MAKALAH
DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1
John Freely, Istanbul Kota Kekaisaran, Terj. Fahmy Yamani, (Tangerang Selatan: PT Pustaka
Alvabet, 2012) hlm. 43.
2
Riza Nur Fikri, “Penaklukan Konstantinopel” dalam Skripsi Fakultas Adab dan Ilmu Budaya,
UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2012, hlm 3.
1
1.2 Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
2
Tembok Theodosius memiliki 10 gerbang, dan beberapa pintu masuk
kecil lainnya masih ada sampai sekarang.5 Lima gerbang dijadikan untuk
umum, dan lima lainnya digunakan oleh militer. Kedua jenis gerbang itu
diposisikan berselang-seling antara satu dengan lainnya. Garis pertahanan
utama dari benteng Theodosius adalah dinding dalam, dengan ketebalan
sekitar 5 meter di dasarnya dan menjulang hingga 12 meter di atas kota.
Dinding itu dijaga sembilan puluh enam menara, setinggi 18-20 meter,
dipisahkan rentang sepanjang 55 meter.
5
John Freely, Sultan Mehmet II, hlm. 49.
6
Joesoef Sou’yb, Sejarah Daulat Umayah 1 di Damaskus, (Jakarta: Bulan Biintang, 1977) hlm.
158
3
Setelah usaha penaklukan yang dilakukan oleh Suilaiman, ada jeda
yang cukup lama dalam upaya perebutan Konstantinopel. Tapi peperangan
terhadap penjajahan Romawi masih terjadi di beberapa tempat, dan makin
memeperluas kekuasan Islam dan mempersempit pengaruh Romawi. Pada
rentang ini terjadi perpindahan kekuasaan dari Bani Umayyah ke Bani
Abbasiyah. Di masa kekhalifahan Abbasiyah berlangsung serangan yang
demikian intensif ke Byzantium, namun demikian usaha ini belum sampai
menyentuh Konstantinopel walaupun serangan itu telah menimbulkan
gejolak d dalam negeri Byzantium, khususnya serangan yang dilakukan oleh
Khalifah Harun al-Rasyid pada 810 M.
7
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Ustmaniyah, (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2014) hlm. 19
8
Ibid, hlm. 46
4
Setelah Ustman bin Urthughril wafat naiklah puteranya yang bernama
Orkhan. Sultan Orkhan sangat terobsesi untuk merealisasikan apa yang
dikabarkan oleh Rasulullah SAW tentang akan ditaklukannya
Konstantinopel oleh kaum Muslimin. Dia telah melakukan langkah-langkah
strategis untuk melakukan pengepungan terhadap ibukota Byzantium
tersebut, dari arah barat dan timur sekaligus. Untuk merealisasikan tujuan
itu, dia mengirim putera mahkotanya, Sulaiman untuk melintasi Selat
Dardanil dan menguasai beberapa wilayah di sebelah barat. Sulaiman
berhasil melakukannya pada 758 H/1357 M dan menguasai kapal-kapal
milik Romawi di sana yang kemudian digunakan untuk perjalanan dalam
menaklukan benteng Tarnab, dilanjutkan ke Ghalmabuli yang di dalamnya
ada benteng Jana dan Apsala serta Rodestu, semuanya berada di Selat
Dardanela yang berada di utara dan selatan. 9 Dengan begitu Sultan Orkhan
telah melakukan sebuah langkah penting dan membuka jalan bagi penguasa
yang datang setelahnya, untuk menaklukan Konstantinopel.
9
Ibid, hlm. 48
10
Ibid, hlm. 55
11
Ibid, hlm. 69
5
Tatkala negara Ustmani mulai stabil, semangat jihad kembali berkobar.
Pada masa pemerintahan Murad II, beberapa kali usaha penaklukan
Konstantinopel dilakukan.12 Bahkan pada masa itu Kaisar Byzantium
berusaha menimbulkan api fitnah di tengah-tengah barisan kaum Muslimin,
dengan memberi bantuan kepada orang-orang yang memberontak kepada
Sultan. Dengan cara ini, Kaisar Byzantium berhasil memecah konsentrasi
pasukan Murad II saat menaklukan Konstantinopel. Kemudian usaha
penaklukan Konstantinopel dapat direalisasikan pada 20 Jumadil Ula 857 H
yang bertepatan dengan 29 Mei 1453 M oleh penguasa ketujuh Ustmaniyah
yakni Sultan Muhammad II bin Murad II yang kelak akan dijuluki dengan
“al-Fatih” yang berarti Sang Penakluk.
12
Ibid, hlm 100
13
Ibid, hlm. 98
14
Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad (jld. 31, hlm. 387, no hadits. 18957), Ath-Thabrani
dalam Al-Mu’jam Al-Kabir (jld. 2, hlm. 38, no hadits. 1216), dan Al-Hakim dalam Al-
Mustadrak (jld. 4, hlm. 468, no hadits. 8300).
6
Terinspirasi dari sabda Rasulullah saw tersebut, imajinasi, harapan,
dan cita-cita untuk membebaskan Konstantinopel pun mulai hadir dalam
jiwa para khalifah Islam sejak Daulah Umayyah. Tercatat bahwa tatkala
Mu’awiyah bin Abi Sufyan menduduki posisi khalifah maka prioritas
utama yang ia letakkan di depan matanya adalah membebaskan
Konstantinopel. Kota yang keindahannya mampu memukau mata yang
melihatnya, juga kota paling terkenal di Emperium Bizantium sekaligus
ibukotanya. Keindahan kota tersebut dikelilingi oleh menara-menara
pengintai dan benteng-benteng yang kokoh seolah-olah menantang siapa
saja yang ingin menaklukkannya. Daripada itu, pagar-pagarnya yang
tinggi menjulang di segala penjuru juga telah banyak membuyarkan mimpi
para panglima dan menghancurkan harapan para penakluk. 8 abad
kemudian, nubuwat Rasulullah saw pun terwujud. Mimpi dan cita-cita
membebaskan Konstantinopel menjadi kenyataan di tangan Muhammad II
bin Murad II dari Daulah Utsmani. Lantaran jasanya itulah maka ia
mendapat gelar “al-fatih”, yang berarti sang penakluk, di belakang
namanya.
b. Wilayah Yang Strategis
Konstantinopel merupakan salah satu kota terpenting dunia. Letak
Konstantinopel merupakan posisi geografis yang begitu unik dan langka.
Kota ini memiliki posisi yang sangat penting di mata dunia sehingga
dikatakan, “Andaikata dunia ini berbentuk satu kerajaan, maka
Konstantinopel akan menjadi kota yang paling cocok untuk menjadi
ibukota kerajaan itu”.15 Sebagiannya menjulur ke arah laut dan
sebagiannya lagi berada di daratan. Ia ibarat permata yang berada di
perut Tanduk Emas di utara, selat Bosporus di sebelah Timur, dan Laut
Marmara di bagian selatan. Selain itu ia juga sangat strategis lantaran
merupakan titik penghubung antara Eropa dan Asia. Atas dasar ini,
tidaklah mengherankan jika ada yang berpendapat bahwa seandainya
dunia hanya sebuah negara maka Konstantinopel sebagai ibukota
15
Ibid.
7
mereka. Pada masanya Konstantinopel adalah di antara kota terbesar dan
terpenting di dunia.
16
Ibid, hlm. 45.
8
pimpinan Dayi Karaca Pasha, yang membawa beberapa senjata berat untuk
membombardir sebaris dinding pertahanan yang melindungi Istana Blachernae.
Zaganos Pasha diberikan komando rombongan pasukan besar di perbukitan di
atas sisi utara Tanduk Emas, di sekeliling bagian atas tempat sebuah jalan telah
dibangun hingga ia bisa berkomunikasi dengan pasukan lainnya. Sementara itu,
armada Ustmani di bawah pimpinan Suleyman Baltaoglu berlabuh di
Diplokionion (Besiktas), sekitar 3 kilometer di pantai Eropa dari Tanduk Emas.
Barbaro mencatat bahwa satu jam sebelum matahari terbit pada 5 April
1453 M, Sultan Mehmet “datang ke Konstantinopel dengan sekitar 165 ribu
orang dan berkemah sekitar 4 kilometer dari dinding kota.”17 (Cendekiawan
modern memperkirakan jumlah sebenarnya hanya setengah dari yang
disebutkan. Lalu, dua hari kemudian Mehmet bergerak dengan sebagian besar
pasukannya hingga 400 meter dari dinding dan mereka menyebar di sepanjang
dinding kota dari Laut Marmara hingga Tanduk Emas.
Pada tanggal 11 April 1435 M barulah senjata-senjata berat seperti
meriam buatan Orban dan busur panah yang besar datang secara beriringan di
Konstantinopel. Penyerangan dilakukan kembali karena kaisar Konstantinopel
yaitu Constantine Palailogos menolak persyaratan yang diberikan oleh Sultan
Muhammad Al-Fatih.
Penyerangan yang dilakukan pasukan Turki Utsmani membuat pasukan
Konstantinopel harus sering memperbaiki tembok yang runtuh akibat tembakan
meriam-meriam pasukan Turki Utsmani yang bertubi-tubi. Tapi dalam waktu 7
hari tembok Konstantinopel masih dapat bertahan dari serangan pasukan Turki
Utsmani. Sampai tanggal 18 April 1453 M Sultan Mehmet mengalami
kebuntuan penyerangan jalur darat yang dilakukannya.18 Serangan Sultan
Mehmet dapat dipatahkan oleh pasukan Konstantinopel. Begitu juga
penyerangan dari laut, kapal-kapal Turki Utsmani yang berlayar ke Golden Horn
terjebak dan tak bisa melakukan penyerangan. Ditambah 3 kapal kapal besar
17
Ibid, hlm. 50.
18
Mochamad Luthfi Putrapertama, “Peranan Sultan Mehmed II (Muhammad al-Fatih) Dalam
Penaklukan Konstantinopel di Masa Dinasti Turki Ustmani” dalam Karya Tulis Ilmiah Pondok
Pesantren Daar el-Qolam Program Excellent Class, Tangerang, 2015, hlm. 18
9
dari Genoa yang membantu pasukan Konstantinopel menyerang kapal-kapal
Turki Utsmani yang lebih kecil.
Kemudian Mehmet menjalankan strategi asli yang dia ciptakan untuk
memasukan armadanya ke dalam Tanduk Emas. Pada awal pengepungan dia
memerintahkan para teknisinya membangun jalan mendaki bukit dari Bosporus
menuju Tanduk Emas, melewati belakang kota Galata. Pada 22 April 1453 M,
para teknisi Mehmet menggunakan serombongan besar sapi untuk menyeret 72
perahu di atas papan beroda di jalanan itu yang kemudian menuruni pantai
Tanduk Emas menuju Lembah Mata Air (Kasimpasa), di mana mereka
dilengkapi meriam-meriam yang di bawa ke tempat itu sebelumnya.
Setelah tembok terlemah Konstantinopel dapat dikuasai, penyerangan terus
dilakukan di segala arah. Pasukan Turki Utsmani hanya bisa beristirahat ketika
waktu sholat wajib tiba, dan ketika malam sebelum beristirahat pasukan Turki
Utsmani mengisi waktunya dengan membaca Al-Quran dan sholat tahajud, ini
yang selalu diintruksikan Sultan Muhammad Al-Fatih kepada seluruh
pasukannya untuk selalu bertawakkal kepada Allah SWT agar selalu mendapat
ridhoNya.
Hingga tanggal 28 Mei 1453 M Sultan Muhammad Al-Fatih beserta
pasukannya melakukan puasa sunnah dan merencanakan strategi penyerangan
untuk mengerahkan serangan pamungkas pada hari esok.19 Tanggal 29 Mei 1453
M Sultan Muhammad Al-Fatih telah menyiapkan pasukan Turki Utsmani untuk
melakukan penyerangan. Peyeranganpun dilakukan dengan kekuatan penuh oleh
para prajurit Turki Utsmani dengan strategi yang akurat maka penyerangan
pasukan Turki Utsmani dapat meraih kemenangan dan mereka dapat menguasai
Konstantinopel. Pasca penaklukan Konstantinopel, Sultan Muhammad Al-Fatih
beserta pasukan Turki Utsmani masuk ke dalam kota. Rakyat Konstantinopel
banyak yang mengungsi di gereja Hagia Shopia. Namun Sultan pun memberi
jaminan kepada rakyat Konstantinopel bahwa tidak akan ada yang tersakiti,
tidak ada yang dipaksa untuk masuk islam, rumah-rumah tidak akan di jarah,
dan gereja-gereja tidak akan dihancurkan. Hingga akhirnya rakyat
Konstantinopel berani keluar dari pengungsiannya, dan banyak dari mereka
19
Ibid, hlm. 11
10
langsung memeluk Islam karena perlakuan Sultan Muhammad Al-Fatih dan
pasukan Turki Utsmani yang lembut kepada mereka.
Sultan Muhammad Al-Fatih berkunjung ke Hagia Shopia dan mengajak
pasukannya untuk melaksanakan sholat Jum’at pertama kali disana. 20 Hagia
Shopia pun diubah oleh Sultan menjadi Masjid yang indah, maka nuansa Islam
pun berkembang di Kota Konstantinopel. Sultan Muhammad Al-fatih juga
memindahkan sistem pemerintahan dinasti Turki Utsmani ke Konstantinopel
yang diganti namanya oleh Sultan menjadi Islambul yang berarti “Kota Islam”
yang sekarang lebih dikenal dengan Istanbul.
20
Ibid, hlm. 19
11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Konstantinopel didirikan kurang lebih di sebuah semenanjung berbentuk
segitiga yang membentuk perpanjangan Eropa di bagia paling tenggara. Di bagian
selatan, semenanjung itu dibatasi Laut Marmara; di utaranya oleh Tanduk Emas
(Golden Horn), perairan berbentuk pedang scimitar yang bermuara di Bosporus di
ujung selat tersebut.21 Dari daratan, kota itu dilindungi dinding pertahanan
sepanjang 12 mil yang kokoh yang pada permulaannya dibangun oleh Kaisar
Theodosius II. Dengan tiga lapis tembok yang rumit, dipenuhi jejeran Menara
pengawas dan diapit parit-parit penghalang, ia merentang mulai dari Golden Horn
sampai Marmara dan melindungi kota dari serangan.
Usaha penaklukan Konstantinopel sudah dimulai sehak pemerintahan
Ustman bin Affan sampai Sultan Bayazid I yang kemudian dapat terealisasi pada
masa Sultan Muhammad II al-Fatih pada 29 Mei 1453 M. Latar belakang
penaklukan konstantinopel adalah untuk mewujudkan nubuwat Nabi Muhammad
SAW dan Letak Konstantinopel yang sangat strategis.
3.2. Penutup
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi
bahasan dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena
terbatasnya pengetahuan kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh
hubungannya dengan makalah ini kami banyak berharap kepada para pembaca
yang budiman memberikan kritik saran yang membangun kepada kami demi
sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
kami dan umumnya bagi para pembaca.
21
John Freely, Sultan Mehmet II Sang Penakluk, Terj. Fahmy Yamani, (Tangerang Selatan: PT
Pustaka Alvabet, 2012) hlm. 42.
12
DAFTAR PUSTAKA
13