Anda di halaman 1dari 18

TUGAS AIK

Makalah Perang Salib

Dosen pembimbing :

Ust. Abdul Hamid Muhanan, LC

Disusun oleh :

- Nurin Savira Zaitun Wanda (200201307)

- Bella Icha Noviana (2002013077)

- Fadilah Auliah (2002013086)

- Bramesta Boy Fadjry (2002013122)

- Alvina Tias Dani Erikmetika (2002013072)

3C Keperawatan

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Perang Salib" sesuai
waktu yang ditentukan.

Makalah ini penulis susun sebagai salah satu tugas kelompok mata kuliah Al-Islam Dan
Kemuhammadiyahan di Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Lamongan.

Dalam penyusunan, penulis mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat Bapak/
Ibu :

1. Dr. Abdul Aziz Alimul Hidayat, S.Kep, Ns, M.Kes , selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Lamongan.
2. Arifal Aris, S.Kep, Ns, M. Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Lamongan.
3. Suratmi, S.Kep, Ns, M. Kep, selaku Ketua Program Studi lImu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Lamongan.
4. Ust. Abdul Hamid Muhanan, LC selaku dosen mata kuliah kuliah Al-Islam Dan
Kemuhammadiyahan, yang banyak memberikan petunjuk , saran, dorongan moril selama
penyusunan makalah ini.
5. Semua pihak yang telah memberikan dukungan moril dan materiil dalam
terselesaikannya makalah ini.

Semoga Allah SWT memberi balasan pahala atas semua amal kebaikan yang diberikan.
Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu segala kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan, akhimya penulis berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi semua pembaca pada umumnya.

i
Lamongan, 07 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..I

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………....II

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………...…..1

A. Latar Belakang………..……………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah……..………………………………………………………………1
C. Tujuan……..…………………………………………………………………………...1
BAB II PEMBAHASAN……….…………….……………………………………………….2
A. Timbulnya Perang Salib………..……………………………………………….……..2
B. Penyebab Perang Salib………………………………………………………….……..3
C. Serangan Kristen Dalam Perang Salib………..……………………………………….7

ii
D. Serangan Balik Islam dalam Perang Salib……...…………………………………..…8
E. Kesudahan Perang Salib……………………….……………………………………..10
BAB III PENUTUP………………………………………………………………………......13
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………...13
B. Saran……………………………………….………………………………………….13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...…………14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jika kita membuka lembaran sejarah, mungkin tidak ada kejadian yang lebih memilukan dan
begitu dahsyat dampak jangka panjangnya bagi peradaban umat manusia daripada perang salib, yaitu
perang yang terjadi selama hampir 2 abad yang melibatkan seluruh kekuatan Eropa (Kristen)
melawan kekuatan muslim.

Dalam penyebaran pasukan Salib terhadap umat Islam, menjadi fenomena yang disertai
timbulnya sentimen keagamaan yang kuat. Dengan adanya motif ini, maka membawa pengaruh
besar terhadap hubungan antar pemeluk agama Islam dan Kristen dalam waktu yang panjang.

Melihat dari beberapa gambaran yang ada maka dapat disimpulkan bahwa, meskipun Perang
Salib sudah berakhir namun pada hakekatnya belum berakhir, hal ini karena adanya perkembangan-
perkembangan selanjutnya, yang walaupun tidak dalam bentuk yang lain, yang sekaligus merupakan
suatu hubungan yang sulit untuk dipisahkan. Perang Salib adalah penyerangan dari kefanatikan
Kristen yang dikoordinir oleh Paus yang mempunyai tujuan untuk merebut kota suci Palestina dari
tangan kaum Muslimin. Selain itu, perang ini yang disebabkan oleh beberapa faktor utama yakni
faktor agama, politik, sosial-ekonomi.

Peristiwa ini merusak hubungan antara dunia Timur dan dunia Barat khususnya antara
agama Islam dan Kristen. Penyerbuan yang berjalan selama dua abad lamanya memakan korban baik
jiwa maupun harta dan kebudayaan yang tidak sedikit banyaknya. Selain itu, masih banyak lagi
dampak dari perang salib ini.

B. Rumusan Masalah

a. Bagaimana timbulnya Perang Salib?


b. Apa penyebab Perang Salib?
c. Bagaimana serangan Kristen dalam Perang Salib?
d. Bagaimana serangan balik Islam dalam Perang Salib?
e. Bagaimana kesudahan Perang Salib?

C. Tujuan Masalah

a. Untuk mengetahui timbulnya Perang Salib


b. Untuk mengetahui penyebab Perang Salib
c. Untuk mengetahui serangan Kristen dalam Perang Salib
d. Untuk mengetahui serangan balik Islam dalam Perang Salib
e. Untuk mengetahui kesudahan Perang

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Timbulnya Perang Salib

Perang Salib adalah perang keagamaan yang berlangsung selama hampir dua abad (1096-
1291 M) yang terjadi sebagai reaksi orang-orang Kristen di Eropa terhadap umat Islam di Asia yang
dianggap sebagai pihak penyerang karena sejak tahun 632 M. (Masa Pemerintahan Abu Bakar)
sampai meletusnya Perang Salib sejumlah kota-kota penting di tempat suci umat Kristen telah
diduduki oleh umat Islam, seperti Palestina, Syiria, Asia Kecil, Mesir, Sicilia dan Spanyol.

Disebut Perang Salib karena ekspedisi militer Kristen sewaktu melakukan perang
mempergunakan Salib sebagai simbol pemersatu untuk menunjukkan bahwa perang yang mereka
lakukan adalah perang suci dan bertujuan untuk membebaskan Baitul Maqdis (Yerussalem) dari
tangan umat Islam.

Kota Suci Yerussalem menjadi sebuah perebutan dikarenakan kota ini merupakan kota yang
memiliki banyak ikatan historis dalam segi keagamaan bagi bangsa Barat dan juga bangsa Arab,
dimana mayoritas masyarakat kedua bangsa tersebut menganut agama Kristen dan juga Islam yang
mana membuat Yerusalem menjadi sebuah kota suci bagi kedua bangsa tersebut dan berujung
menjadi kota yang selalu diselimuti konflik karena banyak kepentingan untuk menguasai sebuah
kota yang memiliki banyak ikatan historis dengan suatu bangsa.

Tahapan Perang Salib apabila disederhanakan berlangsung dalam tiga tahap. Yaitu :

a. Tahap pertama, disebut sebagai periode serangan orang-orang Kristen atau periode penaklukan
(1096-1144 M) yang terjadi dalam dua gerakan. Gerakan pertama disebut sebagai gerakan
gerombolan rakyat jelata, mereka tidak disiplin dan tidak mempunyai pengalaman perang.
Gerakan kedua merupakan ekspedisi militer, disiplin dan mempunyai pengalaman perang
sehingga mereka dapat mengalahkan umat Islam dan berhasil mendirikan beberapa kerajaan
Latin Kristen di dunia Timur.'
b. Tahap kedua, (1144-1193 M) disebut periode reaksi umat Islam karena jatuhkan wilayah
kekuasaan Islam ke tangan kaum Salib sehingga Imaduddin Zanki, Nuruddin Zanki dan
Salahuddin al-Ayyubi bangkit melakukan perlawanan untuk merebut kembali wilayah- wilayah
yang dikuasai orang Kristen.
c. Tahap ketiga, (1193-1291 M) yang dikenal dengan periode kehancuran di dalam pasukan perang
Salib.

2
B. Penyebab Perang Salib

Terjadinya perang salib antara kedua belah pihak, Islam dan Kristen disebabkan oleh faktor-
faktor utama yaitu agama, politik, dan sosial ekonomi.

a. Faktor agama

Semenjak Dinasti Saljuk merebut Baitul Maqdis dari tangan Dinasti Fatimiyah pada
tahun 1070 M, pihak Kristen merasa tidak bebas lagi menunaikan ibadah kesana. Hal ini
disebabkan para penguasa Saljuk menetapkan sejumlah peraturan yang dianggap mempersulit
mereka yang hendak melaksanakan ibadah ke Baitul Maqdis. Bahkan mereka yang pulang ziarah
sering mengeluh karena mendapat perlakuan jelek dari orang-orang Turki Saljuk yang fanatik.
Umat Kristen merasa perlakuan para penguasa Dinasti Saljuk itu sangat berbeda dengan para
penguasa Islam yang pernah menguasai kawasan itu sebelumnya.

Perlakuan jelek dari orang-orang Saljuk yang fanatik terhadap umat Kristen yang ziarah
ke Baitul Makdis dialami dan disaksikan sendiri oleh seorang pendeta Kristen berkebangsaan
Perancis bernama Feter Amins (Hermit). Feter Amins mengadukan masalah yang dialaminya itu
kepada Paus Urbanus II dan dia mengajukan permohonan untuk dilakukan perang suci.
Sementara itu dia sendiri terus melakukan propokasi untuk melawan umat Islam. Dari sinilah
rasa marah dan antipati orang-orang Kristen terhap umat Islam dibentuk sedemikian rupa di
kalangan umat Kristen.

Propokasi Feter Amins baik di kalangan raja-raja Eropa, para bangsawan maupun rakyat
jelata berhasil mengadakan kongres pertama di Clermont Prancis pada tahun 1095 M. Dalam
pidato Paus Urbanus II dalam kongres itu, mengatakan bahwa bagi mereka yang berangkat
perang harta benda dan keluarganya dilindungi, dosa-dosanya diampuni dan apabila dia mati
maka dia mati suci.

Dari sini dapat dilihat besarnya faktor agama dalam mengorbankan semangat perang
Salib sebagai reaksi atas perlakuan jelek orang-orang Turki Saljuk terhadap orang-orang Kristen
yang berziarah ke Baitul Maqdis.

b. Faktor Politik

Kekalahan Bizantium di Manziqart pada tahun 1071 M dan jatuhnya Asia Kecil ke dalam
kekuasaan Dinasti Saljuk telah mendorong Kaisar Alexius I Comnenus untuk meminta bantuan
kepada Paus Urbanus II dalam usahanya untuk mengembalikan kekuasaannya di daerah-daerah
pendudukan Dinasti Saljuk.

Paus Urabanus II bersedia membantu Bizantium karena adanya janji Kaisar Alexius
untuk tunduk di bawah kekuasaan Paus di Roma dan dengan harapan untuk dapat
mempersatukan gereja Yunani dan Roma.

Pada waktu itu Paus memiliki kekuasaan dan pengaruh yang sangat besar terhadap Raja-
raja yang berada di wilayah kekuasaaannya. Karena ia dapat menjatuhkan sanksi kepada siapa

3
saja Raja yang membangkang dengan perintah Paus untuk mencopot pengakuannya sebagai
Raja.

Di lain pihak kondisi umat Islam ketika itu dalam keadaan lemah, sehingga orang- orang
Kristen di Eropa berani ikut serta dalam Perang Salib. Daulah Saljuk di Asia Kecil Pecah,
Daulah Fatimiyah di Mesir dalam keadaan lumpuh, Daulah Umayah di Spanyol goyah. Terjadi
pertentangan segi tiga antara DaulahAbasiyah di Baghdad, Daulah Umayyah di Spanyol dan
Daulah Fatimiyah di Mesir karena masing-masing memproklamirkan dirinya sebagai khalifah.
Dari faktor politik ini dapat dilihat adanya permintaan Kaisar Alexius I kepada Paus Urbanus II
untuk memerangi Dinasti Saljuk dalam usahanya untuk mengembalikan kekuasaannya di
daerah-daerah pendudukan Dinasti Saljuk tersebut. Sementara di factor agama juga dapat dilihat
adanya permintaan Peter Amins kepada Paus Urbanus II untuk melakukan perang suci terhadap
umat Islam dalam usaha merebut Baitul Maqdis. Dengan demikian ada dua permintaan kepada
Paus Urbanus II untuk memerangi umat Islam. Satu permintaan berasal dari Pendeta sedangkan
satu permintaan lagi dari Kaisar.

c. Faktor Sosial Ekonomi

Pedagang-pedagang besar yang berada di pantai Timur Laut Tengah terutama yang
berada di kota Venezia, Genoa dan Pisa mereka berambisi untuk menguasai sejumlah kota- kota
dagang di sepanjang pantai Timur dan selatan Laut Tengah untuk memperluas jaringan
perdagangan mereka.

Untuk memenuhi keinginan mereka itu dapat tercapai, maka mereka rela menanggung
sebahagian dana perang Salib dengan tujuan agar menjadikan kawasan tersebut sebagai pusat
perdagangan mereka apabila pihak Kristen Eropa memperoleh kemenangan dalam perang Salib.
Hal ini dimungkinkan karena jalur Eropa akan bersambung dengan rute-rute perdagangan di
Timur apabila jalur setrategis itu dapat di kuasai.

Disamping itu, rakyat jelata pada saat itu tertindas dan terhina karena perlakuan tuan
tanah yang sewenang-wenang terhadap mereka, mereka harus tunduk kepada tuan-tuan tanah
tersebut yang sering bertindak semena-mena dan lebih dari itu mereka dibebani dengan berbagai
pajak yang memberatkan. Oleh kerena itu, disaat mereka di mobilisir oleh pihak gereja untuk
turut dalam perang Salib dengan janji akan diberikan kesejahteraan hidup apabila perang dapat
di menangkan, secara sepontan mereka berduyun-duyun menyambut seruan tersebut untuk
mendapatkan perbaikan ekonomi dan perbaikan kesejahteraan hidup.

Faktor lainnya :

a. Faktor situasi di Eropa

Asal mula ide perang salib adalah perkembangan yang terjadi di Eropa Barat
sebelumnya pada Abad Pertengahan, selain itu juga menurunnya pengaruh Kekaisaran
Byzantium di timur yang disebabkan oleh gelombang baru serangan Muslim Turki.
Pecahnya Kekaisaran Carolingian pada akhir Abad Ke-9, dikombinasikan dengan stabilnya
perbatasan Eropa sesudah peng-Kristen-an bangsa-bangsa Viking, Slavia, dan Magyar, telah
membuat kelas petarung bersenjata yang energinya digunakan secara salah untuk bertengkar

4
satu sama lain dan meneror penduduk setempat. Gereja berusaha untuk menekan kekerasan
yang terjadi melalui gerakan-gerakan Pax Dei dan Treuga Dei. Usaha ini dinilai berhasil,
akan tetapi para ksatria yang berpengalaman selalu mencari tempat untuk menyalurkan
kekuatan mereka dan kesempatan untuk memperluas daerah kekuasaan pun menjadi
semakin tidak menarik. Pengecualiannya adalah saat terjadi Reconquista di Spanyol dan
Portugal, dimana pada saat itu ksatria-ksatria dari Iberia dan pasukan lain dari beberapa
tempat di Eropa bertempur melawan pasukan Moor Islam.

Perang Salib adalah sebuah gambaran dari dorongan keagamaan yang intens yang
merebak pada akhir abad ke-11 di masyarakat. Seorang tentara Salib, sesudah memberikan
sumpah sucinya, akan menerima sebuah salib dari Paus atau wakilnya dan sejak saat itu
akan dianggap sebagai "tentara gereja. Selanjutnya, "Penebusan Dosa" adalah faktor penentu
dalam hal ini. Ini menjadi dorongan bagi setiap orang yang merasa pernah berdosa untuk
mencari cara menghindar dari kutukan abadi di Neraka. Persoalan ini diperdebatkan dengan
hangat oleh para tentara salib tentang apa sebenarnya arti dari "penebusan dosa" itu.
Kebanyakan mereka percaya bahwa dengan merebut Yerusalem kembali, mereka akan
dijamin masuk surga pada saat mereka meninggal dunia.

b. Faktor situasi di Timur Tengah

Keberadaan Muslim di Tanah Suci harus dilihat sejak penaklukan bangsa Arab
terhadap Palestina dari tangan Kekaisaran Bizantium pada abad ke-7. Hal ini sebenarnya
tidak terlalu memengaruhi penziarahan ke tempat-tempat suci kaum Kristiani atau
keamanan dari biara-biara dan masyarakat Kristen di Tanah Suci Kristen ini. Sementara
itu, bangsa- bangsa di Eropa Barat tidak terlalu perduli atas dikuasainya Yerusalemyang
berada jauh di Timur sampai ketika mereka sendiri mulai menghadapi invasi dari orang-
orang Islam danbangsa-bangsa non-Kristen lainnya seperti bangsa Viking dan Magyar.
Akan tetapi, kekuatan bersenjata kaum Muslim Turki Saljuk yang berhasil memberikan
tekanan yang kuat kepada kekuasaan Kekaisaran Byzantium yang beragama Kristen
Ortodoks Timur.

Titik balik lain yang berpengaruh terhadap pandangan Barat kepada Timur adalah
ketika pada tahun 1009, kalifah Bani Fatimiyah, Al-Hakim bi-Amr Allah
memerintahkan penghancuran Gereja Makam Kudus (Church of the Holy Sepulchre).
Penerusnya memperbolehkan Kekaisaran Byzantium untuk membangun gereja itu
kembali dan memperbolehkan para peziarah untuk berziarah di tempat itu lagi. Akan
tetapi, banyak laporan yang beredar di Barat tentang kekejaman kaum Muslim terhadap
para peziarah Kristen. Laporan yang didapat dari para peziarah yang pulang ini
kemudian memainkan peranan penting dalam perkembangan Perang Salib pada akhir
abad itu.

c. Faktor Sejarah

Peristiwa (awal) penting terkait dengan perang salib, adalah ekspansi yang
dilakukan oleh Alp Arselan yaitu peristiwa Manzikart tahun 1071 M (464 H). Tentara
Alp Arselan yang berkkuatan 15.000 prajurit berhasil mengalahkan tentara berjumlah

5
200.000 orang, yang terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, Al-Akraj, Al-Hajr, Perancis dan
Armenia. Peristiwa inilah yang menanamkan benih permusuhan dan kebencian orang-
orang kristen terhadap umat Islam.

Dari paparan di atas dapat di ketahui bahwa ada tiga faktor penting atau utama
yang memobilisir dan memotivasi terjadinya perang Salib, antara satu dengan yang lain
saling mempengaruhi, ditinjau dari segi agama pendeta ingin merebut Baitul Maqdis
sementara ditinjau dari segi politik Kaisar Alexius I ingin untuk merebut kembali
daerah-daerah kekuasaannya yang telah di duduki Dinasti Saljuk, diantaranya Baitul
Maqdis. Sedangkan dari segi social ekonomi rakyat yang sedang menderita ingin
memperbaiki kesejahteraan hidup bila dapat memenangkan perang Salib.

Tetapi nampaknya faktor yang paling dominan yang menyulut terjadinya perang
Salib adalah faktor propokasi Peter Amin yang berhasil menanamkan rasa benci,
antipasti danmarah dikalangan umat Kristen terhadap umat Islam.

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, tampak bahwa ada beberapa faktor


yang menyebabkan terjadinya Perang Salib dan faktor-faktor tersebut terealisasi dengan
baik karena didukung oleh beberapa hal sebagai berikut:

a. Lemahnya persatuan umat Islam

Sebelum genderang Perang Salib berbunyi, dunia Islam tampak dalam


kondisi lemah. Bani Saljuk (Daulah Salajikah kehilangan kekuatan sepeninggal
Malik Syah (1092 M). Perebutan daerah Syiria antara Bani Saljuk dan Bani
Fatimiyah tidak dapat dielakkan yang menyebabkan terjadinya permusuhan
berkepanjangan antara dua kerajaan Islam ini. Akibatnya dinasti-dinasti Islam
khususnya dua dinasti tersebut dalam keadaan lemah karena sudah terkuras
kekuatan militer maupun finansialnya dalam perang saudara. Kondisi lemah umat
Islam ini merupakan peluang emas bagi dunia Eropa untuk melancarkan
serangannya.

b. Berdirinya kerajaan-kerajaan Eropa yang baru.

Bermunculannya kerajaan-kerajaan Eropa yang baru seperti Kerajaan


Venesia, Genua dan berkuasanya bangsa Normandia di selatan Italia dan di
Kepulauan Sicilia yang semuanya itu merupakan peluang emas bagi dunia Eropa
melancarkan serangannya.

6
C. Serangan Kristen Dalam Perang Salib

Periode serangan Kristen ini di bagi kepada dua tahap. Tahap pertama disebut gerakan
gerombolan rakyat jelata yang tidak memiliki kemampuan berperang, tidak berdisiplin, dan tidak
memiliki persiapan yang matang. Hal itu terjadi karena mereka tersulut oleh api kemarahan dan
kebencian terhadap umat Islam pada waktu diadakan kongres pertama di Klemon Prancis tahun
1095 M. Pidato Paus sebagai tanggapan atas permintaan Pendeta Peter min dan Kaisar Alexius I dia
berhasil mengorbarkan semangat perang suci yang mendapat sambutan hangat dari peserta kongres.
Perang besar Paus inilah yang menyebabkan dia dipandang sebagai tokoh sentral perang Salib.

Peserta kongres yang kebanyakan terdiri dari rakyat Prancis, Itali dan Sisilia, Paus menyadari
betul kalau unsur-unsur tentara Salib tidak hanya terdiri dari orang-orang baik tetapi juga terdiri
dari lapisan masyarakat umum dengan latar belakang kehidupan yang berbeda-beda.

Legitimasi gereja atas perang suci tersebut berimplikasi pada lahirnya pasukan tangguh
bersemangat tinggi tetapi tidak disiplin tidak ada persiapan matang dan tidak ada pula memiliki
pengalaman perang. Pasukan Salib pertama ini bergerak ke Konstatinopel tempat yang mereka
sepakati melakukan strategi pertempuran, secara keseluruhan pasukan perang Salib pertama ini
berjumlah lebih kurang 200.000 orang." Karena gerakan ini merupakan gerakan sepontanitas yang
tidak ada disiplin, tidak ada persiapan perang dan tidak memiliki pengalaman perang, maka dengan
mudah pasukan Salib pertama ini dapat dikalahkan oleh pasukan Dinasti Saljuk.

Dengan demikian perang Salib pertama ini tidak berhasil mengalahkan umat Islam yang
membuat mereka mempersiapkan pasukan berikutnya. Oleh sebab itu pada pasukan berikutnya
mereka betul-betul mempersiapkan pasukan yang tangguh, terlatih dan terorganisir. Itu sebabnya
gerakan Salib kedua ini lebih tepat dikatakan merupakan exspedisi militer yang berdisiplin,
terorganisir rapi yang dipimpin oleh Godfrey of Bonillon.

Hasilnya kemenangan dengan mudah dapat diperoleh gerakan Salib kedua ini. Pasukan
Godfrey menduduki kota suci Palestina pada tanggal 7 Juni 1099 dan melakukan pembantaian
besar-besaran selama lebih kurang satu minggu terhadap umat Islam tanpa membedakan laki-laki
dan perempuan, anak-anak dan orang dewasa, serta orang tua dan orang muda. Disamping itu
mereka membumihanguskan bangunan-bangunan umat Islam di Yerussalem.

Sebelum pasukan ini menduduki Baitul Maqdis mereka lebih dahulu merebut Anatolia
Selatan, daerah Tarsus, Antiopia, Aleppo, dan Ar-Ruha' (Edessa), selain itu Tripoli, Syiria dan
Acre.

Kemenangan ini tidak dapat dilepaskan dari bantuan kaisar Bizantium Alexius I Comninus,
karena seperti perjanjian yang telah mereka sepakati bahwa Kaisar harus mensuplai keperluan
perang sebagai imbalan atas usaha perang Salib dalam merebut wilayah yang dikuasai oleh pasukan
Islam di atas wilayah kekuasaan kaisar Bizantium Alexius I sebelumnya.

Sebagai akibat dari kemenangan tersbut, maka berdirilah beberapa kerajaan Latin Kristen di
Timur, Kerajaan Yerussalem dengan rajanya Godfrey (1099 M). Kerajaan Edessa dengan rajanya
Baldewn (1098 M). Kerajaan Tripoli dengan rajanya Raymond (1109 M).Kerajaan Antiokia dengan
rajanya Bohemond.

7
Kekalahan pasukan Islam tersebut disamping karena kurangnya persiapan pasukan, juga
karena disebabkan Dinasti Saljuk saat itu sedang mengalami perpecahan. Situasi semakin
bertambah parah karena adanya pertentangan segi tiga antara khalifah Fatimiah di Mesir, khalifah
Abbasiyah di Baghdad, dan Amir Umaiyah di Eropa yang memproklamirkan dirinya sebagai
khalifah di Eropa.

D. Serangan Balik Islam dalam Perang Salib

Jatuhnya beberapa wilayah Islam ke tangan pasukan-pasukan Salib membangkitkan


kesadaran kaum muslimin untuk menghimpun kekuatan guna menghadapi mereka. Maka di bawah
komando Imanuddin Zanki Gubernur Mosul, kaum muslimin bergerak maju membendung serangan
pasukan Salib sampai mereka berhasil kembali merebuut Aleppo dan Edessa dari tangan orang
Kristen pada tahun 1144 M. sayang tidak lama setelah itu Imanuddin Zanki wafat pada tahun 1146
M sehingga posisinya digantikan oleh putranya Naruddin Zanki.

Di bawah pimpinan Naruddin Zanki dia ingin meneruskan cita-cita ayahnya untuk
merebut dan membebaskan Negara-negara Islam di dunia Timur dari cengkraman kaum Salib.
Maka, dia memimpin pasukan dan berhasil membebaskan Damaskus atau Syam pada tahun 1147 M
Antoikia (tahun 1149 M) dan mesir pada tahun 1169 M.

Pasukan Islam selanjutnya dipimpin oleh Salahuddin al-Ayyubi, beliau lahir setelah
keruntuhan dinasti Fatimiyah yang tidak mampu menghalaukan serangan tentara salib pada masa
itu yang terdiri pada tahun 1171-1250 M. terjadinya kepemimpinan atau pemerintahan, Salahuddin
al-Ayyubi terkenal di dunia Muslim dan Kristen Karena kepemimpinan, kekuatan militer, dan
sifatnya yang kesatria dan pengampun pada saat ia berperang melawan tentara Salib. Kemajuan
Islam pada masa kepemimpinan Salahuddin al-Ayyubi yang berhasil merebut Yerussalem pada
perang Salib itu tidak hanya dikenal di dunia Islam, tetapi juga kepemimpinan Barat. Kemajuan
Islam yang dicapai pada masa kepemimpinan Salahuddin al- Ayyubi meliputi bidang ilmu
pengetahuan, dengan membangun univesitas dan membangun madrasah-madrasah tempat
pembelajaran al-Azhar. Bidang seni arsitektur pada gedung, masjid, istana dan sebaginya. Bidang
ekonomi dan perdangan kota-kota di Laut Tengah yang menyempurnakan system perpajakan.

Pada masa itu Salahuddin al-Ayyubi berhasil membangkitkan semangat umat Islam untuk
memerangi Kaum Salib sehingga dia pada tahun 1171 M berhasil mendirikan Daulah Ayyubiyah di
Mesir di atas runtuhan Daulah Fatimiyah sebelumnya dan dapat membebaskan Baitul Magdis pada
tanggal 2 Oktober 1187 setelah dikuasai oleh orang Kristen selama 88 tahun.

Selanjutnya Salahuddin al-Ayyubi memberikan ampunan kepada orang-orang Kristen


yang tinggal di kota itu. Hal itu bertolak belakang dengan sikap orang-orang Kristen pada waktu
merebut kota itu dahulu, mereka membantai penduduk dengan tidak berprikemanusiaan. Dengan
jauthnya Yerussalem, maka lonceng gereja yang ada di Masjid Al-Aqsa diganti dengan azan dan
salib emas yang terpajang di atas gereja besar dalam kota itu diturunkan.

Keberhasilan kaum muslimin meraih berbagai kemenangan terutama setelah jatuhnya


Yerussalem membangkitkan kembali semangat Kaum Salib untuk mengirim ekspedisi yang lebih

8
kuat untuk memerangi umat Islam. Mereka kembali mengirim ekspedisi yang dipimpin oleh raja-
raja Eropa yang besar yaitu Frederick I Kaisar Jerman dan Barbarosa, Richard I Raja Inggris dan
Philip II raja Prancis. Pasukan ini bergerak pada tahun 1189 M.

Ekspedisi militer salib yang ketiga ini dibagi menjadi dua devisi. Sebagian menempuh
jalan darat dan sebagian yang lain menempuh jalur laut. Frederick yang memimpin devisi darat
tewas tenggelam dalam penyeberangannya di sungai Armenia dekat kota Ar-Ruha. Sebagian
tentaranya kembali pulang kecuali beberapa orang yang melanjutkan perjalanannya dibawah
pimpinan putra Frederick.

Adapun devisi kedua yang menempuh jalur laut bertemu di Sisilia, mereka berada disana
sampai musim dingin berlalu. Karena terjadi kesalahpahaman, akhirnya mereka meninggalkan
Sisilia secara terpisah. Richard menuju Cyprus dan mendudukinya, kemudian melanjutkan
perjalanan ke Syiria. Sedangkan Philip langsung ke Akka di sana pasukannya berhadapan dengan
pasukan Shalauddin al-Ayyubi. Tidak lama kemudian pasukan Richard dating. Maka gabungan
pasukan Philip dan Richard melakukan pertempuran sengit dengan pasukan Salahuddin al-Ayyubi.
Mereka berhasil merebut Akka yang kemudian dijadikan ibukota kerajaan Latin disana, tetapi
mereka tidak berhasil memasuki Palestina.

Pasukan Salahuddin al-Ayyubi memilih mundur dan pergi untuk mempertahankan Mesir.
Pada tanggal 2 November 1192 M dibuat perjanjjian Antara tentara Salib dan pasukan Salahuddin
al-Ayyubi yang disebut dengan perjanjian Sulh ar-Ramlah. Dalam perjanjian tersebut dijelaskan
bahwa orang-orang Kristen yang pergi berziarah ke Baitul Magdis tidak akan diganggu. Dengan
demikian, Mesir terbebas dari pasukan Salib. Tidak lama kemudian setelah perjanjian itu disepakati
Salahuddin al-Ayyubi wafat pada bulan Februari 1193 M.

Dari yang dijelaskan diatas dapat diketahui bahwa pasukan Salib kali ke tiga tidak
berhasil merebut Baitul Magdis dari tangan kaum muslimin. Demikian juga kota-kota lainnya
seperti Aleppo, Edessa. Syiria, Antoikia, dan Mesir. Dan hanya berhasil merebut kota Akka saja.
Adapun factor kemenangan pasukan Salahuddin al-Ayyubi yang berhasil mempertahankan kawasan
yang direbut dari tangan pasukan Salib dulu ditentukan oleh beberapa hal. Pertama, kedudukan
Sultan Salahuddin al-Ayyubi sebagai Sultan Daulah Ayyubiyah sangat kuat sehingga dia berhasil
memotivasi rakyat untuk mendesak pasukan Salib. Hal ini berbeda dengan keadaan umat Islam
pada waktu diserang pasukan Salib I gerakan kedua, disaat itu daulah Saljuk sedang mengalami
perpecahan, Daulah Fatimiyah dalam keadaan lumpuh di Mesir dan Daulah Abbasiyah mengalami
kemunduran di Bgdad. Situasi yang demikianlah yang menyebabkan pasukan Salib pertama
menang dan dapat berhasil merebut satu persatu daerah kekuasaan Islam.

Selain itu, pada pihak pasukan Salib peperangan sudah berlangsung lama yang membuat
mereka jenuh berperang akhirnya raja Inggris Richard mengajukan perdamaian kepada Salahuddin
al-Ayyubi pada tahun1192 M untuk mengakhiri perang.

9
E. Kesudahan Perang Salib

Tentar Salib pada periode ini dipimpin oleh Raja Jerman Frederick II. Tujuan utama
mereka adalah untuk membebaskan Baitul Magdis sebelum mereka ke Palestina. Mereka berusaha
merebut Mesir lebih dahulu dengan harapan dapat bantuan dari orang-orang Kristen Qibti pada
tahun 1219 M. mereka berhasil menduduki Dimyat. Raja Mesir dari Daulah Ayyubiyah saat itu
adalah Al-Malik al-Kamil membuat perjanjian dengan Raja Frederick II.

Adapun isi perjanjian itu Antara lain. Pertama, Frederick bersedia melepaskan Dimyat dan
Al-Malik al-Kamil melepaskan Palestina. Kedua, Frederick II menjamin keamanan di Palestina.
Ketiga, Frederick II tidak mengirim bantuan kepada Kristen di Syiria. Dalam perkembangan
berikutnya Palestina dapat direbut kembali oleh kau muslimin pada tahun 1247 M dimasa
pemerintahan Malik al-Saleh, penguasa Mesir selanjutnya. Ketika Daulah Ayyubiyah berakhir di
Mesir dan dikuasai oleh kaum Mamalik pada saat itu Sultan Baybas dan Qalawun sekaligus sebagai
pimpinan perang. Mereka berhasil merebut kembali kota Akka dari tangan orang Kristen pada
tahun 1291 M.
Dengan demikian, semua kota-kota yang pernah direbut dahulu oleh pasukan Salib, kini
semua telah berhasil direbut kembali oleh kaum Muslimin tanpa terkecuali. Oleh sebab itu, perang
Salib telah berakhir pada tahun 1291 M setelah berlangsung hampir dua abad lamanya. Namun
meskipun pihak Kristen Eropa menderita kekalahan dalam Perang Salib, namun mereka telah
mendapatkan hikmah yang sangat besar nilainya dari Perang Salib karena mereka dapat berkenalan
dengan peradaban Islam yang sudah maju. Bahkan peradaban yang mereka peroleh dari dunia
Timur menyebabkan mereka bangkit yang disebut dengan masa renaissance di Barat.
Adapun peradaban Islam yang telah maju yang berhasil mereka bawa ke Barat dapat dirinci
sebagai berikut ; yaitu bidang militer, seni, perindustrian, perdagangan kesehatan, astronomi dan
kepribadian.
Dalam bidang militer dunia Barat menemukan persenjataan dan teknik berperang yang
belum pernah mereka temukn sebelumnya di negaranya, seperti menggunakan bahan peledak untuk
melontarkan peluru, pertarungan senjata dengan menunggang kuda, serta membangkitkan semangat
militer dengan gendang dan rebana di medan perang
Dalam bidang perindustrian mereka banyak menemukan kain tenun sekaligus peralatan
tenun di dunia timur. Untuk itu mereka mengiimpor berbagai jenis kain dari dunia Timur ke Barat.
Mereka juga menemukan berbagai jenis kemenyan dan getah kayu Arab yang dapat digunakan
untuk mengharumkan ruangan.
Dalam bidang pertanian mereka menemukan model irigasi yang praktis dan jenis tumbuhan
serata buah-buahan yang beraneka ragam, sehingga dapat menyongsong kehidupan yang lebih maju
lagi. Dalam bidang berdagangan mereka mereka melakukan hubungan dagang dengan dunia Timur
yang memaksa mereka menggunakan mata uang sebagai alat tukar. Padahal sebelum itu mereka
menggunakan system barter.
Dalam bidang astronomi memengaruhi lahirnya berbagai observatorium di Barat. Dalam
bidang kesehatan mereka berhasil membawa dan menerjemahkan berulang kali ke berbagai Bahasa
yang ada di Eropa karya Ibnu Sina yang berjudul al-Syifa tentang ilmu kedokteran yang dijadikan
rujukan di berbagai universitas yang ada di Eropa sampai sekarang ini.

10
Dan yang tidak kalah pentingnya adalah sikap dan kepribadian umat Islam di dunia Timur
pada waktu itu telah memberikan pengaruh positif terhadap nilai-nilai kemanusiaan di Eropa yang
mana sebelumnya tidak mendapatkan perhatian.
Dengan demikian baik yang menyangkut mental maupun fisik melalui perang Salib, orang
Barat menemukan nilai yang sangat berharga dari dunia Timur yang membuat mereka bangkit di
Eropa kemudian. Sebaliknya, apa yang diperoleh Islam dalam perang Salib. Apalah yang
diharapkan oleh penjahat, perampok dan pembunuh kecuali dekadensi moral. Karena waktu
pasukan-pasukan Salib datang ke dunia Timur sekaligus mereka membawa pelacur dari Eropa yang
menyertai mereka dalam peperangan. Maka perang Salib menghabiskan asset kekayaan dan putra
terbaik Islam.
Akibatnya, memerlukan waktu yang lama untuk memulihkannya kembali. Akibat lain
kemiskinan menimpa dunia Islam. Karena seluruh kekayaan Negara habis dialokasikan untuk biaya
dan kepentingan perang. Demikianlah akhir dari perang Salib yang telah memporak- porandakan
sendi-sendi kekuatan Islam dunia Timur dan melahirkan renaissance di dunia Barat.
Sebetulnya, tidak begitu tegas dapat dikatakan, kapan perang-perang salib itu berakhir.
Menarik, apa yang dikatakan oleh Jendral Edmud Henry Allenby pimpinan pasukan Inggris, pada
saat ia memasuki Yerussalem tahun 1917, di era perang dunia I. waktu itu ia memasuki Kota Kairo,
dia sengaja menuju dan memasuki benteng makam Sultan Saladin dan menghentak-hentakkan
kakinya di pusara Saladin sambil meneriakan hanya sekarang saatnya perang salib berakhir”. Dan
dua puluh tahun sebelumnya, Kaisar Jerman, Wilhem I, mencoba memasuki Yerussalem dengan
menunggang kuda dan berpakaian seperti seorang Tentara Salib abad pertengahan.

Warisan Perang Salib

Perang-perang Salib, yang dimaknai sebagai "Perang Suci", yang menjanjikan "Surga" bagi
para mantyr dan syuhadaa yang menjadi korbannya, adalh fakta sejarah. Selama dua abad perang-
perang salib berkecamuk, sulit diukur siapa kalah siapa menang secara absolut. Namun dia pantas
untuk selalu dikenang, bukan untuk diulang. Darinya banyak yang dapat dijadikan pembelajaran.
Manusia pengobar perang berarti pengikut tesis setan, bukan tesis tuhan. Eropa khususnya dan
Barat pada umumnya sudah memetik hikmah sudah memetik hikmah yang luar biasa dari tragedi-
tragedi perang yang memenuhi lembaran- lembaran sejarah mereka.

Gelombang-gelombang Perang Salib untuk merebut Kota Suci Yerussalem dari tanagan
Kaum Muslim, sampai sejauh saat itu gagal total, bahkan kedudukan orang Barat/ Kristen di Syiria/
Palestina menjadi hilang. Keuntungan yang didapat pihak Barat/Kristen sangatlah banyak sehingga
segala bentuk dari aspek kemajuan telah mereka gapai. Selain aspek positif itu, aspek negatifnya
justru jauh lebih besar dan sampai sekarang masih menghantui memori orang-orang Kristen Barat.
Dmpak negatif itu adalah munculnya stereotype negative tentang Islam. Norman Daniel dalam
Islam and the West : The Making of an Image (1966) menggambarkan bagaimana gambaran orang
Barat/Kristen terhadap Islam berdasarkan sumber-sumber Eropa yang ditulis selama era 1100-1350.
Tulisan Daniel dan tulisan semacamnya, seperti karya Huntington The Clash of Civilizations and
The Making of World Order (1967), kerap menggambarkan citra-citra negatif tentang orang-orang
Islam. Peradaban Islam di kategorikan Huntington sebagai “Peradaban Perang", terutama perang

11
melawan Barat. Tesis Huntington tentang Clash of Civilization dapat dikatakn sebagai implikasi
terkini dari masa perang-perang Salib. Ironisnya, tesis Huntington ini juga diamini oleh sebagian
kalangan Muslim.

Contoh lain bagaimana presepsi yang salah tentang Islam, misalnya kasus film
"Submission" yang digarap seorang politisi Belanda, Ayan Hirsi Alib bersama dengan seorang
entertainer dan producer film, Theo van Gogh. Judul film ini jelas langsung menunjuk makna Islam
secara substansial / sallama atau aslam ilaih, yang berarti tunduk, patuh meneyrahkan diri
sepenuhnya. Dalam film itu tertayangkan hujatan-hujatan dan kecaman-kecaman kasar terhadap
dunia Islam, seperti tuduhan terhadap dunia Islam yang dikatakn telah mengabaikan hak-hak asasi
wanita yang fundamental. Mereka juga menghina Islam dengan memproyeksikan teks-teks ayat
kitab suci itu di atas bagian-bagian tubuh wanita seksi setengah telanjang. Tidak lama berselang
muncul film “Fitnah" Bersutan Greet Wildres, seorang politisi independen libertarian sayap kanan,
anggota Majelis Rendah Parlemen Belanda, dengan isis yang tidak jauh berbeda.lalu muncul Kare
Bluitgen dengan kartun Nabi Muhammad SAW. Dalam lembaran-lembaran surat kabar “Jyllands
Posten". Ini semua sekedar contoh bagaimana perang salib menyisakan missprespsi tentang Islam.

Untuk merangkai kembali hubungan yang harmonis Antara Barat dan Islam, maka
presepsi-prespsi dan citra-citra negatif tentang Islam itu harus dinetralkan kembali. Hal yang sama
berlaku bagi dunia Islam yang terkadang juga salah presepsi terhadap dunia Barat. Bukankah dalam
masa- masa damai atau gencatan senjata selama periode perang salib, sebenarnya kedua belah pihak
sudah memberikan contoh baik melalui hubungan perdagangan dan perekonomian. Dalam konteks
global saat ini, kerjasama serupa juga sudah terjalin. Namun yang perlu slelalu diperhatikan adalah
bahwa kerjasama itu harus dijalin dalam relasi yang egalitarian dan saling menguntungkan, bukan
dalam posisi superior-inferior atau subjek-objek. Kedua pihak harus mampu menghilangkan rasa
curiga dan prasangka buruk satu sama lain. Karena bagaimanapun, hubungan harmonis
Barat/Kristen dan Timur/Islam akan ikut menentukan masa depan perdamaian dunia.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perang Salib (Perang Suci) merupakan peperangan antara tentara Islam dengan Kristen.
Hal ini terjadi bermula kebencian umat Kristiani terhadap masa pemerintahan Dinasti Seljuk yang
dapat menguasai kota suci mereka. Terlebih dinasti menguasai Baitulmakdis. Dalam peperangan ini
tentara Salib memakai tanda salib di pakaiannya sebagai tanda pemersatu umat Kristiani dan
menunjukkan peperangan suci.

Perang Salib dibagi ke dalam tiga periode, yaitu periode pertama yang disebut sebagai
periode penaklukan, kemudian periode kedua yang disebut dengan periode reaksi umat Islam
dan yang terakhir adalah periode ketiga disebut dengan periode kehancuran. Terjadinya perang
salib disebabkan beberapa faktor utama, yaitu faktor agama, faktor politik, dan factor sosial
ekonomi

Demikian selintas kisah dari Perang Salib yang telah mengubah wajah dunia pada abad
pertengahan yang berpengaruh hingga sekarang. Sebelum Perang Salib, pemeluk agama Kristen
dan Yahudi bisa hidup berdampingan di Palestina dan sekitarnya di bawah naungan Daulah
Islamiyah. Tetapi setelah kedahsyatan Perang Salib yang memakan waktu sampai dua abad
lamanya, telah mampu mengubah situasi harmoni masa lalu.

Perang Salib sekalipun dimenangkan oleh pihak Islam, tetapi jika dilihat dari perspektif
peradaban Islam, sangat dirugikan dan sebaliknya Barat sekalipun kalah tetapi banyak belajar dan
berhasil membangun peradaban yang lebih maju setelah melihat dasar- dasar sainsnya dari
peradaban Islam. Dengan kata lain Barat berhutang jasa kepada Islam, sebab tanpa transformasi
peradaban melalui tragedi Perang Salib ini, Barat tidak bisa berdiri tegak seperti saat ini.

B. Saran

Penulis telah menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi, penulis
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Maka, penulis
sangat mengharapkan saran dari para pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan ke
masa yang akan datang.

13
DAFTAR PUSTAKA

Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Yogyakarta : PT. Tiara Wacana.


Nasution, Syamruddin. 2013. Sejarah Peradaban Islam. Pekanbaru Riau : Yayasan Pusaka Riau.
Syukur, Syamzan. 2011. Perang Salib Dalam Bingkai Sejarah. Jurnal Al-Ulum, 11 (1), 189- 204.
Yatim, Badri. 2018. Sejarah Peradaban Islam. Depok : PT RajaGrafindo Persada.

14

Anda mungkin juga menyukai