MAKALAH
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmatnya sehingga
makalah ini bisa disusun hingga selesai, tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik.
Penyusun
Kelompok VII
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................1
C. Tujuan Masalah......................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN...............................................................................................................2
A. Perang Salib...........................................................................................................2
B. Penyebab Perang Salib...........................................................................................2
C. Proses Berlangsungnya Perang Salib......................................................................5
D. Periodisasi Perang Salib.........................................................................................5
E. Peranan Salahuddin al-Ayyubi.............................................................................11
F. Akibat Perang Salib..............................................................................................12
BAB III............................................................................................................................14
A. Kesimpulan..........................................................................................................14
B. Saran....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perang Salib
Perang Salib berakhir ketika iklim politik dan agama di Eropa berubah
secara signifikan selama masa Renaissance. Renaissance sendiri adalah sebuah
periode yang menandakan kelahiran kembali peradaban dan kebudayaan
Eropa. Perang Salib pada hakikatnya bukan perang agama, melainkan perang
merebut kekuasaan daerah. Hal ini dibuktikan bahwa tentara Salib dan tentara
Muslim saling bertukar ilmu pengetahuan.
2
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Amzah: Jakarta, 2010, h.232 (dalam sumber lain
“Begitulah kehendak Tuhan” dalam buku Sejarah Peradaban Islam oleh Musyrifah Sunanto)
2
1. Faktor Agama
2. Faktor Politik
3
Philip K. Hitti, The Arab a Short History, terj. Ushuluddin Hutagalung dan O.D.P. Sihombing,
Dunia Arab: Sejarah Ringkas, (Cet VII; Bandung Sumur Bandung, t.th), h. 211
3
Pihak keuskupan agung sendiri menyambut baik kerja sama ini,
karena mereka juga berkewajiban membela kepentingan agama, disamping
itu sesungguhnya kepentingan politik bagi Keuskupan juga sangat
menggiurkan. Karena itu mulailah pihak keuskupan mengatur rencana
kerja perebutan kembali Yerussalem. Tetapi anehnya agenda mereka di
awali dengan propaganda perang suci ke dunia Islam oleh Paus Urbanus
II. Bila di analisis, perang suci yang di dengungkan Paus Urbanus II ini,
tidak lebih dari merealisasikan ambisi politiknya untuk menguasai
sebagian daerah yang dikuasai Islam.
Disamping itu masyarakat Eropa pada saat itu dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu kelompok gereja, bangsawan dan ksatria dan rakyat
jelata, yang mana Eropa pada saat itu mayoritas rakyat jelata, walaupun
demikian kelompok ini menduduki kelompok kelas bawah, yang mana
mereka seringkali mendapat tekanan dan dibebani berbagai pajak serta
sejumlah kewajiban lainnya dari kerajaan dan gereja. Sehingga ketika
mereka dimobilisasi oleh pihak gereja untuk turut mengambil bagian
dalam Perang Salib dengan janji akan mendapat kebebasan dan
kesejahteraan yang lebih baik bila dapat memenangkan peperangan. Di
samping itu mereka berharap akan mendapat keuntungan ekonomi di
4
Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1993), h. 241.
4
daerah-daerah yang ditaklukan dari tangan Islam.5 Motivasi-motivasi
tersebut di atas, menyebabkan masyarakat kelas rendahan di Eropa
menyambut seruan Perang Salib secara spontan dengan berduyung-duyung
melibatkan diri dalam perang.
1. Periode I
5
Ibid
5
Hasil kerja keras dari dua juru kampanye Perang Salib yaitu Paus
Urbanus II dan Peters Amin, maka dimulai pada tahun 1096 tepatnya musim
semi, berkumpullah sebanyak 150.000 tentara Eropa yang sebagian besar
berasal dari Perancis dan Normandia. Pasukan Perang Salib ini berkumpul di
Konstatinopel. Dalam perjalanan mereka menuju Palestina melalui Asia kecil,
banyak pasukan bergabung, sehingga jumlah pasukan mencapai 300.000
orang. Namun sangat disayangkan, pasukan sebanyak ini tidak dapat
menjalankan tugasnya dengan baik, mereka banyak melakukan perbuatan
brutal, perampokan, mabuk-mabukan dan perzinahan pada tempat-tempat
yang mereka lalui. Tindakan pasukan Salib ini menyebabkan kemarahan
bangsa Bulgaria dan Hongaria, yang segera memberikan serangan sehingga
pasukan Salib berantakan dan sisanya dihadapi langsung oleh pasukan Bani
Saljuk. Pada perang pertama ini, rombongan tentara Salib seluruhnya binasa
sebelum mereka dapat membebaskan Yerussalem.6 Reputasi pasukan Salib
pertama ini menandakan mereka tidak dibekali pengetahuan strategi perang
dan etika perang, dalam hal ini nampaknya Paus Urbanus II dan Peters Amin
hanya membekali mereka dengan kebencian dan dendam terhadap umat Islam.
6
Joesoef Syou’yb, Op.Cit., h. 89-90.
7
Ahmad Syalabi, Op.Cit., h. 445.
8
Departemen Agama, Ensiklopedi Islam III, (Jakarta: Anda Utama, 1993), h. 900.
6
tetapi juga terhadap orang-orang Yahudi dan Nasrani setempat yang tidak mau
bekerja sama dengan mereka.9
2. Periode II
Periode kedua atau disebut periode reaksi umat Islam Periode ini
merupakan periode kebangkitan umat Islam setelah menderita kekalahan
melawan kekuatan tentara Salib yang dapat menguasai wilayah Syiria dan
Palestina pada tahun 1144 M. Dibawa pimpinan Imad al-Din Zanki, tentara
Islam berjuang dengan sungguh sungguh merebut kembali beberapa kota yang
jatuh ke tangan tentara Salib antara lain; Aleppo Hamimah dan kota-kota
lainnya hingga Edessa.11 Pada tahun 1146 M Imad al-Din Zanki wafat, maka
perjuangan dilanjutkan oleh putranya bernama Nur al-Din Zanki. Dibawah
pimpinannya, beberapa kota di sekitar Antokia dapat dikuasainya pada tahun
1149 M. Dua tahun kemudian Pasukan Islam merebut kembali kota di sekitar
Edessa dan bahkan tentara Islam sempat menangkap Emir Edessa. Selanjutnya
pada tahun 1164 M Nur al-Din Zanki berhasil menaklukan kota Antokia dan
menyandera Emir Bahemond III dan sekutunya Raymond III. Keduanya
dibebaskan setelah membayar tebusan dalam jumlah besar.12
9
Ahmad Syalabai, Op.Cit., h. 446-447.
10
Yahya Harun, Perang Salib, h. 4. Mahmud Syalabi, Shalah Al-Din AlAyyuby, h. 30.
11
Hasan Ibrahim Hasan, Tarîkh Al-Islâm, Juz IV, (Kairo: Maktabah AlNahdah Al-Misriyah, 1967),
h. 248. Ahmad Syalabi, Op.Cit., h. 43.
12
Ibid., h. 455.
7
Peperangan dilanjutkan dengan mengerahkan tentara Islam untuk
membebaskan Mesir dalam tahun 1196 M. Jatuhnya daerah daerah kekuasaan
tentara Kristiani ke tangan umat Islam memancing emosi tentara Salib untuk
mengobarkan Perang Salib berikutnya, akan tetapi gerakan mereka mendapat
perlawanan sengit dari pasukan Nur al-Din Zanki Nasib pemimpin tentara
Salib, Louis IV dan Condrad II melarikan diri dan pulang ke negerinya.13
13
Abdul Rahman Tajuddin, Dirâsat fî Tarîkh Al-Islâm, (Kairo: maktabah Al-Sunnah Al-
Muhammadiyah, 1993), h. 148.
14
Ibid
15
Abdul Rahman Tajuddin, Op.Cit., h. 460-467.
16
Ahmad Syalabi, Op.Cit., h. 470.
8
M lahirlah apa yang disebut dengan “shulh al-Ramlah,” yang berisi dua
kesepakatan, yaitu:
3. Periode III
9
kembali oleh penguasa Dinasti Ayyubiah, al-Malik al-Shaleh putra al-Malik
pada tahun 1247 M.20
20
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h. 79.
21
Philip K.Hitti, Op.Cit., h. 220.
22
Said Abdul Fattah, Asyur Al-Harakat Al-Salibiyah, Juz II (Kairo: Maktabat Al-Andalusia,
1976), h. 1125-1126.
23
Ahmad Syalabi, Op.Cit., h. 493.
10
tentara-tentara Islam juga merupakan pasukan-pasukan yang terlatih di
medan perang.
24
Ibid., h. 460-467
25
Yahya Harun, Op.Cit., h. 23.
11
F. Akibat Perang Salib
26
Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam, Studi Kritis dan Refleksi Historis, (Cet II;
Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1998), h. 228.
27
Yahya harun, Op.Cit., h. 35.
12
perdagangan sampai ke Tanjung Harapan dan lama-kelamaan
perdagangan dan kemajuan Timur berpindah ke Barat.28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
28
Ibid
13
kekuasaan kaum Muslim dan mendirikan gereja dan kerajaan Latin di Timur.
Dinamakan Perang Salib, bukan berarti ini adalah perang agama, melainkan
karena setiap orang Eropa yang ikut bertempur dalam peperangan memakai
tanda salib pada bahu, lencana dan panji-panji mereka, atau mereka
menggunakan salib sebagai simbol peperangan yang mereka lakukan.
Penyebab terjadinya Perang Salib adalah permintaan langsung Alexius
Comnenus kepada Paus Urbanus II, pidato oleh Paus Urban, faktor sosial
ekonomi, dan alasan dengan jaminan masuk surga.
B. Saran
Pelajari sejarah dengan baik, maka kita tak akan terperosok dalam jurang
sejarah yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
14
Philip K. Hitti, The Arab a Short History, terj. Ushuluddin Hutagalung dan O.D.P.
Sihombing, Dunia Arab: Sejarah Ringkas, (Cet VII; Bandung Sumur Bandung,
t.th), h. 211
Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve,
1993), h. 241.
Ibid
Joesoef Syou’yb, Op.Cit., h. 89-90.
Ahmad Syalabi, Op.Cit., h. 445.
Departemen Agama, Ensiklopedi Islam III, (Jakarta: Anda Utama, 1993), h. 900.
Ahmad Syalabai, Op.Cit., h. 446-447.
Yahya Harun, Perang Salib, h. 4. Mahmud Syalabi, Shalah Al-Din AlAyyuby, h.
30.
Hasan Ibrahim Hasan, Tarîkh Al-Islâm, Juz IV, (Kairo: Maktabah AlNahdah Al-
Misriyah, 1967), h. 248. Ahmad Syalabi, Op.Cit., h. 43.
Ibid., h. 455.
Abdul Rahman Tajuddin, Dirâsat fî Tarîkh Al-Islâm, (Kairo: maktabah Al-Sunnah
Al-Muhammadiyah, 1993), h. 148.
Ibid
Abdul Rahman Tajuddin, Op.Cit., h. 460-467.
Ahmad Syalabi, Op.Cit., h. 470.
Ibid., h. 420-471
Ahmad Syalabi, Op.Cit., h. 476
Ahmad Rahman Tajuddin, Op.Cit., h. 153
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006),
h. 79.
Philip K.Hitti, Op.Cit., h. 220.
Said Abdul Fattah, Asyur Al-Harakat Al-Salibiyah, Juz II (Kairo: Maktabat Al-
Andalusia, 1976), h. 1125-1126.
Ahmad Syalabi, Op.Cit., h. 493.
Ibid., h. 460-467
Yahya Harun, Op.Cit., h. 23.
Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam, Studi Kritis dan Refleksi Historis,
(Cet II; Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1998), h. 228.
Yahya harun, Op.Cit., h. 35.
Ibid
15