Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SEJARAH ASIA BARAT

PERANG SALIB

Disusun Oleh:

Farhan Fadillah (1506101020004)


Tajul Fazari (1506101020033)
Ulfa Yanti (1506101020028)

Dosen Pengampu

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2017
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang maha pengasih lagi Maha Penyayang, shalawat dan
salam kita haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para
sahabat beliau, serta pengikut beliau hingga akhir zaman.
Alhamdulillah, atas karunia dan rahmat yang diberikan kepada kami, sehingga
makalah ini dapat disusun dan diselesaikan berdasarkan waktu yang telah diberikan untuk
memenuhi salah satu tugas kami. Makalah ini berjudul Perang Salib
Dalam kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen
pengasuh mata kuliah Sejarah Asia Barat yang telah memberikan pengetahuan kepada kami
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena
itu, kami berharap pembaca bisa memberikan kritik dan saran-saran yang membangun dan
memotivasi tim penyusun untuk lebih baik lagi dalam membuat makalah. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi pembaca maupun yang menulis. Amin yarabbal alamiin.

Banda Aceh, 01 Desember 2017

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................... 3
A. Latar Belakang Terjadinya Perang Salib ........................................................................ 3
B. Perang Salib versi Islam ................................................................................................. 5
C. Versi kristen .................................................................................................................. 10
D. Berakhirnya Perang Salib serta Dampaknya ................................................................ 13
BAB III PENUTUP................................................................................................................ 14
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 14
B. Saran ............................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perang salib merupakan satu sisi kelam Islam, dimana atas kemenangannya menaburkan
perpecahan dan mengoyak persatuan Muslimin. Sisi kelam yang menjadi roda pacuan
perbaharuan peradaban Islam.nKata Salib berasal dari bahasa Arab (salibun) yang berarti
kayu palang/silang. Peperangan tersebut disebut dengan Perang Salib karena di dada seragam
merah yang dipakai serdadu tergantung/terjahit tanda Salib, sehingga umat Islam yang
diperangi menyebutnya dengan nama perang Salib.
Perang Salib merupakan sebuah perang super-maraton yang berlangsung sepanjang 200
tahun, dimana bangsa-bangsa Kristen Eropa bangkit memerangi pusat-pusat negeri Islam
yang selama kurang lebih 90 tahun kerajaan latin tegak di Yerussalem sebelum pada akhirnya
terusir dari sana. Dalam perspektif Kristen, perang ini merupakan serangkaian operasi militer
terhadap musuh-musuh gereja yang bertujuan membebaskan tanah suci dari cengkraman
kaum Muslim. Dalam Perang Salib lebih mengangkat motif agama sebagai masalah utama.
Hal tersebut dimaksudkan tidak lain hanyalah untuk memberi suasana dahsyat pada
peperangan itu, yang sulit diperoleh dan dibangkitkan dengan motif-motif lain.
Perang Salib menurut beberapa pakar sejarah dinilai merupakan kelanjutan misi
keagamaan dari para peziarah Kristen ke tempat-tempat suci mereka (Yerussalem), yang
dahulunya dibawah bendera perdamaian, pada perkembangannya berubah niat membawa
misi perang. Hal ini ditunjukkan dengan adanya rombongan peziarah dibawah pimpinan
Mitaz tahun 1064 M yang memimpin 7.000 peziarah bersenjata lengkap, lantaran termakan
isu bahwa penguasa Yerussalem (waktu itu Bani Saljuk) telah melakukan penganiayaan
terhadap para peziarah yang beragama Kristen. Sementara akibat penyerbuan Bani Saljuk ke
Antioch telah mengakibatkan orang-orang Byzantium terusir dari wilayah itu. Hal inilah yang
membuat para peziarah menjadi cemas sehingga mereka wajib mempersenjatai diri ketika
berziarah. Dari pemahaman diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Perang Salib adalah
merupakan gerakan kaum Kristen untuk menguasai tempat-tempat suci, yang kemudian
mereka pergi memerangi kaum muslimin di Palestina secara berulang-ulang dengan tujuan
membersihkan tanah suci mereka (Yerussalem) dari kaum muslimin.

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang melatarbelakangi terjadinya perang salib?
b. Bagaimanakah proses terjadinya perang salib versi Islam?
1
c. Bagaimanakah proses terjadinya perang salib versi Kristen?
d. Bagaimanakah berakhirnya perang salib?

C. Tujuan
a. Mengetahui latar belakang terjadinya perang salib
b. Mengetahui proses terjadinya perang versi Islam
c. Mengetahui proses terjadinya perang salib versi Kristen
d. Mengetahui bagaimana akhir dari perang salib serta dampak yang disebabkan oleh
perang tersebut.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Terjadinya Perang Salib


Pada kenyataannya Perang Salib itu terjadi tidak hanya didorong oleh motivasi keagamaan
saja, akan tetapi juga ada beberapa kepentingan yang turut mewarnai dalam Perang Salib
tersebut, diantaranya :
1. Perang Salib merupakan puncak dari sejumlah konflik antara negeri Barat (pihak
Kristen) dan negeri Timur (pihak Muslim) yang mana pada akhir-akhir itu
perkembangan dan kemajuan umat Islam sangat pesat, sehingga menimbulkan
kecemasan bagi para tokoh Barat Kristen dan didorong oleh rasa kecemasan itulah
mereka melancarkan serangan terhadap kekuatan Muslim.
2. Munculnya kekuatan Bani Seljuk yang berhasil merebut Asia kecil dan Baitul Maqdis
setelah mengalahkan pasukan Bizantium di Manzikart tahun 1071 M dan Dinasti
Fathimiah tahun 1078 M. Kekuatan Seljuk di Asia kecil dan Yersussalem tersebut
dianggap sebagai halangan bagi pihak Kristen untuk melaksanakan Haji ke Baitul
Maqdis. Padahal pada pemerintahan Bani Seljuk, umat Kristen diberi kebebasan
untuk melakukan haji. Namun dipihak Kristen ada yang menyebarkan fitnah bahwa
Turki Seljuk telah melakukan kekejaman terhadap jamaah Kristen sehingga hal
tersebut menimbulkan amarah umat Kristen -Eropa.
3. Pasukan Muslim menjadi penguasa jalur perdagangan di lautan tengah semenjak abad
ke-10. Hal tersebut menyebabkan para pedagang Pisa, Vinesia dan Genoa merasa
terganggu sehingga satu-satunya jalan yang ditempuh untuk memperluas perdagangan
mereka adalah dengan mendesak kekuatan Muslim dari laut tersebut.
4. Propaganda Alexius Comnesius kepada Paus Urbanus II untuk membalas
kekalahannya dalam peperangan melawan Pasukan Seljuk. Paus Urbanus II segera
meniupkan taufan fanatisme keagamaan untuk menyalakan Perang Salib besar
sehingga seruannya tersebut disambut oleh ribuan massa Prancis dan Normandia. Hal
ini terjadi karena Paus merupakan sumber otoritas tertinggi di Barat yang didengar
dan ditaati propagandanya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Perang Salib terjadi karena disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya sebagai berikut:

3
a. Faktor Agama
Direbutnya Baitul Maqdis oleh Dinasti Seljuk dari kekuasaan Fathimiyah yang
berkedudukan di Mesir menyebabkan kaum Kristen merasa tidak bebas dalam menunaikan
ibadah di tempat sucinya. Ketika idealisme keagamaan mulai menguap, para pemimpin
politik Kristen tetap saja masih berfikir keuntungan yang dapat diambil dari konsepsi
mengenai Perang Salib, dan untuk memperoleh kembali keleluasaannya berziarah ke tanah
suci Yerussalem. Pada tahun 1095 M, Paus Urbanus II berseru kepada umat Kristiani di
Eropa supaya melakukan perang suci. Seruan Paus Urbanus II berhasil memikat banyak
orang-orang Kristen karena dia menjanjikan sekaligus menjamin, barang siapa yang
melibatkan diri dalam perang suci tersebut akan terbebas dari hukuman dosa.
b. Faktor Politik
Kekalahan Byzantium(Constantinople/Istambul) di Manzikart pada tahun 1071 M, dan
jatuhnya Asia kecil dibawah kekuasaan Saljuk telah mendorong Kaisar Alexius I Comneus
(kaisar Constantinople) untuk meminta bantuan Paus Urbanus II, dalam usahanya untuk
mengembalikan kekuasaannya di daerah-daerah pendudukan Dinasti Saljuk. Dilain pihak
Perang Salib merupakan puncak sejumlah konflik antara negara-negara Barat dan negara-
negara Timur, maksudnya antara umat Islam dan umat Kristen. Dengan perkembagan dan
kemajuan yang pesat menimbulkan kecemasan pada tokoh-tokoh Barat, sehingga mereka
melancarkan serangan terhadap umat Islam. Situasi yang demikian mendorong penguasa-
penguasa Kristen di Eropa untuk merebut satu-persatu daerah-daerah kekuasaan Islam,
seperti Mesir, Yerussalem, Damascus, Edessca dan lain-lainnya.
c. Faktor Sosial Ekonomi
Semenjak abad ke X, kaum muslimin telah menguasai jalur perdagangan di laut tengah,
dan para pedagang Eropa yang mayoritas Kristen merasa terganggu atas kehadiran pasukan
muslimin, sehingga mereka mempunyai rencana untuk mendesak kekuatan kaum muslimin
dari laut itu. Hal ini didukung dengan adanya ambisi yang luar biasa dari para pedagang-
pedagang besar yang berada di pantai Timur laut tengah (Venezia, Genoa dan Piza) untuk
menguasai sejumlah kota-kota dagang di sepanjang pantai Timur dan selatan laut tengah,
sehingga dapat memperluas jaringan dagang mereka, Untuk itu mereka rela menanggung
sebagian dana Perang Salib dengan maksud menjadikan kawasan itu sebagai pusat
perdagangan mereka, karena jalur Eropa akan bersambung dengan rute-rute perdagangan di
Timur melalui jalur strategis tersebut. Disamping itu stratifikasi sosial masyarakat Eropa
ketika itu terdiri dari tiga kelompok, yaitu kaum gereja, kaum bangsawan dan ksatria.
Meskipun kelompok yang terakhir ini merupakan mayoritas di dalam masyarakat tetapi
4
mereka sangat tertindas dan terhina. Oleh karena itu ketika mereka dimobilisasi oleh pihak
gereja untuk turut mengambil bagian dalam Perang Salib dengan janji akan diberikan
kebebasan dan kesejahteraan yang lebih baik, mereka menyambut seruan itu secara spontan
dan berduyun-duyun melibatkan diri dalam peperangan tersebut, sehingga rakyat jelata
beramai-ramai pula mengikuti mobilisasi umum itu dengan harapan yakni untuk
mendapatkan perbaikan ekonomi.

B. Perang Salib versi Islam


Di kalangan umat Islam, perang salib merupakan pilihan yang tidak bisa tidak, karena
posisi umat Islam adalah pihak yang diserang atau dianggap sebagai pihak yang melakukan
pendudukan (conquerers). Melawan merupakan pilihan yang harus dilakukan oleh umat
Islam yang telah menduduki Yerussalem. Namun demikian, ada faktor-faktor lain yang turut
memberikan andil terhadap peran serta umat Islam tersebut, yaitu kabar tentang kondisi umat
Islam yang berada di Eropa. Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa semenjak terjadinya
penyatuan antara Raja Arragon dan Castilia, kondisi umat Islam dan juga Yahudi semakin
terpojok di bawah kekuasaan tersebut. Kemerdekaan beragama serta merta hilang di Eropa,
orang menjadi khawatir dengan agama yang mereka anut. Ancaman untuk pindah agama atau
angkat kaki dari Eropa menjadi momok menakutkan bagi umat Islam dan Yahudi. Tidak
sedikit umat Islam, yang kemudian bermigrasi ke negara lain, dan ada juga yang memilih
cara aman dengan menyembunyikan kepercayaannya. Dengan berpura-pura memeluk
Kristen, tetapi sebenarnya masih memegang dan mempraktekkan ajaran Islam secara
sembunyi-sembunyi.
Mereka ini disebut dengan Kripto-Muslim. Kripto-Muslim, satu kondisi yang dilematis,
karena harus menyembunyikan keyakinan agama yang sesungguhnya. Diceritakan oleh Philip
K.Hitti, orang-orang Kripto-Muslim ini kalau mereka menyelenggarakan upacara pernikahan,
mereka terpaksa harus mengikuti cara Kristen terlebih dahulu, baru kemudian melakukan
aqad nikah ala Islam secara sembunyi-sembunyi. Kemudian, mereka memberikan nama
Kristen pada nama publik mereka, tapi tetap mempunyai nama Arab secara pribadi.
Sejarawan Muslim sering mengaitkan istilah Perang Salib sebagai al-Hamlat
alSalabiyah yang membawa arti Serangan Pasukan Salib. Sebaliknya, sejarawan Barat
selalu menyebutnya sebagai Gerakan Salib atau Gerakan Keagamaan. Istilah Perang
Salib berasal draipada bahasa Arab yaitu yang bermaksud suatu gerakan atau
barisan serta , merujuk kepada kayu palang atau tanda silang (dua batang kayu
dalam keadaan bersilang).
5
1. Perang Salib
a. Perang salib pertama (Sebelum Kejayaan Salahuddin Al-Ayubi)
Perang Salib Pertama yang berlaku pada tahun 1095 sehingga 1099 adalah hasil seruan
jihad Pope Urban II berdasarkan dua matlamat yang besar yaitu membebaskan Islamic
jerusalem dan Tanah Suci Kristian dari kekuasaan orang Islam serta membebaskan orang-
orang Kristian Timur daripada pemeritahan orang Islam.
Seri peperangan ini merupakan kesinambungan daripada peristiwa-peristiwa yang berlaku
lebih awal seperti yang telah dinyatakan sebelumnya pada zaman pertengahan dan bertitik
tolak daripada rayuan yang dilakukan Maharaja Empayar Byzantine, Alexios I Komnenus
dalam Persidangan Piacenza pada Mac 1095 bagi mendapatkan tentara upahan Barat dengan
tujuan untuk menentang bangsa Turki di Anatolia. Namun begitu, sebaliknya rayuan ini
betukar kepada perpindahan dan penaklukan wilayah secara besar-besaran oleh Barat di luar
Eropa apabila Pope Urban II menerusi persidangan Clermont telah menyeru para hadirin
supaya merebut penguasaan Islamic jerusalem dari tangan orang Islam. Rentetan daripada
misi peperangan tersebut, ramai daripada kesatria dan petani mengarungi lautan serta daratan
menuju ke Islamic jerusalem dan berjaya menaklukinya pada bulan Juli 1099 dengan
tertubuhnya Kerajaan Baitul Maqdis dan negeri-negeri Salibi yang lain.
Kesibukan para pemerintah negeri Islam terhadap masalah pribadi, perpecahan dalaman
seperti perebutan kuasa diantara mereka, serta minat pihak berkuasa dalam mengukuhkan
negeri masing-masing selain meluaskan pengaruh kekuasaannya terhadap negara jiran adalah
merupakan faktor penyumbang kepada kejayaan Kristian dalam Perang Salib sekaligus
merupakan perkara yang paling malang pernah berlaku dalam sejarah Perang Salib Pertama
yaitu kekalahan di pihak Muslim dalam menentang tentara Salib. Justifikasi daripada
kegagalan mempertahankan negeri-negeri Islam daripada penguasaan pihak Salib
menyebabkan banyak daripada negeri naungan Islam seperti Wilayah Edessa, Wilayah
Antioch, termasuk Kerajaan Baitul Maqdis dan Tripoli di Palestin berada di bawah negeri-
negeri Salibiah.
Secara analisisnya, apa yang pasti Perang Salib Pertama telah menjadi bibit
kesinambungan kepada seri Perang Salib yang seterusnya berdasarkan peranannya sebagai
titik peralihan utama bagi peralihan kuasa Barat, selain daripada langkah pertama kepada
pembukaan semula perdagangan antarabangsa di Barat sejak daripada kejatuhan Empayar
Roma Barat.

6
b. Perang salib kedua (Kejayaan Salahuddin Al-Ayubi)
Kemunculan Perang Salib Kedua (1145-1149) adalah rentetan daripada Perang Salib
pertama dimana kejatuhan Edessamatau al-Ruha kepada kaum Muslim cukup memberikan
suatu pengaruh yang sangat besar terhadap pasukan Salib. Hal tersebut karena Edessa
merupakan negeri Salib yang pernah dibina pasukan Salib dalam seri Perang Salib pertama,
namun bertindak sebagai negeri Salib pertama yang jatuh ke tangan umat Islam.
Maudud bin Tuntakin, seorang penguasa Mosul bertindak sebagai tokoh pertama di
seluruh dunia Islam yang menyahut seruan jihad. Beliau memimpin pasukannya menuju ke
al-Ruha lalu menangkap tawanan Armenia, selaku para pembantu kepada pasukan musuh.
Kemenangan yang digapainya dalam misi tersebut telah memberikan umat Islam suatu
harapan baru bagi meneruskan misi menawan kembali negara-negara Islam yang telah
tergadai sebelum daripada itu di tangan pasukan Salib.
Kesinambungan daripada misi menawan kembali al-Ruha, beberapa kelompok umat
Islam telah menghadap Maudud pada tahun 507 H/ 1113M dengan tujuan berjihad fi
sabilillah. Keinginan mereka direalisasikan Maudud dengan terbentuknya satu pasukan
militer lalu dikerahkan menuju ke al-Quds. Pihak Kristian yang menyadari kondisi mereka
berada dalam keadaan bahaya telah bertindak pantas dengan mengupah seorang anggota
Hasyasyiyun supaya membunuh Maudud sekembalinya ke Damaskus dalam usaha
memperkemaskan angkatan tentaranya. Secara analisisnya, perbuatan membunuh Maudud
oleh Hasyasyiyun jelas menggambarkan suatu pengkhianatan yang nyata karena seorang
yang mengaku Muslim begitu sanggup membunuh seorang Mujahid Muslim sendiri demi
kepentingan diri semata-mata.
Perjuangan Maudud membebaskan al-Ruha daripada naungan Salib telah diteruskan oleh
Imaduddin Zanki pada tahun 539 H. Berbekalkan semangat jihad yang tinggi, misinya
menemui kejayaan. Bahkan, penguasaan ke atas kota ini menjadi titik tolak kepada perebutan
kota-kota yang lain. Imaduddin Zanki menanam semangat jihad yang begitu utuh dalam
usahanya membebaskan Syam dari cengkaman penjajah Salib di tengah kealpaan pemerintah
Islam yang lain. Justru, sebagai langkah awal, beliau bertindak menakluki Kota Aleppo
(Halab) yang merupakan kota terpenting di utara Syam. Beliau memulakan gerakan
penaklukannya pada 1 Muharam 522 H setelah beberapa bulan beliau dilantik menjadi
penguasa Mosul. Fenomena ini jelas menunjukkan beliau memiliki langkah yang utuh serta
memiliki pandangan yang tajam sebelum melakukan serangan ke atas Syam walaupun beliau
sadar bahwa ia bukan suatu perkara yag mudah untuk dilakukan karena terpaksa melakukan
pengepungan selama berbulan-bulan sebelum menguasai kota tersebut.
7
Salahuddin al-Ayubi adalah merupakan seorang tokoh yang terus lestari dalam Daulah
Ayubiyah di Mesir sehingga 80 tahun kemudiannya. Para sejarawan sepakat mengatakan
bahwa setelah Asaduddin Syirkukh meninggal dunia, semua urusan kenegaraan diserahkan
kepada beliau. Kewafatan Nuruddin telah memberikan kesempatan kepada Salahuddin bagi
meluaskan daerah kekuasaannya sehingga ke Mesir, sebahagian daripada Syam, al-Jazirah,
Yaman serta Mosul. Dengan kata lain, Daulah Ayubiyah telah mencakupi sebuah kawasan
yang amat luas di dunia Arab. Jelasnya, Salahuddin telah mewarisi panji-panji jihad sebelum
eranya yang telah dikibarkan oleh Syarafuddaulah Maudud dan Imaduddin Zanki dengan
menyatukan perjuangan umat Islam di Mesir, Syam, al-Jazirah, Hijjaz serta Yaman. Apa
yang lebih membanggakan umat Islam ialah beliau seorang yang mendukung perjuangan fi
sabilillah untuk membebaskan Tanah Suci Baitul Maqdis. Sebagai langkah membebaskan
Islamicjerusalem daripada tangan pihak Salib, Salahuddin telah mewarisi sejumlah besar
angkatan perang, selain memiliki angkatan perang Mesir sendiri serta angkatan perang oleh
Sultan Morocco.
Misi Salahuddin seterusnya sebelum menuju ke Islamic jerusalem ialah membebaskan
daerah Tebnine dimana beliau berhasil merampasnya kembali daripada pasukan Salib pada
18 Jamadilawal, pada hari Ahad, merujuk kepada tahun yang sama. Kemudian, daerah Shaida
pula yang jatuh ke tangan Muslim pada hari Selasa, 20 Jamadilawal manakala Kota Beirut
pula pada hari Khamis, 29 Jamadilawal. Asqelon pula turut jatuh pada tahun yang sama yaitu
583 H setelah hampir 35 tahun kota ini dikuasai oleh pasukan Salib. Salahuddin bersama
pasukannya mengambil keputusan menetap di Asqelon di mana di Asqelon inilah beliau
menerima penyerahan Kota Gaza, Bait Jibril serta Nazhrun tanpa berlaku sebarang
pertempuran.
Menerusi misi pembebasan Islamic jerusalem daripada penjajahan Salib, banyak tentara
Muslim yang gugur syahid. Namun, sudah ditakdirkan Allah s.w.t bahwa kemenangan itu
akhirnya akan menjadi milik pihak Muslim setelah pihak Muslim berhasil meruntuhkan salah
sebuah dinding pertahanan Islamic jerusalem. Melihat kepada kondisi tesebut, pemimpin
Salib mencoba berkompromi dengan meminta jaminan keamanan dari pihak Islam. Justru,
Salahuddin telah menetapkan syarat di mana setiap daripada kaum lelaki dikehendaki
menebus diri mereka dengan 10 dinar Mesir, kaum perempuan terdiri daripada 5 dinar Mesir,
anak lelaki dan perempuan ialah 2 dinar Mesir dan keseluruhan fakir miskin berjumlah
30,000 dinar Mesir. Sebanyak 300,000 dinar Mesir diperolehi pihak Islam hasil daripada
uang tebusan tersebut.

8
c. Perang Salib Ketiga
Perang Salib Ketiga (1189- 1192) merupakan cobaan kepada raja-raja Kristian Eropa
untuk merampas kembali Jurusalem daripada Salahuddin al-Ayubi. Didorong oleh semangat
keagamaan, Henry II dari England dan juga Philip II dari Perancis sanggup melupakan
persengketaan diantara mereka sekaligus menamatkan konflik yang terjadi demi memimpin
Perang Salib baru. Namun begitu, kematian Henry pada tahun 1189 telah meletakkan tentara
Salib di bawah pimpinan Raja Richard I (Si Hati Singa).
12 Juli 1191 M, di bawah pimpinan Raja Richard I Kota Akko berjaya dirampas kembali
oleh pihak Salib. Tindakan ini ternyata benar-benar membuatkan pasukan Islam amat terkejut
karena Richard telah melanggar perjanjian damai yang telah dimaterai sebelum ini. Pasukan
Salib melarang semua penduduk Muslim meninggalkan kota tersebut sebelum semua
daripada harta mereka diserahkan kepada pasukan Salib. Salahuddin al-Ayubi sendiri
dikehendaki membayar sebanyak 200 dinar dan permintaan ini dipenuhi oleh beliau demi
melindungi penduduk Muslim. Demi mengelak Akko daripada terus jatuh ke tangan tentera
Salib, Salahuddin mencoba meminta bantuan kepada para penguasa Muslim yang lain,
namun permintaan Salahuddin diketepikan begitu saja. Hanya pemerintah Turkmenistan yang
berjanji akan menghulurkan bantuan ketentaraannya.
Faktor yang menarik minat mendalam pasukan Salib menakluk kembali Akko adalah
karena fungsinya kelak sebagai pusat pemerintahan semua kota yang ditakluki pasukan Salib.
Dengan kata lain, sebagai pengganti al-Quds. Kesinambungan daripada kemenangan tersebut,
pasukan Salib ingin mencapai matlamat utamanya yaitu menjajah kembali Islamic jerusalem.
Mengetahui hal tersebut, Salahuddin terus memperkuatkan pertahanan Kota Baitul Maqdis.
Malang bagi pihak pasukan Salib apabila dalam masa yang sama terjadi pertengkaran
rampasan perang antara mereka. Justru, pada 2 September 1192 M/588 H, termaterailah
perjanjian di antara pihak Muslim dan Salib yang dikenali sebagai Perjanjian Damai
Ramallah dimana Salahuddin al-Ayubi diwakili oleh dua orang puteranya iaitu al-Afdhal
dan juga al-Zahir, selain dari saudara kandungnya sendiri iaitu Adil. Sebaliknya, Raja
Richard pula diwakili oleh Henry de Champagne, Balian II de Ibelin, Unfroy de IV de Torun.
Intipati daripada perjanjian tersebut telah menyaksikan Islamicjerusalem terus kekal di bawah
kekuasaan Islam dengan syarat penziarah Kristian yang tidak bersenjata dibenarkan melawat
ke tempat tersebut.

9
C. Versi kristen
1. Perkembangan-perkembangan di Eropa Barat
Setelah kekaisaran romawi lenyap dari Eropa Barat (abad ke 5), wilayah ini ditimpa
kekacauan. Suku-suku German yang merebut daerah yang dahulu dikuasai Roma mempunyai
kebudayaan yang jauh lebih rendah dibandingkan kebudayaan Romawi maupun Arab.
Kehudipan gereja pun terpengaruh, walaupun di tengah-tengah kekacauan justru gerejalah
yang sampai tingkat tertentu mampu mempertahankan kada keperimanusiaan dan kebuayaan
yang agak tinggi. Pada masa pemerintahan Charlemagne (800 M), raja suku Peranggi,
keadaan membaik, tetapi sesudah kematiannya kesatuan kerajaan retak dan terjadi kekacauan.
Orang-orang bangsawan, yang dulu mengatur kerajaan atas nama raja mulai saling berperang.
Paus-paus pun terlibat dalam hal ini.
Dalam situasi yang demikian sikap gereja terhadap hal kekerasan dan senjata mulai
berubah. Dahulu hal ini dianggap sebagai perkara duniawi, yang sebenarnya bertentangan
dengan iman kristen kini gereja sendiri mulai memakai senjata, untuk melindungi para
imam, biarawan dan biarawati. Charlemagne sudah sudah menghubungkan perkabaran injil
dengan ekspedisi militer. Mulai timbul gagasan bahwa pemakaian senjata demi menjaga
geraja dari musuh-musuh bukan dosa. Melainkan kehendak Allah. Demikian timbul gagasan
Perang Suci. Pada dasarnya peperangan ini dilakukan untuk melawan musuh gereja yang
hendak menentang gereja termasuk orang-orang muslim.
Dalam abad ke-11 gereja mulai melibatkan para bangsawan yang berperang untuk
melawan musuh-musuhnya. Banyak orang bosan akan kekacauan dan peperangan,
kedudukan gereja bertambah kuat, kesadaran iman meningkat, paus menjadi sadar bahwa
tugasnya sebagai kepala kekristenan dan berhasil melepaskan diri dari kekuasaan raja-raja.
Sekitar tahun 1000 timbullah gagasan gerakan damai Allah. Pada hari raya Kristen tertentu
perang internal sesama Kristen dihentikan. Gereja menanggung tugas mengatur peperangan
dan menjamin kedamaian. Munculnya perang internal mencetuskan hukum kristen. Sekaligus
kaum bangsawan diberi tugas baru untuk menjaga ketentraman dengan senjata mereka..
demikianlah tercipta apa yang disebut kekaisaran kristen. Para bangsawan diberi etos khusus,
agar keahlian mereka dilakukan demi iman dan gereja, untuk menjamin perdamaian internal
dan membela iman dari serangan luar. Pelaksanaan tugas tersebut dianggap perbuatan terpuji.
Pujian ini disertai dengan pembebasan hukuman gerejawi. Di sinilah titik awal muncul surat
pengampunan dosa.
Demikianlah paus menyalakan semangat iman, yang pada waktu itu semangat mulai
berkobar. Semangat dalam melindungi agama dan melakukan peribadatan. Mereka rindu
10
untuk mengabdi kepada gereja dan mereka ingin memusnahkan musuh-musuh iman,
kemudian ingin pula membebaskan wilayah-wilayah yang telah dikuasai oleh orang-orang
muslim.
2. Perang Salib
a. Perang salib yang pertama
Gerakan perang suci, yang juga disebut pernag salib, karena tanda salib yang ditempelkan
salib di bahu para ksatria. Mulai di Sisilia sekita tahun 1050 umat muslim mulai diusir. Hal
yang sama juga terjadi di Spanyol. Di sana pada tahun 1063 ksatria-ksatria salib sepakat
untuk merebut kembali wilayah yang dikuasai Islam. Rencana ini disetujui paus, yang
kemudian menjanjikan surat penghapusan siksa. Pada tahun 1085 raja-raja kristen di Spanyol
Utara menyatakan ingin merebut Spanyol secara keseluruhan dari tangan-tangan oran islam.
Pada tahun 26 November 1095 Pasu Urban menyampaikan pidato dan memerintahkan
orang kristen agar memasuki lingkungan makan suci, mereka menyebutnya dari orang-
orang jahat (islam) dan menyerahkan kembali kepada mereka. Pidato ini sangat
mempengaruhi orang-orang kristen yang menonton pidato tersebut dan mereka meneriaki
deus vult (Tuhan menghendaki). Pada musim semi 1097, 150.000 manusia berkumpul di
kota Konstantinopel dan menyuarakan untuk melakukan perang salib lebih lanjut.
Rute perjalanan ksatria salib, dimulai dai konstantinopel, kemudian menyebrang ke Asia
Kecil, wilayah yang pada saat itu meliputi kekuasaan Saljuk Sultan Quniyah (1092-1170). Di
sinilah ksatria salib berperang dengan orang-orang muslim. Kemudian pada akhirnya tiba di
Antiokhia dan berhasil merebut kota tersebut.
Dengan demikian terbukalah jalan ke Yerusalem. Pada tahun 1099 sesudah perjalanan
tersebut mereka tiba di Yerusalem. Mereka begitu terharu, sehingga sujud menyembah.
Setelah itu orang-orang muslim dan yahudi yang ada di Yerusalem di bunuh dan mereka
kemudian menuju ke gereja Makam Suci untuk beribadah.
Para pemimpin ksatria salib mendirikan kerajaan Yerusaleem (1099-1187) dan tiga negara
lebih kecil, yaitu Anthiokia, Edessa, dan Tripoli. Dalam tahun-tahun berikutnya mereka
berhasil memperluas daerahnya. Daerah tersebut meliputi pesisir pantai dari Anthiokia di
utara sampai ke Gaza di Selatan.
b. Perang salib kedua (1147-1149)
Perang Salib ini pecah karena Edessa dikuasai kembali oleh emir kota Mosul. Yang
menyerukan orang-orang kristen di Eropa Barat untuk berperang antara lain rahib termahsyur
pada zaman itu , Bernard dari Clairvaux. Yang memimpin tentara Salib ialah raja Perancis,

11
Lois VII, dan Kaisar Jerman, Konrad III. Ksatria Salib mencoba untuk melindungi orang-
orang Kristen yang menetap di Palestina.
c. Perang salib ketiga (1189-1192)
Perang ini dicetuskan oleh kekalahan tentara Kristen di Palestina dekat Tiberias dan
penaklukan kota Yerusalem oleh sultan Saladin dari Mesir. Perang ini juga merupakan
perang raja-raja. Yang memimpinnya ialah kaisar Jerman Friedrich III Barbarossa bersama
raja Inggris Richard the Lionhearted dan raja Prancis Philippe II August. Kota Akko di pantai
Palestina berhasil direbut kembali dan Richard berhasil mengikat perjanjian kembali dengan
Saladin. Menurut perjanjian ini, orang-orang kristen boleh tinggal di daerah pesisir pantai
antara Tyrus dan Jaffa, sedangkan penziarah boleh mengunjungi Yerusalem.
d. Perang salib keempat (1202-1204)
Paus Innocentius III (1198-1216) berharap supaya tentara yang berangkat dari Eropa Barat
menyerang kubu islam di Mesir. Akan tetapi, pemerintahan Venezia, yang membiayai
ekspedisi ini, menggunakannya untuk mengalahkan saingannya di bidang perdangan dengan
Asia, Konstantinopel. Maka tentara Salib tidak pernah tiba di palestina, tetapi akhirnya
menduduki dan menjarah kota Konstantinopel, yang dijadikan ibukota sebuah kekaisaran
yang takluk pada Gereja Roma.
e. Perang salib kelima (1218-1221)
Perang salib ini adalah salah satu dari sejumlah usaha militer yang dilakukan atas
dorongan paus Innocentius III dan Honorius III. Perang salib ini berhsail menduduki kota
Damietta di pantai Mesir (1219). Serangan ini tidak menghasilkan apa-apa sebab pada tahun
1221 Damietta dilepaskan lagi. Perang ini hanya menarik karena kehadiran Fransiskus dari
Assisi yang mencoba melakukan penyebaran kristen kepada Sultan Mesir, Al-Kamil.
f. Perang salib keenam (1248-1254)
Pada tahun 1244 Yerusalem diduduki kembali oleh tentara-tentara islam dan orang-orang
Kristen Barat kehilangan kotan sampai tahun 1918. Seorang raja Lois IX mengadakan Perang
Salib dan mencoba memusnahkan kuasa Mesir. Pada tahun 1249 kota Damietta diserbu,
tetapi Louis berhasil dikalahkan.
g. Perang salib ketujuh (1270)
Perang ini juga dipimpin oleh Louis IX, tetapi gagal sebab raja meninggal di Tunisisa
akibat penyakit pes. Namun, usahanya menaklukan Mesir dan Tunisia tidak hanya sebatas
karena alasan keagamaan tetapi juga karena faktor keinginan memperluaskan kekuasaan
Perancis dan perdagangan. Pada zaman ini pula kota Akko yang telah diduduki oleh kristen
berhasil direbut lagi oleh orang-orang Mesir.
12
D. Berakhirnya Perang Salib serta Dampaknya
Sejak terjadinya perang salib yang pertama,sampai lenyapnyakaum salib dan
kekuasaannya di Timur merupakan suatu peristiwa yang maha penting yang dicatat oleh
sejarah. Perang salib tidak hanya meninggalkan hasil-hasil yang negatif, misalnya
kemusnahan dan kehancuran fisik khususnya di negara-negara Islam, tetapi juga
meninggalkan hasil-hasil yang positif terutama terhadap bangsa Eropa. Sekalipun bangsa
Eropa gagal melaksanakan cita-cita utamanya, yaitu pembebasan Palestina dari kekuasaan
umat Islam.
Selama kurang lebih tiga abad berlangsungnya perang salib, dampak-dampak positif yang
diperoleh bangsa Eropa antara lain:
1. Bertambahnya wilayah kerajaan Byzantium, sehingga sanggup menghalang-halangi
penyerangan Bani Saljuk ke Eropa. Seandainya kerajaan Byzantium goyah, maka
besar peluang Bani Saljuk menaklukan sebagian Eropa.
2. Pasukan salib dapat berkenalan dengan kebudayaan Islam yang sudah sangat maju,
terutama dalam bidang ilmu pengetahuan, sehingga orang Barat berdatangan ke
Timur untuk belajar dan menggali ilmu untuk kemudian mereka sebarluaskan di
Eropa.
3. Manusia mulai kritis terhadap berita-berita pembukaan negeri baru yang dibawa oleh
kaun Salib ke Eropa. Sebagai bukti keinsafas mereka itu ialah perjalanan Marcopolo
dalam mencari benua Amerika di abad ke-13 sebagai langkah awal bagi perjalanan
Columbus ke Amerika pada tahun 1492.
4. Kontak perdangan antara Timur dan Barat semakin pesat. Mesir dan Syiria sangat
besar artinya bagi lintas perdagangan Barat. Kekayaan kerajaan dan rakyat kian
melimpah ruah. Keadaan seperti ini kian tahun bertambah pesat, sehingga membuat
jalan perdagangan sampai ke Tanjung Harapan dan lama kelamaan perdagangan dan
kemajuan Timur berpindah ke Barat.
Dari uraian ini, tampaklah bahwa perang salib memberikan dampak yang lebih
menguntungkan bagi pihak Eropa atau dunia Barat. Peperangan ini memberi pengaruh
terhadap kemajuan peradaban Eropa. Sebaliknya bagi umat Islam, sekalipun berhasil
menghancurkan dan mengusir tentara Salib dari Timur, sebenarnya tidak mendapat manfaat
dalam perkembangan budaya dan peradaban, melainkan mendatangkan kehancuran. Karena
perang salib berlangsung di daerah-daerah kekuasaan Islam.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Selain faktor agama untuk merebut baitul maqdis dari pihak Islam dan untuk mendapatkan
serangkaian pengampunan dosa, faktor yang tidak kalah pentingnya adalah ambisi politik dan
ekonomi.
Perang salib berlangsung hampir dua abad, kalah dan menang silih berganti antara
pasukan Salib dengan tentara Islam. Salahuddin al-Ayyubi merupakan pimpinan tentara
Islam yang sangat populer dalam perang salib karena dapat memukul mundur pasukan salib
menjadi barometer bagi pemimpin-pemimpin tentara Islam kemudian dalam mengudir
pasukan salib dari Timur.
Perang salib menyebabkan kerugian bagi kedua belah pihak dan khusus bagi duniaIslam,
perang Salib telah meningggalkan dampak negatif berupa kemusnahan dan kehancuran fisik
wilayah Islam. Tetapi sebaliknya bagi dunia Eropa, perang salib banyak
memberikansumbangsih bagi perkembangan peradaban dan buadaya Eropa.

B. Saran
Kami menyadari bahwa penulisan ini jauh dari kata sempurna. Oleh karenanya, tim
penyusun meminta kritik dan saran apabila makalah ini terdapat kesalahan-kesalahan baik
secara penulisan maupun isi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Djaja, Wahjudi. 2012. Sejarah Eropa: Dari Eropa Kuno hingga Eropa Modern.
Yogyakarta: Penerbit Ombak
End den van, jonge de christiaan. 1997. Sejarah Perjumpaan Gereja dan Islam. Jakarta:
Sekolah Tinggi Teologi Jakarta
Hendry, Eka. 2011. Perang Salib: Kontestasi antara Kesholehan Beragama dan Ambisi
Politik Praktik dalam Sejarah Perang Salib: Jurnal Khatulistiwa-Journal of Islamic
Studies. Vol.1 No. 1
Hitti K. Phillip. 2013. History of the Arabs. jakarta: serambi
Roslan Mohd dan Nor Shakila. 2012. Perang Salib dan Kejayaan Salahuddin al-Ayubi
mengembalikan Islamic Jerussalem kepada Umat Islam: Jurnal Al-Tamaddun. Vol. 7.
No.1
Syukur, Syamzah. 2014. Perang Salib dalam Bingkai Sejarah: Jurnal Rihlah. Vol 2. No.1

15

Anda mungkin juga menyukai