MAKALAH
Diajukan sebagai salah satu tugas pada mata kuliah Sejarah Peradaban Islam
Dengan Dosen Pengampu mata kuliah :
Ratu Suntiah, M.Ag.
Momon, M.Ag.
Disusun oleh :
Kelompok 8
Prodi Pendidikan Fisika
Kelas A
1. Agus Firman Muhidin
NIM 1142070004
2. Anisa Tifany
NIM 1142070087
3. Eis Nurzakiyah
NIM 1142070024
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Pengertian Perang Salib................................................................................3
B. Latar Belakang Terjadinya Perang Salib.......................................................5
C. Proses Berlangsungnya Perang Salib............................................................6
D. Kesudahan Perang Salib................................................................................9
BAB III PENUTUP..............................................................................................12
A. Simpulan.....................................................................................................12
B. Saran............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses hidup dalam kehidupan akan selalu dihadapkan pada banyak
pilihan, salah dan benar akan selalu bertarung untuk mendapatkan posisi.
Terlebih di zaman ini, tidak sedikit orang berlomba-lomba untuk meraih
sesuatu tanpa memperdulikan halal-haram, prosesnya benar atau salah, demi
mendapatkan sesuatu yang dianggapnya penting. Hal itu juga berdampak pada
pasang-surutnya kehidupan dimana setiap orang tidak akan selalu berada pada
posisinya. Dunia pasti akan selalu berputar, adakalanya orang yang berada di
atas, karena suatu alasan posisinya dapat bertukar dengan orang yang di
bawah. Itulah yang dinamakan dengan kehidupan, sesuatu yang fana dan tidak
kekal. Sudah banyak contoh yang dapat kita amati dalam kehidupan seharihari mengenai konsep dunia berputar ini. Kita sebagai umat muslim pun
merasakan sendiri bahwa kita saat ini tengah berada di bawah, sedangkan
umat non-muslim yang dulunya berada di bawah kini sedang berada di atas.
Dahulu, Islam telah mencapai masa kejayaan yang luar biasa. Di mulai
dari masa Rasulullah, khulafaur rosyidin yang dilanjutkan dengan dinasti
Umayyah I hingga Abbasiyah II, kejayaan yang telah dicapai tidak hanya
dalam aspek sosial ekonomi saja, akan tetapi ekspansi wilayah kekuasaan
Islam juga tidak kalah menggemilangkan. Perluasan daerah Islam bahkan
telah mencapai dataran Eropa yang saat itu berada pada kekuasaan bangsa
barat yang tidak bisa dianggap remeh.
Namun kejayaan tersebut kemudian berangsur-angsur memudar
dikarenakan perpecahan di tubuh umat Islam sendiri. Selain itu gesekan antara
umat Muslim dan umat Kristen menyebabkan kekuasaan Islam di dunia
semakin goyah. Ketidakpuasan akan kepemimpinan umat Muslim dan adanya
rasa iri dari umat Kristen terhadap umat Muslim menyebabkan adanya
peperangan yang disebut dengan Perang Salib. Perang Salib ini menimbulkan
kerugian yang tidak sedikit bagi umat Muslim namun bagi umat Kristen
Perang Salib ini mengantarkan mereka ke zaman Renaissans yang akhirnya
membawa mereka keluar dari kegelapan. Namun hal penting ini seringkali
1
BAB II
PEMBAHASAN
Atas seruan Paus Urbanus II, seluruh raja-raja Kristen di Eropa bersatu
dan mengerahkan rakyatnya terlibat dalam Perang Salib. Pada tahun 1096,
150.000 orang yang terdiri dari sebagian besar orang-orang Prancis dan
Norman memenuhi panggilan dari Paus Urbanus II dan berkumpul di
Konstantinopel. Tidak semua orang yang mengikuti Perang Salib didorong
keimanan terhadap agama mereka. Beberapa pemimpin jamaah salib,
diantaranya Bohemond ikut berperang dikarenakan dorongan nafsu untuk
memperkaya diri. Ada yang ikut karena kepentingan perdagangan dan ada
juga yang ikut karena untuk memperbaiki nasib sosial mereka. (Amin, 2009 :
234)
Namun bagi umat Islam pada umumnya Perang Salib tidak lebih dari
suatu insiden perbatasan, suatu kelanjutan dari pertempuran-pertempuran yang
telah berlangsung di Suriah dan Palestina selama setengah abad belakangan,
bilamana tidak ada penguasa tertinggi yang cukup kuat untuk menjaga
ketentraman. Orang-orang Islam yang terlibat hanyalah mereka yang dekat
dengan daerah pertempuran di wilayah Turki, Palestina, dan Mesir. Sultan
Barkiyaruq mengeluarkan ajakan untuk berjihad melawan orang-orang Eropa
awal tahun 1098 sebelum jatuhnya Antioch, tidak mendapat tanggapan yang
efektif.
Rakyat Muslim mengungsi ke Damaskus dan Irak ketika Yerusalem
jatuh dan terjadi pembunuhan besar-besaran, pada bulan Juli 1099 M. Khalifah
al-Mustazhir mendorong para ulama untuk mendesak para amir dan pangeran
supaya bergabung dalam jihad, tidak ada hasilnya pula. Bahkan al-Ghazali
yang berada di Yerusalem tahun 1096 M dan 1097 M, tidak menyinggung
sedikitpun mengenai Perang Salib. Walaupun begitu, masih bisa didapati
beberapa syair yang menyebut-nyebut Perang Salib. (Suntiah, 2014 : 150)
Perang Salib berlangsung selama 200 tahun lamanya, dari mulai 10951293 M, dengan 8 kali penyerbuan. Perang tersebut bertujuan untuk merebut
kota suci Palestina, tempat tapak
muslimin. Peperangan ini memakan korban baik jiwa maupun harta dan
kebudayaan yang tidak sedikit jumlahnya. Perang tersebut juga merupakan
peristiwa yang sangat menyedihkan di pantai timur Laut Tengah, yang
merusak hubungan antara dunia Timur dan dunia Barat. (Sunanto, 2004 : 182)
Periode
Ketiga
(Periode
perang
saudara
kecil-kecilan
atau
sikap
kebesaran
Islam
dengan
membebaskan
dan
mereka
menderita
kekalahan
dalam
Perang
Salib,
namun
10
bangunan Kristen lainnya, akan tetapi, massa yang beringas selalu menerobos
masuk dan membunuh mereka tanpa pandang bulu.
Pada abad ke-13, Perang Salib tidak pernah mencapai tingkat
kepopuleran yang tinggi di masyarakat. Sesudah kota Acra jatuh untuk
terakhir kalinya pada tahun 1291 M dan sesudah penghancuran bangsa
Occitan (Perancis Selatan) yang berpaham Catharisme pada Perang Salib
Albigensian, ide perang Salib mengalami kemerosotan nilai yang diakibatkan
oleh pembenaran lembaga kepausan terhadap agresi politik dan wilayah yang
terjadi di Katolik Eropa. Orde ksatria Salib mempertahankan wilayah adalah
orde Knights Hospitaller. Sesudah kejatuhan Acra yang terakhir, orde ini
menguasai Pulau Rhodes dan pada abad ke-16 dibuang ke Malta. Tentaratentara Salib yang terakhir ini akhirnya dibubarkan oleh Napoleon Bonaparte
pada tahun 1798 M.
11
BAB III
PENUTUP
A Simpulan
Dari beberapa penjelasan di atas mengenai Perang Salib, maka dapat
ditarik beberapa buah kesimpulan yaitu :
1. Perang Salib merupakan peperangan yang terjadi antara umat Muslim
dengan umat Kristen yang berlangsung dari mulai tahun 1095 M sampai
1293 M. Disebut dengan perang salib karena umat Kristen memakai
atribut Salib di peralatan perangnya dan menyimbolkan bahwa perang itu
adalah perang suci.
2. Ada 3 faktor yang melatarbelakangi terjadinya Perang Salib yaitu faktor
Agama, hal ini karena umat kristen merasa dibatasi untuk beribadah ke
baitul maqdis. Lalu faktor politik, hal ini mengenai inginnya umat kristen
untuk menguasai kembali daerah yang dikuasai oleh umat muslim. Selain
itu faktor perpecahan dari tubuh umat muslim sendiri memberikan peluang
kepada umat kristen untuk menyerang. Yang terakhir adalah faktor sosial
ekonomi, hal ini mengenai keinginan para pedagang eropa untuk
menguasai sejumlah kota dagang yang berada dibawah kekuasaan umat
muslim. Selain itu faktor stratifikasi sosial masyarakat Eropa mendorong
kelas rakyat jelata untuk memperbaiki nasibnya melalui perang salib.
3. Perang salib menurut Philip K. Hitti, dibagi kedalam 3 periode yaitu
periode pertama yang dikenal dengan periode penaklukan (tahun 10961144 M), periode kedua yakni periode reaksi umat Islam (tahun 1144-1192
M), dan periode ketiga yaitu periode perang saudara kecil-kecilan atau
kehancuran di dalam pasukan Salib (tahun 1193-1291 M)
4. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa Perang Salib dimenangakan
oleh umat Islam, akan tetapi dampak negatif yang ditimbulkan oleh perang
salib sangat banyak, termasuk dalam segi perekonomian, karena Perang
Salib terjadi di daerah kekuasaan Islam, meskipun umat Kristen juga tidak
kalah merugi. Meskipun pihak Kristen Eropa menderita kekalahan dalam
Perang Salib, namun mereka telah mendapatkan hikmah yang tidak ternilai
harganya karena mereka dapat berkenalan dengan kebudayaan dan
12
13
DAFTAR PUSTAKA
.
14