Anda di halaman 1dari 16

PERANG SALIB

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Pada Mata Kuliah Sejarah Islam

Oleh Kelompok 6:
Muhammad Iqbal (2102010011)

Michelle Misangelica Cristina Demus (2102010054)

Maulana Hasbi (2102010085)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MAB BANJARMASIN

1
TAHUN 2022

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Perang salib adalah perang besar yang sangat bermakna bagi kaum muslimin maupun
kristen, dimana diperang ini berlangsung sangat lama dan menjadi salah satu pertempuran
islam terbesar dalam sejarah.
Begitu besarnya pengorbanan Islam demi berdirinya Daulah Islamiyah. Tetapi, di era
globalisasi ini, sejarah seperti dianggap hanya hiasan masa lalu. Padahal, inti dari sejarah itu
sangat berarti.
Sejarah tidak hanya untuk mengenang masa lalu, namun bertujuan untuk membuat kita
lebih semangat dan berkerja keras karena betapa mudah nya di jaman sekarang.
Disini kami sebagai penulis ingin memecahkan beberapa masalah yang sudah kami
rangkum sebagai berikut.

B.     Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Perang Salib?
2. Apa penyebab terjadinya Perang Salib?
3. Bagaimana Perang Salib terjadi?
4. Bagaimana dampak yang dirasakan akibat Perang Salib?

C.    Tujuan Penulisan


1. Memahami pengertian Perang Salib.
2. Mengetahui penyebab Perang Salib.
3. Mendeskripsikan peristiwa Perang Salib.
4. Mengetahui dampak dari Perang Salib.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Perang Salib


Perang Salib adalah gerakan umat Kristen di Eropa yang memerangi umat Muslim di
Palestina secara berulang-ulang mulai abad ke-11 sampai abad ke-13 yang diserukan oleh
Paus dengan tujuan untuk merebut kota tempat Tuhan mereka berpijak. 1 Perang Salib (1096-
1291) terjadi sebagai reaksi dunia Kristen di Eropa terhadap dunia Islam di Asia, yang sejak
632 M., dianggap sebagai pihak ‘penyerang’, bukan saja di Siria dan Asia kecil, tetapi juga di
Spanyol dan Sisilia.
Mereka memiliki semboyan yakni “Tuhan menghendaki yang sedemikian.”2
Disebut Perang Salib, karena ekspedisi militer Kristen mempergunakan tanda salib pada
bahu, lencana dan panji-panji mereka sebagai simbol pemersatu untuk menunjukkan bahwa
peperangan yang mereka lakukan adalah perang suci dan bertujuan untuk membebaskan kota
suci Baitulmakdis (Yerusalem) dari tangan orang-orang Islam dan mendirikan gereja dan
kerajaan Latin di Timur.
Perang Salib berakhir ketika iklim politik dan agama di Eropa berubah secara signifikan
selama masa Renaissance.
Perang Salib pada hakikatnya bukan perang agama, melainkan perang merebut kekuasaan
daerah. Hal ini dibuktikan bahwa tentara Salib dan tentara Muslim saling bertukar ilmu
pengetahuan.

B.     Penyebab Perang Salib


Faktor-faktor penyebab adanya Perang Salib, yaitu:
1. Faktor Agama
Sejak Dinasti Saljuk merebut Baitul Maqdis dari tangan Dinasti Fathimiyah pada tahun
1070 M, pihak Kristen merasa tidak bebas lagi menunaikan ibadah ke sana karena
penguasa Saljuk menetapkan sejumlah peraturan yang dianggap mempersulit mereka
yang hendak melaksanakan ibadah ke Baitul Maqdis. Bahkan mereka yang pulang

1
Sejarah Islam
2

3
berziarah sering mengeluh karena mendapat perlakuan yang buruk dari orang Saljuk yang
fanatik. Umat Kristen merasa perlakuan para penguasa Dinasti Saljuk sangat berbeda dari
para penguasa Islam lainnya yang pernah menguasai kawasan itu sebelumnya.3
Para prajurit yang ikut dalam pasukan Salib berpikiran tentang adanya jaminan untuk
masuk surga, sebab mati dalam perang salib, menurut mereka, adalah mati sebagai
pahlawan agama dan langsung masuk surga walaupun mempunyai dosa-dosa pada masa
lalunya.
2. Faktor Politik

Faktor yang tak kalah penting dalam proses terjadinya Perang Salib adalah faktor politik.
Kekalahan Bizantium pada 1071 oleh Dinasti Turki Seljuk telah membuat kerajaan itu
kehilangan wilayah kekuasaannya di Asia Kecil.

Semangat rakyat Eropa kemudian dimanfaatkan oleh kaisar Bizantium, Alexis


Commenus, untuk membalaskan dendamnya dan merebut wilayah yang pernah
dikuasainya itu. Commenus kemudian mengirimkan pesan kepada Paus Urbanus II agar
bersedia membantu Bizantium, dan sebagai gantinya mereka akan mengirim banyak
pasukan kerajaan untuk membantu Perang Salib.

Di samping jatuhnya wilayah Asia Kecil dalam kekuasaan orang-orang Muslim, Eropa
pun mulai khawatir dengan munculnya banyak kekuatan kerajaan Islam yang akan
mengancam keberadaan orang-orang Eropa.
Para penguasa di Eropa mulai khwatir dengan kebangkitan kekuatan dari timur itu akan
mengganggu kestabilan negara-negara di wilayah barat, khususnya Eropa. Mereka
beranggapan harus segera menghentikan pergerakan orang-orang Muslim jika mereka
tidak ingin kekuasaannya terganggu.

3. Faktor Ekonomi Sosial


Para pedagang besar yang berada di pantai Timur Laut Tengah, terutama yang berada di
kota Venesia, Genoa, dan Pisa, berambisi untuk menguasai sejumlah kota dagang di
sepanjang pantai timur dan selatan Laut Tengah untuk memperluas jaringan dagang
mereka. Untuk itu mereka rela menanggung sebagian dana Perang Salib dengan maksud
menjadikan kawasan tersebut sebagai pusat perdagangan mereka apabila pihak Kristen
Eropa memperoleh kemenangan. Hal itu dimungkinkan karena jalur Eropa akan
bersambung dengan rute perdagangan di Timur melalui jalur strategis tersebut.4

3
Sejarah Islam
4

4
Di samping itu, stratifikasi sosial masyarakat Eropa saat itu terdiri dari tiga kelompok,
yaitu kaum gereja, kaum bangsawan serta ksatria, dan rakyat jelata. Meskipun$kaum
jelata merupakan kelompok mayoritas, tapi kelompok ini menempati kelas yang paling
rendah. Kehidupan mereka tertindas dan terhina dimana mereka harus tunduk pada para
tuan tanah yang sering bertindak semena-mena dan membebani mereka dengan pajak
serta sejumlah peraturan lainnya. Oleh karena itu, ketika mereka dimobilisasi oleh pihak-
pihak gereja untuk turut mengambil bagian dalam Perang Salib dengan janji akan
diberikan kebebasan dan kesejahteraan yang lebih baik apabila perang dapat
dimenangkan, mereka menyambut seruan itu secara spontan dengan melibatkan diri
dalam peperangan tersebut.5
Tidak hanya itu, pada saat itu masyarakat Eropa memberlakukan hukum waris yang
menetapkan bahwa hanya anak tertua yang berhak menerima harta warisan. Apabila anak
tertua meninggal, harta warisan harus diserahkan kepada gereja. Hal ini telah
menyebabkan populasi orang miskin semakin meningkat. Akibatnya, anak-anak yang
miskin sebagai konsekuensi hukum waris yang mereka taati itu beramai-ramai pula
mengikuti seruan mobilisasi umum tersebut dengan harapan yang sama, yakni untuk
mendapatkan perbaikan ekonomi.6

C.    Periodisasi Perang Salib


1.      Periode I
Periode pertama, disebut periode penaklukan (1009-1144). Hassan Ibrahim Hassan
dalam buku Tarikh Al-Islam menggambarkan pasukan salib pertama yang dipimpin oleh
Pierre I’ermite yang merupakan gerakan gerombolan rakyat jelata yang tidak memiliki
pengalaman perang, tidak disiplin, dan tanpa persiapan yang pada akhirnya pasukan salib
ini dapat dikalahkan oleh pasukan Dinasti Saljuk.7
Pasukan Salib berikutnya dipimpin oleh Godfrey of Boulion. Gerakan ini merupakan
militer yang terorganisasi lebih rapi. Mereka berhasil menduduki kota suci Palestina
(Yerusalem) pada 15 Juli 1099. Tidak hanya itu, mereka mendirikan kerajaan-kerajaan
Latin-Kristen di Timur baik sebelum maupun sesudah menaklukkan Yerusalem, seperti

6
Sejarah Islam
7

5
Kerajaan Latin I (1098) di bawah Raja Baldwin dengan daerah kekuasaan Nicea dan
Edessa, Kerajaan Latin II (1098) yang dipimpin oleh Bohemond dengan daerah
kekuasaan Antiochea, Kerajaan Latin III (1099) di bawah pemerintahan Raja Godfrey
dengan daerah kekuasaan Baitul Maqdis atau Yerusalem dan Kerajaan Tripoli/ Latin IV
(1109) di bawah kekuasaan Raja Reymond dengan daerah kekuasaan kota Akka, Tripoli
dan Tyre.8
Pada tahun 1127 M, muncul Imaduddin Zanki seorang pahlawan Islam termashur dari
Mousul, yang dapat mengalahkan tentara Salib di kota Aleppo Hamimah, dan Edessa
hingga dirinya wafat pada tahun 1046. Wafatnya beliau membangkitkan semangat
anaknya, Nuruddin Zanki, untuk melanjutkan tugas sang ayah meneruskan perjuanagan
membela agama yakni melakukan jihad. Nuruddin Zanki berhasil merebut kembali
Antiochea pada tahun 1149 M, dan pada tahun 1151 M seluruh Edessa dapat direbut
kembali. 9

2.      Periode II
Periode kedua atau disebut periode reaksi umat Islam (1144-1192). Perebutan
kembali Edessa menyebabkab orang-orang Kristen mengobarkan Perang Salib kedua.
Paus Eugenius III menyerukan perang suci yang disambut positif oleh Raja Perancis
Louis VII dan Raja Jerman Codrad II. Keduanya memimoin pasukan Salib untuk merebut
wilayah Kristen di Syiria. Namun, pasukan ini dihadang oleh Nuruddin Zanki. Mereka
tidak berhasil memasuki Damascus. Louis VII dan Codrad II sendiri melarikan diri
pulang ke negerinya. Nuruddin wafat pada tahun 1174 M. pimpinan perang kemudian
digantikan oleh Shalahuddin Al-Ayyubi.10 Hasil peperangan Shalahuddin yang terbesar
adalah merebut kembali Yerussalem pada 2 Oktober 1187 M.
Jatuhnya Yerussalem ke pihak muslim sangat memukul tentara Salib sehingga
mereka menyiapkan serangan balasan. Kali ini pasukan ini dipimpin oleh Frederick
Barbarossa raja Jerman, Richar The Lion Hart raja Inggris, dan Philip Augustus raja
Prancis. Pasukan ini berhasil merebut Akka meskipun mendapat tantangan dari pasukan
muslim tanpa berhasil merebut Yerussalem (Palestina). Dalam perang salib ini akhirnya

8
Sejarah Islam
9
9
10

6
pihak Richard dan pihak Saladin sepakat untuk melakukan gencatan senjata dan membuat
pejanjian dengan nama Shulh Ar-Ramlah. Inti perjanjian damai itu adalah daerah
pedalaman akan menjadi milik kaum muslimin dan umat Kristen yang akan berziarah ke
Baitulmakdis akan terjamin keselamatannya. Adapun daerah pesisir utara, Arce, dan Jaita
berada di bawah kekuasaan tentara salib. Tak lama setelah perjanjian itu dibuat, sultan
Shalahuddin Al-Ayyubi wafat.11

3. Periode III
Pada tahun 1187 Salahuddin Al Ayyubi (Saladin) berhasil merebut Yerusalem setelah
meraih kemenangan atas pasukan salib di Pertempuran Hattin.

Paus Gregorius VIII pun menyerukan perang salib ketiga, yang langsung disambut oleh
Raja Richard I dari Inggris (Richard the Lionheart), Kaisar Romawi Suci Frederick I dan
Raja Philip II dari Perancis.

Tentara salib berhasil mengalahkan kaum Muslim di dekat Arsuf, dan berhasil mendekat
ke Yerusalem. Namun, karena persediaan makanan dan air yang tidak memadai, perang
salib ketiga berakhir dengan kegagalan pasukan Kristen untuk merebut Yerusalem.

Richard pun meninggalkan perang salib setelah mengadakan gencatan senjata dengan
Salahuddin. Perang Salib ini terkadang disebut sebagai Perang Salib Raja. Paus
Gregorius VIII mati sebelum melihat akhir dari perang salib ini.

4. Periode IV
Perang Salib Keempat dimulai pada tahun 1202 oleh Paus Innosensius III, dengan
maksud untuk menginvasi Tanah Suci melalui Mesir. Perang ini juga menjadi
kendaraan bagi ambisi politik Doge Enrico Dandolo dari Venesia untuk memperluas
kekuasaan Venesia di Timur Dekat dan melepaskan diri dari Bizantium.

Tentara Salib pun membuat kontrak dengannya, namun tidak memiliki dana untuk
membayar armada dan ketentuan yang telah mereka kontrak. Dandolo pun meminta
mereka untuk mengalihkan perang salib ke Bizantium, dengan kota Zara sebagai
jaminan awalnya.

Paus Innosensius III yang terkejut karena peristiwa itu, langsung mengekskomunikasi
mereka semua. Walau begitu, mereka kembali melakukan pengepungan pada bulan April
1204. Kali ini Konstantinopel berhasil dijarah, gereja-gereja dirampok, dan banyak
penduduk yang dibunuh.

11
sejarah Islam

7
Para tentara salib membagi kekaisaran ini menjadi berbagai fief Latin dan koloni Venesia.
Perang Salib Keempat berakhir setelah Bizantium terbagi menjadi dua bagian besar.

5. Periode V
Melalui prosesi, doa, dan khotbah, Gereja berusaha untuk kembali mengadakan
perang salib. Pada tahun 1215, Dewan Keempat Lateran merumuskan sebuah rencana
untuk pemulihan Tanah Suci. Pada fase pertama, pasukan perang salib dari Hongaria,
Austria bergabung dengan pasukan raja Yerusalem dan pangeran Antiokhia untuk
merebut kembali Yerusalem di tahun 1217.

Pada fase kedua, pasukan perang salib mencapai prestasi luar biasa setelah berhasil
mengepung Damietta di Mesir pada tahun 1219. Namun di bawah desakan seorang
legatus kepausan, Pelagius, mereka melanjutkan serangan bodoh ke Kairo, dan
blokade pasukan Sultan Ayyubiyyah Al-Kamil memaksa mereka untuk menyerah dan
mengadakan gencatan senjata.

6. Periode VI
Setelah berulang kali melanggar sumpahnya dalam perang salib, Kaisar Friedrich II
diekskomunikasi oleh Paus Gregorius IX pada tahun 1228. Namun ia berlayar dari
Brindisi, mendarat di Palestina, dan melalui diplomasi ia mencapai kesuksesan yang
tak terduga. Al-Kamil memberikan Yerusalem, Nazareth, dan Betlehem kepada
tentara salib dalam jangka waktu sepuluh tahun.

Sebagai imbalannya, Friedrich berjanji untuk melindungi Al-Kamil dari semua


musuh, sekalipun mereka umat Kristen. Setelah masa tenang ini, Perang Salib Para
Baron pun terjadi.

Perang ini adalahi suatu upaya oleh Raja Thibaut I dari Navarre pada tahun 1239 dan
1240, yang berawal dari panggilan Paus Gregorius IX untuk kembali menghimpun
tentara salib pada bulan Juli 1239 setelah gencatan senjata berakhir.

Selain Thibaut, Peter dari Dreux, Hugues IV dari Bourgogne dan bangsawan Prancis
lainnya juga ikut berpartisipasi di dalamnya. Mereka tiba di Akko pada bulan
September 1239.

Setelah kekalahan pada bulan November di Gaza, Thibaut mengatur dua perjanjian,
satu perjanjian dengan kaum Ayyubiyyah dari Damaskus dan perjanjian lainnya
dengan kaum Ayyubiyyah dari Mesir. Perjanjian ini membuat sebagian bangsawan
tidak senang, dan Thibaut kembali ke Eropa setelahnya.

8
7. Periode VII
Kepentingan kepausan yang diwakili oleh templar (ksatria salib) membawa konflik
dengan Mesir pada 1243. Pada tahun berikutnya, pasukan Khwarezm yang dipanggil
oleh anak Al-Kamil, Al-Adil, menyerbu Yerusalem.

Tentara salib, dengan gabungan kaum Franka dan tentara bayaran Badui tetap kalah
telak oleh pasukan Baibars dari suku Khwarezmian dalam kurun waktu empat puluh
delapan jam.

Pertempuran ini dianggap oleh banyak sejarawan sebagai lonceng kematian bagi
negara-negara Kristen. Sebagai bagian dari Perang Salib ini, Louis IX dari Prancis
tetap mengorganisasi perang salib melawan Mesir hingga 1254.

8. Periode VIII
Perang Salib kedelapan diorganisasi oleh Louis IX pada tahun 1270, yang berlayar
dari Aigues-Mortes untuk membantu sisa-sisa negara-negara tentara salib di Suriah.

Namun, perang salib tersebut malah dialihkan ke Tunis, tempat Louis menghabiskan
dua bulan terakhirnya sebelum mati. Atas usahanya, Louis kemudian menjadi seorang
Santo (kota St. Louis, Missouri, AS dinamai untuknya). Perang Salib ini terkadang
dipecah menjadi perang salib kedelapan dan kesembilan.

D.    Akibat Perang Salib


1. Terhadap Dunia Kristen
Walaupun pihak Kristen menderita kekalahan dalam Perang Salib, namun mereka
memperoleh pelajaran yang berharga dari dunia Islam. Hal ini disebabkan perkenalan
mereka dengan kebudayaan dan peradaban Islam yang sudah maju, bahkan hal tersebut
menjadi salah satu faktor pendukung lahirnya renaissance di Barat. Mereka mendapatkan
kebudayaan dalam bidang perdagangan, perindustrian, pertanian, pertahanan, pendidikan
dan lain-lain.
Kontak perdagangan antara Timur dan barat semakin pesat di mana kota-kota dagang
seperti Venezia, Genoa dan Pisa di Italia berkembang pesat dan memperoleh banyak
keuntungan dalam perdagangannya dengan Timur. Hal ini pula yang menyebabkan

9
mereka menggunakan mata uang sebagai alat tukar barang, sebelumnya mereka
menggunakan sistem barter.12
Dalam bidang perindustrian, mereka banyak menemukan kain tenun sekaligus
peralatannya di dunia Timur. Untuk itu mereka mengimpor berbagai jenis kain ke Barat.
Mereka juga menemukan berbagai jenis parfum, kemenyan dan getah Arab yang dapat
mengharumkan ruangan.13
Dalam bidang pertanian, mereka menemukan sistem irigasi yang praktis. Orang-
orang Barat mulai menggunakan cengkeh, lada serta rempah-rempah untuk digunakan
sebagai bumbu masakan. Mereka mulai membiasakan makan jahe dan menggunakan
madu sebagai pemanis makanan.14
Dalam bidang pertahanan (militer), mereka menemukan tehnik berperang yang
belum pernah mereka temui sebelumnya di negerinya, seperti penggunaan rebana dan
gendang untuk memberi semangat kepada pasukan militer di medan perang, pertarungan
senjata dengan menggunakan kuda dan penggunaan burung merpati untuk kepentingan
informasi militer.15
Bangsa Barat (Eropa) mulai sadar terhadap kemajuan yang dicapai dunia Timur,
terutama dalam bidang ilmu pengetahuan, sehingga mereka berdatangan ke Timur untuk
belajar dan menggali ilmu, kemudian diajarkan di negara mereka. Orang Eropa banyak
memanfaatkan ilmu pengetahuan dari bangsa Arab. Mereka menyalin ke dalam
bahasanya (Yunani). Upaya tersebut dilanjutkan dengan mendirikan Universitas di Paris
untuk mempelajari bahasa Timur pada abad XII M. Begitu pula, mendorong mereka
dalam memajukan Ilmu Bumi.16
Di sisi lain, hasil dari Perang Salib bagi orang Barat adalah menemuan kompas.
Orang-orang Islamlah yang sudah sejak lama menggunakan kompas untuk keperluan
pelayaran di Teluk Persia dalam rangka kegitan perdagangan. Demikian pula, ilmu
Astronomi yang telah dikembangkan Islam sejak abad kesembilan M., telah pula
mempengaruhi lahirnya berbagai Observatorium di Barat.17

12

13

14

15

16

17

10
2. Pengaruhnya Terhadap Dunia Islam
Pengaruh Perang Salib terhadap Islam, adalah lebih memantapkan dan mengokohkan
nilai-nilai persatuan dan kesatuan umat dalam membela dan mempertahankan eksistensi
agama Islam. Pengaruhnya yang lain adalah memperkenalkan dunia Islam yang
mempunyai kebudayaaan tinggi kepada dunia Barat.
Bagi umat Islam, Perang Salib tidak memberikan kontribusi bagi pengebangan
kebudayaan, malah sebaliknya kehilangan sebagian warisan kebudayaan. Peradaban
Islam telah diboyong dari Timur ke Barat. Dengan demikian, Perang Salib itu telah
mengembalikan Eropa pada kejayaan, bukan hanya pada bidang material, tetapi pada
bidang pemikiran yang mengilhami lahirnya masa Renaisance. Hal tersebut dapat
dipahami dari kemenangan tentara Salib pada beberapa episode, yang merupakan stasiun
ekspedisi yang bermacam-macam dan memungkinkan untuk memindahkan khazanah
peradaban Timur ke dunia Masehi-Barat pada abad pertengahan.
Tidak hanya itu, Perang Salib telah menghabiskan aset kekayaan bangsa dan
mengorbankan putera terbaik. Ribuan penguasa, panglima perang dan rakyat menjadi
korban. Gencatan senjata yang ditawarkan terhadap kaum muslimin oleh pasukan salib
selalu didahului dengan pembantaian masal. Hal tersebut merusak struktur masyarakat
yang dalam limit tertentu menjadi penyebab keterbelakangan umat Islam dari umat lain.
Walaupun demikian, di sisi lain Perang salib membuktikan kemenangan militer
Islam di abad pertengahan, yang bukan hanya mampu mengusir Pasukan Salib, tetapi
juga pada masa Turki Usmani mereka mampu mencapai semenanjung Balkan (abad ke-
14-15) dan mendekati gerbang Wina (abad ke-16 dan 17), sehingga hanya Spanyol dan
pesisir Timur Baltik yang tetap berada di bawah kekuasaan Kristen.18

E.     Peninggalan Perang Salib


Perang Salib selalu dikenang oleh bangsa-bangsa di Eropa bagian Barat dimana pada
masa Perang Salib merupakan negara-negara Katolik Roma. Perang Salib juga menimbulkan
kenangan pahit dan banyak pula kritikan pedas terhadap Perang Salib di negara-negara Eropa

18
Sejarah Islam

11
Barat pada masa Reinassance. Peninggalan Perang Salib sangat terasa dalam bidang politik
dan budaya, perdagangan, dalam dunia Islam, komunitas Yahudi, dan pegunungan Kaukasus.

1. Politik dan Budaya


Perang Salib amat memengaruhi Eropa pada Abad Pertengahan.[23] Pada masa itu,
sebagian besar benua dipersatukan oleh kekuasaan Kepausan, akan tetapi pada abad ke-
14, perkembangan birokrasi yang terpusat (dasar dari negara-bangsa modern) sedang
pesat di Perancis, Inggris, Burgundi, Portugal, Castilia dan Aragon. Hal ini sebagian
didorong oleh dominasi gereja pada masa awal perang salib.
Meski benua Eropa telah bersinggungan dengan budaya Islam selama berabad-abad
melalui hubungan antara Semenanjung Iberia dengan Sisilia, banyak ilmu pengetahuan di
bidang-bidang sains, pengobatan dan arsitektur diserap dari dunia Islam ke dunia Barat
selama masa perang salib.
Pengalaman militer perang salib juga memiliki pengaruh di Eropa, seperti misalnya,
kastil-kastil di Eropa mulai menggunakan bahan dari batu-batuan yang tebal dan besar
seperti yang dibuat di Timur, tidak lagi menggunakan bahan kayu seperti sebelumnya.
Sebagai tambahan, tentara Salib dianggap sebagai pembawa budaya Eropa ke dunia,
terutama Asia.
Bersama perdagangan, penemuan-penemuan dan penciptaan-penciptaan sains baru
mencapai timur atau barat. Kemajuan bangsa Arab termasuk
perkembangan aljabar, lensa dan lain lain mencapai barat dan menambah laju
perkembangan di universitas-universitas Eropa yang kemudian mengarahkan kepada
masa Renaissance pada abad-abad berikutnya.

2. Perdagangan
Kebutuhan untuk memuat, mengirimkan dan menyediakan balatentara yang besar
menumbuhkan perdagangan di seluruh Eropa. Jalan-jalan yang sebagian besar tidak
pernah digunakan sejak masa pendudukan Romawi, terlihat mengalami peningkatan
disebabkan oleh para pedagang yang berniat mengembangkan usahanya. Ini bukan saja
karena Perang Salib mempersiapkan Eropa untuk bepergian akan tetapi lebih karena
banyak orang ingin bepergian setelah diperkenalkan dengan produk-produk dari timur.
Hal ini juga membantu pada masa-masa awal Renaissance di Itali, karena banyak negara-
kota di Itali yang sejak awal memiliki hubungan perdagangan yang penting dan
menguntungkan dengan negara-negara Salib, baik di Tanah Suci maupun kemudian di
daerah-daerah bekas Byzantium.
Pertumbuhan perdagangan membawa banyak barang ke Eropa yang sebelumnya tidak
mereka kenal atau amat jarang ditemukan dan sangat mahal. Barang-barang ini termasuk
berbagai macam rempah-rempah, gading, batu-batu mulia, teknik pembuatan barang kaca

12
yang maju, bentuk awal dari mesiu, jeruk, apel, hasil-hasil tanaman Asia lainnya dan
banyak lagi.
Keberhasilan untuk melestarikan Katolik Eropa, bagaimanapun, tidak dapat mengabaikan
kejatuhan Kekaisaran Kristen Byzantium, yang sebagian besar diakibatkan oleh
kekerasan tentara Salib pada Perang Salib Keempat terhadap Kristen Orthodox Timur,
terutama pembersihan yang dilakukan oleh Enrico Dandolo yang terkenal,
penguasa Venesia dan sponsor Perang Salib Keempat. Tanah Byzantium adalah negara
Kristen yang stabil sejak abad ke-4. Sesudah tentara Salib mengambil alih Konstantinopel
pada tahun 1204, Byzantium tidak pernah lagi menjadi sebesar atau sekuat sebelumnya
dan akhirnya jatuh pada tahun 1453.
Melihat apa yang terjadi terhadap Byzantium, Perang Salib lebih dapat digambarkan
sebagai perlawanan Katolik Roma terhadap ekspansi Islam, ketimbang perlawanan
Kristen secara utuh terhadap ekspansi Islam. Di lain pihak, Perang Salib Keempat dapat
disebut sebuah anomali. Kita juga dapat mengambil suatu kompromi atas kedua pendapat
di atas, khususnya bahwa Perang Salib adalah cara Katolik Roma utama dalam
menyelamatkan Katolikisme, yaitu tujuan yang utama adalah memerangi Islam dan
tujuan yang kedua adalah mencoba menyelamatkan ke-Kristen-an, dalam konteks inilah,
Perang Salib Keempat dapat dikatakan mengabaikan tujuan yang kedua untuk
memperoleh bantuan logistik bagi Dandolo untuk mencapai tujuan yang utama. Meski
begitu, Perang Salib Keempat ditentang oleh Paus pada saat itu dan secara umum
dikenang sebagai suatu kesalahan besar.

3.      Dunia Islam


Perang salib memiliki efek yang buruk tetapi terlokalisir pada dunia Islam. Dimana
persamaan antara Bangsa Frank dengan tentara Salib meninggalkan bekas yang amat
dalam. Muslim secara tradisional mengelu-elukan Saladin, seorang ksatria Kurdi, sebagai
pahlawan Perang Salib. Pada abad ke-21, sebagian dunia Arab, seperti gerakan
kemerdekaan Arab dan gerakan Pan-Islamisme masih terus menyebut keterlibatan dunia
Barat di Timur Tengah sebagai Perang Salib. Perang Salib dianggap oleh dunia Islam
sebagai pembantaian yang kejam dan keji oleh kaum Kristen Eropa.
Konsekuensi yang secara jangka panjang menghancurkan tentang Perang Salib,
menurut ahli sejarah Peter Mansfield, adalah pembentukan mental dunia Islam yang
cenderung menarik diri. Menurut Peter Mansfield, diserang dari berbagai arah, dunia
Islam berpaling ke dirinya sendiri. Ia menjadi sangat sensitif dan defensif. Sikap yang
tumbuh menjadi semakin buruk seiring dengan perkembangan dunia, suatu proses
dimana dunia Islam merasa dikucilkan, terus berlanjut.
13
4.      Komunitas Yahudi
Terjadi kekerasan tentara Salib terhadap bangsa Yahudi, di kota-kota di Jerman dan
Hongaria, belakangan juga terjadi di Perancis dan Inggris, dan pembantaian Yahudi di
Palestina dan Syria menjadi bagian yang penting dalam sejarah Anti-Semit, meski tidak
ada satu Perang Salib pun yang pernah dikumandangkan melawan Yahudi. Serangan-
serangan ini meninggalkan bekas yang mendalam dan kesan yang buruk pada kedua
belah pihak selama berabad-abad. Kebencian kepada bangsa Yahudi meningkat. Posisi
sosial bangsa Yahudi di Eropa Barat semakin merosot dan pembatasan meningkat selama
dan sesudah Perang Salib. Hal ini memuluskan jalan bagi legalisasi Anti-Yahudi oleh
Paus Innocentius III dan membentuk titik balik bagi Anti-Semit abad pertengahan.

5.      Pegunungan Kaukasus


Orang Armenia merupakan pendukung setia tentara Salib. Di Pegunungan Kaukasus
di Georgia, di dataran tinggi Khevsureti yang terpencil, ada sebuah suku yang disebut
Khevsurs yang dianggap merupakan keturunan langsung dari sebuah kelompok tentara
Salib yang terpisah dari induk pasukannya dan tetap dalam keadaan terisolasi dengan
sebagian budaya perang salib yang masih utuh. Memasuki abad ke-20, peninggalan dari
baju perang, persenjataan dan baju rantai masih digunakan dan terus diturunkan dalam
komunitas tersebut. Ahli ethnografi Rusia, Arnold Zisserman, yang menghabiskan 25
tahun (1842 – 1862) di pegunungan Kaukasus, percaya bahwa kelompok dari dataran
tinggi Georgia ini adalah keturunan dari tentara Salib yang terakhir berdasarkan dari
kebiasaan, bahasa, kesenian dan bukti-bukti yang lain. Penjelajah Amerika Richard
Halliburton melihat dan mencatat kebiasaan suku ini pada tahun 1935.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perang Salib adalah peperangan yang berlangsung selama bertahun-tahun dan selama
berperiode-periode, disebabkan oleh Dinasti Seljuk—sebuah kerajaan yang baru berubah
menjadi Islam— yang berhasil menguasai Yerusalem dan merupakan usaha umat Kristen
Eropa untuk menghentikan perkembangan Islam.
B. Saran
Kita harus mempelajari sejarah dengan baik dan benar, agar kesalahan dimasa lalu tidak
terjadi dimasa mendatang.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://sitikumiati.blogspot.com/
http://jaringskripsi.wordpress.com/2009/09/27/perang-salib-faktor-dan-peran-salahuddin-al-
ayyubi-dalam-menghadapi-pasukan-salib-serta-dampaknya/
http://armayant.blogspot.com/2012/06/perang-salib-dan-pengaruhnya-terhadap.html

16

Anda mungkin juga menyukai