Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PERISTIWA PERANG SALIB

Diajukan untuk memenuhi mata kuliah :

Sejarah Peradaban Islam III

Dosen Pengampu :

Zaenal Abidin, S.Ag, M.Si.

Irfan Fakhrudin : 221350006

SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN ADAB

UIN SULTAN MAULANA HASANUDDIN

BANTEN TAHUN 2023-2024


DAFTAR ISI
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN............................................................................................................................3
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................................5
A. Kemunculan Perang Salib...................................................................................................5
B. Faktor Penyebab Terjadinya Perang Salib........................................................................6
C. Dampak Terjadinya Perang Salib.......................................................................................9
BAB III...............................................................................................................................................12
PENUTUP......................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................13

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Konflik Timur (Islam) dengan Barat dimulai ketika umat Islam berhasil menguasai Spanyol.
Spanyol diduduki umat Islam pada zaman Khalifah al-Walid (705 – 715 M), salah seorang khalifah
dari Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah
menguasai Afrika utara dan menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari Dinasti Bani Umayah.
Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (680 – 705 M).
Khalifah Abdul Malik mengangkat Hasan ibn Nu’man al-Ghassani menjadi gubernur di daerah itu.
Pada masa Khalifah al-Walid, Hasan ibn Nu’man sudah digantikan oleh Musa ibn Nusair.

Di zaman al-Walid itu Musa ibn Nusair memperluas wilayah kekuasaannya dengan
menduduki Aljazair dan Maroko. Selain itu ia juga menyempurnakan penaklukkan ke daerah-daerah
bekas kekuasan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan, sehingga mereka menyatakan setia dan
berjanji tidak akan membuat kekacauan-kekacauan seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya.
Penaklukkan atas wilayah Afrika Utara itu dari pertama kali dikalahkan sampai menjadi salah satu
propinsi dari khalifah Bani Umayah memakan waktu 53 tahun, yaitu mulai tahun 30 H (masa
pemerintahan Muawiyah ibn Abi Sufyan) sampai tahun 83 H (masa al-Walid). Sebelum dikalahkan
dan kemudian dikuasai Islam, di kawasan ini terdapat kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan
kerajaan Romawi, yaitu kerajaan Gothik. Kerajaan ini sering menghasut penduduk agar membuat
kerusuhan dan menentang kekuasaan Islam. Setelah kawasan ini betul-betul dapat dikuasai, umat
Islam mulai memusatkan perhatiannya untuk menaklukkan Spanyol. Dengan demikian, Afrika Utara
menjadi batu loncatan bagi kaum muslimin dalam penaklukkan wilayah Spanyol.

Pada masa penaklukkan Spanyol oleh orang Islam, kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri
ini berada dalam keadaan menyedihkan. Secara politik wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-
bagi ke dalam beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan itu penguasa Ghotic bersikap tidak toleran
terhadap aliran agama yang dianut oleh penguasa, yaitu aliran Monofisit, apalagi terhadap penganut
agama lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi yang merupakan bagian terbesar dari penduduk Spanyol
dipaksa dibaptis menurut agama Kristen, yang tidak bersedia disiksa dan dibunuh secara brutal.
Rakyat dibagi-bagi dalam ke dalam sistem kelas, sehingga keadaannya diliputi oleh kemelaratan,
ketertindasan, dan ketiadaan persamaan hak. Di dalam situasi seperti itu, kaum tertindas menanti
kedatangan juru pembebas, dan juru pembebasnya mereka temukan dari orang Islam. 1

1
Siti Fauziyah, S.Ag., M.Ag., Dr. Eva Syarifah Wardah, S.Ag., M. Hum., Sejarah Dunia II, ( Serang: Media
Madani Cet.1 September 2020) Hlm. 1-3

3
B. Rumusan Masalah
1. Faktor penyebab terjadinya Perang Salib
2. Dampak Perang Salib

C. Tujuan Penulisan
1. Memhami faktor penyebab terjadinya Perang Salib
2. Memahami dampak dari Perang Salib

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kemunculan Perang Salib

Perang Salib adalah perang keagamaan yang berlangsung selama dua abad (1096-1291 M) yang
terjadi sebagai reaksi orang-orang Kristen di Eropa terhadap umat Islam di Asia yang di anggap pihak
penyerang sejak tahun 632M (Masa Pemerintahan Abu Bakar), hingga meletusnya perang salib di
beberapa kota-kota penting di tempat suci umat Kristen yang telah di susuki oleh umat Islam. Seperti
Palestina, Syiria, Asia Kecil, Sicilia dan Spanyol, disebut Perang Salib karena ekspedisi militer Kristen
sewaktu melakukan perang mempergunakan salib sebagai simbol pemersatu untuk memberi tanda bahwa
perang yang mereka lakukan adalah perang suci dan dengan tujuan untuk membebaskan Baitul Maqdis
(Yarussalem) dari tangan umat Islam.

Tahapan Perang Salib apabila disederhanakan berlangsung dalam tiga tahap, tahap pertama,
disebut sebagai periode serangan orang-orang Kristen (1096-1144 M) yang terjadi dalam dua gerakan
gerakan pertama disebut sebagai gerakan gerombolan rakyat jelata, mereka tidak disiplin dan tidak
mempunyai pengalaman perang, gerakan kedua merupakan ekspedisi militer, disiplin dan mempunyai
pengalaman perang sehingga mereka dapat mengalahkan umat Islam dan berhasil mendirikan beberapa
kerajaan Latin Kristen di dunia Timur. Tahap kedua, (1144-1193 M) disebut periode reaksi umat Islam
karena jatuhkan wilayah kekuasaan Islam ke tangan kaum Salib sehingga Imaduddin Zanki, Nuruddin
Zanki dan Salahuddin al-Ayyubi bangkit melakukan perlawanan untuk merebut kembali wilayah-wilayah
yang dikuasai orang Kristen. Tahap ketiga, (1193-1291 M) yang dikenal dengan periode kehancuran di
dalam pasukan perang Salib. 2

Sekalipun kekuatan umat Islam dalam perkembangannya berhasil mengalahkan dan menguasai
umat Kristen, namun hak-hak umat Kristen tidak berkurang sedikit pun. Mereka tetap dalam kebebasan
menjalani agamanya, juga dalam pelayanan umum merekapun memiliki hak yang sama sebagaimana
masyarakat Muslim pada umumnya. Penguasa Islam memandang Yerusalem sebagai kota suci yang layak
dilindungi, dan bahkan ketika masa Dinasti Fatimiyah berkuasa di Mesir dan Syiria, umat Kristen
menikmati hak-haknya secara lebih luas. Umat Kristen seolah tidak menghiraukan kebijaksanaan
penguasa Muslim selama ini, melainkan mereka memandang kehadiran kekuatan muslim di Yerusalem
dengan sikap kebencian.3

2
Dr. H. Syamruddin Nasution, M. Ag., Sejarah Peradaban Islam, (Riau, Yayasan Pusaka, Cet. 3, November 2013)
Hlm. 266-267

3
Ibid., Hlm. 4

5
Perang Salib adalah serangkaian ekspedisi militer yang diorganisasikan oleh Eropa Kristen
terhadap kekuatan kaum muslimin di Timur Dekat untuk mengambil alih kuasa atas Kota suci Jerusalem.
Perang ini berlangsung sekitar 2 abad lebih, yaitu sejak tahun 1096 M ketika perang pertama diserukan
oleh pihak Eropa Kristen hingga tahun 1291 M saat tentara Salib di Timur dipaksa keluar dari Acre-
Suriah yang merupakan pertahanan terakhir mereka seperti diketahui, Kristen Barat atau orang-orang
kafir sejak dahulu telah memusuhi dan memerangi Islam sejak awal kehadirannya. Dan perang salib
merupakan peperangan yang masih satu rangkaian dari misi permusuhan panjang terhadap dakwah Islam
bahkan sampai di era modern seperti saat ini. Ada poros kekuatan utama yang memicu berlangsungnya
perang salib ini, yakni Kekaisaran Byzantium (Romawi), Kerajaan Spanyol, Gerakan Salibiyah, Blokade
Negara-Negara Salibis, dan Penjajahan Kolonialisme Shalabi. Dari kelima poros inilah yang nantinya
memunculkan beragam faktor penyebab terjadinya perang salib.4

B. Faktor Penyebab Terjadinya Perang Salib

Alasan utama terjadinya perang salib adalah pihak yang bersalah agama, politik, dan sosial
ekonomi. Faktor agama Dinasti Seljuk mengambil alih Dinasti Baitul Maqdis Dinasti Fatimiyah tahun
1070 M, umat Kristiani belum mengetahuinya Anda bisa leluasa beribadah di sana. Ini karena bagian
tersebut Penguasa Saljuk menetapkan beberapa peraturan yang dianggap sulit untuk dipatuhi ibadah di
Baitul Maqdis. Juga mereka yang pulang menunaikan ibadah haji sering mengeluh tentang orang yang
diperlakukan buruk orang-orang Turki Saljuk yang fanatik. Orang Kristen tahu Perlakuan para penguasa
Dinasti Seljuk pun sangat berbeda dengan penguasa Muslim yang pernah memerintah wilayah tersebut
dulu, di sini terlihat besarnya faktor internal agama mengorbankan kehidupan Perang Salib sebagai
tanggapannya Perlakuan buruk terhadap masyarakat oleh orang-orang Turki Saljuk Umat Kristiani
berziarah ke Baitul Maqdis.

Faktor politik, kekalahan Bizantium di Manziqart 1071 M dan jatuhnya kekuasaan di Asia Kecil
Dinasti Seljuk menggulingkan Kaisar Alexius I Comnenus meminta bantuan Paus Urbanus II upayanya
memulihkan kekuasaan di daerah wilayah yang diduduki oleh Dinasti Seljuk. Paus Urabanus II setuju
untuk membantu Bizantium karena janji kaisar Alexius untuk tunduk kekuasaan kepausan di Roma dan
berharap mampu melakukan hal tersebut menyatukan gereja-gereja Yunani dan Romawi. Saat itu Paus
sedang berkuasa dan pengaruh yang sangat besar terhadap raja-raja di dalamnya di wilayahnya. Karena
dia bisa memberikan sanksi kepada raja mana pun yang tidak menaati perintah tersebut Paus mencabut
pengakuannya sebagai raja. Di sisi lain, situasi umat Islam pada saat itu sangat memprihatinkan Negara
yang lemah, jadi orang-orang Kristen di Eropa berani berpartisipasi dalam perang salib. Negara Saljuk di
Asia Kecil Patah, Daulah Fatimiyah di Mesir lumpuh, Umayyah Daulah di Spanyol bimbang. Konflik
4
Abrari Syauqi, Dkk, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta, Aswaja Pressindo, Cet.1, Mei 2016) Hlm 84

6
kepentingan pun muncul tiga antara Abasiyah Daulah di Bagdad, Umayyah Daulah di Spanyol dan
khalifah negara Fatimiyah di Mesir, karena keduanya masing-masing menyatakan dirinya sebagai. 5

Kondisi yang terjadi saat itu, diantaranya :

a. Masyarakat dirundung berbagai permusuhan dan pepera-ngan memperebutkan pengaruh diantara


para tokoh dan pemimpin kerajaan, hal itu makin menambah buruknya keadaan ekonomi dan
social Eropa Barat.
b. Adanya perseteruan antara Paus selaku pemimpin gereja dengan pihak kekaisaran selaku
pemegang kekuasaan.
c. Kedudukan yang sangat tinggi, besarnya otoritas, serta luasnya peran yang dimiliki Paus saat itu,
membuka peluang dan kesempatan bagi Paus untuk menjadi penentu tunggal kekuatan dunia.
d. Terjadinya perseteruan antara gereja ortodoks di Timur (Byzantium) dan gereja katolik di Barat
(Romawi) dalam memperebutkan pengaruh ajaran.
e. Adanya fanatisme dan semangat keagamaan di kalangan masyarakat Eropa. 6

Dari sini dapat di lihat besarnya faktor agama dalam mengorbankan semangat Perang Salib sebagai reaksi
atas perlakuan tidak baik orang-orang Turki Saljuk terhadap orang-orang Kristen yang Berziaroh ke
Baitul Maqdis.

Faktor Sosial Ekonomi, pedagang-pedagang besar yang berada di pantai Timur Laut Tengah
terutama yang berada di kota Venezia, Genoa dan Pisa mereka berambisi untuk menguasai sejumlah kota-
kota dagang di sepanjang pantai Timur dan selatan Laut Tengah untuk memperluas jaringan perdagangan
mereka. Untuk memenuhi keinginan mereka itu dapat tercapai, maka mereka rela menanggung
sebahagian dana perang Salib dengan tujuan agar menjadikan kawasan tersebut sebagai pusat
perdagangan mereka apabila pihak Kristen Eropa memperoleh kemenangan dalam perang Salib. Hal ini
dimungkinkan karena jalur Eropa akan bersambung dengan rute-rute perdagangan di Timur apabila jalur
setrategis itu dapat di kuasai. Disamping itu, rakyat jelata pada saat itu tertindas dan terhina karena
perlakuan tuan tanah yang sewenang-wenang terhadap mereka, mereka harus tunduk kepada tuan-tuan
tanah tersebut yang sering bertindak semena-mena dan lebih dari itu mereka dibebani dengan berbagai
pajak yang memberatkan. Oleh kerena itu, disaat mereka di mobilisir oleh pihak gereja untuk turut dalam
perang Salib dengan janji akan diberikan kesejahteraan hidup apabila perang dapat di menangkan, secara
sepontan mereka berduyun-duyun menyambut seruan tersebut untuk mendapatkan perbaikan ekonomi
dan perbaikan kesejahteraan hidup.7
5
Ibid., Syamruddin Nasution, Hlm 247
6
Ibid., Abrari Syauqi, Dkk, Hlm 89
7
Ibid., Syamruddin Nasution, Hlm. 270

7
C. Dampak Terjadinya Perang Salib
Selama berlangsungnya Perang Salib, terjadi proses interaksi budaya antara Barat dan Timur.
Interaksi di antara keduanya lebih banyak menguntungkan Barat ketimbang Timur. Aspek kebudayaan
yang lebih banyak berpengaruh pada orang Barat lebih banyak meliputi aspek seni, perdagangan dan
industri dari pada aspek sastra maupun keilmuan.
a. Ilmu Pengetahuan Filsafat dan Sastra
Ada banyak contoh spesifik yang menunjukkan hal ini proses transfer pengetahuan dan filsafat.
Eropa Melaksanakan penerjemahan karya berbahasa Arab dalam astronomi, geometri, filsafat dan
kedokteran. Pada abad ke-12 terdapat beberapa pusat kesehatan dan rumah sakit, terutama di kalangan
penderita kusta, yang terdapat hampir di mana-mana di Eropa dan dipengaruhi oleh perkembangan ilmu
kedokteran. Di Timur. Dunia Timur juga membawa kembali gagasan tersebut tentang pemandian umum
di Eropa, sebagai sebuah institusi yang pernah dilindungi oleh Kekaisaran Romawi, tapi diabaikan oleh
umat Katolik.
Dalam bidang sastra, pengaruh budaya Arab datang Perkembangan sastra Barat sangat nyata.
Cerita tentang Legenda Cawan Suci mengandung unsur-unsur Mungkin dari Suriah. Tentara Salib pada
suatu waktu simak ceritanya di kitab Kalilah wa Dimnah dan Arabian Nights, lalu mereka membawanya
serta ke negara mereka. Karya Geoffrey Chaucer diberi judul Squires Tale adalah kutipan dari Kisah
Seribu Satu Malam. Boccaccio juga mengumpulkan beberapa cerita dari mulut ke mulut dia kemudian
menyatukan mereka dalam karyanya yang berjudul Decameron. Di antara tentara salib juga ada
misionaris Eropa. Mereka yang tertarik dengan bahasa Arab dan bahasa dunia Muslim yang lain. Orang-
orang seperti Raymond Lull (w. 1315) terinspirasi kegagalan metode militer tentara salib untuk
memerangi penyembah berhala. Jeda Catalan, adalah orang Eropa pendukung pertama studi Oriental
sebagai alat kunci dalam perang salib untuk penggantian metode kekerasan versus metode persuasif.
Pada tahun 1276 dia mendirikan sebuah perguruan tinggi untuk para biksu di Miramar belajar bahasa
Arab dan itu bisa jadi karena di bawah pengaruhnya pulalah Dewan Wina memutuskan pada tahun 1311
untuk menyediakan studi bahasa Arab dan Tartar di Universitas. Paris, Leuven dan Salamanca. 8

b. Bidang Militer
Dalam bidang militer, pengaruh Timur sangat terasa Barat, seperti penggunaan ketapel,
penggunaan baju besi tebal menurut kelas dan kegunaan para ksatria dan kudanya bantalan
kapas di bawah baju perang, semuanya berasal Perang Salib Di Suriah, hal ini diadopsi oleh

8
Ibid., Hlm.14

8
kaum Frank seperti hadiah terompet perang, kendang dan genderang perang karakteristik
angkatan bersenjata. Terompet masih digunakan sebagai senjata perang. Mereka juga belajar
penduduk asli untuk melatih merpati meneruskan dan meminjam informasi militer dari mereka
juga praktik merayakan kemenangan dengan cahaya terang mengatur turnamen antar ksatria.
Burung berkepala elang dua dan dua kunci adalah elemen kecemerlangan kekuasaan Islam pada
periode ini. Saladino adalah salah satu pilihan menjadikan Elang sebagai simbol utamanya.
Bagian para khalifah besar dinasti Mamluk menggunakan nama dan gambar binatang untuk
menghiasi perisai dan atributnya perang lain Penguasa Mamluk memiliki beberapa unit
kelompok yang berbeda.
Perbedaan ini mungkin saja terjadi perbedaan desain simbol besar, seragam militer,
bendera dan lencana masing-masing unit. Simbol tim Baybar adalah lambang tentara Raja Ibnu
Tulun yang berbentuk singa sebelumnya ketika Sultan Barquq menjadi simbol kekuatan burung
rajawali. Di Eropa, lambang pasukan dan atribut kebesaran pada abad ke-11, muncul kekuatan
baru; Tentara Inggris diketahui hanya mengenakan lambang pasukan sejak saat itu awal abad
ke-13. Simbol di kalangan kekuatan Islam modern bintang, bulan sabit, singa dan matahari
adalah satu-satunya simbol kebesaran kekuatan Islam yang masih digunakan hingga saat ini.
Istilah lazuardi (dari bahasa Arab lazaward) dan istilah lainnya digunakan dalam perang
membuktikan keberadaannya hubungan antara institusi militer Eropa dan Islam.9
Perubahan nyata yang merupakan akibat dari proses panjang Perang Salib ialah bahwa
bagi Eropa, mereka sukses melaksanakan alih berbagai disiplin ilmu yang saat itu berkembang
pesat di dunia Islam, sehingga turut berpengaruh terhadap peningkatan kualitas peradaban
bangsa Eropa beberapa abad sesudahnya. Mereka belajar dari kaum muslimin berbagai
teknologi perindustrian dan mentransfer berbagai jenis industri yang mengakibatkan terjadinya
perubahan besar-besaran di Eropa, sehingga peradaban Barat sangat diwarnai oleh peradaban
Islam dan membuatnya maju dan berada di puncak kejayaan. Bagi umat Islam, Perang Salib
tidak memberikan kontribusi bagi pengebangan kebudayaan, malah sebaliknya kehilangan
sebagian warisan kebudayaan.
Peradaban Islam telah diboyong dari Timur ke Barat. Dengan demikian, Perang Salib itu
telah mengembalikan Eropa pada kejayaan, bukan hanya pada bidang material, tetapi pada
bidang pemikiran yang mengilhami lahirnya masa Renaisance. Hal tersebut dapat dipahami dari

9
Ibid, Hlm. 14-15

9
kemenangan tentara Salib pada beberapa episode, yang merupakan stasiun ekspedisi yang
bermacam-macam dan memungkinkan untuk memindahkan khazanah peradaban Timur ke
dunia Masehi Barat pada abad pertengahan. Di bidang seni, kebudayaan Islam pada abad
pertengahan mempengaruhi kebudayaan Eropa. Hal itu terlihat pada bentuk-bentuk arsitektur
bangunan yang meniru arsitektur gereja di Armenia dan bangunan pada masa Bani Saljuk. Juga
model-model arsitektur Romawi adalah hasil dari revolusi ilmu ukur yang lahir di Eropa Barat
yang bersumber dari dunia Islam.10

BAB III
KESIMPULAN

Perang Salib adalah serangkaian konflik militer pada Abad pertengahan antara pasukan Kristen Eropa dan
pasukan Muslim di wilayah Timur Tengah. Perang Salib dimulai pada akhir abad ke-11 dan berlangsung
hingga awal abad ke-13. Tujuan utama para tentara Salib, yang merupakan tentara dari Eropa, adalah
merebut kembali Kota Suci Yerusalem dari tangan Muslim. Perang Salib terdiri dari beberapa kampanye
yang berbeda, dengan peristiwa utama seperti Pengepungan Yerusalem pada tahun 1099 dan
Pengepungan Akko pada tahun 1189-1191. Perang Salib pertama dimulai pada tahun 1096 dan berakhir
10
Ibid., Abrari Syauqi, Dkk, Hlm. 95-96

10
dengan penaklukan Yerusalem oleh pasukan Salib pada tahun 1099. Selama Perang Salib, terdapat
berbagai faksi di kedua belah pihak, termasuk berbagai kelompok Kristen dan Muslim. Selain konflik
militer, Perang Salib juga memiliki dampak sosial, budaya, dan politik yang signifikan di Eropa dan
Timur Tengah. Perang Salib memiliki pengaruh jangka panjang terhadap hubungan antara dunia Kristen
dan Islam, dan membentuk sejarah dan identitas kedua agama tersebut. Bagi dunia Islam, Perang Salib
telah menghabiskan asset kekayaan bangsa dan mengorbankan putera terbaik. Ribuan penguasa, panglima
perang dan rakyat menjadi korban. Gencatan senjata yang ditawarkan terhadap kaum muslimin oleh
pasukan salib selalu didahului dengan pembantaian masal. Hal tersebut merusak struktur masyarakat yang
dalam limit tertentu menjadi penyebab keterbelakangan umat Islam dari umat lain. Walaupun demikian, di
sisi lain Perang salib membuktikan kemenangan militer Islam di abad pertengahan, yang bukan hanya
mampu mengusir Pasukan Salib, tetapi juga pada masa Turki Usmani mereka mampu mencapai
semenanjung Balkan (abad ke-14-15) dan mendekati gerbang Wina (abad ke-16 dan 17), sehingga hanya
Spanyol dan pesisir Timur Baltik yang tetap berada di bawah kekuasaan Kristen.

1.

11
DAFTAR PUSTAKA
.
Abrari Syauqi (dkk), Sejarah Peradaban Islam ( Yogyakarta: ASWAJA PRESSINDO, Cet
I,2016)

Siti Fauziyah, Eva Syarifah Wardah, Sejarah Dunia II, ( Serang: Media Madani, Cet I, 2020)

Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam, (Riau: Yayasan Pusaka Liar, Cet 3, 2013)

12

Anda mungkin juga menyukai