Anda di halaman 1dari 11

TAREKAT, SEJARAH DAN

PERKEMBANGANNYA
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tasawuf

Dosen Pengampu:
Safria Andy

Oleh : Kelompok 5
Ade Fitriani 0401182015
Ria Parwati 0401182018

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah Swt. Tuhan yang telah menciptakan Alam
semesta dan segala isinya dengan begitu sempurna. Dan yang senantiasa
memberikan kita begitu banyak nikmat yang mana tidak ada yang dapat
memberikannya selain dia. Dan berkat nikmat waktu dan kesehatan yang masih
diberikankepada penulis sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Shalawat dan salam kepada baginda Rasulullah Saw. Yang hingga akhir
hayatnya masih memikirkan kebahagiaan umatnya. Dan berkat semua perjuangan
beliau,kita saat ini dapat berada dalam alam yang berpendidikan dan berilmu
pengetahuan.

Alhamdulillah, makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu, walaupun dengan


begitu banyak kekurangan. Makalah ini dibuat dengan memberikan sedikit
pengetahuan yang penulis miliki kepada pembaca tentang “Tarekat, Sejarah dan
Perkembangannya”

Pada makalah yang terdapat banyak kekurangan baik dalam ketikan,


penyusunan maupun hal lainnya. Maka penulis mengharapkan kritikan yang
konstuktif demi revisi dan pembenahan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap dan berdoa semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua dan menjadi amal jariyah yang bernilai pahala, Aamiin.

Medan, 2 juni 2020

penulis
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR..................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 1

C. Tujuan Penulisan ..............................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 2

A. Sejarah munculnya tarekat ..............................................................2

B. perkembanganTarekat ......................................................................3

C. Pengaruh Tarekat ..............................................................................7

BAB III PENUTUP........................................................................................ 10

A. Kesimpulan ..................................................................................... 11
B. Saran................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 12

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ajaran tarekat adalah salah satu pokok ajaran yang ada dalam tasawuf. Ilmu
tarekat sama sekali tidak dapat dipisahkan dengan ilmu tasawuf dan tidak
mungkindipisahkan dari kehidupan orang-orang sufi. Orang sufi adalah orang
yang menerapkan ajaran tasawuf. Dan tarekat itu sendiri adalah tingkatan ajaran
pokok dari tasawuf itu.
Tarekat secara amaliah (praksis) tumbuh dan berkembang semenjak abad-abad
pertama hijrah dalam bentuk perilaku zuhud dengan berdasarkan kepada Alqur’an
dan al-Sunah. Perilaku zuhud sebenarnya merupakan perwujudan dari salah satu
aspek yang lalzim ditmpuh dalam tarekat agar dapat sampai kepada Allah, yakni
Mujahadah. Tarekat merupakan perpaduan antara Iman dan Islam dalam bentuk
Ihsan.
Para tokoh sufi dalam tarekat, merumuskan bagaimana sistematika, jalan, cara
dan tingkat-tingkat jalan yang harus dilalui oleh para calon sufi atau muri tarekat
secara rohani untuk cepat bertaqarrub, mendekatkan diri kepada Allah Swt.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah munculnya Tarekat..?
2. Bagaimana perkembangan Tarekat..?
3. Apa pengaruh Tarekat?

C. Tujuan
1. Mengetahui sejarah munculnya tarekat.
2. Mengetahui perkembangan tarekat.
3. Mengetahui pengaruh tarekat.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah kemunculan Tarekat .


Lahirnya tarekat tidak terlepas dari keberadaan tasawuf secara umum, terutama
peralihan tasawuf yang bersifat personil kepada tarekat sebagai suatu organisasi,
yang emerupakan perkembangan, pengamalan serta perluasan ajaran tasawuf.
Kajian tarekat sendiri tidak mungkin terlepas dari kajian tasawuf.
Beraneka ragam asal kata tasawuf. Salah satu yang dipandang paling dekat
adalah kata Suf yang mengandung arti wol kasar. Pengertian ini dihubungkan
dengan seseorang yang ingin memasuki tasawuf mesti mengganti pakaian mewah
dengan kain wol kasar, yang melambangkan kesederhanaan dan ketulusan hamba
Allah dalam menjauhkan diri dari dunia materi dan memusatkan perhatian pada
alam rohani. Pada periode paling awal upaya semacam ini ditempuh oleh mereka
yang dikenal sebagai Zuhhad.1
Menurut terminologi, tasawuf merupakan upaya mendekatkan diri sedekat
mungkin kepada Allah, dengan menggunakan intuisi dan daya emosional spiritual
yang dimiliki manusia sehingga benar-benar merasa di hadirat-Nya. 2 upaya
pencapaian ini dilakukan melalui tahapan-tahapan panjang yang disebut Maqamat
dan Ahwal.
Pada tahapan selanjutnya, tasawuf mengalami perkembangan makna, yang
semula diamalkan secara individual, seperti yang terjadi pada masa awal islam
hingga abad ke 5-11. Namun dengan bertambahnya jumlah pengiut dalam
tasawuf, maka secara perlahan terjadi transformasi tasawuf dari semata sebagai
doktrin menjadi organisasi (tarekat) sepanjang abad ke 6 H/ 12 M dan hingga saat
ini.3
Secara harfiah thariqah, berarti jalan, mempunyai arti sama dengan syariah.
Banyak kosakata yang dapat diartikan dengan jalan, seperti Sabil, Shirat, Manhaj
atau minhaj,suluk atau maslak, nusuk atau mansak.4 Jadi terekat yang berasal dari
bahasa arab yaitu “Thariqah” memiliki banyak pengertian, satu diantaranya
seperti dikemukakan di atas yakni jalan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia
bermakna “jalan”, yakni jalan menuju kebenaran.5

1
J, Spencer Trimingham, Madzhab Sufi, terj. Lukman Hakim, (Bandung: Pustaka ,
1999), h.1-2.
2
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, cet.5 (Jakarta: UI Press,
1985), h.71.
3
Fazlur Rahman, Islam, terj. Ahsin Muhammad, (Bandung: Perpustakaan Salman
ITB,1984), h.226.
4
Nurkholis Majid, Fatsoen (Jakarta: Penerbit Republika, 2002), h.141.
Dari segi terminology pengertian tarekat dapat dilihat dari ungkapan
Zamakhsyari Dhofier yang mengartikannya sebagai suatu kelompok organisasi
(dalam lingkungan islam tradisional) yang melakukan amalan-amalan dzikir
tertentu dan menyampaikan sumpah yang formulanya telah ditentukan oleh
pimpinan organisasi tarekat tersebut.6 Sementara itu Trimingham
mendifinisikanya sebagai suatu metode praktis untuk menuntun, membimbing
seorang murid secara berencana dengan jalan pikiran dan tindakan, yang
terkendali secara terus menerus kepada suatu rangkaian tingkatan (Maqamat)
untuk dapat merasakan hakikat yang sebenarnya.
Pengertian yang hampir sama dikemukakan oleh al-jurjani, yaitu jalan atau
tingkah laku tertentu bagi orang-orang yang berjalan (beribadah) kepada Allah
melalui pos (Manazil), hingga sampai pada tingkat yang lebih tinggi disebut
stasiun (Maqamat). Lebih jauh, Harun Nasution mendifinisikan tarekat sebagai
jalan yang harus ditempuh sufi dalam tujuan berada sedekat mungkin dengan
Tuhan yang kemudian mengandung anti organisasi, syaikh, upacara ritual, dan
bentuk dzikir sendiri.
Pengertian lain tentang tarekat dikemukakan oleh Abbas Husain Basri, yaitu
suatu jalan yang ditempuh berdasarkan syariat Allah dan peraturannya, mengikuti
perintah Rasulullah Saw. Yang datang dengan segala petunjuk dan cahaya
kebenaran.
Dari pengertian diatas dpat disimpulkan, bahwa tarekat sebagai suatu rumusan
doktrin, metode dan teknik serta syarat tertentu yang dipercaya dapat membawa
orang pada pencapaian tujuan tasawuf. Tarekat merupakan institusi pendidikan
sufi yang dipola khusus untuk tujuan pembersihan hati dan pensucian jiwa.
Seseorang tidaklah cukup untuk dapat memahami dan mengamakan apa yang
menjadi tuntutan al-kitab dan al-sunnah tanpa menjadikan tarekat sebagai
sandaran. Tokoh-tokoh semisal al-Junayd al-Baghdadi, al-Qusyayri, al-Ghazali,
al-jaylani, al-Rifa’I, dan al-Dusuqi adalah sufi yang disepakati berjasa
enginspirasi lahirnya tarekat.

5
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia Depdikbud, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, cet.5 (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), h. 1012.
6
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, cet.6, (Jakarta: LP3ES, 1994), h. 135.
Kata Thariqah terdapat dalam Alqur’an sebanyak Sembilan kali dalam lima
surat yakni;
1. Q.S. An-Nisa ayat 168-169.
2. Q.S. Thaha ayat 77-104.
3. Q.S Al-Ahqaf ayat 30
4. Q.S Al-Mu’minun ayat 17
5. Q.S Al-Jin ayat 11-16.
Secara esensial iman adalah kepercayaan terhadap keesaaan Allah dan Islam
adalah tunduk dan patuh (al-Inqiyad wa al-Khudhu) terhadap segala kehendak
Allah. Islam mengatur keduanya dan mentransformasikannya kedalam apa yang
disebut Ihsan. Shufi-shufi besar telah memberikan batasan Tarekat sesuai dan
merujuk pada hadist tentang ihsan. Tarekat merupakan kebajikan atau ihsan pada
iman dan islam. Iman yang dibentuk oleh ihsan akan melahirkan ‘irfan’ dan
‘ma’rifat’ yang menembus dan menyentuh manusia. Apabila islam dilihat dari
aspek ihsan, ia akan menjadi kefanaan di hadapan Allah. Satu kesadaran dari
penyerahan diri secara total terhadap Allah dan kesadaran bahwa Allah adalah
segala-galanya dan manusia bukan apa-apa dihadapannya.
Komunitas sufi mengenal syariat sebagai bentuk penghambaan kepada Allah
yang dimulai dari tahapan Taubat, taqwa dan berakhir dengan Istiqomah.
Sementara tarekat dimaknai sebagai kelanjutan dari syariat, kana di dalam tarekat,
selain menghamba juga memiliki maksud untuk menuju dan mendekati Allah.
Bertarekat harus dimulai dengan proses perbaikan aspek batin dalam bentuk
kebiasaan berlaku ikhlas, jujur dan tuma’ninah. Oleh karenanya, bertarekat harus
dimulai dengan melenyapkan sifat-sifat hina dan menghiasi diri dengan berbagai
keutamaan batiniyah. Ketika seseorang sudah bertarekat dengan baik maka pintu
haqiqah pun akan terbuka baginya. Dia akan dikaruniai kemampuan Muraqabah
musyahadah,dan Ma’rifah.
B. Sejarah Perkembangan Tarekat
Terdapat banyak sekali tarekat yang muncul di Dunia Islam, tidak hanya
puluhan bahkan ratusan. Namun tidak semua tarekat tersebut berkembang di
Indonesia. Tarekat-tarekat yang berkembang di Indonesia adalah tarekat-tarekat
yang mengalami transmisi melalui guru-guru tarekat. Selain tarekat yang langsung
berafiliasi dengan tarekat utamanya juga ada tarekat yang merupakan kombinasi
dari beberapa tarekat. Dibawah ini beberapa tarekat besar dunia yang berkembang
di Indonesia yaitu:
1. Tarekat Naqsyabandiyah, tarekat ini didirikan oleh Muhammad bin
Muhammad Baha’ al-Din al-Bukhori al-Naqsyabandi (717/1318-
791/1389). Al-Naqsyabandi mendapatkan pendidikan ketarekatan dari guru
utamanya yaitu Baha al-Samasi dan Amir Kulal yang akhirnya dari
keduanya ia mendapat mandate dari tradisi Khawajagan.7
2. Tarekat Qadiriyah, tarekat ini didirikan oleh Syeh Ab al-Qadir al-Jailani
(1077-1166). Sebelum menjadi sufi Abd al-Qadir merupakan seorang
Qadhi dan juru dakwah mazhab Hambali. Tidak diketahui pasti alasan ia
menempuh jalan sufi, yang jelas ia belajar tasawuf pada seorang guru yang
bernama Abu al-Khayr Muhammad Bin Muslim al-Babas (W. 521/1131)
3. Tarekat Syattariyah,tarekat ini dinisbahkan pada tokoh yang
mempopulerkan dan berjasa mengembangkannya, Abdullah al-Syattari (W.
890 H/1485 M). ia adalah seorang ulama yang masih memiliki hubungan
kekeluargaan dengan Syihab al-Din Abu Hafs Umar Suhrawardi (W. 632
H/ 1234 M), ulama yang mempopulerkan tarekat Surahwardiyah8
4. Tarekat Syadziliyah, didirikan oleh Syeh Abu al-Hasan al-Syadzili (1196-
1258). Nama lengkapnya Ali Abdullah bin Abd al-jabar Abu al-hasan al-
Syadzili, silsilah keturunannya menyambung pada Ali bin Abi Thalib.
5. Tarekat Tijaniyah, didirikan oleh Abu al-Abbas Ahmad bin Muhammad bin
al-Muchtar at-Tijani (1737-1815). Menurut pengakuhannya Ahmad Tijani
memiliki nasab sampai pada Rasullullah.
C. Pengaruh Tarekat
Ada dua persefsi yang lazim berkembang Jam’iyah tarekat di Indonesia.
Pertama, tarekat dianggap sebagai fanatisme guru yang dapat berubah menjadi
fanatisme politik. Kedua, tarekat dinilai sebagai gejala depolitisasi,
upayamenghindarkan diri dari tanggung jawab social dan politik. Analisa ini
7
Fuad Said, Hakikat Tarekat Naqsabandiyah, (Jakarta: Pustaka al-Husnah Baru,
2003), h.23.
8
Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat Muktabarah di Indonesia, (Jakarta:
Penerbit Kencana,2005), h. 153.
cukup jelas memberikan pemahaman bahwa tarekat yang dikehendaki adalah
sebuah gerakan kaum sufi dalam kegiatan social keagamaan.
Dilihat dari aktivitas dan tujuannya, tarekat dapat dikategorisasikan menjadi
dua kategori besar. Pertama, tarekat sebagai gerakan purifikasi dengan penekanan
pada ascetisme yang sifatnya individualistik. Terhadap penilaian ini dibutuhkan
adanya kegiatan dan pengkajian yang lebih dalam arti berusaha kea rah
pemurnian, keselamatan dan kedamaian. Kedua, tarekat dijadikan sarana dialog
dengan lingkungan social politik, membentuk tingkah laku bersama dalam
menginterpretasikan lingkungan untuk dijawab dan diatasi.
Pada abad ke 9-10 H. kebanyakan sufi menjauhkan diri dari kehidupan politik
praktis dan semua yang bersangkutan dengan keduniaan. Tarekat telahmenjadikan
dirinya sebagai jalan untuk mencapai kesadaran ruhaniah. Bagi pengenut dan
pecintanya, tarekat dianggap sebagai jalan paling efektif dalam menghadapi
kemerosotan moral dan aspek-aspek spiritual dan kecenderungan-kecenderungan
dehumanisasi. Tarekat bermaksud menciptakan komunitas yang kokoh
spiritualitasnya serta melindungi dan menjaga nilai kemanusiaan dan keagamaan.
Tarekat dinilai dapat menandingi dari ekses sekularisme dan individualisasi.
Bagi masyarakat urban, tarekat bisa menjadi counter culture, budaya tandingan
terhadap arus teknologi informasi dan globalisasi yang sedang berkembang. Bagi
mereka, tarekat adalah institusi masyarakat yang sedang mengalami transformasi
kehidupan pedesaan menuju kehidupan perkotaan yang sedang mengalami
bbenturan budaya dan menyebabkan culture Shochk. Dengan tarekat mereka bisa
survive dan tidak kehilangan identitas diri sebagai muslim.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tarekat merupakan institusi pendidikan sufi yang dipola khusus untuk tujuan
pembersihan hati dan pensucian jiwa. Seseorang tidaklah cukup untuk dapat
memahami dan mengamakan apa yang menjadi tuntutan al-kitab dan al-sunnah
tanpa menjadikan tarekat sebagai sandaran.
Tarekat memiliki dua pengertian. Petama, tarekat bermakna jalan yang
ditempuh oleh seorang sufi untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Kedua, tarekat
bermakna semacam organisasi atau perkumpulan yang di dalamnya terdapat
syekh, upacara ritual dan dzikir-dzikir tertentu. Tarekat dalam pengertian pertama
bersifat individual sedangkan kedua bersifat kolektif.
Sejarah islam mencatat bahwa proses perjalanan tarekat dimulai dari
munculnya tasawuf pada abad ke-3/4 H. kendatipun hanya diamalkan sebagai
kegiatan pribadi, tanpa ada ikatan satu sama lain. Tetapi pada abad ke 6/7 H,
tasawuf mulai memiliki metode dan aturan khusus, semisal adanya sekelompok
murid dengan guru berkumpul dalam acara tertentu (Dzikir,khalwat), dan dari
sinilah tasawuf berubah bentuk menjadi organisasi yang disebut tarekat.
Ajaran tarekat seperti zuhud, warak, fakir, sabar, tawakal, ridlah, dan dzikir
bukan saja hanya mengandung aspek spiritual tetapi juga mengandung nilai
dimensi social yang tinggi, seperti hidup hemat dan kesederhanaan, tidak tamak
dan arogan, mencintai keadilan dan kejujuran, mencintai antar sesame, mawas diri
dan memiliki etos kerja yang tinggi.

B. Kritik dan Saran


Demikianlah hasil makalah kami, semoga dapat bermanfaat dan menambah
wawasan kita dalah pengetahuan Filsafat Islam. Kami meminta maaf apabila
terdapat kekurangan pada makalah ini. Sehingga kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk pembuatan makalah selanjutnya yang lebih
baik

DAFTAR PUSTAKA
J, Spencer Trimingham. 1999. Madzhab Sufi, terj. Lukman Hakim. Bandung:
Pustaka.
Harun Nasution. 1985. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI Press.
Fazlur Rahman. 1984. Islam, terj. Ahsin Muhammad. Bandung: Perpustakaan
Salman.
Nurkholis Majid.2002. Fatsoen. Jakarta: Penerbit Republika.
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia Depdikbud. 1995. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Zamakhsyari Dhofier. 1994. Tradisi Pesantren. Jakarta: LP3ES.
Fuad Said. 2003. Hakikat Tarekat Naqsabandiyah. Jakarta: Pustaka al-Husnah
Baru.
Sri Mulyati. 2005. Mengenal dan Memahami Tarekat Muktabarah di Indonesia.
Jakarta: Penerbit Kencana.

Anda mungkin juga menyukai