Berdirinya Pagaruyung
Pengaruh Hindu
Pengaruh Islam
Sebagai akibat konflik antara Inggris dan Perancis dalam Perang Napoleon
dimana Belanda ada di pihak Perancis, maka Inggris memerangi Belanda dan
berhasil menguasai pantai barat Sumatera Barat antara tahun 1795 sampai dengan
tahun 1819. Thomas Stamford Raffles mengunjungi Pagaruyung di tahun 1818,
dimana saat itu sudah mulai terjadi peperangan antara kaum Padri dan bangsawan
(kaum adat) Pagaruyung. Saat itu Raffles menemukan bahwa ibukota kerajaan
mengalami pembakaran akibat peperangan yang terjadi. Setelah terjadi
perdamaian antara Inggris dan Belanda di tahun 1814, maka Belanda kembali
memasuki Padang pada bulan Mei tahun 1819. Belanda memastikan kembali
pengaruhnya di pulau Sumatera dan Pagaruyung, dengan ditanda-tanganinya
Traktat London di tahun 1824 dengan Inggris.
Runtuhnya Pagaruyung
Pada awal abad ke-19 pecah konflik antara kaum Padri dan golongan
bangsawan (kaum adat). Dalam satu pertemuan antara keluarga kerajaan
Pagaruyung dan kaum Padri pecah pertengkaran yang menyebabkan banyak
keluarga raja terbunuh. Namun Sultan Muning Alamsyah selamat dan melarikan
diri ke Lubukjambi.
Wilayah kekuasaan
Sikilang Aia Bangih adalah batas utara, sekarang di daerah Pasaman Barat,
berbatasan dengan Natal, Sumatera Utara. Taratak Aia Hitam adalah daerah
Bengkulu. Durian Ditakuak Rajo adalah wilayah di Kabupaten Bungo, Jambi. Yang
terakhir, Sialang Balantak Basi adalah wilayah di Rantau Barangin, Kabupaten
Kampar, Riau sekarang. Secara lengkapnya, di dalam tambo dinyatakan bahwa
Alam Minangkabau (wilayah Kerajaan Pagaruyung) adalah sebagai berikut:
Nan salilik Gunuang Marapi
Saedaran Gunuang Pasaman
Sajajaran Sago jo Singgalang
Saputaran Talang jo Kurinci
Dari Sirangkak nan Badangkang
Hinggo Buayo Putiah Daguak
Sampai ka Pintu Rajo Hilia
Hinggo Durian Ditakuak Rajo
Sipisau-pisau Hanyuik
Sialang Balantak Basi
Hinggo Aia Babaliak Mudiak
Sailiran Batang Bangkaweh
Sampai ka ombak nan badabua
Sailiran Batang Sikilang
Hinggo lauik nan sadidieh
Ka timua Ranah Aia Bangih
Rao jo Mapat Tunggua
Gunuang Mahalintang
Pasisia Banda Sapuluah
Taratak Aia Hitam
Sampai ka Tanjuang Simalidu
Pucuak Jambi Sambilan Lurah Daerah Luhak nan Tigo
Daerah di sekeliling Gunung Pasaman
Daerah sekitar Gunung Sago dan Gunung Singgalang
Daerah sekitar Gunung Talang dan Gunung Kerinci
Daerah Pariangan Padang Panjang dan sekitarnya
Daerah di Pesisir Selatan hingga Muko-Muko
Daerah Jambi sebelah barat
Daerah yang berbatasan dengan Jambi
Daerah sekitar Indragiri Hulu hingga Gunung Sailan
Daerah sekitar Gunung Sailan dan Singingi
Daerah hingga ke rantau pesisir sebelah timur
Daerah sekitar Danau Singkarak dan Batang Ombilin
Daerah hingga Samudra Indonesia
Daerah sepanjang pinggiran Batang Sikilang
Daerah yang berbatasan dengan Samudra Indonesia
Daerah sebelah timur Air Bangis
Daerah di kawasan Rao dan Mapat Tunggua
Daerah perbatasan dengan Tapanuli selatan
Daerah sepanjang pantai barat Sumatra
Daerah sekitar Silauik dan Lunang
Daerah hingga Tanjung Simalidu
Daerah sehiliran Batang Hari
Sistem pemerintahan
Aparat pemerintahan
Bila ada masalah yang tidak selesai barulah dibawa ke Raja Pagaruyung.
Selain kedua raja tadi, Raja Alam dibantu pula oleh Basa Ampek Balai, artinya
"orang besar" (menteri-menteri utama) yang berempat. Mereka adalah:
Darek
Di daerah Darek atau daerah inti Kerajaan Pagaruyung (Luhak Nan Tigo,
yaitu Luhak Tak nan Data, belakangan menjadi Tanah Data, Luhak Agam dan Luhak
Limopuluah), umumnya nagari-nagari ini diperintah oleh para penghulu, yang
mengepalai masing-masing suku yang berdiam dalam nagari tersebut. Penghulu
dipilih oleh anggota suku, dan warga nagari mengendalikan pemerintahan melalui
para penghulu mereka. Keputusan pemerintahan diambil melalui kesepakatan
para penghulu, setelah dimusyawarahkan terlebih dahulu. Di daerah inti Kerajaan
Pagaruyung ini, Raja Pagaruyung hanya bertindak sebagai penengah meskipun ia
tetap dihormati. Pembagian daerah darek adalah sebagai berikut:
Rantau
Raja Pagaruyung mengendalikan secara langsung daerah Rantau. Ia boleh
membuat peraturan dan memungut pajak di sana. Daerah-daerah rantau ini
meliputi Pasaman, Kampar, Rokan, Indragiri dan Batanghari. Wilayah rantau pada
awalnya merupakan tempat mencari kehidupan bagi suku Minangkabau.
Masing-masing luhak memiliki wilayah rantaunya sendiri. Penduduk Tanah Datar
merantau ke arah barat dan tenggara, penduduk Agam merantau ke arah utara dan
barat, sedangkan penduduk Limopuluah Koto merantau ke daerah Riau daratan
sekarang, yaitu Rantau Kampar Kiri dan Rantau Kampar Kanan. Selain itu, terdapat
daerah perbatasan wilayah luhak dan rantau yang disebut sebagai Ujuang Darek
Kapalo Rantau. Di daerah rantau seperti di Pasaman, kekuasaan penghulu ini
sering berpindah kepada raja-raja kecil, yang memerintah turun temurun. Di
Inderapura, raja mengambil gelar sultan.