Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perang salib (1096-1291) terjadi sebagai reaksi dunia Kristen di
Eropa terhadap Dunia Islam di Asia, sejak 632 M. Reaksi tersebut di
anggap sebagai pihak “penyerang” bukan saja di Siria dan Asia kecil,
tetapi juga di Spanyol dan Sisilia. Disebut salib, karena ekspedisi militer
kristen mempergunakan salib sebagai simbol pemersatu untuk
menunjukkan bahwa peperangan yang mereka lakukan adalah perang suci
dan bertujuan untuk membebaskan kota suci Baitulmakdis (Yerussalem)
dari tangan orang-orang islam.1
Perang salib berlangsung selama kurang lebih dua abad. Perang ini
dimulai dari perang salib I sampai perang salib VIII yaitu dari tahun 1095-
1291. Perang salib adalah penyerangan dari kefanatikan Kristen yang di
koordinir oleh Paus yang mempunyai tujuan untuk merebut kota suci
Palestina dari tangan kaum Muslimin. Selain itu, perang ini di sebabkan
oleh beberapa faktor lain yakni faktor agama, politik, sosial, dan ekonomi.
Perang Salib merupakan suatu peperangan yang di lancarkan oleh
orang-orang kristen Barat terhadap kaum muslimin di Asia Barat dan
Mesir, yang di mulai pada akhir abad ke sebelas sampai akhir abad ketiga
belas. Philip K. Hitti berpendapat bahwa latar belakang terjadinya perang
Salib karena reaksi dunia Kristen di eropa terhadap dunia Islam di Asia,
yang sejak tahun 632 melakukan ekspansi, bukan saja ke Syiria dan Asia
kecil, tetapi juga di Spanyol dan Sisilia. Faktor lain ada keinginan
mengembara dan bakat kemiliteran suku Teutonia yang telah mengubah
peta Eropa sejak mereka memasuki lembaran sejarah penghancuran gereja,
Holy Sepulchre adalah sebuah gereja yang di dirikan di atas makam Yesus
di kubur, pembangunan di lakukan oleh Khalifah Tathimiyah Al-Hakim
pada tahun 1009, sedangkan gereja merupakan tujuan dari beribu-ribu
jamaah Eropa, perlakuan tidak wajar terhadap jamaah Kristen yang akan
ke Palestina melalui Asia Kecil oleh penguasa Saljuk.2
1
Dedi Supriadi, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008), h. 171.
2
Fadil, Pasang Surut Peradaban Islam Dalam Lintasan Sejarah (Malang: Malang Press,
2008), h. 222.

1
Pada masa pemerintahan Abbasiyah, wilayah kekuasaannya tidak
pernah di akui di daerah Spanyol dan daerah Afrika Utara. Kecuali Mesir
yang bersifat sebentar-sebentar, bahkan pada kenyataannya, terdapat
banyak daerah yang di kuasai oleh Khalifah. Hal itu di karenakan seorang
Khalifah dari Abbasyiyah tidak mengurus daerah yang sudah di taklukan,
hanya sekedar perluasan dan pendirian saja. Selain itu para Khalifah
Abbasyiyah pada periode terakhir cenderung hidup bermewah-mewah.3
Faktor-faktor di atas menyebabkan beberapa golongan yang tidak
sepaham dengan Dinasti Abbasyiyah mendirikan negara ataupun kerajaan
sendiri. Diantaranya Thahiriyah di Khurasan, Samaniyah di Transoxania,
Buwaaihiyah di Baghdad, Ayubiyah di Kurdi, fatimiyah, di Mesir, hingga
Seljuk yang menduduki lima daerah besar.4 Pada mulanya ketika Palestina
berada pada kekuasaan Dinasti Fatimiyah, tidak ada pertentangan dari
penduduk pribumi. Karena kerajaan Fatimiyah memberikan kebebasan
penduduk pribumi yang notabene beragama Kristen, kebebasan yang di
berikan berupa jaminan keselamatan dan jaminan kebebasan menjalankan
ritual keagamaan mereka di kota suci Yerussalem. Akan tetapi hal ini
berbeda ketika Yerussalem telah di taklukan oleh kerajaan Seljuk.5
B. Rumusan Masalah
1. Apa Penyebab Terjadinya Perang Salib ?
2. Berapa Lama Periodisasi Perang Salib ?
3. Bagaimana Dampak Perang Salib Terhadap Dunia Islam ?
C. TujuanPenulisan
1. Untuk Mengetahui Penyebab Terjadinya Perang Salib.
2. Untuk Mengklasifikasikan Periodisasi Perang Salib.
3. Untuk Menjelaskan Dampak Perang Salib Terhadap Dunia Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sebab-sebab terjadinya Perang Salib
3
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), h. 63.
4
Yatim, Sejarah, h. 6.
5
Karen Amstrong, Islam: A Short History, Trj. Ira Puspito Rini, Sepintas Sejarah Islam
(Surabaya: Ikon Teralitera, 2004), h. 113.

2
Ketika perang salib di lancarkan oleh orang-orang Kristen Eropa
terhadap orang-orang Islam di Asia Barat dan Mesir, umat islam di mesir,
umat islam di spanyol menadapat serangan dari Negara kristen
tetangganya dari utara. Ada dua faktor utama yang mengawali penyerbuan
kristen terhadap Islam Spanyol. Pertama, timbulnya perpecahan yang
sering di kalangan umat islam di tandai oleh lahirnya imarat kecil, kedua,
bersatunya umat kristen di utara Spanyol, terutama di daerah Prancis.6
Pendapat lain mengatakan bahwa cikal baka tejadinya perang salib
adalah karena ke khawatiran orang byzantium atas serangan dinasti seljuk
yang ingin menyerang byzantium yang hendak menguasai pertanian di
byzantium. Sehingga kaisar bizantium yakni Alexius Commenus meminta
bantuan Paus Urbanus II untuk menggerakkan kaum kristen untuk
membantu mereka untuk menghalau kedatangan seljuk. Paus Urbanus
akhirnya emenuhi permintan kaisar bizantium. Paus Urbanus II kemudian
mengumpulkan kaum kristen untuk meyerang kaum Islam.7 Sultan
Salahuddin Al-ayyubi, panglima islam paling terkenal dalam perang-
perang ini, berkuasa di mesir dan kemudian Syria. Kekuasaan yang di
tinggalkannya kemudian di warisi oleh para keturunan dan penggantinya,
kaum Mamluk.
Dalam pidatonya,, Paus Urbanus II mengobarkan semangant umat
Kristen dengan cara menyatakan bahwa dengan mengikuti perang Salib,
maka dosa-dosa yang lalu akan di ampuni dan di jamin masuk surga,
selain itu keluarga pejuang parang salib akan mendapat jaminan hidup dan
keselamatan. Sehingga para pejuang perang salib tidak hanya berasal dari
daerah Roma saja, akan tetapi berasal dari kerajaan-kerajaan di Eropa,
mulai dari relawan rakyat biasa pedagang, petani bahkan para perampok
yang ingin masuk surga.8
Perang salib berlangusng selama kurang lebih 2 abad, dimulai dari
perang Salib I ssampai perang Salib VII yaitu dari tahun 1095-1291 M.

6
Fadli, Pasang Surut Peradaban Islam Dalam Lintasan Sejarah (Malang: Malang Press,
2008), h. 222.
7
Abu Su’ud Islamologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 100.
8
Syamsul Bakri, Peta Sejarah Peradaban Islam (Yogyakarta: Fajar Media Press, 2001),
h. 109.

3
Akar pergerakan kaum Salib ini bersumber dari situasi dan kondisi
keagamaan, sosial, ekonomi dan politik. Mereka memanfaatkan agama
sebagai generator dan bahan bakar utam untuk mewujudkan tujuan-tujuan
rakus mereka. Adapun sebab-sebab terjadinya peran salib secara rinci
antara lain sebagai berikut:

1. Faktor Agama
Faktor agama merupakan salah satu faktor penting yang
mendorong pasukan salib menuju pusaran konflik, diantara bukti-bukti
yang menunjukkan sisi agama adalah bahwa mereka meamsang tanda
Salib pada persenjataan mereka dn perlengkapan mereka, dan mereka pun
bergerak menuju palestina.9 Diantara deasa-desus yang di kemangkan
dalam perang ini adalah bahwa para jama’ah kristen mengalmai berbagai
penindasan dan kekejaman dari umat islam dalam perjalanan mereka ke
baitul Maqdis sebelum perang Salib bergejolak. Propaganda ini juga
merupakan kebohongan belaka.
Di rebutnnya Baitul Maqdis (471 H/ 1070 M) oleh dinasti Seljuk
dari kekuasaan Fathimiyah yang berkedudukan di Mesir menyebakan
kaum Kristen merasa tidak bebas dalam menunaikan ibadah di tempat
sucinya. Karena dinasti seljuk menerapkan peraturan peraturan yang
sangat ketat kepada para umat Kristiani ketika hendak beribadah kepada di
Tanah Suci (Baitul Maqdis). Hingga mereka yang baru pulang dari
beribadah ke Baitul Maqdis selalu mengeluh akan sikap buruk Dinasti
Seljuk yan terlalu fanatik.
Kedengkian kaum salib terhadap islam dan umat islam, di mana
umat islam berhasil merebut sebuah wilayah yang sebelumnya mereka
kuasai dan membeabskan budak-budak yang berada di bawahnya, serta
merebut sebuah pemerintahan dari mereka. Sehingga situasi dan kondisi
semacam itu semakin mempertebal kedengkian dan jiwa mereka terhadap
umat islam. Api kemarahan dan permusuhan pun semakin membakar jiwa
mereka. Mereka menunggu waktu dan kesempatan untuk dapat merebut
9
Ali Muhammad Ash-Shalabi , Bangkit dan Runtuhnya daulat Bani Saljuk (Jakarta :
Pustaka Al-Kautsar, 2014), h. 769.

4
kembali kekuasaan mereka yang hilang., membalas dendam terhadap
orang-orang yang menyengsarakan mereka dan menghancurkan
pemerintahan-pemerintahan yang telah mereka bangun.
Para pemimpin politik kristen tetap saja masih berfikir keuntungan
yang dapat di ambil dari konsepsi mengenia perang salib, dan untuk
memperoleh kembali keleluasaannya berziarah ke tanah suci Yerusallem.
Pada tahun 1095 M, Paus Urbanus II berseru kepada umat Kristen di
Eropa, supaya melakukan perang suci. Seruan Paus Urbanus II berhasil
memikat banyak orang-orang Kristen karena dia menjanjikan sekaligus
menjamin, barang siapa yang melibatkan diri dalam perang suci tersebut
akan terbebas dari hukuman dosa.

2. Faktor Politik
Perang Salib merupakan perang Suci bagi umat kristiani, ungkapan perang
salib merupakan perang suci yang di buat oleh kedok oleh para pemimpin
Roma, karena faktor sebenarnya dari perang Salib bukan karena atas nama
agama akan tetapi karena faktor yang lebih mendominasi adalah karena
faktor politik dan ekonomi. Sehingga beberapa relawan perang salib tidak
melakukan perang atas nama tuhan, akan tetapi karena kepentingan
pribadi masing-masing.10
Kekalahan bizantium di Manzikart pada tahun 1071 M, dan
jatuhnya Asia kecil di bawah kekuasaan Saljuk telah mendorong Kaisar
Alexius I Comneus (Kaisar Bizantium) untuk meminta bantuan Paus
Urbanus II, dalam ussahanya untuk mengembalikan kekuasaannya di
daerah-daerah pendudukan Dinasti Saljuk. 11 Perang Salib merupakan
puncak sejumlah konflik antar negara-negara Barat dan negara-negara
Timur, maksudnya antara umat Islam dan umat Kristen. Dengan
perkembangan dan kemajuan yang pesat menimbulkan kecemasan pada
tokoh-tokoh Barat. Sehingga mereka melancarkan serangan terhadap umat

10
Syamsul Bakri, Peta Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Fajar Media Press, 2011),
h. 109.
11
Nasution Sejarah, vh. 268.

5
Islam. Situasi yang demikian mendorong penguasa-penguasa Kristen di
Eropa untuk merebut satu-persatu lainnya.
Selain itu, kondisi kekuasaan Islam pada saat itu sedang melemah.
Sehingga orang-orang kristen Eropa berani untuk melakukan
pemberontakan dengan cara perang salib, yakni ketika Dinasti Seljuk di
Asia kecil sedang mengalami perpecahan, Dinasti Fathimiyah di Mesir
sedang dalam keadaan lumpuh, sedangkan Islam di spanyol semakin
goyah. Keadaan ini semakin parah dengan pertentangan segitiga antara
Khalifah Fathimiyah di Mesir, Khalifah Abbasyiyah di Baghdad, dan
Khalifah Abbasiyah di naghdad, dan khalifah Umayyah di Cordova.

3. Faktor Sosial
Pada abad pertengahan masyaraat Eropa terdiri dari tiga kelas
sosial yaitu :
a. Kelompok agamawan, kelompok ini terdiri dari paderi dan pendeta,
kelompok kecil yang berpengaruh dalam membentuk lembaga kekuasaan
politik dan bangsawan.
b. Kelompok askar, kelompok ini meliputi perwira dan pahlawan, kelompok
agamawan dan kelompok Aksar menguasai masyarakat.
c. Kelompok petani, kelompok ini terdiri dari petani dan hamba, menjadi
kelompok besar yang sering tertindas dan terpaksa bersusah payah bekerja
bagi memenuhi keperluan kelompok agamawan dan kelompok Askar,
sehingga kehidupan mereka selalu di bayang-bayang rasa ke khawatiran.

Dengan adanya seruan untuk perang membuat mereka


bersemangat. Dengan harapan agar mereka bisa memiliki kedudukan yang
lebih baik lagi, selain itu mereka di beri janji untuk mendapatkan
kebebasan dan kesejahteraan yang lebih baik.12

12
Sami bin Abdullah Al-Maghluts, Atlas Perang Salib (Kuala Lumpur: Pts Publications :
2015) h. 13.

6
Sementara itu stratifikasi sosial yang terdapat pada masyarakat
eropa yang terbagi kepada tiga tingkat yaitu kaum gereja, kaum
bangsawan dan kaum jelata. Rakyat jelata dianggap sebaga kaum
mariginal dan tidak memiliki kedudukan apapun dalam masyarakat
kehidupan mereka sangat tertindas, dan harus mengikuti apa kata tuan
tanah, sehingga mereka selalu di bayang-bayangi rasa ke khawatiran.
Dengan adanya seruan untuk perang membuat mereka bersemangat.
Dengan harapan agar mereka bisa memiliki kedudukan yang lebih baik
lagi, selain itu, mereka di beri janji untuk mendapatkan kebebasan dan
kesejahteraan yang lebih baik.

4. Faktor Ekonomi
Kaum muslimin telah menguasai jalur perdagangan di laut tengah
semenjak abad ke X. Dengan keadaan tersebut para pedagang eropa yang
mayorits kristen merasa terganggu atas kehadiran pasukan muslimin,
sehingga mereka mempunyai rencana untuk mendesak kekuatan kaum
muslimin di laut itu.
Hal ini di dukung dengan adanya ambisi yang sangat luar biassa
dari para pedagang-pedagang besar yang berada di pantai laut timur tengah
(venezia, Genoa, dan Piza) untuk menguasai sejumlah kota-koa dagang di
sepanajgn pantai timur dan selatan aut tengah, sehingga dapat memperluas
jaringan dagang mereka, untuk itu mereka rea menanggung sebagian besar
dana perang Salib dengan maksud menjadikan kawasan itu sebagai pusat
perdagangan mereka, karena jalur eropa akan bersambung dengan rute-
rute perdagangan di timur melaui jalur strategis.13
Strata sosial juga berpengaruh pada faktor ekonomi. Hal ini karena
ada sebuah tradisi bahwa pewaris harta adalah anak tertua, ketika anak
tertua meninggal maka semua harta akan di serahkan kepada gereja. Hal
ini menyebabkan populasi kemiskinan di Eropa semakin tinggi, sehingga
ketika ada seruan untuk melakukan perang Salib mereka mendapatkan
secercah harapan untuk perbaikan ekonomi.
13
Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam (Medan: Wal Ashri Publishinh, 2011), h. 159.

7
Perang salib merupakan perang Suci bagi umat kristiani, akan
tetapi perang Salib sebagai perang suci hanyaah sebagai kedok pemimpin
gereja Roma, karena sebenarnya faktor dan tujuan perang salib hanyalah
tujuan politik dan ekonomi. Sehingga beberapa relawan perang salib juga
tidak hanya perang atas nama tuhan, akan tetapi karena kepentingan
masing-masing.14 Saat perang Salib, tentara kristen, Jerman, Yahudi
membantai orang islam di jalan-jalan. Berbalik 180 derajat dengan
perlakuan pasukan Islam terhadap pasukan kristen. Padahal islam biasanya
memperlakukan negara kristen jajahannya dengan baik bahkan mereka di
beri jabatan dalam pemerintahan.15 Berdasarkan uraian di atas dapat di
pahami bahwa banyak faktor-faktor yang melatar belakangi terjadinya
perang Salib.

B. Periodesasi Perang Salib


Perang Salib terjadi dalam kurun waktu yang sangat lama.
Peritistiwa itu terjadi mulai abad ke-11 hingga abad ke-13. Dalam
beberapa referensi ada yang mengatakan bahwa perang Salib mempunyai
9 fase dalam sumber lain di sebutkan hanya 8 dan 7 bahkan ada yang
menyebutkan hanya 3 fase. Berikut ini di paparkan 9 periodisasi perang
Salib dan sekilah menjelaskan tentang 3 periode perang Salib.
1. Perang Salib I (1095-1099 M)
Periode pertama Perang Salib disebut sebagai periode penaklukan.
Jalinan kerja sama antara Kaisar Alexius I dan Paus Urbanus II,
berhasil membangkitkan semangat umat Kristen, terutama akibat pidato
Paus Urbanus II, pada consili clermont pada tanggal 25 November 1095
pada saat itu Paus Urbanus II mengatakan “Orang-orang Turki adalah
ras yang terkutuk, ras yang sungguh-sungguh jauh dari Tuhan, orang-
orang yang hatiya sungguh tidak mendapat petunjuk dan jiwanya tidak
diurus Tuhan. Memunuh para monster ini adalah tindakan suci, Orang
Kristen wajib memusnahkan ras keji ini dari negeri kita.” Sambutan
terhadap seruan Paus Urban itu sungguh luar biasa. Pada musim semi
14
Bakri, Peta, h. 109.
15
Su’ud, Islamologi, h. 101.

8
tahun 1096, berangkatlah lima pasukan yang terdiri atas 60.000 tentara.
Gerakan ini merupakan gerakan spontanitas yang diikuti oleh berbagai
kalangan masyarakat Kristiani. Di sepanjang jalan menuju
Constantinople mereka membuat kebenaran bahkan terjadi bentrok
dengan penduduk Hongaria dan Byzantium.
Pidatonya ini bergema keseluruh penjuru Eropa yang
mengakibatkan seluruh negara Kristen mempersiapkan berbagai
bantuan untuk mengadakan penyerbuan. Gerakan ini merupakan
gerakan spontaitas yang diikuti oleh berbagai kalangan masyarakat.
Gerakan ini dipimpin oleh Pierre I’Ermite. Sepanjang jalan menuju
Kontanstinopel, mereka membuat keonaran, melakukan perampokan
dan bahkan terjadi bentrokan dengan penduduk Hongaria da Bizantium,
akhirnya dengan mudah pasukan Salib dapat dikalahkan oleh pasukan
Dinasti Seljuk.16
Pasukan Salib angkatan berikutnya dipimpin oleh Godfrey,
Bohemond, dan Raymond. Gerakan kali ini merupakan ekspedisi
militer yang terorganisasi dan rapi, dan mereka memperoleh
kemenangan yang besar menaklukkan Nicea pada tanggal 18 Juni 1097
M dan tahun 1098 M menguasai Raha (Edessa). Disini mereka
mendirikan kerajaan Latin I dengan Baldawin sebagai raja. Pada tahun
yg sama mereka dapat menguasai Antiochea dan mendirikan Latin II di
Timur dengan Bahemond sebagai raja. Mereka juga berhasil menduduki
Baitul Maqdis pada tanggal 15 Juli 1099 M dan mendirikan kerajaan
Latin III dengan rajanya Godfrey. Selanjutnya mereka berturut turut
menguasai kota Akka pada tahun 1104 M,Tripoli tahun 1109 M dengan
mendirikan kerajaan Latin IV dan rajanya Raymond, kemudian Tirey
pada tahun 1124 M.17
Pasukan Godfrey ini melakukan pembantaian besar besaran
selama satu minggu terhadap umat Islam. Disamping itu mereka
membumihanguskan bangunan bangunan umat islam, sebelum pasukan
ini menduduki Baitul Maqdis, mereka terlebih dahulu menaklukkan
16
SitiZubaidah,SejarahPeradaban Islam, …, h.161
17
BadriYatim, SejarahPeradaban Islam (Dirasah Islamiyah II), …, h.77

9
Anatolia, Tartur, Aleppo, Tripoli, Syam, dan Acre. Kemenangan
pasukan salip dalam priode ini telah mengubah peta situasi Dunia Islam
kawasan itu.
2. Perang salib II (1147 1149 M
Perang salib II juga terjadi sebab bangkitknya Bani Seljuk dan
jatuhnya Halab (Aleppo), Edessa, dan sebagian Negeri Syam ketangan
Imaddudin Zanky (1144 M). Setelah Imaddudin meninggal, ia
digantikan oleh putranya yang bernama Nuruddin dan dibantu oleh
Salahuddin hingga tahun 1147 M. Perang salib II ini dipimpin oleh
Lode Wiyk VII atau Louis VII (Raja Perancis), Bernard De Clayirvaux
dan Concrad III dari Jerman. Laskar Islam yang terdiri dari bangsa
Turki, Kurdi, dan Arab dipimpin oleh Nuruddin Sidi Saefuddin Gazi
dan Mousul dan dipanglimai oleh Salahuddin Yusuf Ibn Ayub. Pada
tanggal 4 Juli 1187 terjadi pertempuran antara pasukan Salahuddin
dengan tentara salib di Hittin dengan Baitul Maqdis. Dalam
pertempuran ini kaum muslimin dapat menghancurkan kaum salib
sehingga Raja Baitul Maqdis dan Ray Mond tertawan dan dijatuhi
hukan mati. Kemenangan Salahuddin dalam peperangan ini
memberikan peluang besar untuk merebut kota kota lainnya, termasuk
Baitul Maqdis, Yerussalem, Al Qudus. Pada saat kota Yerussalem
direbut tentara salib, mereka melakukkan pembunuhan besar besaran
terhadap orang islam, tetapi kota itu direbut kembali oleh Salahuddin,
kaum muslimin tidak melakukan pembalasan terhadap mereka, bahkan
memperlakukan mereka dengan baik dan lemah lembut. 18
Pada saat Baitul Maqdis kembali ke tangan umat Islam
kembalilah suara adzan berkumandang dan loceng gereja berhenti
berbunyi serta salib emas diturunkan dari kubah Sakrah. Dalam priode
ini disebut sebagai priode reaksi umat Islam atas jatuhnya beberapa
wilayah kekuasaan Islam ketangan tentara salib telah membangkitkan
kesadaran kau muslimin untuk menghimpun kekuatan guna menghadap
tentara salib. Dibawah komando Imaduddin Zangi, gubernur Mousul,

18
Siti Maryam, SejarahPeradaban, …, h. 116

10
kaum muslimin bergerak membendung serangan pasukan salib bahkan
mereka berhasil merebut kembali Aleppo, Adessa (Ar Ruha’) pada
tahun 1144 M. Setelah Imaduddin Zangi wafat, posisinya digantikan
putranya Nuruddin Zangi, dia meneruskan perjuangan ayahnya untuk
membebaskan negara negara Timur dari cengkraman tentara salib. Kota
kota yang berhasil dibebaskan antara lain Damaskus (1147 M), Antiok
(1149 M), dan Mesir (1169 M). Keberhasilan kaum muslimin meraih
berbagai kemenangan, terutama selama munculnya Salahuddin Yusuf
Al Ayyubi (Salahuddin) di Mesir, yang berhasil membebaskan Baitul
Madis pada tanggal 2 Oktober 1187. Hal ini membuat tentara salib
membangkitkan kembali basik kekuatan mereka sehingga mereka
menyususn kekuatan dan mengirim expedisi militer yang lebih kuat.
Dalam expedisi ini dikomandoi oleh raja raja Eropa yang besar,
Frederick I ( The Lion Heart, Raja Inggris) dan Philip II (Augustus,
Raja Prancis).
Expedisi militer salib kali ini dibagi dalam beberapa defisi,
sebagian menempuh jalan darat dan yang lainnya menempuh jalur laut.
Frederick yang memimpin definisi darat tewas tenggelam dalam
penyebrangannya disungai Armenia, dekat kota Ar Ruha’, sebagian
tentaranya kembali kecuali beberapa orang yang terus melanjutkan
perjalanannya dibawah pimpinan purta Frederick. Adapun defisi yang
menempuh jalur laut menuju Sicilia yang dipimpin Ricard dan Philip II,
mereka bertemu pasukan Salahuddin, terjadilah peperangan sengit,
karena kekuatan tidak berimbangan, maka pasukan Salahuddin mundur,
dan kota Acre ditinggalkan oleh pasukan Salahuddin dan menuju ke
Mesir untuk mempertahankan daerah itu. Dalam keaadaan demikian
kedua belah pihak melakukan genjatan senjata dan membuat suatu
perjanjian damai, inti perjanjian damai tersebut adalah: ”Daerah
pedalaman akan menjadi milik kaum Muslimin dan umat Kristen, yang
akan ber ziarah ke Baitul Maqdis akan terjamin keamanannya,
sedangkan daerah pesisir Utara, Acre dan Jafa berada didaerah
kekuasaan tentara salib.” Tidak lama kemudian setelah perjajian

11
disepakati, Salahuddin wafat pada bulan Safar 589 H atau Februari
1193 M.
3. Perang Salib III

Setelah Salahuddin wafat dan digantikan oleh saudaranya,


Sultan Adil. Salahuddin wafat setelah berhasil mempersatukan umat
Islamdan mengembalikan Baitul Maqdis ketngan umat Islam. Periode
ini lebih dikenal denga periode perang saudara kecil-kecilan atau
periode kehancuran didalam pasukan Salib sendiri. Hal ini disebabkan
karena periode ini lebih disemangati oleh ambisi politik untuk
memperoleh kekuasaan dan sesuatu yang bersifat material dan motivasi
agama. Tujuan mereka untuk membebaskan Baitul Maqdis seolah-olah
mereka lupakan, hal ini dapat dilihat ketika pasukan Salib yang
disiapkan menyerang Mesir (1202-1204 M) ternyata mengubah haluan
menuju Constantinopel, kota ini di rebut dan diduduki lalu dikuasai
oleh Baldwin sebagai rajanya yang pertama. Dalam periode ini telah
terukir dalam sejarah yaitu munculnya pahlawan wanita yang terkenal
dan gagah berani yaitu Syajar Ad-Durr, dia berhasil menghancurkan
pasukan Raja Lois IX, dari Prancis dan sekaligus menangkap raja
tersebut. Dalam periode ini pasukan Salib selalu menderita kekalahan.19

Meskipun demikian mereka telah mendapatkan hikmah yang


sangat besar, mereka dapat mengetahui kebudayaan dan peradaban
Islam yang sudah sedemikian majunya, bahkan kebudayan dan
peradaban Islam yang sudah sedemikian majunya, bahkan kebudayaan
dari Timur-Islam menyebabkan lahirnya renaisence di Barat.

4. Perang Salib IV (1202-1204 M)

Tentara Salib berpendapat bahwa jalan untuk merebut kembali


Baitul Maqdis adalah harus dikuasai terlebih dahulu keluarga Bani
Ayyub di Mesir yang menjadi pusat persatuan Islam ketika itu. Oleh
karena itu, Tentara Salib memusatkan perhatian dan kekuatannya untuk

19
Siti Maryam, SejarahPeradaban, …, h. 117

12
menguasai Mesir. Akan tetapi, perang Salib IV ini dilakukan atas kerja
sama dengan Venesia dan bekas Kaisar Yunani. Tentara Salib
menguasai Konstantinopel (1204 M) dan mengganti kekuasaan
Bizantium dengan kekuasaan latin disana. Pada waktu itu Mesir
diperintah oleh Sultan Salib, maka dikuatkanlah perjanjian dengan
orang-orang Kristen pada tahun 1203-1204 M dan 1210-1211 M. Isi
perjanjian itu adalah mempermudah orang Kristen ziarah ke Baitul
Maqdis dan menghilangkan permusuhan antara kedua belah pihak.

5. Perang Salib V (1217-1221 M)

Perang Salib V tetap berada di Konstantinopel dan tidak henti-


hentinya terjadi konflik dengn pihak Kaisar. Peran Salib V dipimpin
oleh Jaende Brunne Kardinal Pelagius serta Raja Hongaria, meskipun
pada tanggal 5 November 1219 kota pelabuhan Damietta mereka rebut,
namun dalam perjalanan ke Kairo pada tanggal 24 Juli 1221 mereka
membuat kekacauan di Al-Masura (tepi sungai Nil) kemudian mereka
pulang kampung.

6. Perang Salib VI (1228-1229 M)

Perang Salib VI dipimpin oleh Frederick II dari Hobiens Taufen,


Kaisar Jerman dan Raja Itali dan kemudian menjadi raja muda
Yerussalem lantaran berhasil menguasai Yerussalem tidak dengan
perang tapi dengan perjanjian damai selama 10 tahun dengan Sultan
Al-Malikul Kamil, keponakan Salahuddin Al-Ayyubi, namun14 tahun
kemudian yakni pada tahun 1244 kekuasaan diambil alih oleh Sultan
Al-Malikul Shaleh Najamuddin Ayyub beserta Kallam dan Damsyik.20

7. Perang Salib VII (1248-1254 M)

Peperangan ini dipimpin oleh Raja Louis IX dari Prancis pada


tahun 1248, namun pada tahun 1249 tentara Salib berhasil menguasai
Damietta (Damyat). Dimasa inilah pemimpin angkatan perang Islam,
Malikul Shaleh mangkat kemudian digantikan oleh putranya Malikul
20
Siti Maryam, SejarahPeradaban, …, h. 253

13
Asraff Muzafaruddin Musa. Ketika Louis IX gagal merebut Antiock
yang dikuasai Sultan Malik Zahir Bay Bars pada tahun 1267/ 1268, lalu
hendak merebut Tunis, ia beserta pembesar-pembesar penggiringnya
ditawan oleh pasukn Islam pada 6 April 1250 dalam satu pertempuran
di perairan Mesir, setelah mereka memberi uang tebusan, maka mereka
di bebaskan oleh Tentara Islam dan mereka balik ke negerinya.

8. Perang Salib VIII (1270 M)

Dalam perang Salib VIII yaitu pada tanggal 25 Agustus 1270 ini
Louis IX telah binasa di timpa penyakit (riwayat lain menyebutkan ia
terbunuh). Akhirnya pada tahun 1492 Raja Ferdinan dan Ratu Islabella
sukses menendang umat Islam dari Granada, Andalusia. Riwayat lain
juga menjelaskan bahwa Perang Salib VIII ini tidak sempat terbentuk
karena kota terakhir, yakni Aere yang diduduki oleh tentara Salib
malahan berhasil dikuasai oleh Malikul Asyraf (Putra Malikul Shaleh).
Dengan demikian terkuburlah Perang Salib oleh Perang Sabil. Tetapi
meskipun Perang Konvensional dan Frontal itu sudah berakhir secara
formal, namun sesungguhnya perang jennis lain yang kualitasnya lebih
canggih terus saja berlagsung seiring dengan kemajuan zaman.

9. Perang Salib IX (1271-1291 M)

Pada tahun1219 M, meletus kembali peperangan yang dikenal


dengan perang Salib periode keenam, dimana tentara Kristen dipimpin
oleh Raja Jerman, Fredick II, mereka berusaha merebut Mesir lebih
dahulu sebelum ke Palestina, dengan harapan dapat bantuan dari orang-
orang Kristen Koptik. Dalam serangan tersebut, mereka berhasil
menduduki Dimyath, raja Mesir dari Dinasti Ayyubiyah waktu itu, al-
Malik al-Kamil, membuat perjanjian dengan Frederick. Isinya antara
lain Frederick bersedia melepaskan Dimyat, sementara al-Malik al-
Kami melepaskan Palestina, Frederick menjamin keamanan kaum
Muslimin disana dan Frederick tidak mengirim bantuan kepada Kristen
di Syiria. Dalam perkembangan berikutnya, Palestina dapat direbut

14
kembali oleh kaum muslimin tahun 1247 M, pada masa pemerintahan
al-Malik al-Shalih, penguasa Mesir selanjutnya. Ketika Mesir dikuasai
oleh Dinasti Mamalik, yang menggantikan posisi Dinasti Ayyubiyah,
pimpinan perang dipegang oleh Baibars, Qalawun, dan Ibnu Taimiyah.
Pada masa merekalah Akan dapat direbut kembali oleh kaum Muslim
tahun 1291 M. Demikianlah Perang Salib yang berkoar di Timur.
Perang ini tidak berhenti di Barat, di Spanyol, sampai umat Islam
terusir dari sana.

Merupakan satu aspek usaha penyingkiran lembaga-lembaga


pribumi atau Islam dengan menggantikan sejarah setempat dengan
kurikulum Barat. Dalam peperangan lanjutan ini pihak Kristen juga
mengalami kekalahan., akan tetapi orang-orang Kristen dengan segala
bentuk dan cara berusaha menghancurkan Islam baik melalui politik,
ekonomi, dan pendidikan. Sembilan periodisasi Perang Salib tersebut
tidaklah cukup untuk menggambarkan betapa orang Barat ingin
menghancurkan Islam.Berikut adalah ringkasan dari Sembilan periode
di atas, yang di susun menjadi tiga periode.21

1. Periode Pertama
Periode pertama disebut periode penaklukan (1009-
1144).Hasan Ibrahim Hassan dalam bukunya Tarikh al-
Islam menggambarkan pasukan Salib pertama yang di
pimpin oleh Pierre I’ermite sebagai gerombolan rakyat
jelata yang tidak memiliki pengalaman perang, tidak
disiplin, dan tanpa persiapan. Pasukan Salib ini dapat
dikalahkan oleh pasukan Dinasti Saljuk.
Pasukan Salib berikutnya dipimpin oleh Godfrey of
Bouillon. Gerakan merupakan militer yang terorganisasi
rapi. Mereka berhasil menduduki kota suci Palestina
(Yerussalem) pada 7 Juli 1099. Kemenangan pasukan Salib
pada periode ini telah mengubah peta dunia Islam dan

21
Siti Maryam, SejarahPeradaban, …, h. 253

15
berdirinya kerajaan-kerajaan Latin-Kristen di Timur, seperti
kerajaan Baitul Maqdis (1099) dibawah pemerintahan Raja
Godfrey, Edessa (1099) di bawah Raja Baldwin, dan Tripoli
(1099) di bawah kekuasaan Raja Reymond.
2. Periode Kedua
Periode kedua atau disebut periode reaksi umat Islam
(1144-1192). Kemenangan kaum muslimin ini terlihat jelas
setelah munculnya Salahuddin Al-Ayyubi (Saladin) di
Mesir yang berhasil membebaskan Baitul Maqdis pada 2
Oktober 1187. Dalam perang Salib ini akhirnya pihak
Richard dan pihak Salahudin sepakat untuk melakukan
gencatan senjata dan membuat perjanjian. Perjanjian
perdamaian ditetapkan diatas kertas pada 2 nopember 1192,
dengan ketentuan bahwa daerah pantai menjadi milik
bangsa latin, sedangkan daerah pedalaman menjadi milik
umat Islam, dan peziarah yang datang kekota suci tidak
boleh di ganggu. Tahun berikutnya 19 Februari 1193
Salahudin sakitdemam di Damaskus dan pada tanggal 2
Maret 1193 Salahudin meninggal dalam usia 55 tahun.
Pusaranya yang berdekatan dengan masjid Umayyah,
hingga kini masih menjadi daya Tarik bagi Ibukota Suriah.

3. PeriodeKetiga
Periode ketiga (1193-1291) lebih dikenal dengan periode
perangkecil-kecilan atau periode kehancuran didalam
pasukan Salib. Dalam periode ini, muncul pahlawan wanita
dari kalangan kaum muslimin yang terkenal gagah berani,
yaitu Syajar Ad-Duur. Ia mampu menunjukkan kebesaran
Islam dengan membebaskan dan mengizinkan Raja Louis
IX kembali kenegerinya, Prancis. Perang Salib
sesungguhnya juga masih terjadi dimasa sekarang, hanya

16
saja tidak lagi perang menggunakan senjata, akan tetapi
perang intelektualitas.22

C. Dampak Perang Salib Terhadap Dunia Islam


Meskipun pihak Kristen Eropa menderita kekalahan dalam perang
Salib, namun mereka telah mendapat kan hikmah yang tidak ternilai
harganya karena mereka dapat berkenalan dengan kebudayaan dan
peradaban Islam yang sudah sedemikian majunya. Bahkan kebudayaan
dan peradaban yang mereka peroleh dari Timur-Islam menyebabkan
lahirnya renaisans di Barat. Kebudayaan yang mereka bawa ke Barat
terutama dalam bidang militer, seni, perindustrian, perdagangan, pertanian,
astronomi, kesehatan, dan kepribadian.23
Secara garis besar Perang Salib dimenangkan oleh umat Islam,
akan tetapi dampak negatif yang ditimbulkan oleh perang salib sangat
banyak, termasuk dalam segi perekonomian, karena Perang Salib terjadi di
daerah kekuasaan Islam, meskipun umat Kristen juga tidak kalah merugi.
Meskipun pihak Kristen Eropa menderita kekalahan dalam perang Salib,
keuntungan perang Salib bagi Eropa adalah menambah lapangan
perdagangan, mempelajari kesenian, dan penemuan penting, seperti
kompas pelaut, kincir angin, dan sebagainya dari orang Islam. Mereka juga
dapat mengetahui cara bertani yang maju dan mempelajari kehidupan
industry Timur yang lebih berkembang. Orang Barat mulai menyadari
kebutuhan akan barang-barang Timur dan karena kepentingan ini
perdagangan antara Timur dan Barat menjadi lebih berkembang. Kegiatan
perdagangan tersebut lebih mengarah pada perkembangan kegiatan
maritime di laut tengah.24 Berdasarkan paparan diatas dapat dilihat bahwa
perang Salib berdampak pada berbagai lini kehidupan. Ada yang
mendatangkan dampak kebaikan dan di sisi lain menghasilkan dampak
yang buruk.
1. Dampak Ekonomi

22
Supriadi, SejarahPeradaban Islam, …, h. 177
23
SitiZubaidah,SejarahPeradaban Islam, …, h.164
24
Supriadi, SejarahPeradaban Islam, …, h. 175

17
Dampak setelah perang Salib justru tidak menguntungkan bagi
umat islam, ini hanya berdampak baik bagi bangsa Eropa seperti
kebutuhan untuk mengirimkan dan meyediakan bala tentara yang besar
menumbuhkan perdagangan di seluruh Eropa. Sebagian besar jalan yang
tidak pernah di gunakan sejak masa pendudukan Romawi mengalami
peningkatan atau perluasan lantaran para pedagang berniat
mengembangkan usaha. Ini bukan hanya karena perang Salib
mempersiapkan Eropa untuk bepergian, melainkan banyak orang
bepergian setelah di perkenalkan dengan produk-produk dari timur.
Kondisi seperti itu juga membantu pada masa awal Renaissance di
Italia. Sebab, ada banyak kota di Italia yang sejak awal memiliki hubungan
perdagangan yang penting dan menguntungkan dengan negara-negara
salib, baik di tanah suci maupun di daerah-daerah bekas byzantium.
Pertumbuhan perdagangan mendatangkan banyak barang ke Eropa,
yang sebelumnya tidak di kenal atau sangat jarang di temukan dan Mahal.
Barang-barang ini antara lain berupa rempah-rempah, gading, batu-batu
mulia, jeruk, apel, hasil-hasil tanaman Asia lainnya, dan lain sebagainya.
Dalam bidang pertanian, perdagangan dan Industri, tentara Salib
mndapatkan lebih banyak keuntungan dan manfaat di banding umat islam.
Terciptanya psaran baru di Eropa untuk produk-produk petanian dari
timur, serta berbagai komoditas industri lainnya, seiring naiknya
kebutuhan transportasi para peziarah dan prajurit perang salib merangsang
pertumbuhan aktivitas maritim dan perdagangan internasional, suatu
pertumbuhan yang sangat cepat.
2. Dampak Sosial
Jumlah orang Franka yang berasimilasi dengan penduduk asli
Suriah dan palestina Sulit untuk di perkirakan. Menilik populasi modern di
kota-kota seperti Ihdin di Libanon Utara, Betlehem dan Arisyi
pemandangan laki-laki dan perempuan dengan mata biru ,dan rambut lurus
merupakan pemandangan yang umum. Bahkan bagi umat Islam, perang
Salib tidak memberikan kontribusi bagi pengembangan kebudayaan,
malah sebaliknya kehilangan sebagian warisan kebudayaan. Peradaban

18
Islam telah di boyong dari timur ke barat, dengan demikian, perang
Salibitu telah mengembalikan Eropa pada kejayaan , hal ini dapat diliat
dari arsitektur bangunan gereja yang meniru bangunan pada masa bani
Saljuk.

3. Dampak Politik
Perang Salib sangat mempengaruhi Eropa pada abad pertengahan.
Pada masa itu, sebagian besar benua di persatukan oleh kekuasaan
kepusaan. Namun, pada abad ke-14, perkembangan Birokrasi yang
terpusat dari negara-negara modern sedang pesat di perancis, Inggris,
Burgundi, portugal, Castilla, serta Aragon. Kondisi ini sebagian di dorong
oleh dominasi gereja pada masa awal perang Salib.
Setelah itu islam seiring berjalannya waktu mundur dan berbalik
arah dengan majunya bangsa Eropa yang menyebabkan dominasi bangsa
Eropa untuk mengembalikan kejayaannya.
4. Dampak Sains
Mungkin semua dampak positif ada kepada Eropa di karenakan
perebutan ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan. Hal ini di sebabkan
sebelum itu yang benar-benar berjaya adalah umat Islam. Walau secara
teori umat islam di katakan menang tapi alahasil bangsa Eropa
menggunakan momen perang untuk melakukan berbagai cara agar semua
aspek penting dalam islam dapat diambil seperti ilmu pengetahuan,
Filsafat, arsitektur dll.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perang Salib menjadi penentu bagaimana umat Islam sekarang ini.
Ada beberapa hal yang sangat harus kita ingat, bahwa ke hati-hatiaan kita
sangat di butuhkan agar tidak jatuh kedalam lubang yang sama lagi. Islam
harus membuat kontribusi baru lagi bagi dunia. Ini sudah dibuktikan oleh
para pendahulu kita, islam adalah agama revolusioner yang pada
hakikatnya bisa lebih maju dan tidak statis dalam kemajuan dunia
sekarang.

19
Kita sebagai umat islam harus mulai dari titik awal membuat suatu
tolak ukur para leluhur kita yang sangat berjasa pada dunia. Semua begitu
indah bila kita kembali ke masa kejayaan islam abad pertengahan. Ini bisa
menjadi motivasi kita bahwa islam adalah agama rahmatan lil’ alamiin.

B. Kritik dan Saran


Dengan adanya makalah ini, penulis berharap pembaca dapat
menambah wawasan tentang Masa perang Salib yang berkaitan dengan
Ruang Lingkup keislaman. Penulismenya dari makalah ini terdapat
kekurangan meski terlihat sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap
adanya kritik dan saran demi perbaikan yang lebih membangun lagi pada
masa yang akan datang.

Daftar Pustaka
Supriadi Dedi. (2008). Sejarah Peradaban Islam. Bandung. CV Pustaka Setia.

Fadil. (2008). Pasang Surut Peradaban Islam Dalam Lintasan Sejarah


Malang.

Yatim Badri. (2000). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Amstrong Karen. (2004). Islam: A Short History, Trj. Ira Puspito Rini, Sepintas
Sejarah Islam. Surabaya.

Fadli. (2008). Pasang Surut Peradaban Islam Dalam Lintasan Sejarah. Malang.
Malang Press.

20
Su’ud Abu. (2003). Islamologi. Jakarta. Rineka Cipta.

Bakri Syamsul. (2001). Peta Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta. Fajar Media
Press.

Ash-Shalabi Ali Muhammad. (2014). Bangkit dan Runtuhnya daulat Bani Saljuk.
Jakarta. Pustaka Al-Kautsar.

Syamsul Bakri. (2011). Peta Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta. Fajar Media
Press.

Al-Maghluts Sami bin Abdullah. (2015). Atlas Perang Salib. Kuala Lumpur.

Zubaidah Siti. (2011). Sejarah Peradaban Islam. Medan. Wal Ashri Publishinh.

21

Anda mungkin juga menyukai