Anda di halaman 1dari 20

SEJARAH SOSIAL,PEMIKIRAN DAN KELEMBAGAAN

PENDIDIKAN ISLAM

MAKALAH
LATAR BELAKANG DAN ORGANISASI PEMBAHARUAN
ISLAM DI INDONESIA

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kuliah


Dosen : Dr.Jamal Fakir,M.Ag

Disusun Oleh :
M AS R U R
NPM.1606011

PROGRAM PASCA SARJANA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
METRO
2016

KATA PENGANTAR

Penyusun bersyukur kepada allah SWT yang telah memberikan kesempatan


dan kesehatan dalam menyelesaikan tugas ini.
Makalah ini di susun berdasarkan panduan dan bimbingan dosen yang
terkait, yang di dalamnya membahas mengenai Pembaharuan Islam di
Indonesia(Jamiat Khoiriyyah, Al Ishlah Wal Irsyad, Muhammadiyah dan
Persatuan Islam, NU dan Masyumi) dan hal-hal yang masih terkait dengan
materi.
Penyusun berterima kasih kepada semua pihak terkait terutama dosen
pembimbing yang sekaligus sebagai dosen pemberi materi yang telah berperan
penting dalam penyusunan tugas ini.
Makalah ini merupakan kajian bagi mahasiswa dengan program
pembahasan Pemikiran Modern Islam mengenai Pembaharuan Islam di Indonesia
(Jamiat Khoiriyyah, Al Ishlah Wal Irsyad, Muhammadiyah dan Persatuan
Islam, NU dan Masyumi). Dalam kajiannya mahasiswa di harapkan mampu
memahami dan mengetahui pembaharuan yang ada di Indonesia.
Dalam penyusunan Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga
masih perlu adanya penyempurnaan. oleh karena itu, penyusun sangat
mengharapkan keritik dan saran yang membangun jika ada materi buku ini yang
belum tepat.

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

................................................................................

Daftar Isi ..........................................................................................

ii

BAB I

PENDAHULUAN ..........................................................
A. Latar Belakang ..........................................................

B. Rumusan Masalah ....................................................

C. Tujuan .......................................................................

BAB II PEMBAHASAN PEMBAHARUAN ISLAM DI


INDONESIA ....................................................................

1. Latar Belakang Pembaharuan Pendidikan Islam di


Indonesia ...................................................................

2. Peranan Oganisasi Sosial keagamaan dalam proses


Pembaharuan .............................................................

BAB III PENTUP .........................................................................

16

Kesimpulan .....................................................................

16

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................

17

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah.


Lahirnya beberapa organisasi islam diindonesia lebih banyak karena
didorong oleh mulai tubuhnya sikap patriotisme dan rasa nasionalisme serta
sebagai respons terhadap kepincangan-kepincangan yang ada pada masyarakat
diindonesia pada akhir abad ke 19 pemerintah kolonial belanda. Ada banyak cara
yang ditempuh oleh pemerintah kolonial waktu itu untuk membendung
pergolakan rakyat indonesia melalui media pendidikan dan tidak banyak
membawa hasil, bahkan berakibat sebaliknya makin tumbuh kesadaran tokohtokoh organisasi isalm untuk melawan penjajah dan lahirlah perguruan nasional
yang dimpin oleh usaha swasta yang waktu itu berkembzng pesat sejak awal tahun
1990.
Islam tidak terlepas dari para tokoh agamanya yang menyebarkan maupun
mengembangkan pendidikan islam di dunia ini, dan di Negara kita sendiri terdapat
beberapa tokoh penddikan islam yang jasanya sangat besar dalam perkembangan
pendidikan islam. Di Indonesia selain banyak makam para Wali Songo yang
menyebarkan agama islam juga terdapat tokoh tokoh pendidikan yang asli dari
bumi pertiwi ini.
B. Rumusan masalah
a. Latar belakang pembaharuan pendidikan islam di Indonesia?
b. Peranan
organisasi soaial keagamaan dalam proses pembaharuan
pendidikan islam di Indinesia ?
C. Tujuan penulisan
a. Mendeskripsikan ciri-ciri pendidikan di Indonesia dan kualitas pendidikan
di islam Indonesia pada saat ini.
b. Memberikan gambaran umum tentang tokoh-tokoh pendidikan islam di
Indonesia.

BAB II
1

PEMBAHASAN
LATAR BELAKANG PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM
DI INDONESIA

1. Faktor pendorong
Pembaharuan yang mengandung pikiran, aliran, gerakan, dan usaha untuk
mengubah paham,adat istiadat, instituisi lama dan sebagainya, agar semua itu
dapat disesuaikan dengan pendapat-pendapat dan keadaan baru yang timbul oleh
tujuan ilmu pengetahuan serta teknologi modern. Modernisasi atau pembaharuan
juga berarti proses pergeseran sikap dan mentalitas mental sebagai warga
masyarakat untuk bisa hidup sesuai dengan tuntutan hidup masyarakat
kini.Modernisasi merupakan proses penyesuaian pedidikan Islam dengan
kemajuan zaman.
Latar belakang dan Pola-pola pembaharuan dalam Islam, khususnya dalam
pendidikan mengambil tempat sebagai : 1) golongan yang berorentasi pada pola
pendidikan modern barat, 2) gerakan pembaharuan pendidikan Islam yang
berorentasi pada sumber Islam yang murni dan 3) pembaharuan pendidikan yang
berorentasi pada nasionalisme.
Modernisasi pendidikan Islam Indonesia masa awalnya dikenalkan oleh
bangsa kolonial Belanda pada awal abad ke-19. Program yang dilaksanakan oleh
kolonial Belanda dengan mendirikan Volkshoolen, sekolah rakyat, atau sekolah
desa ( Nagari) dengan masa belajar selama 3 tahun, di beberapa tempat di
Indonesia sejak dasawarsa 1870-an. Pada tahun 1871 terdapat 263 sekolah dasar
semacam itu dengan siswa sekitar 16.606 orang; dan menjelang 1892 meningkat
menjadi 515 sekolah dengan sekitar 52.685 murid.
Point penting eksprimen Belanda dengan sekolah nagari terhadap system
dan kelembagaan pendidikan Islam adalah tranformasi sebagian surau di
Mingkabau menjadi sekolah nagari model Belanda. Memang berbeda dengan
masyarakat muslim jawa umumnya memberikan respon yang dingin, banyak
kalangan masyrakat muslim Minangkabau memberikan respon yang cukup baik

terhadap sekolah desa. Perbedaan respon masyarakat Muslim Minangkabau dan


jawa banyak berkaitan dengan watak cultural yang relatif berbeda, selain itu juga
berkaitan dengan pengalaman histories yang relatif berbeda baik dalam proses dan
perkembangan Islamisasi maupun dalam berhadapan dengan kekuasaan Belanda.
Selain itu perubahan atau modernisasi pendidikan Islam datang dari kaum
reformis atau modernis Muslim. Gerakan reformis Muslim yang menemukan
momentumnya sejal abad 20 berpendapat, diperlukan reformasi system
pendidikan Islam untuk mempu menjawab tantangan kolonialisme dan ekspansi
Kristen.
Respon system pendidikan Islam tradisional seperti suaru (Minangkabau)
dan Pesantren (Jawa) terhadap modernisasi pendidikan Islam menurut Karel
Steenbrink dalam kontek surau tradisional menyebutnya sebagai menolak dan
mencontoh, dalam kontek pesantren sebagai menolak sambil mengikuti. Untuk
itu, tak bisa lain dalam pandangan mereka, surau harus mengadopsi pula beberapa
unsure pendidikan modern yang telah diterapkan oleh kaum reformis, khususnya
system klasikal dan penjejangan, tanpa mengubah secara signifikan isi pendidikan
surau itu sendiri.
Selain respon yang diberikan oleh pesantren di jawa, komunitas pesantren
menolak asumsi-asumsi keagamaan kaum reformis. Tetapi pada saat tertentu
mereka pasti mengikuti langka kaum reformis, karena memiliki manfaat bagi para
santri, seperti system penjenjangan, kurikulum yang lebih jelas dan system
klasikal. Pesantern yang mengikuti jejak kaum reformis adalah pesanteren
Mambahul ulum di Surakarta, dan di ikuti oleh pesantren Modern Gontor di
Ponorogo. Pondok tersebut memasukan sejumlah mata pelajaran umum ke dalam
kurikulumnya, juga mendorong santrinya untuk memperlajari bahasa Inggris
selain bahasa Arab dan melaksanakan sejumlah kegiatan ekstra kurikuler seperti
olah raga, kesenian dan sebagainya.
Sistem Pendidikan Islam pada mulanya diadakan di surau-surau dengan
tidak berkelas-kelas dan tiada pula memakai bangku, meja, dan papan tulis, hanya
duduk bersela saja. Kemudian mulialah perubahan sedikit demi sedikit sampai

sekarang. Pendidikan Islam yang mula-mula berkelas dan memakai bangku, meja
dan papan tulis, ialah Sekolah Adabiah (Adabiah School) di Padang.
Adabiah School merupakan madrasah (sekolah agama) yang pertama di
Minangkabau, bahkan diseluruh Indonesia. Madrasah Adabiah didirikan oleh
Almarhum Syekh Abdullah Ahmad pada tahun 1909. Adabiah hidup sebagai
madrasah sampai tahun 1914, kemudian diubah menjadi H.I.S. Adabiah pada
tahun 1915 di Minangkabau yang pertama memasukkan pelajaran Agama dalam
rencana pelajarannya. Sekarang Adabiah telah menjadi sekolah Rakyat dan SMP.
Setelah berdirinya madrasah Adabiah, maka selanjutnya diikuti madrasah
lainnya seperti madras Schol di Sungyang ( daerah Batusangkar) oleh Syekh
M.Thaib tahun 1910 M, Diniah School ( madrasah diniah) oleh Zainuddin Labai
Al-Junusi di Padang panjang tahun 1915.
Di antara guru Agama banyak juga mengarang kitab-kitab untuk madrasah
ialah 1)H. Jalaluddin Thaib, seperti kitab jenjang bahasa arab 1-2, Tingkatan
bahasa arab 1-2, Tafsir Al-Munir 1-2, ( 2) Anku Mudo Abdul hamid Hakim,
seperti kitab: Al-Muin Al-Mubin 1-5, As-Sullam, Al-Bayan Tahzibul akhlaq, ( 3)
Abdur-Rahim Al-Manafi seperti kitab : Mahadi ilmu Nahu, Mahadi ilmu Sharaf,
Al-Tashil, Lubahul Fighi, Al-Huda, Asasul adab.
Ulama-ulama yang mengadakan perubahan dalam pendidikan Islam di
Minangkabau adalah 1) syekh Muhd. Thaib Umar Sungayang, batu sangkar tahun
1874-1920 M. 2) Syekh H.Abdullah Ahmad, Padang tahun 1878 M-1933M, 3)
Syekh H. Abdul karim Amrullah, Maninjau 1879-1945 M, 4) Syekh H.M. Jamil
Jambek bukittinggi 1860-1947, 5) dan lain-lain.
Surau surau yang termashur di Minangkabau adalah sebagai berikut ; 1)
Surau Tanjung Sungyang didirikan oleh Syekh H.M Thaib Umar pada tahun 1897
M dan masih hidup sampai sekarang dengan nama Al-Hidayah dan SMPI, PGA.,
2) Surau Parabek, bukittinggi didirikan oleh Syekh H. Ibrahim Musa pada tahun
1908 M. dan masih hidup sampai sekarang dengan nama Thawalib, 3) Surau
padang Japang didirikan oleh Syekh H. Abbas Abdullah pada tahun dan masih
hidup sampai sekarang dengan nama Darul funun Abbasiah, 4) dan lain-lain.

Tentang keadaan pendidikan Islam di Minangkabau pada masa beberapa


tahun sebelum tahun 1900. dilukiskan dalam skema pendidikan Islam.
Melihat keadaan di lapangan bahwa pengamalan agama Islam di Indonesia
yang masih banyak bercampur dengan tradisi Hindu-Budha tersebut dan jelas
sekali merusak kemurnian ajarannya, maka tampillah beberapa ulama
mengadakan pemurnian dan pembaharuan faham keagamaan dalam Islam.Pada
mulanya lahir Gerakan Padri di daerah Minangkabau yang dipelopori oleh Malim
Basa, pendiri perguruan di Bonjol, yang kemudian dikenal dengan sebutan Imam
Bonjol.Sejak kembali dari Mekah, Imam Bonjol melancarkan pemurnian aqidah
Islam seperti yang telah dilakukan oleh gerakan Wahabi di Mekah.Karena kaum
tua yang masih sangat kuat berpegang teguh pada adat menentang dengan keras
terhadap gerakan Imam Bonjol maka timbulah perang Padri yang berlangsung
antara tahun 1821-1837.
Pemerintahan Kolonial Belanda, sesuai dengan politik induknya Devide et
empera akhirnya membantu kaum adat untuk bersama-sama menumpas kaum
pembaharu. Sungguh pun kaum militer Padri dapat dikalahkan, tetapi semangat
pemurnian Islam dan kader-kader pembaharu telah ditabur yang kemudian pada
kenmudian hari banyak meneruskan usaha dan perjuangan mereka. Diantaranya,
Syekh Tohir Jalaludin, setelah kembali dari Mekah dan Mesir bersama-sama
dengan Al Khalili mengembangkan semangat pemurnian Agama Islam dengan
menerbitkan majalah Al Imam di Singapura.
Pada saat itu juga, di Jakarta berdiri Jamiatul Khair pada tahun 1905, yang
pada umumnya beraggotakan peranakan Arab.Organisasi Jamiatul Khair ini
dinilai sangat penting karena dalam kenyataanya dialah yang memulai dalam
bentuk organisasi dengan bentuk modern dalam masyarakat Islam (dengan
anggaran dasar, daftar anggota yang tercatat, rapat-rapat berkala) dan mendirikan
suatu sekolah dengan cara-cara yang banyak sedikitnya telah modern. Di bawah
pimpinan Syekh Ahmad Soorkati, Jamiatul Khair banyak mengadakan
pembaharuan dalam bidang pengajaran bahasa Arab, pendidikan Agama Islam,
penyiaran agama, dan banyak berusaha mewujudkan Ukhuwah Islam.

Sementara itu, banyak tumbuh dan lahir gerakan pembaharuan dan


pemurnian Agama Islam di beberapa tempat di Indonesia, yang satu sama lain
mempunyai penonjolan perjuangan dan sifat yang berbeda-beda. Akan tetapi,
secara keseluruhan mereka mempunyai cita-cita yang sama dan tunggal yaitu
Izzul Islam wal Muslimin atau kejayaan Agama Islam dan Kaum Muslimin. Di
antara gerakan-gerakan tersebut adalah: Partai Sarekat Islam Indonesia,
Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Persatuan Islam, dan Al Irsyad.
Gerakan-gerakan tersebut, umumnya terbagi dalam dua golongan yaitu
Gerakan Modernis dan Gerakan Reformis.Yang dimaksud dengan Gerakan
Modernis

ialah

gerakan

yang

menggunakan

organisasi

sebagai

alat

perjuangannya.Jadi semua Gerakan Islam tersebut dapat digolongkan sebagai


gerakan Modernis. Sedangkan Gerakan Reformis, berarti di samping gerakan ini
menggunakan organisasi sebagai alat perjuangannya, juga berusaha memurnikan
Islam dan membangun kembali Islam dengan pikiran-pikiran baru, sehingga Islam
dapat mengarahkan dan membimbing umat manusia dalam kehidupan mereka.
Yang melatar belakangi pembaharuan pendidikan Islam,menurut Steen Brink ada
beberapa factor pendorong bagi pembaharu yaitu :
1. Sejak tahun 1900, telah banyak pemikiran untuk kembali ke Al-quran
dan sunnah yang dapat di jadikan titik tolak untuk menilai kebiasaan
agama dan kebudayaan yang ada. Tema sentralnya adalah menolak
taklid. Dengan kembali kepada Al-quran dan sunnah mengakibatkan
perubahan dalam bermacam-macam kebiasaan agama.
2. Adanya sifat perlawanan nasional terhadap penguasa colonial Belanda.
3. Adanya usaha-usaha dari umat Islam untuk memperkuat organisasinya
bidang social ekanomi.
4. Berasal dari pembaharuan pendidikan islam, dalam bidang ini cukup
banyak orang dan organnisasi islam, tidak puas dengan metode
tradisional dalam mempelajari Al-quran dan studi agama.1

2. Peranan Oganisasi Sosial keagamaan dalam proses Pembaharuan


1

Mahmud yunus hal 23

Organisasi yang berdasarkan sosial keagamaan yang banyak melakukan aktivitas


pendidikan islam antara lain:
a. Al-jamiat Al-khairiyah
Organisasi yang lebih dikenaal dengan nama Jamiat khair ini
didrikan di jakarta tanggal 17 juli 1905. Anggota nya orang-orang arab dan
tidak menutup kemungkinan untuk setiap muslim menjadi anggotanya.
Umumnya anggota dan pemimpinya terdiri dari orang yang berada. Dua
bidang yang sangat diperhatikan organisasi ini adalah:
1. Pendirian dan pembinaan satu sekolah tingkat dasar
2. Pengiriman anak-anak muda ke Turki
bahwa Jamiat Khair yang pertama memulai organisasinya dngan
bentuk modern dalam masyarakat islam.
b. Al-islah Wal irsyad
Al Ishlah wal Al Irsyad adalah pecahan dari organisasi
Jamiat Khoiriyyah, didirikan pada tahun 1913 dan mendapat
pengesahan dari belanda pada tanggal 11 Agustus 1915.
menurut Steenbrink, organisasi ini lahir karena adanya
perpecahan

dikalangan

Jamiat

Khoir

mengenai

hak

istimewa golongan Sayyid, mereka yang tidak setuju dengan


kehormatan berlebihan dengan sayyid dikecam dan dicap
sebagai reformis, kemudian mendirikan organisasi Jamiyyah
Al Ishlah Wal Irsyad Al Arabiyyah. Tujuan organisasi ini
yaitu:
1.Merubah tradisi dan kebiasaan orang arab tentang kitab
suci, bahasa arab, bahasa

belanda dan bahasa-bahasa

lainya.

2. Membangun dan memelihara gedung-gedung pertemuan,


sekolah dan unit percetakan.
Salah satu perubahan yang di lakukan Al Irsyad
adalah pembaharuan dibidang pendidikan. Pada tahun 1913
didirikan disebuah perguruan modern di Jakarta, dengn
sistem

kelas.

pelajaran

Materi

umum

dan

pelajaran
agama.

yang

diberikan

adalah

Sekolah-sekolah

Irsyad

berkembang dan meluas sampai ke kota-kota dimana Al


Irsyad mempunyai cabang dan cara umum, semuanya
berada ditingkat rendah.

c.

Muhamadiyah
Muhamadiyah adalah organisasi islam yang bergerak dibidang
pendidikan,

dakwah

dan

kemasyrakatan.

Muhamadiyah

didirikan

dijogjakarta pada tanggal 10 november 1912 bertepatan dengan 8 zulhijah


1330 H oleh K.H. Ahmad Dahlan.
Tujuan didirikan organisasi muhamadiyah ini adalah untuk
membebaskan

umat

islam

dari

kebekuan

dalam

segala

bidang

kehidupannya, dan praktek-praktek agama yang menyimpang dari


kemurnian ajaran islam. Sebagai organisasi dakwah dan pendidikan,
muhamadiyah mendirikan lembaga pendidikan dari tingkat dasar sampai
keperguruan tinggi. pada tahun 1015 K.H. Ahmad dahlan mulai mendirikan
sekolah dasarnya yang pertama. Pada ssekolah ini diberikan pengetahuan
umum dan agama. Kemudian diikuti dengan berdirinya sekolah-sekolah
muhamadiyah dipelosok indonesia.
Organisasi ini mempunyai maksud untuk menyebarkan pengajaran
kangjeng nabi Muhamad SAW kepada penduduk bumi putra dan
memajukan hal agama islam kepada anggota-anggotanya. Usaha lain untuk
mencapai maksud dan tujuan ini ialah dengan mengadakan:
a.

Mengadakan dakwah islam.


8

b. Memajukan pendidikan dan pengajaran.


c. Menghidup suburkan masyarakat yang saling tolong menolong.
d. Mendirikan dan memelihara tempat ibadah dan wakaf.
e. Mendidik dan mengasuh anak-anak dan pemuda-pemuda, supaya kelak
menjadi orang islam yang berarti.
f. Berusaha kearah perbaikan penghidupan dan kehidupan yang sesuai denga
g.

ajaran islam.
Berusaha dengan segala bijaksana, supaya kehendak dan peraturan islam
berlaku dalam islam.
Pada tahun 1925 organisasi ini telah mempunyai delapan Hollands
inlandse school.sebuah sekolahan guru di yogyakarta, 32 sekolah dasar lima
tahun, sebuah schakel school, dan 14 buah madrasah, yang seluruhnya 119
orang guru dan 4000 murid.
Pada tahun 1992 organisasi ini telah mempublikasikan penerbitan
sejumlah 700.000 buah buku dan brosur. Kemuduan pada tahun 1938 telah
memiliiki 3i perpustakaan umum dan 1774 sekolah. Diantara sekolahsekolah Muhamadiyah yang tertua dan terbesar jasanya adalah :
a. Kwekschool Muhamadiyah di Yogyakarta.
b. Muaallimin Muhammadiyah, solo,jakarta.
c. Mualimmat muhammadiyah, Yogyakarta.
d. Zuama/Zaimat, Yogyakarta.
e. Kulliyah Muballigin/Muballigat, Padang Panjang.
f. Tabligschool, Yogyakarta.
g. HIK Muhammadiyah, Yogyakarta.

d. Nahdlatul Ulama.
Latar belakang didirikannya organisasi ini semula adalah sebagai
perluasan dari suatu komite hijaz yang dibangun dengan dua tujuan yaitu:
a. Untuk mengimbangi komite khilafat yang secara berangsur-angsur jatuh
b.

ketangan golongan pembaharuan.


Untuk berseru kepada Ibnu Saud, penguasa baru ditanah Arab, agar
kebiasaan beragama secara tradisi dapat diteruskan.
Maksud perkumpulan Gerakan NU adalah mempertahankan salah satu
dari empat madzhab dalam masalah yang berhubungan dengan fiqh
madzhab Hanafi, madzhab Maliki, madzhab SyafiI dan madzhab
Hambali.Dalam

hal

Itiqod,

NU

berpegang

pada

Ahlussunah

Waljamaah. Dalam konteks ini, NU memahami hakikat Ahlussunah


Waljamaah sebagai ajaran islam yang murni sebagaimana yang telah
diajarkan oleh Rosulullah SAW bersama para sahabatnya.
Untuk mencapai maksud itu, maka diadakan ikhtiar
a. Mengadakan perhubungan diantara ulama-ulama yang bermazhab
tersebut.
b. Memeriksa kitab-kitab sebelum dipakai untuk mengajar.
c. Mengajarkan agama islam berdasarkan pada empat mazhab dngan jalan
apa saja.
d. Beriktiar memperbanyak madrasah-madrasah yang berdasarkan agama
e.

islam.
Memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan masjid-masjid,surau,

f.

dan pondok pesantren.


Mendirikan badan-badan untuk memajukan urusan pertanian,perniagaan
dan perusahaan yang tidak dilarang oleh syara agama islam.
Motifasi utama berdirinya NU adalah mengorganisasikan potensi

dan peranan ulama pesantren yang sudah ada, untuk ditingkatkan dan
dikembangkan secara luas untuk diguakan sebagai wadah untuk
mempersatukan dan menyatukan langkah para ulama pesantren dalam tugas
pengabdian yang tidak terbatas pada masalah kepesantrenan dan kegiatan
ritual Islam saja, tetapi lebih ditingkatkan lagi agar para ulama lebih peka
terhadap masalah-masalah sosial, ekonomi dan masalah kemasyarakatan
pada umumnya.
Dengan demikian tampak bahwa NU bermaksuf mempertahankan
praktek keagamaan yang sudah menstradisi. NU memberikan perhatian
yang besar pada pendidikan, khusnya pendidikan tradisional. NU
mendirikan madrasah dengan model barat, sampai akhir tahun1956 komisi
perguruan NU mengeluarkan reglement tentang susunan madrasahmadrasah NU yang terdiri dari:
1.
2.
3.
4.

Madrasah awaliyah lama belajar 2 tahun.


Madrasah ibtidaiyah lama belajar 3 tahun.
Madrasah tsanawiyah lama belajar 3 tahun.
Madrasah mualimin wusta lama belajar 2 tahun

10

5.

Madrasah mualimin ulya lama belajar 3 tahun.


Di bidang pendidikan formal nahdatul ulama membentuk satu

bagian khusus yang mengelola kegiatan bidang ini dengan nama al-marif
yang bertugas membuat perundangan dan program pendidikan di lembagalembaga pendidikan/sekolah yang berada dibawah naungan NU.2
e.

Persatuan islam.
Didirikan secara resmi pada tanggal 12 September1923 di Bandung
oleh sekelompok orang Islam yang berminat dalam studi dan aktivitas
keagamaan yang dipimpin oleh Zamzam dan Muhammad Yunus.
Pada awal berdirinya, pesantren persatuan islam dikenal sebagai
pesantren yang sangat modern apalagi dibandingkan dengan pesantrenpesantren lain pada umumnya karena keberaniannya memasukkan beberapa
sistem administrasi pendidikan dan model kurikulum seperti yang diajarkan
sekolah Belanda. Walaupun demikian, pada dasarnya kurikulum yang
dikembangkan pesantren persatuan islam ini adalah penimbangan
pendidikan agama sebagai prioritas, jika dibandingkan dengan pendidikan
umum, dan yang menarik,kurikulum yang dipakai sampai saat ini adalah
hasil rakitan sendiri. Namun begitu dalam pengakuan berbagai pendidik di
kalangan pesantren, kurikulum rakitan itu masih didasarkan kepada
kaidah-kaidah baku gerakan persatuan islam, seperti yang disebut Ahkam
Al-Syari Dan Qaidah Ushul. Dari racikan kurikulum seperti ini, diharapkan
para santri memiliki bekal pengetahuan akidah yang cukup, dan
taabudi(berbudi pekerti) yang berdasarkan al-sAkhlak al-kKarimah (akhlak
budi pekerti luhur).
Di samping menyelenggarakan pendidikan Islam berupa madrasah
atau sekolah lain, persatuan islam juga mendirikan sebuah pesantren.
Pesantren persatuan islam didirikan di Bandung tanggal 1 Dzulhijjah 1354

2 [5] Drs. Zuhairin.dkk , Op.Cit., H.159-186.

11

H bertepatan dengan Maret 1936. Pesantren ini dipimpin oleh A. Hasan


sebagai kepala dan Muhammad Nasir sebagai Penasehat dan Guru.
Tujuan pendidikan pesantren ini untuk mengeluarkan mubaligmubalig yang sanggup menyiarkan, mengajar, membela dan mengajarkan
agama Islam. Dengan demikian, diharapkan terbentuknya kader-kader yang
punya kemauan keras untuk melakukan dakwah Islamiyah.
Namun demikian, pada tahun 1988 terjadi perubahan yang cukup
mendasar dalam sistem pendidikan Persis, yakni ketika pimpinan pesantren
Persis secara kelembagaan mengizinkan para santri untuk mengikuti ujian
negara dalam bentuk evaluasi belajar tahap akhir persamaan. Hal ini belaku
bagi siswa yang merampungkan studinya di tingkat Tsanawiyah maupun
tingkat muallimin. Hal ini merupakan langkah besar bagi Persis karena pada
masa kepemimpinan sebelumnya di bawah pimpinan KH. Abdurrahman,
para santri dan siswa di lingkungan persis tidak diperbolehkan mengikuti
ujian negara yang salah satu tujuan utamanya mendapatkan ijazah negeri.
Dalam perspektif Kyai, hal ini akan mempengaruhi visi dan orientasi para
siswa di didik di lingkungan Persis untuk menjadi ulama menjadi cenderung
pragmatis seperti pegawai negeri.3[6]
2. Tokoh-tokoh Pendidikan Islam Di Indonesia.
Adapun tokoh-tokoh pendidikan Islam di Indonesia antara lain:
1) Kyai Haji Ahmad Dahlan (1869-1923)
K.H Ahmad Dahlan dilahirkan di Yogyakarta pada tahun 1869 M
dengan nama kecilnya Muhammad Darwis, putra dari K.H Abu Bakar Bin
Kyai Sulaiman, khatib di Masjid besar (Jami) kesultanan Yogyakarta.
Ibunya adalah putri Haji Ibrahim, seorang penghulu Setelah beliau
menamatkan pendidikan dasarnya di suatu Madrasah dalam bidang Nahwu,
Fiqih dan Tafsir di Yogyakarta beliau pergi ke Makkah pada tahun 1890 dan
beliau menuntut ilmu disana selama satu tahun. Salah seorang gurunya
3 [6] M.Ali Hasan, Mukti Ali. Kapita Sketsa Pendidikan Islam Hal 927.

12

Syekh Ahmad Khatib. Sekitar tahun 1903 beliau mengunjungi kembali ke


Makkah dan kemudian menetap di sana selama dua tahun
Beliau adalah seorang yang alim luas ilmu pengetahuanya dan tiada
jemu-jemunya beliau menambah ilmu dan pengalamanya. Dimana saja ada
kesempatan sambil menambah atau mencocokan ilmu yang telah
diperolehnya.

Observation

lembaga

pernah

beliau

datangi

untuk

mencocokan tentang ilmu hisab. Beliau ada keahlian dalam ilmu itu.
Perantauanya kelauar pulau jawa pernah sampai ke Medan. Pondok
pesantren yang besar-besar di Jawa pada waktu itu banyak dikunjungi.
Cita-cita K.H Ahmad Dahlan sebagai seorang ulama adalah tegas,
beliau hendak memperbaiki masyarakat Indonesia berlandaskan cita-cita
agama Islam. Usaha-usahanya ditujukan hidup beragama, keyakinan beliau
ialah bahwa untuk membangun masyarakat bangsa harus terlebih dahulu
dibangun semangat bangsa. K.H Ahmad Dahlan pulang ke Rahmatullah
pada Tahun 1923 M Tanggal 23 Pebruari dalam usia 55 Tahun dengan
meninggalkan sebuah organisasi Islam yang cukup besar dan di segani
karena ketegaranya.
2) K.H Hasim Asyari (1971-1947)
K.H Hasim Asyari dilahirkan pada tanggal 14 Februari tahun 1981
M di Jombang Jawa Timur mula-mula beliau belajar agama Islam pada
ayahnya sendiri K.H Asyari kemudian beliau belajar di pondok pesantren di
Purbolinggo, kemudian pindah lagi ke Plangitan Semarang Madura dan
lain-lain.
Sewaktu beliau belajar di Siwalayan Panji (Sidoarjo) pada tahun
1891, K.H Yakub yang mengajarnya tertarik pada tingkahlakunya yang
baik dan sopan santunya yang harus, sehingga ingin mengambilnya sebagai
menantu, dan akhirnyabeliau dinikahkan dengan putri kiyainya itu yang
bernama Khadijah (Tahun 1892). Tidak lama kemudian beliau pergi ke
Makkah bersama istrinya untuk menunaikan ibadah haji dan bermukim
selama setahun, sedang istrinya meninggal di sana.
Pada kunjunganya yang kedua ke Makkah beliau bermukim selama
delapan tahun untuk menuntut ilmu agama Islam dan bahasa Arab. Sepulang

13

dari Makkah beliau membuka pesantren Tebuiring di Jombang (pada tanggal


26

Rabiulawal

tahun

1899

M)

Jasa K.H Hasim Asyaari selain dari pada mengembangkan ilmu di


pesantren Tebuireng ialah keikutsertaanya mendirikan organisasi Nahdatul
Ulama, bahkan beliau sebagai Syekul Akbar dalam perkumpulan ulama
terbesar di Indonesia.
Sebagai ulama beliau hidup dengan tidak mengharapkan sedekah
dan belas kasihan orang. Tetapi beliu mempunyai sandaran hidup sendiri
yaitu beberapa bidang sawah, hasil peninggalanya. Beliau seorang salih
sungguh beribadah, taat dan rendah hati. Beliau tidak ingin pangkat dan
jabatan, baik di zaman Belanda atau di zaman Jepang kerap kali beliau
deberi pangkat dan jabatan, tetapi beliau menolaknya dengan bijaksana.
Banyak alumni Tebuiring yang bertebarang di seluruh Indonesia,
menjadi Kyai dan guru-guru agama yang masyhur dan ada diantra mereka
yang memegang peranan penting dalam pemerintahan Republik Indonesia,
seperti mentri agama dan lain-lain (K.H A. Wahid Hasyim, dan K.H Ilyas).
K.H Asyari wafat kerahmatullah pada tanggal 25 Juli 1947 M dengan
meninggalkan sebuah peninggalan yang monumental berupa pondok
pesantren Tebuiring yang tertua dan terbesar untuk kawasan jawa timur dan
yang telah mengilhami para alumninya untuk mengembangkanya di daerahdaerah lain walaupun dengan menggunakan nama lain bagi pesantrenpesantren yang mereka dirikan.
3) K.H Abdul Halim (1887-1962)
K.H Abdul Halim lahir di Ciberelang Majalengka pada tahun 1887.
beliau adlah pelopor gerakan pembeharuan di daerah Majalengka Jawa
Barat yang kemudian berkembang menjadi Perserikatan Ulama, dimulai
pada tahun 1911. yang kemudian berubah menjadi Persatuan Umat Islam
(PUI) pada tanggal 5 April 1952 M. Kedua orang tuanya berasal dari
keluarga yang taat beragama (ayahnya adalah seorang penghulu di
Jatiwangi), sedangkan famili-familinya tetap mempunyai hubungan yang
erat secara keluarga dengan orang-orang dari kalangan pemerintah.

14

K.H Abdul Halim memperoleh pelajaran agama pada masa kanakkanak dengan belajra diberbagai pesantren di daerah Majalengka sampai
pada umur 22 Tahun. Ketika beliau pergi ke Makkah untuk naik haji dan
untuk melanjutkan pelajaranya.
Pada umumnya K.H Abdul Halim berusaha untuk menyebarkan
pemikiranya dengan toleransi dan penuh pengertian. Dikemukakan bahwa
beliau tidak pernah mengecam golongan tradisi ataupun organisasi lain yang
tidak sepaham dengan beliau, tablignya lebih banyak merupakan anjuran
untuk menegakan etika di dalam masyarakat dan bukan merupak kritik
tentang pemikiran ataupun pendapat orang lain.
Pada tanggal 7 Mei 1962 K.H Abdul Halim pulang kerahmatullah
di Majalengka Nawa Barat dalam usia 75 Tahun dan dalam keadaan tetap
teguh berpegang pada majhab Safii.4[7]

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Indonesia dewasa ini merupakan masyarakat peralihan yang mengalami
transformasi sosial, politik ekonomi dan budaya yang cepat serta memperoleh
pengaruh dari dunia luar secara intens, industrialisasi, urbanisasi, sekulerisasi,
polarisasi masyarakat Indonesia yang cendrung menjadi berbagai kelas
merupakan proses yang terus berjalan dengan segala macam implikasinya. Dalam
konteks perubahan atau pembaharuan inilah organisasi islam yang berkembang
dalam bidang agama dan politik yang banyak di bahas di kalangan masayarakat
luas, dan juga di makalah ini terdapat empat organisasi islam
Muhammadiyah dan Persatua Islam (Peris) merupakan dua organisasi
kelompok modernis yang sangat berpengaruh dalam gerakan social keagamaan
dan pembaharuan pemahaman dan pengalaman ajaran agama. Mereka monolak
sebagian ajaran dan kebiasaan kaum tradisional yang dianggapnya sudah keluar
dari rel ajaran islam yang sebenarnya.
4 [7] http://ilmukita57.wordpress.com/2011/12/05/tokoh-tokohpendidikan-islam-di-indonesia/

15

Sedangakan bagi NU, Pembaharuan (tajdid) bukanlah membiarkan para kaum


muda untuk secara semberono mempertanyakan kembali ajara-ajaran ulama besar
yang sangat dihormati oleh warga NU, melainkan upaya untuk mencari dan
menambah ilmu ynag bermanfaat bagi kehidupan manusia secara luas.NU sebagai
basis organisasi kaum tradisional Islam Indonesia karena alam pandangan NU
tidak semua tradisi buruk, usang, tidak mempunyai relevansi kekirian, bahkan
tidak jarang, tradisi biasa memberikan inspirasi bagi munculnya modernisasi
islam.
Selain Muhammadiyah, Persis dan NU terdapat pula organisasi masyumi.
Masyumi adalah suatu organisasi politik yang didalamnya ada nu, muhamadiyah,
persis, dan sebagainya. Masyumi berdiri karna kepentingan politik bukan
kepentingan agama saat itu mereka menganggap politik saat itu penting agar bisa
menselaraskan indonesia yang saat itu di duduki oleh jepang dan mereka
organisasi organisasi islam ikut andil membuat masyumi.
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr.H. Samsul nizar, M.Ag. Sejarah Pendidikan Islam,


Jakarta;Kencana 2009.
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta,
Bulan Bintang; 1997.
Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, PT. Logos Wacana
Ilmu, Jakarta; 1999.
Rofi Sofyan,Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Cv Budi Utama
Drs. H.M. Asad Thoha, M. Ag dkk, LKS: Pendidikan Aswaja dan ke-NUan, (Jatim, 2013)
Abdul Munir Mulkhan, Dr,Neo-Sufisme dan pudarnya Fundamentalisme di
Pedasaan, (Yogyakarta, 2000)

16

17

Anda mungkin juga menyukai