Anda di halaman 1dari 50

PENGARUH SERTIFIKASI GURU DAN

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP


KINERJA GURU SMA NEGERI` 1 KENDAL

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh:

Intan Indah Kurnia Sari

NIM 7101410140

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan


suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1). Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003). Jadi, tujuan pendidikan adalah berkembangnya
potensi peserta didik.
Pendidikan membutuhkan sumber daya yang mendukung dan
menunjang pelaksanaannya agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Guru adalah
sosok yang menempati posisi dan memegang peran penting dalam pendidikan.
Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil
pendidikan. Sehingga, guru dituntut untuk meningkatkan kualitas dalam
melaksanakan tugasnya agar memiliki kinerja yang tinggi.
Kinerja adalah prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil
kerja atau unjuk kerja (Mulyasa, 2004:136). Kinerja dipengaruhi oleh faktor
eksternal dan faktor internal. Faktor internal yaitu dorongan untuk bekerja,
tanggung jawab terhadap tugas, minat terhadap tugas. Sedangkan faktor eksternal
yaitu penghargaan atas tugas, peluang untuk berkembang, perhatian dari kepala
sekolah, hubungan interpersonal sesama guru, adanya pelatihan, kelompok
diskusi terbimbing, dan layanan perpustakaan (Mulyasa, 2007:227). Kinerja guru
adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran yaitu bagaimana guru
merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai
serta mengevaluasi pembelajaran.
Kinerja guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran,
merupakan faktor utama dalam pencapaian tujuan pengajaran, keterampilan
peguasaan proses pembelajaran ini sangat erat kaitannya dengan tugas dan
tanggung jawab guru sebagai pengajar, pendidik dan fasilator belajar siswa. Jadi,
kinerja guru berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang
berkualitas.
Guru harus memiliki penguasaan tehadap materi pelajaran, penguasaan
profesional keguruan dan pendidikan, penguasaan cara-cara menyesuaikan diri
dan berkepribadian untuk melaksanakan tugasnya, disamping itu guru harus
merupakan pribadi yang berkembang dan bersifat dinamis. Hal ini sesuai dengan
yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban (1)
menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif,
dinamis, dan dialogis, (2) mempunyai komitmen secara profesional untuk
meningkatkan mutu pendidikan dan (3) memberi teladan dan menjaga nama baik
lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan
kepadanya
SMA N 1 Kendal merupakan salah satu sekolah yang berada di
Kabupaten Kendal. SMA N 1 Kendal merupakan rintisan sekolah bertaraf
internasional, sehingga dituntut untuk meningkatkan kualitasnya baik dari segi
input, proses, maupun output. Guru di SMA N 1 Kendal dituntut untuk memiliki
kinerja yang tinggi agar dapat menunjang berjalannya proses pendidikan.
Peneliti telah melakukan observasi di SMA N 1 Kendal. Berdasarkan
wawancara dengan kepala sekolah SMA N 1 Kendal diperoleh informasi bahwa
guru dalam melaksanakan tugasnya ada yang memiliki kinerja tinggi, namun ada
juga yang belum memiliki kinerja yang tinggi.

Tabel 1.1
Data Kualifikasi Guru SMA Negeri 1 Kendal Tahun 2012
Kualifikasi Guru Jumlah Persentase
S2 3 4,41%
S1 60 88,24%
D3 5 7,35%
68 100%
Sumber: Data Dik-Tendik SMA Negeri 1 Kendal

Tabel 1.2
Data Sertifikasi Guru SMA Negeri 1 Kendal Tahun 2012
Sertifikasi pendidik Jumlah Persentase
Lulus sertifikasi 37 54,41%
PLPG 11 16,18%
Belum sertifikasi 20 29,41%
Total 68 100%
Sumber: Data Dik-Tendik SMA Negeri 1 Kendal

Tabel kualifikasi guru SMA N 1 Kendal menunjukkan bahwa jumlah


guru yang telah meraih gelar S2 masih sangat minim yaitu hanya 4,41%, padahal
Permendiknas Nomor 78 Tahun 2009 Pasal 6 Ayat 6 menyatakan bahwa SMA
dan SMK bertaraf internasional memiliki paling sedikit 30% pendidik yang
berpendidikan S2 atau S3 sesuai dengan bidang studi yang diampu dari perguruan
tinggi yang program studinya terakreditasi. Sedangkan, persentase guru yang
telah tersertifikasi yaitu sebesar 54,41%. Hal ini menunjukkan bahwa guru yang
sudah sertifikasipun kurang memiliki upaya untuk meningkatkan kompetensi
yang dimiliki agar memiliki kinerja yang tinggi.
Peneliti mendapatkan informasi berdasarkan wawancara dengan siswa
SMA N 1 Kendal bahwa guru hanya menggunakan metode ceramah dalam proses
pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran di dalam kelas juga kurang
dimanfaatkan dengan baik, sebagian besar guru hanya fokus pada LKS maupun
buku paket saja. Berdasarkan hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa terdapat
fenomena gap kinerja guru di SMA N 1 Kendal.
Upaya untuk meningkatkan kinerja guru adalah dengan program
sertifikasi guru. Menurut Mulyasa (2007), sertifikasi guru merupakan proses uji
kompetensi bagi calon guru atau guru yang ingin memperoleh pengakuan dan
atau meningkatkan kompetensi sesuai profesi yang dipilihnya. Sertifikasi guru
merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu guru yang dikutii
dengan peningkatan kesejahteraan guru. Guru yang telah lulus uji sertifikasi guru
akan diberi tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok sebagai upaya
pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan guru. Tunjangan tersebut berlaku,
baik bagi guru yang berstatus pegawai negeri sipil (PNS) maupun bagi guru yang
berstatus non-pegawai negeri sipil (non PNS/swasta). Dengan peningkatan mutu
dan kesejahteraan guru maka diharapkan dapat meningkatkan kinerja guru.
Hal tersebut dilakukan agar guru memiliki kinerja yang optimal. Guru
sudah selayaknya diakui dan disejajarkan dengan profesi-profesi lain. Oleh karena
itu, kesejahteraan guru merupakan hal yang perlu diperhatikan. Kesejahteraan
yang baik akan membuat guru berkonsentrasi penuh dalam melaksanakan
pembelajaran tanpa dibayang-bayangi untuk mencari penghasilan tambahan lain.
Kepemimpinan kepala sekolah dapat juga mempengaruhi kinerja guru
karena kepala sekolah adalah seorang manager di sekolah yang bertugas
membimbing dan mengarahkan guru untuk mencapai tujuan sekolah. Kepala
sekolah adalah guru yang diangkat dan memiliki tugas tambahan untuk
memimpin sekolah. Tugas kepala sekolah dalam proses kegiatan belajar mengajar
lebih sedikit namun kepala sekolah memiliki tanggung jawab atas proses belajar
mengajar yang terjadi di sekolah.
Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi yang sangat berpengaruh dan
menentukan kemajuan sekolah harus memiliki kemampuan administrasi,
memiliki komitmen tinggi, dan luwes dalam melaksanakan tugasnya.
Kepemimpinan kepala sekolah yang baik harus dapat mengupayakan peningkatan
kinerja guru melalui program pembinaan kemampuan tenaga kependidikan. Oleh
karena itu kepala sekolah harus mempunyai kepribadian atau sifat-sifat dan
kemampuan serta keterampilan-keterampilan untuk memimpin sebuah lembaga
pendidikan. Dalam perannya sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah harus
dapat memperhatikan kebutuhan dan perasaan orang-orang yang bekerja sehingga
kinerja guru selalu terjaga.
Depdiknas dalam Sudrajat (2010) menyatakan bahwa terdapat tujuh
peran utama kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru yaitu (1)educator
(pendidik), (2)manager, (3)administrator, (4)supervisor, (5)leader, (6)pencipta
iklim kerja, (7) wirausahawan. Hal ini dapat diwujudkan jika seorang kepala
sekolah dapat atau bisa memberikan sikap keteladanan yang baik dalam
berperilaku, perhatian terhadap respon guru dan pemberian kesempatan untuk
pengambilan keputusan di organisasi dalam pencapaian visi dan misi organisasi.
Jika hal ini diperhatikan dengan baik maka akan memberikan hal yang positif
dalam peningkatan semangat kerja guru.
Beberapa penelitian lain yang mendukung pengaruh sertifikasi guru dan
kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru adalah sebagai berikut:
Hakim Adi Prabowo (2010) yang mengkaji pengaruh disiplin kerja dan
kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru akuntansi di SMK Program
Bisnis dan Manajemen se-Kota Semarang, memperoleh hasil bahwa ada pengaruh
positif antara disiplin kerja dan kepemimpinan sekolah dengan kinerja guru.
Erni Sulastri (2011), yang mengkaji mengenai pengaruh sertifikasi guru
dan motivasi kerja terhadap kinerja guru SMA Negeri 1 Juwana Kabupaten Pati
memperoleh hasil bahwa ada pengaruh variabel sertifikasi guru terhadap kinerja
guru, ada pengaruh variabel motivasi kerja terhadap kinerja guru dan ada
pengaruh antara sertifikasi guru dan motivasi kerja terhadap kinerja guru.
Berdasarkan latar belakang di atas maka sertifikasi guru dan
kepemimpinan kepala sekolah merupakan faktor yang diduga sebagai penentu
kinerja guru dan diperkuat dengan hasil penelitian sebelumnya maka peneliti
tertarik untuk mengajukan judul skripsi Pengaruh Sertifikasi Guru dan
Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru SMA Negeri 1 Kendal

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka


permasalahan yang menjadi bahan pengkajian dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Adakah pengaruh sertifikasi guru dan kempemimpinan kepala sekolah
terhadap kinerja guru baik secara parsial maupun simultan?
2. Seberapa besar pengaruh sertifikasi guru dan kepemimpinan kepala sekolah
terhadap kinerja guru baik secara parsial maupun simultan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah sehingga rumusan masalah seperti


diatas, dapat dirumuskan tujuannya yaitu:
1. Untuk mengetahui adakah pengaruh sertifikasi guru dan kepemimpinan
kepala sekolah terhadap kinerja guru baik secara parsial maupun simultan.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh sertifikasi guru dan
kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru baik secara parsial
maupun simultan.
1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini sebagai sarana mengembangkan ilmu pengetahuan yang
secara teoritis dipelajari dan secara khusus pengetahuan tentang
peningkatan kinerja guru.
b. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini bermanfaat sebagai sarana untuk
pertimbangan dalam penelitian-penelitian yang serupa dimasa yang akan
datang berkaitan dengan pengetahuan untuk meningkatkan kinerja sumber
daya pendidikan yaitu guru.
c. Bagi peneliti selanjutnya penelitian ini dapat dikembangkan lebih baik
lagi dengan meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi kinerja guru.

1.4.2 Manfaat Praktis


a. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapakan dapat menambah pengetahuan nanti dalam
melaksanakan tugas keseharian sebagai guru untuk bekerja dengan
sungguh-sungguh dan dengan kinerja yang tinggi, sehingga akan
mencapai hasil yang optimal
b. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru untuk melaksanakan
kegiatan belajar mengajar yang lebih efisien dan kondusif agar dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran, serta membantu guru untuk
meningkatkan kinerjanya lebih professional sebagai staf pendidik.
c. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang baik pada
sekolah itu sendiri dalam rangka memperbaiki kualitas siswa pada
khususnya dan kualitas sekolah.
d. Bagi Penyelenggara Sertifikasi
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai kajian mengenai
sertifikasi serta evaluasi dan identifikasi kekurangan selama pelaksanaan
sertifikasi.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Telaah Toeri


2.1.1 Definisi Kinerja
Menurut Mangkunegara (2007:67) istilah kinerja berasal dari Job
Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi
sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja adalah
hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang pegawai
dalam melaksanakan tugasnya dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya.
Kinerja adalah prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja,
hasil kerja atau unjuk kerja (Mulyasa, 2004:136). Kamus Besar Bahasa
Indonesia mendefinisikan kinerja sebagai sesuatu yang dicapai, prestasi
yang diperlihatkan, dan kemampuan kerja. Jadi kinerja adalah hasil kerja
yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas yang diberikan
kepadanya.

2.1.2 Kinerja Guru


Kinerja guru dapat dilihat pada saat guru melaksanakan proses
pembelajaran termasuk persiapannya dalam bentuk perangkat
pembelajaran. UU No.14 Tahun 2005 Bab IV Pasal 20 a tentang Guru dan
Dosen dalam melaksanakan tugas keprofesioanal guru berkewajiban:
merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, serta
menilai dan evaluasi hasil pembelajaran.
Kinerja guru merupakan kemampuan kerja yang dicapai oleh
seorang guru dalam melaksanakan tugas sebagai seorang pengajar yang
profesional. Kinerja yang dimaksud adalah kinerja dalam proses
pembelajaran yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
pembelajaran.

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru


Muhlisin (2009) mengatakan bahwa faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja guru adalah:
a. Kepribadian dan dedikasi
Kepribadian adalah suatu cerminan dari citra seorang guru dan
akan mempengaruhi interaksi antara guru dan anak didik. Oleh karena itu
kepribadian merupakan faktor yang menentukan tinggi rendahnya
martabat guru. Kepribadian guru akan tercermin dalam sikap dan
perbuatannya dalam membina dan membimbing anak didik. Semakin baik
kepribadian guru, semakin baik dedikasinya dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya sebagai guru, ini berarti tercermin suatu dedikasi yang
tinggi dari guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai
pendidik.
Kepribadian dan dedikasi yang tinggi dapat meningkatkan
kesadaran akan pekerjaan dan mampu menunjukkan kinerja yang
memuaskan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi. Guru yang
memiliki kepribadian yang baik dapat membangkitkan kemauan untuk
giat memajukan profesinya dan meningkatkan dedikasi dalam melakukan
pekerjaan mendidik sehingga dapat dikatakan guru tersebut
memiliki akuntabilitas yang baik.
b. Pengembangan profesi
Pengembangan profesi guru merupakan hal penting untuk
diperhatikan guna mengantisipasi perubahan dan beratnya tuntutan
terhadap profesi guru. Pengembangan profesionalisme guru menekankan
kepada penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen
beserta strategi penerapannya.
Pengembangan profesional guru harus memenuhi standar
sebagaimana yang dikemukakan Stiles dan Horsley dalam Muchlisin
(2007) bahwa ada empat standar pengembangan profesi guru yaitu: (1).
Standar pengembangan profesi A adalah pengembangan profesi untuk
para guru sains memerlukan pembelajaran isi sains yang diperlukan
melalui perspektif-perspektif dan metode-metode inquiri; (2) Standar
pengembangan profesi B adalah pengembangan profesi untuk guru sains
memerlukan pengintegrasian pengetahuan sains, pembelajaran,
pendidikan, dan siswa, juga menerapkan pengetahuan tersebut ke
pengajaran sains; (3) Standar pengembangan profesi C adalah
pengembangan profesi untuk para guru sains memerlukan pembentukan
pemahaman dan kemampuan untuk pembelajaran sepanjang masa; (4)
Standar pengembangan profesi D adalah program-program profesi untuk
guru sains harus koheren (berkaitan) dan terpadu.
Pembinaan dan pengembangan profesi guru bertujuan untuk
meningkatkan kinerja dan dilakukan secara terus menerus sehingga
mampu menciptakan kinerja sesuai dengan persyaratan yang diinginkan,
disamping itu pembinaan harus sesuai arah dan tugas/fungsi yang
bersangkutan dalam sekolah. Semakin sering profesi guru dikembangkan
melalui berbagai kegiatan maka semakin mendekatkan guru pada
pencapaian predikat guru yang profesional dalam menjalankan tugasnya
sehingga harapan kinerja guru yang lebih baik akan tercapai.
c. Kemampuan mengajar
Kemampuan mengajar guru yang sesuai dengan tuntutan standar
tugas yang diemban memberikan efek positif bagi hasil yang ingin dicapai
seperti perubahan hasil akademik siswa, sikap siswa, keterampilan siswa,
dan perubahan pola kerja guru yang makin meningkat, sebaliknya jika
kemampuan mengajar yang dimiliki guru sangat sedikit akan berakibat
bukan saja menurunkan prestasi belajar siswa tetapi juga menurunkan
tingkat kinerja guru itu sendiri.
Kemampuan mengajar guru menjadi sangat penting dan menjadi
keharusan bagi guru untuk dimiliki dalam menjalankan tugas dan
fungsinya, tanpa kemampuan mengajar yang baik sangat tidak mungkin
guru mampu melakukan inovasi atau kreasi dari materi yang ada dalam
kurikulum yang pada gilirannya memberikan rasa bosan bagi guru
maupun siswa untuk menjalankan tugas dan fungsi masing-masing.
d. Hubungan dan komunikasi
Komunikasi memegang pera penting dalam organisasi, adanya
komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan
berhasil dan begitu pula sebaliknya. Misalnya Kepala Sekolah
tidak menginformasikan kepada guru-guru mengenai kapan sekolah
dimulai sesudah libur maka besar kemungkinan guru tidak akan datang
mengajar.
Guru dalam proses pelaksanaan tugasnya perlu memperhatikan
hubungan dan komunikasi baik antara guru dengan Kepala Sekolah, guru
dengan guru, guru dengan siswa, dan guru dengan personalia lainnya di
sekolah. Hubungan dan komunikasi yang baik membawa konsekuensi
terjalinnya interaksi seluruh komponen yang ada dalam sistem sekolah.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru akan berhasil jika ada
hubungan dan komunikasi yang baik dengan siswa sebagai komponen
yang diajar. Kinerja guru akan meningkat seiring adanya kondisi
hubungan dan komunikasi yang sehat di antara komponen sekolah sebab
dengan pola hubungan dan komunikasi yang lancar dan baik mendorong
pribadi seseorang untuk melakukan tugas dengan baik.
e. Hubungan dengan masyarakat
Sekolah merupakan lembaga sosial yang tidak dapat dipisahkan
dari masyarakat lingkungannya, sebaliknya masyarakat pun tidak dapat
dipisahkan dari sekolah sebab keduanya memiliki kepentingan, sekolah
merupakan lembaga formal yang diserahi mandat untuk mendidik,
melatih, dan membimbing generasi muda bagi peranannya di masa depan,
sementara masyarakat merupakan pengguna jasa pendidikan itu.
Hubungan dengan masyarakat harus terjamin baik dan
berlangsung kontinu, maka diperlukan peningkatan profesi guru dalam hal
berhubungan dengan masyarakat. Guru disamping mampu melakukan
tugasnya masing-masing di sekolah, mereka juga diharapkan dapat dan
mampu melakukan tugas-tugas hubungan dengan masyarakat. Mereka
bisa mengetahui aktivitas-aktivitas masyarakatnya, paham akan adat
istiadat, mengerti aspirasinya, mampu membawa diri di tengah-tengah
masyarakat, bisa berkomunikasi dengan mereka dan mewujudkan cita-cita
mereka. Untuk mencapai hal itu diperlukan kompetensi dan perilaku dari
guru yang cocok dengan struktur sosial masyarakat setempat, sebab ketika
kompetensi dan perilaku guru tidak cocok dengan struktur sosial dalam
masyarakat maka akan terjadi benturan pemahaman dan salah pengertian
terhadap program yang dilaksanakan sekolah dan berakibat tidak adanya
dukungan masyarakat terhadap sekolah, padahal sekolah dan masyarakat
memiliki kepentingan yang sama dan peran yang strategis dalam mendidik
dan menghasilkan peserta didik yang berkualitas.
f. Kedisiplinan
Kedisiplinan sangat perlu dalam menjalankan tugas dan
kewajibannya sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing siswa. Disiplin
yang tinggi akan mampu membangun kinerja yang profesional sebab
pemahaman disiplin yang baik guru mampu mencermati aturan-aturan dan
langkah strategis dalam melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar.
Kemampuan guru dalam memahami aturan dan melaksanakan aturan yang
tepat, baik dalam hubungan dengan personalia lain di sekolah maupun
dalam proses belajar mengajar di kelas sangat membantu upaya
membelajarkan siswa ke arah yang lebih baik. Kedisiplinan bagi para guru
merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya.
Kedisiplinan seorang guru menjadi tuntutan yang sangat penting
untuk dimiliki dalam upaya menunjang dan meningkatkan kinerja dan
disisi lain akan memberikan tauladan bagi siswa bahwa disiplin sangat
penting bagi siapapun apabila ingin sukses.
g. Kesejahteraan
Faktor kesejahteraan menjadi salah satu yang berpengaruh
terhadap kinerja guru di dalam meningkatkan kualitasnya sebab semakin
sejahteranya seseorang makin tinggi kemungkinan untuk meningkatkan
kerjanya. Mulyasa (2004) menegaskan bahwa terpenuhinya berbagai
macam kebutuhan manusia, akan menimbulkan kepuasan dalam
melaksanakan apapun tugasnya.
Profesionalitas guru tidak saja dilihat dari kemampuan guru
dalam mengembangkan dan memberikan pembelajaran yang baik kepada
peserta didik, tetapi juga harus dilihat oleh pemerintah dengan cara
memberikan gaji yang pantas serta berkelayakan. Bila kebutuhan dan
kesejahteraan para guru telah layak diberikan oleh pemerintah, maka tidak
akan ada lagi guru yang membolos karena mencari tambahan diluar.
Program peningkatan mutu pendidikan apapun yang akan
diterapkan pemerintah, jika kesejahteraan guru masih rendah maka besar
kemungkinan program tersebut tidak akan mencapai hasil yang maksimal.
Jadi tidak heran kalau guru di negara maju memiliki kualitas tinggi dan
profesional, karena penghargaan terhadap jasa guru sangat tinggi. Adanya
jaminan kehidupan yang layak bagi guru dapat memotivasi untuk selalu
bekerja dan meningkatkan kreativitas sehingga kinerja selalu meningkat
tiap waktu.

h. Iklim kerja
Sekolah merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai unsur
yang membentuk satu kesatuan yang utuh. Di dalam sekolah terdapat
berbagai macam sistem sosial yang berkembang dari sekelompok manusia
yang saling berinteraksi menurut pola dan tujuan tertentu yang saling
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya sehingga membentuk
perilaku dari hasil hubungan individu dengan individu maupun dengan
lingkungannya.
Interaksi yang terjadi dalam sekolah merupakan indikasi adanya
keterkaitan satu dengan lainnya guna memenuhi kebutuhan juga sebagai
tuntutan tugas dan tanggung jawab pekerjaannya. Untuk terjalinnya
interaksi-interaksi yang melahirkan hubungan yang harmonis dan
menciptakan kondisi yang kondusif untuk bekerja diperlukan iklim kerja
yang baik.
Iklim yang kondusif pada tempat kerja dapat menjadi faktor
penunjang bagi peningkatan kinerja sebab kenyamanan dalam bekerja
membuat guru berpikir dengan tenang dan terkosentrasi hanya pada tugas
yang sedang dilaksanakan.

2.1.4 Indikator Kinerja Guru


Seorang guru yang memiliki kinerja yang tinggi ditunjukkan
dengan keprofesionalannya dalam menjalankan profesinya. Menurut
Suyud dalam Sugiyono (2010:153) kinerja profesional guru diukur
melalui : (1) penguasaan bahan ajar, (2) pemahaman karakteristik siswa,
(3) penguasaan pengelolaan kelas, (4) penguasaan metode dan strategi
pembelajaran, (5) penguasaan evaluasi pembelajaran, (6) Kepribadian
Kinerja guru dibuktikan dengan kompetensi yang dimiliki guru
dalam menunjang tugas dan perannya dalam meningkatkan pendidikan.
Standar kompetensi guru terdapat dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun
2007 yang terdiri dari (1)kompetensi pedagogik, (2)kompetensi
kepribadian, (3)kompetensi profesional, (4)kompetensi sosial. Berikut
penjabaran dari masing-masing kompetensi:
a. Kompetensi Pedagogik
1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral,
spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual
2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik.
3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran
yang diampu.
4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan pembelajaran.
6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta
didik.
8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran.
10. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas
pembelajaran.

b. Kompetensi Kepribadian
1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan
kebudayaan nasional Indonesia.
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan
teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa,
arif, dan berwibawa.
4. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga
menjadi guru, dan rasa percaya diri.
5. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

c. Kompetensi Profesional
1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu.
2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran yang diampu.
3. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif.
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri.

d. Kompetensi Sosial
1. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif
karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar
belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
3. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik
Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.
4. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain
secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
Dalam penelitian ini indikator yang digunakan untuk mengukur
kinerja guru adalah (1) kompetensi pedagogik, (2)kompetensi kepribadian,
(3)kompetensi profesional, (4)kompetensi sosial, karena lebih mencakup
semua aspek dan tidak terbatas pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
saja.

2.1.5 Sertifikasi
Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru
dan dosen. Sertifikasi pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan
yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional (UU RI
No 14 Tahun 2005).
Mulyasa (2007) mendefinisikan sertifikasi guru sebagai proses uji
kompetensi bagi calon guru atau guru yang ingin memperoleh pengakuan
dan atau meningkatkan kompetensi sesuai profesi yang dipilihnya.
Representasi pemenuhan standar kompetensi yang telah ditetapkan dalam
sertifikasi guru adalah sertifikat kompetensi pendidik. Sertifikat ini
sebagai bukti pengakuan atas kompetensi guru atau calon guru yang
memenuhi standar untuk melakukan pekerjaan profesi guru pada jenis dan
jenjang pendidikan tertentu. Dengan kata lain sertifikasi guru merupakan
pemenuhan kebutuhan untuk meningkatkan kompetensi profesional. Oleh
karena itu, proses sertifikasi dipandang sebagai bagian esensial dalam
upaya memperoleh sertifikat kompetensi sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
National Commision on Education Services (NCES) memberikan
pengertian sertifikasi guru secara lebih umum. Sertifikasi guru merupakan
prosedur untuk menentukan apakah seorang calon guru layak diberikan
izin dan kewenangan untuk mengajar. Hal ini diperlukan karena lulusan
lembaga pendidikan tenaga keguruan sangat bervariasi, baik di kalangan
perguruan tinggi negeri maupun swasta (NCES dalam Mulyasa, 2007).
Jadi, sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk
guru sebagai pengakuan atas kompetensi yang dimiliki dalam melakukan
pekerjaannya sebagai guru.

2.1.6 Dasar Pelaksanaan Sertifikasi


Dasar pelaksanaan sertifikasi terdapat dalam Undang Undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 8 yang berbunyi
Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidikan, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan di Pasal 11 ayat 1 yang
berbunyi Sertifikat pendidik yang sebagaimana dimaksud dalam pasal 8
diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan. Dasar
pelaksanaan sertifikasi guru yang lain adalah:
1. Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang sertifikasi guru dalam
jabatan yang ditetapkan 4 Mei 2007
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
3. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru
4. Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan
Kompetensi Guru.

2.1.7 Kompetensi Guru dalam Sertifikasi


Kompetensi guru dalam sertifikasi terdapat dalam Undang
Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 10 yang berbunyi
Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi
kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional,
dan kompetensi sosial.
a. Kompetensi Pedagogik
1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral,
spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.
2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik.
3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran
yang diampu.
4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan pembelajaran.
6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta
didik.
8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran.
10. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas
pembelajaran.
b. Kompetensi Kepribadian
1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan
kebudayaan nasional Indonesia.
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan
teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa,
arif, dan berwibawa.
4. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga
menjadi guru, dan rasa percaya diri.
5. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
c. Kompetensi Profesional
1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu.
2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran yang diampu.
3. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif.
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri.

6. Kompetensi Sosial
1. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif
karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar
belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
3. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik
Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.
4. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain
secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

2.1.8 Komponen Portofolio Sertifikasi


Penilaian portofolio merupakan pengakuan atas pengalaman
profesional guru dalam sertifikasi dalam jabatan. Guru harus mempunyai
komponen-komponen dibawah ini:
1. Kualifikasi akademik
Kualifikasi akademik adalah jenjang pendidikan akademik yang
harus dimiliki oleh Guru sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan
pendidikan formal di tempat penugasan.
2. Pendidikan dan pelatihan
Kegiatan pendidikan dan pelatihan (diklat) yang pernah diikuti
oleh guru dalam rangka pengembangan dan/atau peningkatan kompetensi
selama melaksanakan tugas sebagai pendidik, baik pada tingkat
kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional.
3. Pengalaman mengajar
Pengalaman mengajar adalah masa kerja sebagai guru pada
jenjang, jenis, dan satuan pendidikan formal tertentu.
4. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
Perencanaan pembelajaran adalah persiapan pembelajaran yang
akan dilaksanakan untuk satu kompetensi dasar (KD) tertentu. Bukti fisik
perencanaan pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) hasil karya guru yang bersangkutan sebagai bukti persiapan
pembelajaran. RPP disusun mengacu Permendiknas No. 41 tahun 2007
tentang Standar Proses Pendidikan.
Pelaksanaan pembelajaran adalah kinerja guru dalam
melaksanakan pembelajaran. Kinerja guru tersebut meliputi tahapan
pembelajaran di kelas sesuai dengan yang tertuang pada Permendiknas
No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses Pendidikan. Tahapan
pembelajaran meliputi pra pembelajaran (pengecekan kesiapan kelas dan
apersepsi), kegiatan inti (penguasaan materi, strategi pembelajaran,
pemanfaatan media/sumber belajar, evaluasi, penggunaan bahasa), dan
penutup (refleksi, rangkuman, dan tindak lanjut).
5. Penilaian dari atasan dan pengawas
Penilaian atasan terhadap kompetensi kepribadian dan sosial.
Aspek yang dinilai menrujuk pada jabaran kompetensi kepribadian dan
sosial guru yang tertuang dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007.
6. Prestasi akademik
Prestasi yang dicapai guru dalam pelaksanaan tugasnya sebagai
pendidik dan agen pembelajaran yang mendapat pengakuan dari
lembaga/panitia penyelenggara, baik tingkat kecamatan, kabupaten/kota,
provinsi, nasional, maupun internasional. Contoh; lomba karya akademik,
sertifikat keahlian atau keterampilan, pembimbing PPL, reviewer buku.
7. Karya pengembangan profesi
Hasil karya guru yang menunjukkan adanya upaya pengembangan
profesi. Contoh: artikel yang dimuat di jurnal ilmiah, buku, modul
pembelajaran, media pembelajaran.
8. Keikutsertaan dalam forum ilmiah
Partisipasi guru dalam forum ilmiah (seminar, semiloka,
simposium, sarasehan, diskusi panel, dan jenis forum ilmiah lainnya) pada
tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, atau internasional,
baik sebagai pemakalah maupun sebagai peserta. Forum ilmiah dibedakan
ke dalam kategori relevan (R) dan kurang relevan (KR). Relevan apabila
materi forum ilmiah mendukung peningkatan kinerja profesional guru.
Contoh guru mengikuti seminar pengembangan profesionalitas guru.
Kurang relevan apabila materi forum ilmiah kurang mendukung
peningkatan kinerja profesional guru.
9. Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial
Keikutsertaan guru menjadi pengurus organisasi kependidikan atau
organisasi sosial pada tingkat sekolah, desa/kelurahan, kecamatan,
kabupaten/ kota, propinsi, nasional, atau internasional. Pengurus yang
dimaksud adalah Ketua/Kepala, Wakil Ketua/Kepala, Sekretaris,
Bendahara, serta Ketua dan anggota Biro/Divisi/Seksi. Pengurus
organisasi pada tingkat sekolah dinotasikan sebagai tugas tambahan,
antara lain sebagai kepala sekolah, wakil kepala sekolah, pembantu kepala
sekolah/kepala urusan, ketua jurusan, ketua program keahlian, kepala
perpustakaan sekolah, kepala laboratorium, kepala bengkel, kepala studio,
kepala klinik rehabilitasi, wali kelas (guru kelas SD/TK), dan pembimbing
kegiatan ekstra kurikuler (pramuka, drumband, majalah dinding, karya
ilmiah remaja-KIR, dll).
Organisasi kependidikan di luar sekolah antara lain Forum
Komunikasi Kepala Sekolah (FKKS), Forum Kelompok Kerja Guru
(FKKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Ikatan Sarjana
Pendidikan Indonesia (ISPI), Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia
(HEPI), Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN), Ikatan
Sarjana Manajemen Pendidikan Indonensia (ISMaPI), Asosiasi
Pendidikan Khusus Indonesia (APKHIN), Himpunan Sarjana dan
Pemerhati Pendidikan IPA Indonesia (HISPPIPAI), dan Persatuan Guru
Republik Indonesia (PGRI). Organisasi sosial di luar sekolah pada tingkat
desa antara lain Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW),
LKMD/LMD/BPD. Organisasi sosial-keagamaan contohnya takmir
masjid atau Dewan Keluarga Mesjid (DKM), Dewan Gereja, dan yang
sejenisnya. Keterlibatan guru dalam suatu kepanitiaan yang sifatnya
temporer mulai pada tingkat sekolah, desa, sampai tingkat
internasional tidak dinilai.
10. Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.
Penghargaan yang diperoleh guru atas dedikasinya dalam bidang
pendidikan dan memenuhi kriteria kuantitatif (lama waktu, hasil,
lokasi/geografis), dan kualitatif (komitmen, etos kerja), baik pada tingkat
satuan pendidikan, desa atau kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota,
provinsi, nasional, maupun internasional. Contoh penghargaan yang dapat
dinilai antara lain penghargaan sebagai guru yang berdedikasi tinggi yaitu
guru yang ditugaskan di daerah khusus, Satyalencana Karya Satya 10
Tahun, 20 Tahun, dan 30 Tahun; guru kreatif, guru favorit, guru inovatif,
dan penghargaan lain sesuai dengan kekhasan kriteria yang ditetapkan.
Bukti fisik komponen ini berupa sertifikat, piagam, atau surat keterangan
yang dikeluarkan oleh lembaga/institusi yang kredibel.

2.1.9 Pentingnya Uji Kompetensi Guru


Uji kompetensi guru yang terdapat dalam standar sertifikasi guru
memiliki manfaat yang sangat penting, terutama dalam meningkatkan
kualitas pendidikan melalui peningkatan kualitas guru. Pentingnya uji
kompetensi dalam sertifikasi guru antara lain dapat dikemukakan berikut
ini (Mulyasa, 2007):
a. Sebagai alat untuk mengembangkan standar kompetensi guru
Uji kompetensi guru dapat digunakan untuk mengembangkan
standar kompetensi guru. Berdasarkan hasil uji dapat diketahui
kemampuan rata-rata para guru, aspek mana yang perlu ditingkatkan, dan
siapa guru yang perlu mendapat pembinaan secara kontinyu, serta siapa
guru yang telah mencapai standar kemampuan minimal.
b. Merupakan alat seleksi penerimaan guru
Uji kompetensi diharapkan dapat menjaring guru-guru yang
kompeten, kreatif, profesional, inovatif, dan menyenangkan, sehingga
mampu meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolahnya. Dengan uji
kompetensi yang digunakan sebagai alat seleksi, penerimaan guru baru
dapat dilakukan secara profesional, tidak didasarkan atas suka-tidak suka,
atau alasan subjektif lain, yang bermuara pada korupsi, kolusi, dan
nepotisme (KKN), tetapi berdasarkan standar kompetensi yang objektif,
dan berlaku secara umum untuk semua calon guru.
c. Untuk pengelompokkan guru
Hasil uji kompetensi guru dapat digunakan untuk
mengelompokkan dan menentukan mana guru profesional yang berhak
menerima tunjangan profesional, tunjangan jabatanm dan penghargaan
profesi serta guru yang tidak profesional yang tidak berhak menerimanya.
Dalam hal ini, guru-guru dapat dikelompokkan berdasarkan hasil uji
kompetensi, misalnya kelompok tinggi, kelompok sedang, dan kelompok
kurang.
c. Sebagai bahan acuan dalam pengembangan kurikulum
Keberhasilan lembaga pendidikan dalam mempersiapkan calon
guru ditentukan oleh berbagai komponen dalam lembaga tersebut, antara
lain Kurikulum. Oleh karena itu, kurikulum lembaga pendidikan yang
mempersiapkan calon guru harus dikembangkan berdasarkan kompetensi
guru.
d. Merupakan alat pembinaan guru
Uji kompetensi mengandung syarat yang menjadi kriteria calon
guru, maka akan terdapat pedoman bagi para administrator dalam
memilih, menseleksi, dan menempatkan guru sesuai dengan karakteristik
dan kondisi, serta jenjang sekolah.
e. Mendorong kegiatan dan hasil belajar
Kegiatan pembelajaran, dan hasil belajar peserta didik tidak saja
ditentukan oleh manajemen sekolah, kurikulum, sarana dan prasarana
pembelajaran, tetapi sebagian besar ditentukan oleh guru. Oleh karena itu,
uji kompetensi guru akan mendorong terciptanya kegiatan dan hasil
belajar yang optimal, karena guru yang teruji kompetensinya akan
senantiasa menyesuaikan kompetensinya dengan perkembangan
kebutuhan dan pembelajaran.
2.1.10 Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah
Menurut Soepardi dalam Mulyasa (2004) mendefinisikan
kepemimpinan untuk menyelenggarakan, mempengaruhi, memotivasi,
melarang, dan bahkan menghukum serta membina dengan maksud agar
manusia sebagai media manajemen mau bekerja sama dalam rangka
tujuan administratif secara efektif dan efisien.
Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi
tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses
belajar mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang
member pelajaran dan murid yang menerima pelajaran (Wahjosumidjo,
2008:83)
Jadi, kepemimpinan kepala sekolah adalah kemampuan kepala
sekolah untuk menggerakkan, mengarahkan, membimbing, melindungi,
membina, member teladan, memberi dorongan dan memberi bantuan
teradap semua sumber daya yang ada di suatu sekolah agar dapat
mencapai tujuan sekolah.

2.1.11 Pendekatan Kepemimpinan


Purwanto (2007:30) mengatakan bahwa dalam hubungannya
dengan kepemimpinan pendidikan ada 3 macam pendekatan, yaitu:
a. Pendekatan sifat
Pendekatan sifat sangat diperlukan dalam kepemimpinan pendidikan,
mengingat bahwa kepala sekolah dan guru atau pendidik lainnya perlu
memiliki sifat-sifat yang baik dan sesuai. Kepala sekolah dituntut
memiliki sifat-sifat yang baik untuk dapat memberikan bimbingan dan
sekaligus member contoh kepada guru dan para siswanya.
b. Pendekatan perilaku
Pendekatan perilaku merupakan konsep kepemimpinan yang sesuai
dengan prinsip-prinsip mendidik. Salah satu fungsi pendidikan adalah
mengubah tingkah laku subyek didik lainnya, baik perilaku sebagai
individu maupun kelompok.
c. Pendekatan situasi
Pendekatan situasional dalam kepemimpinan pendidikan tidak pula
kalah pentingnya. Para pemimpin pendidikan, termasuk kepala
sekolah dan guru-guru bahkan setiap lembaga pendidikan memiki
situasi yang berbeda-beda sehingga memerlukan kepemimpinan
berbeda pula.

2.1.12 Standar Kompetensi Kepala Sekolah


Standar kompetensi tentang Standar Kepala Sekolah atau
Madrasah terdapat dalam Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007.
Kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah adalah (1)kompetensi
kepribadian, (2)kompetensi manajerial, (3)kompetensi kewirausahaan,
(4)kompetensi supervisi dan (5)kompetensi sosial. Berikut adalah
penjabaran dari kompetensi-kompetensi tersebut.
a. Kompetensi Kepribadian
1. Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak
mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas
disekolah/madrasah.
2. Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin.

3. Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai


kepala sekolah/madrasah.

4. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi.


5. Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan
sebagai kepala sekolah/ madrasah.
6. Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.

b. Kompetensi Manajerial
1. Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkat
perencanaan.
2. Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai denga
nkebutuhan.
3. Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan
sumber daya sekolah/ madrasah secara optimal.
4. Mengelola perubahan danpengembangan sekolah/madrasah
menuju organisasi pembelajar yang efektif.
5. Menciptakan budaya dan iklim sekolah/ madrasah yang kondusif
dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik.
6. Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan
sumberdaya manusia secara optimal.
7. Mengelola sarana dan prasarana sekolah/ madrasah dalam rangka
pendayagunaan secara optimal.
8. Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam
rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan
sekolah/ madrasah.
9. Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik
baru, dan penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik.
10. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran
sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional.
11. Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip
pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien.
12. Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung
pencapaian tujuan sekolah/madrasah.
13. Mengelola unit layanan khusus sekolah/ madrasah dalam
mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik
disekolah/madrasah.
14. Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung
penyusunan program dan pengambilan keputusan.
15. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan
pembelajaran dan manajemen sekolah/madrasah.
16. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan
program kegiatan sekolah/ madrasah dengan prosedur yang tepat,
serta merencanakan tindak lanjutnya.

c. Kompetensi Kewirausahaan
1. Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan
sekolah/madrasah.
2. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah
sebagai organisasi pembelajar yang efektif.
3. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah.
4. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam
menghadapi kendala yang dihadapi sekolah/madrasah.
5. Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan
produksi/jasa sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta
didik.
d. Kompetensi Supervisi
1. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru.
2. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan
menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.
3. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam
rangka peningkatan profesionalisme guru.

e. Kompetensi Sosial

1. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan


sekolah/madrasah.
2. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
3. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.

2.1.13 Peranan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Guru


Guru dituntut memiliki kompetensi yang memadai, baik dari segi
jenis untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Guru yang kompeten
bukanlah sesuatu yang sederhana, untuk mewujudkan dan meningkatkan
kompetensi guru diperlukan upaya sunggug-sungguh dan komprehensif.
Salah satu upaya tersebut adalah melalui optimalisasi peran kepala sekolah
(Sudrajat:2007)
Tujuh peran utama kepala sekolah dalam perspektif kebijakan
Depdiknas (2006) yaitu (1) educator (pendidik), (2)manager,
(3)administrator, (4)supervisor, (5)leader, (6)pencipta iklim kerja,
(7)wirausahawan. Berikut adalah penjabaran dari masing-masing
kompetensi tersebut.
1. Kepala sekolah sebagai educator (pendidik)
Kepala sekolah sebagai educator harus memiliki strategi yang
tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik di
sekolahnya, menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan
nasihat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh
tenaga pendidik serta melaksanakan model pembelajaran yang
menarik. Kepala sekolah harus berusaha menanamkan, memajukan
dan meningkatkan sedikit 4 macam nilai, yaitu pembinaan mental,
moral, fisik dan artistik.
2. Kepala sekolah sebagai manager
Tugas manajer adalah merencanakan, mengorganisasikan,
mengatur, mengkoordinasikan, dan mengendalikan dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Manajer adalah orang yang
melakukan sesuatu secara benar (people who do things right).Oleh
karena itu, kepala sekolah harus mampu merencanakan dan mengatur
serta mengendalikan semua program yang telah disepakati bersama.
Tugas penting yang harus dilakaukan kepala sekolah adalah
melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembanan profesi para
guru. Kepala sekolah sebaiknya dapat memfasilitasi dan memberikan
kesempatan yang luas kepada guru untuk melaksanakan kegiatan
pengembangan profesi melaui kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik
yang dilaksanakan sekolah seperti MGMP, workshop, diskusi
professional dan sebagainya.
3. Kepala sekolah sebagai administrator
Kepala sebagai administrator sangat diperlukan karena
kegiatan di sekolah tidak terlepas dari pengelolaan administrasi yang
bersifat pencatatan dan pendokumentasian seluruh program sekolah.
Kepala sekolah dituntut memahami dan mengelola kurikulum,
administrasi peserta didik, administrasi sarana dan prasarana, dan
administrasi kearsipan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara
efektif agar administrasi sekolah dapat tertata dan terlaksana dengan
baik.
Kemampuan kepala sekolah sebagai administrator harus
diwujudkan dalam penyusunan kelengkapan data administrasi
pembelajaran, bimbingan dan konseling, kegiatan praktikum, kegiatan
di perpustakaan, data administrasi peserta didik, guru, pegawai TU,
penjaga sekolah, teknisi dan pustakawan, kegiatan ekstrakurikuler,
data administrasi hubungan sekolah dengan orang tua murid, data
administrasi gedung dan ruang surat menyurat.
4. Kepala sekolah sebagai supervisor
Kepala sekolah sebagai supervisor berfungsi untuk
membimbing, membantu, dan mengarahkan tenaga pendidik untuk
mneghargai dan melaksanakan prosedur-prosedur pendidikan guna
menunjang kemajuan pendidikan. Kepala sekolah juga harus mampu
melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk
meningkatkan kinerja tenaga pendidik.
Pengawasan dilakukan sebagai tindakan preventif untuk
mencegah agar para tenaga pendidik tidak melakukan penyimpangan
dan lebih hati-hati dalam melaksanakan tugasnya. Untuk mengetahui
sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala
kepala sekolah perlu memaksakan kegiatan supervisi, yang dapat
dilakukan meliputi kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses
pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan
penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa
dalam proses pembelajaran. Dari hasil supervisi ini ,dapat diketahui
kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan
pembelajaran, tingkat penguasaan kompetensi guru yang
bersangkutan, selanjutnya diupayakan solusi pembinaan dan tindak
lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada
sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan
pembelajaran.
5. Kepala sekolah sebagai leader
Teori kepemimpinan menyebutkan bahwa ada dua gaya
kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan
kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dalam rangka
meningkatkan kompetensi guru, seorang kepala sekolah dapat
menerapkan kedua gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan
fleksibel, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada.
6. Kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja
Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan
setiap guru lebih termotivasi untuk menunjukkan kinerjanya secara
unggul, yang disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya. Oleh
karena itu, dalam upaya menciptakan budaya dan iklim kerja yang
kondusif, kepala sekolah hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip
sebagai berikut: (1) para guru akan bekerja lebih giat apabila kegiatan
yang dilakukannya menarik dan menyenangkan, (2) tujuan kegiatan
perlu disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada para guru
sehingga mereka mengetahui tujuan dia bekerja, para guru juga dapat
dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut, (3) para guru harus
selalu diberitahu tentang dari setiap pekerjaannya, (4) pemberian
hadiah lebih baik dari hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga
diperlukan, (5)usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio-psiko-fisik
guru sehingga memperoleh kepuasan.
7. Kepala sekolah sebagai wirausahawan
Prinsip-prinsip kewirausahaan dihubungkan dengan
peningkatan kompetensi guru, maka kepala sekolah sebaiknya dapat
menciptakan pembaharuan, keunggulan komparatif, serta
memanfaatkan berbagi peluang, kepala sekolah dengan sikap
kewirausahaan yang kuat akan berani melakukan perubahan-
perubahan yang inovatif di sekolahnya, termasuk perubahan dalam
hal-hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran siswa beserta
kompetensi gurunya
Kepala sekolah sebagai wirusahawan harus mampu mencari,
menemukan dan melaksanakan berbagai pembaharuan yang inovatif
dengan menggunakan strategi yang tepat, sehingga terjalin hubungan
yang harmonis antara keepala sekolah, staf, tenaga pendidik dan
peserta didik, disamping itu juga agar pendidikan yang ada menjadi
semakin baik.
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat berperan
dalam organisasi, baik buruknya organisasi seringkali sebagian besar
bergantung pada faktor pemimpin. Jadi , untuk dapat mendorong kinerja
guru dibutuhkan pemimpin yang mampu mengarahkan, memotivasi dan
mengawasi agar tujuan tersebut dapat tercapai.

2.2 Kerangka Berpikir


Sistem pendidikan membutuhkan sumber daya yang bekualitas
agar mampu mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Guru memegang
peranan penting dalam dunia pendidikan, karena guru adalah lakon di
dalam kelas yang langsung berinteraksi dengan siswa. Oleh karena itu
guru dituntut memiliki kinerja tinggi agar dapat mengolah siswa
menjadi output yang berkualitas
Kinerja guru merupakan kemampuan guru dalam merencanakan
pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan
evaluasi hasil pembelajaran. Namun di era sekarang ini, kemampuan
tersebut tidaklah cukup, guru dituntut untuk memiliki berbagai
kompetensi untuk menunjang tugas dan perannya. Seperti yang
diamanatkan dalam Undang Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun
2005 Pasal 10 yang berbunyi kompetensi guru sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik,
kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.
Kinerja guru dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu: (1)
Kepribadian dan dedikasi,(2) Pengembangan profesi,(3) Kemampuan
mengajar,(4) Hubungan dan komunikasi,(5) Hubungan dengan
masyarakat,(5) Kedisiplinan,(6) Kesejahteraan, (7)Iklim kerja
Peneliti mengambil dua diantara faktor-faktor tersebut. Pertama,
kinerja guru dipengaruhi oleh kesejahtaraan yang dalam penelitian ini
disimbolkan dengan sertifikasi guru. Ketika guru sudah tersertifikasi maka
akan mendapatkan tunjangan sebesar gaji pokok. Hal ini akan membantu
guru untuk meningkatkan potensi yang dimilikinya dan membuatnya lebih
fokus pada profesinya tanpa memikirkan mencari penghasilan tambahan.
Tunjangan tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan kompetensi guru
seperti melanjutkan studi, mengikuti pelatihan, dll. Sehingga dengan
adanya program sertifikasi dapat meningkatkan kinerja guru.
Mulyasa (2009: 17-22) mengatakan bahwa sertifikasi guru
adalah untuk mendapatkan guru yang baik dan profesional, yang memiliki
kompetensi untuk melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya,
serta tujuan pendidikan pada umumnya, sesuai kebutuhan masyarakat dan
tuntutan jaman. Bukti keprofesionalan guru sebagai pendidik dinilai
dengan komponen portofolio sertifikasi yang terdiri dari ; (1) kualifikasi
akademik, (2)pendidikan dan pelatihan, (3)pengalaman mengajar,
(4)perencanakan dan pelaksanakan pembelajaran, (5)penilaian dari atasan
dan pengawas, (6)prestasi akademik, (7)karya pengembangan profesi,
(8)keikutsertaan dalam forum ilmiah, (9)pengalaman organisasi di bidang
kependidikan dan sosial, (10)penghargaan yang relevan dengan bidang
pendidikan.
Kedua, kinerja guru dipengaruhi oleh iklim kerja dimana kepala
sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang berpengaruh
dalam meningkatkan kinerja guru. Kepala sekolah bertanggung jawab atas
penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan
tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan
sarana dan prasarana (Mulyasa 2004:25). Hal tersebut menjadi lebih
penting sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala
sekolah, yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan
efisien.
Salah satu upaya untuk menciptakan guru yang berkompeten
adalah melalui optimalisasi peran kepala sekolah (Sudrajat:2010). Dalam
perspektif kebijakan Depdiknas terdapat tujuh peran utama kepala sekolah
yaitu (1) educator (pendidik), (2)manager, (3)administrator,
(4)supervisor, (5)leader, (6)pencipta iklim kerja, (7)wirausahawan.

2.1 Tabel Penelitian Terdahulu


No. Penelitian Terdahulu Hasil Penelitian
1. Setiyarso, Rizal Budi. 2009. Pengaruh Besarnya pengeruh
Sertifikasi Guru Terhadap Kinerja Guru sertifikasi guru terhadap
Ekonomi Akuntansi SMA dan SMK se- kinerja guru adalah sebesar
Kabupaten Kendal Tahun 2008. Skripsi. 33, 6% dan sisanya
Fakultas Ekonomi. dipengaruhi oleh variabel
lain yang tidak diteliti.
2. Prabowo , Hakim Adi. 2010. Pengaruh Ada pengaruh positif antara
Disiplin Kerja dan Kepemimpinan Kepala disiplin kerja dan
Sekolah Terhadap Kinerja Guru Akuntansi di kepemimpinan sekolah
SMK Program Bisnis dan Manajemen se- dengan kinerja guru.
Kota Semarang. Skripsi. Fakultas Ekonomi
Unnes.
No. Penelitian Terdahulu Hasil Penelitian
3. Sari, Junid Ariani. 2010. Pengaruh Ada pengaruh positif
Kompensasi dan Kepemimpinan Kepala kompensasi dan
Sekolah terhadap Kinerja Guru di SMK 2 kepemimpinan kepala
Magelang. Skripsi. Fakultas Ekonomi Unnes. sekolah terhadap kinerja
guru.
4. Sulastri, Erni. 2011. Pengaruh Sertifikasi Ada pengaruh sertifikasi
Guru dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja guru terhadap kinerja guru,
Guru SMA Negeri 1 Juwana Kabupaten Pati. ada pengaruh motivasi kerja
Skripsi. Fakultas Ekonomi Unnes. terhadap kinerja guru dan
ada pengaruh antara
sertifikasi guru dan motivasi
kerja terhadap kinerja guru
5. Fahriza, Laily. 2011. Pengaruh Ada pegaruh positif
Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Disiplin kepemimpinan kepala
Kerja terhadap Kinerja Guru Akuntnsi sekolah dan disiplin kerja
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) terhadap kinerja guru.
Program Bisnis dan Manajemen di
Kabupaten Tegal. Skripsi. Fakultas Ekonomi
Unnes.
Sertifikasi Guru

1. Kualifikasi akademik
2. Pendidikan dan Pelatihan
3. Pengalaman mengajar
4. Perencanakan dan pelaksanakan
pembelajaran
5. Penilaian dari atasan dan
pengawas
6. Prestasi akademik
7. Karya pengembangan profesi
8. Keikutsertaan dalam forum
ilmiah Kinerja Guru
9. Pengalaman organisasi di bidang
1. Kompetensi kepribadian
kependidikan dan sosial
2. Kompetensi pedagogik
10. Penghargaan yang relevan
3. Kompetensi profesional
dengan bidang pendidikan
4. Kompetensi sosial

Kepemimpinan Kepala Sekolah

1. Educator (pendidik)
2. Manager
3. Administrator
4. Supervisor
5. Leader
6. Pencipta iklim kerja
7. Wirausahawan

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir


2.3 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini mengacu pada kerangka berpikir diatas adalah
sebagai berikut:
a. Adanya pengaruh sertifikasi guru terhadap kinerja guru SMA N 1
Kendal.
b. Adanya pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru
SMA N 1 Kendal.
c. Adanya pengaruh sertifikasi guru dan kepemimpinan kepala sekolah
terhadap kinerja guru SMA N 1 Kendal.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Dasar Penelitian


Penelitian ini menggunakan uji kausalitas (pengaruh) yang berarti
menguji hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi terdapat variabel independen
(variabel yang mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi).

3.2 Variabel Penelitian


3.2.1 Variabel Y
Variabel Y atau variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel yang bebas
(Sugiyono, 2010:61). Variabel Y dalam penelitian ini adalah kinerja guru.
Kinerja guru yang diukur dengan indikator dibawah ini menurut UU Guru
dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 10 :
1. Kompetensi profesional
2. Kompetensi kepribadian
3. Kompetensi pedagogik
4. Kompetensi sosial

3.2.2 Variabel
Variabel X atau variabel bebas adalah merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen (Sugiyono,2010:61). Variabel 1 dalam variabel ini
adalah sertifikasi guru yang diukur dengan indikator dibawah ini menurut
PP Nomor 78 Tahun 2008 Pasal 12 Ayat 4:
1. Kualifikasi akademik
2. Pendidikan dan Pelatihan
3. Pengalaman mengajar
4. Perencanakan dan pelaksanakan pembelajaran
5. Penilaian dari atasan dan pengawas
6. Prestasi akademik
7. Karya pengembangan profesi
8. Keikutsertaan dalam forum ilmiah
9. Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial
10. Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan

3.2.3 Variabel
Variabel 2 dalam penelitian ini adalah kepemimpinan kepala
sekolah yang diukur dengan indikator dibawah ini menurut Depdiknas
dalam Sudrajat (2010):
1. Educator (pendidik)
2. Manager
3. Administrator
4. Supervisor
5. Leader
6. Pencipta iklim kerja
7. Wirausahawan

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh guru SMA N 1 Kendal.
Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah guru ada 68, mengingat bahwa
penelitian populasi dilakukan apabila peneliti ingin melihat semua liku-liku
yang ada dalam populasi. Oleh karena subyeknya meliputi semua yang
terdapat dalam populasi, maka penentuan sampel dengan memberlakukan
semua populasi menjadi sampel adalah dengan metode sensus (Arikunto,
2006).

3.4 Teknik Pengumpulan Data


3.4.1 Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang
identitas guru dan jumlah guru.
3.4.2 Kuesioner
Kuesioner yang digunakan adalah bentuk kuesioner tertutup
kuesioner tertutup yaitu responden sudah diberi jawaban alternatif.
Responden tinggal memilih jawaban yang sesuai dengan dirinya. Metode
kuesioner digunakan untuk memperoleh informasi mengenai semua variabel
yang bersangkutan.

3.5 Analisis Uji Kualitas Instrumen


3.5.1 Uji Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan
suatu instrumen (Suharsimi, 2006:168). Valid berarti instrumen tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono,
2010:173). Cara mengukur validitas pada penelitian ini adalah dengan
membandingkan antara kriteria yang ada pada instrumen dengan indikator
masing-masing variabel. Cara menghitung validitas intrumen dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor butir pertanyaan
dengan skor total variabel dengan menggunakan alat bantu SPSS 19.
Kemudian membandingkan nilai Correlated Item Total
Correlation pada tampilan output Cronbach Alpha dengan nilai r tabel. Jika
r hitung lebih besar dari r tabel dan nilai positif, maka butir pertanyaan atau
indikator tersebut dinyatakan valid (Ghozali, 2011:53).
3.5.2 Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa suatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul
data karena instrumen sudah baik (Suharsimi 2006: 86). Ghozali (2011:47)
menyatakan bahwa suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika
jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari
waktu ke waktu.
Reliabilitas instrumen dihitung dengan menggunakan alat bantu
SPSS 19. SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji
statistik Cronbach Alpha. Nunnally dalam Ghozali (2011:48) menyatakan
bahwa suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai
Cronbach Alpha > 0,70.

3.6 Metode Analisis Data


Metode analisis data digunakan untuk mengetahui bagaimana
hubungan atau pegaruh sertifikasi guru dan kepemimpinan kepala sekolah
terhadap kinerja guru SMA N 1 Kendal.
3.6.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono,
2010:208). Perhitungan yang digunakan untuk mengetahui tingkat
persentase skor jawaban dari masing-masing pertanyaan:


Persentase skor (%) = 100%
n = jumlah skor jawaban responden
N = jumlah skor jawaban ideal

a. Menentukan angka persentase tertinggi



100%

5
100% = 100%
5
b. Menentukan angka persentase terendah

100%

1
100% = 20%
5
c. Rentang persentase = 100% -20% = 80%
d. Interval kelas persentase = 80% : 5 = 16%

Skor yang diperoleh dalam bentuk persentase dengan analisis


deskriptif persentase kemudian dikonsultasikan dalam bentuk tabel kriteria.
Tabel 3.1
Kriteria Analisis Deskriptif Persentase
No. Interval Persentase Skor Kriteria
1. 85 < %skor 100 Sangat Tinggi
2. 69 < %skor 84 Tinggi
3. 53 < %skor 68 Cukup
4. 37 < %skor 52 Rendah
5. 21 < %skor 36 Sangat Rendah
3.6.2 Statistik Inferensial
a. Uji Asumsi klasik
(1) Uji multikolinearitas
Uji Multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah terjadi
korelasi yang kuat di antara variabel-variabel independen yang
diikutsertakan dalam pembentukan model.
(2) Uji heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam
model regresi liner kesalahan pengganggu (e) mempunyai varians yang
sama atau tidak dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk
menguji heteroskedastisitas dapat diketahui dari nilai signifikan korelasi
Rank Spearman antara masing-masing variabel independen dengan
residualnya. Jika nilai signifikan lebih besar dari (5%) maka tidak terdapat
Heteroskedastisitas, dan sebaliknya jika lebih kecil dari (5%) maka
terdapat Heteroskedastisitas.
(3) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal karena dalam
uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal
(Ghozali, 2011:160). Jadi, dalam uji normalitas akan diketahui apakah data
berdisribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini digunakan bantuan alat
uji dengan bantuan software SPSS 19 dengan menggunakan uji One Sample
Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi 0,05. Jika nilai signifikan
lebih besar dari (5%) maka data berdistribusi normal dan sebaliknya jika
lebih kecil dari (5%) data tidak berdistribusi normal.
b. Analisis regresi berganda
(1) Koefisien determinasi
Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan
model regresi dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Semakin besar
nilai R2 maka semakin besar pula kemampuan variabel dependen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen. Nilai R2 yang digunakan adalah
Adjusted R2.
(2) Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F menunjukkan semua variabel independen atau bebas yang
dimaksukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011:98)
Variabel independen dinyatakan berpengaruh terhadap variabel
dependen apabila nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Selain itu dapat
diketahui juga dengan membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel.
Apabila nilai F hitung lebih besar dari F tabel, maka variabel dependen
secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.
(3) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan
variasi variabel dependen (Ghozali, 2011:98)
Variabel independen dinyatakan berpengaruh terhadap variabel
dependen apabila nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Selain itu dapat
diketahui juga dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai tabel.
Apabila nilai t hitung lebih besar dari tabel, maka variabel independen
mempengaruhi variabel dependen.
Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta

Depdiknas. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional. http://www.depdiknas.go.id.(6 September 2012)

________. 2005. Undang Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen .
http://www.depdiknas.go.id.(6 September 2012)

_______. 2007. Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi


Akademik dan Kompetensi Guru. http://www.depdiknas.go.id.(16
September 2012)

_______. 2007. Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Kepala


Sekolah/Madrasah. http://www.depdiknas.go.id.(16 September 2012)

Fahriza, Laily. 2011. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Disiplin Kerja
terhadap Kinerja Guru Akuntnsi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Program Bisnis dan Manajemen di Kabupaten Tegal. Skripsi. Semarang:
Fakultas Ekonomi Unnes

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Muhlisin. 2008. Profesionalisme Kinerja Guru Masa Depan.


http://muhlis.files.wordpress.com/2008/05/profesionalisme-kinerja-guru-
masa-depan.doc. (7 September 2012)

Mulyasa. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Konteks Mensukseskan


MBS dan KBK. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

_______. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya
_______. 2009. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya

Prabowo , Hakim Adi. 2010. Pengaruh Disiplin Kerja dan Kepemimpinan Kepala
Sekolah Terhadap Kinerja Guru Akuntansi di SMK Program Bisnis dan
Manajemen se-Kota Semarang. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi
Unnes

Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada

Sari, Junid Ariani. 2010. Pengaruh Kompensasi dan Kepemimpinan Kepala Sekolah
terhadap Kinerja Guru di SMK 2 Magelang. Skripsi. Semarang: Fakultas
Ekonomi Unnes

Setiyarso, Rizal Budi. 2009. Pengaruh Sertifikasi Guru Terhadap Kinerja Guru
Ekonomi Akuntansi SMA dan SMK se-Kabupaten Kendal Tahun 2008.
Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi Unnes

Sudrajad, Akhmat. 2010. Kompetensi Guru dan Peran Kepala Sekolah. Jurnal
Equilibrium Vol 3 No.5

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Alfabeta

Sulastri, Erni. 2011. Pengaruh Sertifikasi Guru dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Guru SMA Negeri 1 Juwana Kabupaten Pati. Skripsi. Semarang: Fakultas
Ekonomi Unnes

Anda mungkin juga menyukai