dengan pendekatan
sejarah nantinya akan bisa dilacak semua situasi yang melahirkan suatu ide dari
seorang tokoh, dapat pula diketahui bahwa seorang tokoh dalam berbuat atau
berpikir sesugguhnya dipaksa oleh keinginan-keinginan dan tekanan-tekanan yang
bukan muncul dari dirinya sendiri saja, juga dapat dilihat bagaimana tindakan-
tindakannya secara mendalam dipengaruhi tidak cuma oleh dorongan internal,
tetapi juga ekstrnal.1

1
Ulya, “Berbagai Pendekatan Dalam Studi Al-Qur'an”. (Yogyakarta:Idea Press,2017),
hlm.29-34

5
B. Fungsi dan Kedudukan Al-Qur’an
a. Fungsi Al-Qur‘an Dilihat dari Nama-Namanya

nama-nama yang menunjukkan fungsi atau peran yang melekat pada al-Qur‘an
adalah:

1. Al-Huda (petunjuk). Disebut demikian karena ia merupakan petunjuk


bagi manusia untuk bisa meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Nama
ini terdapat pada surat al-Baqarah: 2, 97, 185; Ali Imran: 138; al-A‘raf:
52, 203; Yunus: 57; Luqman: 3; az-Zumar: 23; Fussilat: 44; Naml: 2,
77; Yusuf: 111; al-Nahl: 64, 89; al-Jatsiyah: 20.
2. Al-Nur (cahaya). Disebut demikian karena ia ibarat cahaya yang
menerangi kehidupan manusia, menjelaskan perkara-perkara yang samar
baik terkait hukum, aqidah, akhlak, dan sebagainya. Nama ini ditemukan
pada surat alNisa: 174; al-Maidah: 15.
3. (Al-Bayan (keterangan). Disebut demikian karena ia merupakan
keterangan atau penjelasan dari Allah Swt terkait beberapa pokok
ajaran-Nya. Nama ini terdapat pada surat Ali Imran: 138.
4. Al-Furqan (pembeda). Disebut demikian karena ia membedakan antara
yang benar dan yang batil, yang baik dan yang buruk, yang halal dan
yang haram. Nama ini terdapat pada surat al-Furqan: 1; al-Baqarah: 185.
5. Al-Dzikr (peringatan). Disebut demikian karena ia mengingatkan
manusia akan ajaran Allah, sekaligus menjadi media bagi manusia untuk
selalu mengingat Allah Swt. Nama ini dapat ditemukan pada surat al-
Hijr: 9; an-Nahl: 44; alAnbiya: 7, 50; Yasin: 11; Fussilat: 41.
6. Al-Syifa (obat yang menyembuhkan). Disebut demikian karena ia bisa
menjadi obat yang menyembuhkan berbagai pernyakit, utamanya
penyakit hati. Nama ini ditemukan pada surat Fussilat: 44; Yunus: 57;
al-Isra: 82.
7. Al-Mau’idhah (nasihat, pelajaran). Disebut demikian karena ia berisi
sejumlah pesan, nasihat dan pelajaran yang patut dijadikan pedoman
bagi manusia. Nama ini terdapat pada surat Ali Imran: 138; Yunus: 57.

6
8. Al-Tadzkirah (pesan, nasihat). Disebut demikian karena ia berisi pesan
dan nasihat yang mengingatkan manusia untuk selalu menaati perintah
Allah dan menjauhi larangan-Nya. Nama ini terdapat pada surat Thaha:
3, al-Muddatsir: 54.
9. Al-Balagh (keterangan yang cukup). Dinamakan demikian karena ia
merupakan keterangan yang cukup bagi seseorang untuk meraih
kebahagian dan keselamatan di dunia dan akhirat. Nama ini terdapat
pada surat Ibrahim: 52, alAnbiya: 106.
10. Al-Busyra (berita gembira). Disebut demikian karena ia memberi kabar
gembira bahwa orang-orang yang beriman akan mendapatkan pahala
dan sorga. Nama ini ditemukan pada surat al-Baqarah: 97; an-Nahl: 89,
102; al-Naml: 2.
b. Fungsi Al-Qur‘an Dilihat dari Kedudukannya

Selain dilihat dari nama-namanya, fungsi al-Qur‘an juga bisa dilihat dari
kedudukannya dalam konteks kesejarahan kitab suci. Sebagaimana diketahui,
alQur‘an adalah kitab suci terakhir yang diturunkan Allah Swt kepada nabi dan
rasul-Nya. Ia diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw yang merupakan penutup
para nabi dan rasul. Tidak ada kitab suci lain sesudahnya.

Selain itu, al-Qur‘an juga berperan sebagai sarana ibadah untuk


mendekatkan diri kepada Allah Swt melalui membacanya dan menangkap pesan-
pesan yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, fungsi al-Qur‘an bagi manusia dapat
dirinci sebagai berikut:

1. Petunjuk bagi manusia

Fungsi pertama al-Qur‘an adalah sebagai petunjuk bagi manusia. Seperti


diketahui, fungsi utama sebuah kitab suci dalam agama dan keyakinan apapun
adalah menjadi pedoman bagi penganutnya. Begitu pula al-Quran, menjadi
pedoman bagi umat Islam. Meskipun begitu, al-Qur‘an menyatakan bahwa ia
bukan hanya menjadi petunjuk bagi kaum Muslimin, tapi juga bagi umat manusia
seluruhnya. Kemenyeluruhan misi al-Qur‘an ini tidak lepas dari kemenyeluruhan

7
misi Nabi Muhammad Saw yang diutus untuk seluruh manusia. . Hal ini
ditegaskan Allah Swt dalam firman-Nya, yaitu :

“Dan Kami (Allah) tidak mengutus kamu (Muhammad), melainkan kepada


umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi
peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui” (Q.S. Saba: 28).2

2. Penyempurna kitab-kitab suci sebelumnya

Al-Qur‘an juga berfungsi sebagai penyempurna kitab-kitab suci


sebelumnya. Fungsi ini hadir karena al-Qur‘an adalah kitab suci terakhir yang
diturunkan oleh Allah Swt kepada rasul dan nabi-Nya. Sebagai kitab suci terakhir,
al-Qur‘an membawa tugas menyempurnakan kitab-kitab suci terdahulu.
Rasionalitas di balik fungsi ini setidaknya bisa diterangkan melalui dua alasan.
Pertama, kitab-kitab suci terdahulu memang diturunkan untuk kaum tertentu dan
zaman yang terbatas. Kedua, dalam perkembangan sejarah, kitab-kitab suci
terdahulu tidak bebas dari perubahan dan penyimpangan.

Terkait fungsi al-Qur‘an sebagai penyempurna kitab-kitab suci


sebelumnya, ada tiga rincian tugas. Pertama, membenarkan adanya kitab-kitab
suci terdahulu; Kedua, meluruskan hal-hal yang telah diselewengkan dari kitab-
kitab suci tersebut; Ketiga, menjadi kitab alternatif untuk kitab-kitab suci yang
pernah ada.

3. Sumber pokok agama Islam

Sebagaimana diketahui, sumber agama Islam itu ada tiga, yakni: al-Quran,
Sunnah, dan Ijtihad. Al-Qur‘an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad. Sunnah adalah sabda, tindakan dan ketetapan Rasulullah
Muhammad. Sedangkan ijtihad adalah usaha sungguh-sungguh yang dilakukan
oleh ulama mujtahid untuk menyimpulkan hukum agama dengan tetap mengacu
kepada Al-Qur‘an dan Sunnah. Ada dua bentuk ijtihad yang disepakati oleh

2
Agus Salim Syukran, “FUNGSI AL-QUR’AN BAGI MANUSIA”, Vol.1, No.1 (Juni
2019): hl. 94-101

8
ulama, yaitu Ijma‘ (kesepakatan umat pasca wafatnya Rasulullah) dan Qiyas
(analogi).

Al-Qur‘an merupakan sumber pokok seluruh ajaran Islam. Yusuf al-


Qardlawi mengatakan bahwa al-Qur‘an adalah pokok Islam dan jiwanya. Dari al-
Quranlah diperoleh ajaran tentang keimanan (aqidah), ibadah, akhlak, dan prinsip-
prinsip hukum serta syariat.3

C. Metode Penafsiran
Metode adalah : Cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai
maksud. Dalam hal ini berarti berbicara menganai hubungan tafsir al-Qur’an
dengan media atau alat yang digunakan dalam menafsirkan al-Qur’an. Media
untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman teks-teks atas nash al-Qur’an
dapat berupa; nash (al-Qur’an dan alHadits), akal, ataupun intuisi. Metodologi
penafsiran ialah ilmu yang membahas tentang cara yang teratur dan terpikir baik
untuk mendapatkan pemahaman yang benar dari ayat-ayat Al-Qur’an sesuai
kemampuan manusia.

Jika ditelusuri perkembangan tafsir Al-Qur’an sejak dulu sampai sekarang,


maka akan ditemukan bahwa dalam garis besarnya penafsiran Al-Qur’an ini
dilakukan dalam empat cara (metode), sebagaimana pandangan Al-Farmawi,
yaitu : ijmaliy (global), tahliliy (analistis), muqaran (perbandingan), dan
mawdhu’iy (tematik). 13 Untuk lebih jelasnya di bawah ini diuraikan keempat
metode tafsir tersebut secara rinci, yaitu :

a. Metode Ijmali (Global)

metode al-Tafsir al-Ijmali (global) ialah suatu metoda tafsir yang


menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan cara mengemukakan makna global.
Dalam metode Ijmali seorang mufasir langsung menafsirkan Al-Qur’an dari awal
sampai akhir tanpa perbandingan dan penetapan judul, tidak ada ruang bagi
mufasir untuk mengemukakan pendapat serupa.

3
Agus Salim Syukran, “FUNGSI AL-QUR’AN BAGI MANUSIA”, Vol.1, No.1 (Juni
2019): hl. 104

9
b. Metode Tahliliy (Analisis)

Metode Tahliliy (Analisis) ialah menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan


memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat yang ditafsirkan itu
serta menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya, sesuai dengan
keahlian dan kecenderungan mufasir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut. Pola
penafsiran yang diterapkan para penafsir yang menggunakan metode tahlili
terlihat jelas bahwa mereka berusaha menjelaskan makna yang terkandung di
dalam ayat-ayat Al-Qur’an secara komprehenshif dan menyeluruh.

c. Metode Muqarin (Komparatif)

Pengertian metode muqarin (komparatif) dapat dirangkum sebagai berikut :

 Membandingkan teks (nash) ayat-ayat Al-Qur’an yang memiliki


persamaan atau kemiripan redaksi dalam dua kasus atau lebih, dan atau
memiliki redaksi yang berbeda bagi satu kasus yang sama;
 Membandingkan ayat Al-Qur’an dengan Hadits Nabi SAW, yang pada
lahirnya terlihat bertentangan;
 Membandingkan berbagai pendapat ulama’ tafsir dalam menafsirkan Al-
Qur’an.

Disini letak salah satu perbedaan yang prinsipil antara metode ini dengan
metode-metode lain. Hal ini disebabkan karena yang dijadikan bahan dalam
memperbandingkan ayat dengan ayat atau ayat dengan hadits, adalah pendapat
para ulama tersebut dan bahkan dalam aspek yang ketiga. Oleh sebab itu jika
suatu penafsiran dilakukan tanpa membandingkan berbagai pendapat yang
dikemukakan oleh para ahli tafsir, maka pola semacam itu tidak dapat disebut
“metode muqarrin”.

1
d. Metode Mawdhu’iy (Tematik)

Yang dimaksud dengan metode mawdhu’iy ialah membahas ayat-ayat


AlQuran sesuai dengan tema atau judul yang telah ditetapkan. Semua ayat yang
berkaitan, dihimpun. Kemudian dikahi secara mendalam dan tuntas dari berbagai
aspek yang terkait dengannya seperti asbab al-nuzul, kosa kata dan sebagainya.
Semuanya dijelaskan secara rinci dan tuntas, serta didukung oleh dalil-dalil atau
fakta yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah; baik argumen itu berasal
dari Al-Qur’an dan Hadits, maupun pemikiran rasional.

Yang menjadi ciri utama metode ini ialah menonjolkan tema, judul atau
topik pembahasan; sehingga tidak salah bila di katakan bahwa metode ini juga
disebut metode “topikal”. Jadi mufasir mencari tema-tema atau topik-topik yang
ada si tengah masyarakat atau berasal dari Al-Qur’an itu sendiri, ataupun dari
yang lain. Kemudian tema-tema yang sudah dipilih itu dikaji secara tuntas dan
menyeluruh dari berbagai aspek, sesuai dengan kapasitas atau petunjuk yang
termuat di dalam ayat-ayat yang ditafsirkan tersebut4

4
Hadi Yasin, “MENGENAL METODE PENAFSIRAN AL QURAN”, No.5 (January
2020): hl. 37, 40-49

1
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pentingnya studi sejarah dalam studi al-Qur’an sebagaimana disampaikan
oleh Manna’ al-Qaththan bahwa seseorang yang ingin memahami
alQur’an secara benar maka yang bersangkutan harus mempelajari sejarah
turunnya ayat-ayat al-Qur’an yang selanjutnya disebut dengan asbab al-
nuzul.
2. al-Qur‘an berperan sebagai sarana ibadah untuk mendekatkan diri kepada
Allah Swt melalui membacanya dan menangkap pesan-pesan yang ada di
dalamnya
3. Fungsi Al-Qur‘an Dilihat dari Nama-Namanya dan Dilihat dari
Kedudukannya
4. Secara garis besarnya ada empat cara (metode) penafsiran al-Qur’an yang
dipakai sejak dahulu sampai sekarang, yaitu :ijmaliy (global), tahliliy (analistis),
muqaran (perbandingan), dan mawdhu’iy (tematik)

Anda mungkin juga menyukai