Disusun Oleh:
Kelompok 10
2023/2024
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah sejarah peradaban
Islam, dengan dosen pengampu Dr. H Farhan Indra, M.A. Penyusunan makalah
ini dibuat berdasarkan sumber-sumber yang relevan yang dimuat dari buku buku
maupun media internet yang membahas tentang peristiwa sejarah perang salib.
Kami berharap tulisan dalam makalah ini dapat menambah wawasan para
pembaca mengenai sejarah perang salib
Medan, 2023
Kelompok 10
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Timbulnya Perang Salib
Perang Salib terjadi sebagai reaksi orang Kristen terhadap perlakuan jelek
Bani Saljuk kepada mereka yang berziarah ke Palestina setiap tahun, diantaranya
termasuk pendeta Feter Amins (Hermit) yang berkebangsaan Prancis. Dia
mengadukan hal itu kepada Paus Urbanus II dan bermohon untuk dilakukan
perang suci terhadap umat Islam, permohonannya diterima Paus.
Maka, raja-raja Eropa para bangsawan dan rakyat jelata pada jenjang tahun
tersebut melakukan pertemuan pertama di Clermont Prancis tahun 1095 M dan
berhasil mengambil keputusan untuk memerangi umat Islam. Tahun 1096 M
Perang Salib pertama dimulai, mereka terdiri dari rakyat jelata tidak memiliki
kemampuan perang, tidak disiplin dan tidak ada persiapan matang hanya disulut
oleh api kebencian dan kemarahan, akhirnya pasukan Salib dapat dikalahkan oleh
pasukan Daulah Saljuk.
1
Tahun ini adalah awal dari pemerintahan Abu Bakar, pada saat ini Abu Bakar memberangkatkan
empat pasukan Islam ke Utara di bawah pimpinan Abu Ubaidah Bin Jarrah bersama 24.000 tentara
untuk memerangi tentara Binzantium
5
Pasukan Salib kedua dipersiapkan terdiri dari pasukan militer yang
berdisiplin, terbiasa berperang, terorganisir rapi yang dipimpin oleh Godfrey of
Bouilon, mereka menang akhirnya berdirilah empat kerajaan Kristen di dunia
Islam. Pertama kerajaan Baitul Magdis/ Yerusalem dengan rajanya Godfrey (1099
M), kedua kerajaan Edessa dan Aleppo dengan rajanya Baldwin (1098 M),
kerajaan Tripoli dengan rajanya (1109 M), dan kerajaan Antiokia dengan rajanya
Bohemond.
2
Tim penulis, Ensiklopedi Islam (Jakarta: PT Ikhtiar Baru), hlm. 240-241.
6
Frederick Barbarossa raja Jerman, Richar The Lion Hart raja Inggris, dan Philip
Augustus raja Prancis. Pasukan ini berhasil merebut Akka meskipun mendapat
tantangan dari pasukan muslim tanpa berhasil merebut Yerussalem (Palestina).
Dalam perang salib ini akhirnya pihak Richard dan pihak Saladin sepakat untuk
melakukan gencatan senjata dan membuat pejanjian dengan nama Shulh Ar-
Ramlah. Inti perjanjian damai itu adalah daerah pedalaman akan menjadi milik
kaum muslimin dan umat Kristen yang akan berziarah ke Baitulmakdis akan
terjamin keselamatannya. Adapun daerah pesisir utara, Arce, dan Jaita berada di
bawah kekuasaan tentara salib. Tak lama setelah perjanjian itu dibuat, sultan
Shalahuddin Al-Ayyubi wafat.3
Dalam periode ini, muncul pahlawan wanita dari kalangan kaum muslimin
yang terkenal gagah berani, yaitu Syajar Ad-Durr. Ia mampu menunjukkan
kebesaran Islam dengan membebaskan dan mengizinkan Raja Louis IX, yang
telah ia tangkap dan hancurkan pasukannya, kembali ke negerinya, Prancis.
Penyebab utama terjadinya perang Salib adalah faktor agama, politik dan
sosial ekonomi. Faktor agama, semenjak Daulah Saljuk merebut Baitul Maqdis
3
Badri Yatim, Op.cit., h.239-240
4
Ibid, hlm. 242. Lihat juga Philip K. Hitti, Dunia Arab (Bandung: Sumur Bandung,1970, hlm 212
7
dari tangan Daulah Fatimiyah pada tahun 1070 M, pihak Kristen merasa tidak
bebas lagi menunaikan ibadah ke sana. Hal ini disebabkan para penguasa Saljuk
menetapkan sejumlah peraturan yang dianggap mempersulit mereka yang hendak
melaksanakan ibadah ke Baitul Maqdis. Bahkan mereka yang pulang ziarah sering
mengeluh karena mendapat perlakuan jelek dari orang-orang Turki Saljuk yang
fanatik. Umat Kristen merasa perlakuan para penguasa Daulah Saljuk itu sangat
berbeda dengan para penguasa Islam yang pernah menguasai kawasan itu
sebelumnya.5
Perlakuan jelek dari orang-orang Saljuk yang fanatik terhadap umat Kristen
yang ziarah ke Baitul Maqdis dialami dan disaksikan sendiri oleh seorang pendeta
Kristen berkebangsaan Prancis bernama Feter Amins (Hermit). Feter Amins
mengadukan masalah yang dialaminya itu kepada Paus Urbanus II dan dia
mengajukan permohonan untuk dilakukan perang suci. Sementara itu dia sendiri
terus melakukan provokasi untuk melawan umat Islam. Dari sinilah rasa marah
dan antipati orang-orang Kristen terhadap umat Islam dibentuk sedemikan rupa
dikalangan umat Kristen.6
5
Tim Penulis, Ensiklopedi Islam (Jakarta: PT Ikhtiar Baru), hlm. 240.
6
K. Ali, A Study of Islamic History (New Delhi: Idarah Adabiyah, 1980), hlm 247.
7
Tim Penulis Books, Sejarah dan Kebudayaan Islam (Ujung Pandang: IAIN Alaudin, 1981/1982),
hlm, 211.
8
usahanya untuk mengembalikan kekuasaannya di daerah-deaerah pendudukan
Daulah Saljuk.
Pada waktu itu Paus memiliki kekuasaan dan pengaruh yang sangat besar
terhadap raja-raja yang berada di wilayah kekuasaannya. Karena ia dapat
menjatuhkan sanksi kepada siapa saja raja yang membangkang dengan perintah
Paus untuk mencopot pengakuannya sebagai raja.8
Faktor Ekonomi Sosial, Para pedagang besar yang berada di pantai Timur
Laut Tengah, terutama yang berada di kota Venesia, Genoa, dan Pisa, berambisi
untuk menguasai sejumlah kota dagang di sepanjang pantai timur dan selatan Laut
Tengah untuk memperluas jaringan dagang mereka. Untuk itu mereka rela
menanggung sebagian dana Perang Salib dengan maksud menjadikan kawasan
tersebut sebagai pusat perdagangan mereka apabila pihak Kristen Eropa
memperoleh kemenangan. Hal itu dimungkinkan karena jalur Eropa akan
bersambung dengan rute perdagangan di Timur melalui jalur strategis tersebut.9
Tentara Salib pada periode ini dipimpin oleh Raja Jerman Frederik II.
Tujuan utama mereka untuk membebaskan Baitul Maqdis sebelum mereka ke
Palestina. Mereka berusaha merebut Mesir lebih dahulu dengan harapan dapat
bantuan dari orang-orang Kristen Qibty pada tahun 1219 M. Mereka berhasil
menduduki Dimyat. Raja Mesir dari Dinasti Ayyubiyah saat itu adalah al-Malik
al-Kamil membuat perjanjian dengan raja Roderik II.
8
K. Ali, A Study Of Islamic History (New Delhi: Idarah Adabiyah, 1980), hlm. 247.
9
Ibid.., h. 236
9
Adapun isi perjanjian itu, antara lain. Pertama, Frederik II bersedia
melepaskan Dimyat dan al-Malik al-Kamil melepaskan Palestina. Kedua, Frederik
II menjamin keamanan di Palestina. Ketiga, Frederik II tidak mengirim bantuan
kepada Kristen di Syria.10
Adapun peradaban Islam yang sudah maju yang berhasil mereka bawa ke
Barat dapat dirinci sebagai berikut; yaitu bidang militer, seni, perindusterian,
perdagangan, kesehatan, astronomi dan kpribadian. Dalam bidang militer dunia
Barat menemukan persenjataan dan tekhnik berberang yang belum pernah mereka
temukan sebelumnya di negaranya, seperti penggunaan bahan peledak untuk
melontarkan peluru, pertarungan senjata dengan menunggang kuda, serta
membangkitkan semangat militer dengan gendang dan rebana.
10
dan getah kayu Arab yang dapat mengharumkan ruangan. Dalam bidang pertanian
mereka menemukan model irigasi yang praktis dan jenis tumbuhan serta buah-
buahan yang beraneka ragam.
Dan yang tidak kurang pentingnya adalah sikap dan kpribadian umat Islam
di dunia Timur pada waktu itu telah memberikan pengaruh positif terhadap nilai-
nilai kemanusiaan di Eropa yang sebelumnya tidak mendapat perhatian.372
Dengan demikian baik yang menyangkut mental maupun pisik melalui perang
Salib, orang barat menemukan nilai yang sangat berharga dari dunia Timur yang
membuat mereka bangkit di Eropa kemudian.
Sebaliknya apa yang di peroleh Islam dari perang Salib. Apalah yang di
harapkan dari penjahat, perampok, dan pembunuh kecuali dekandensi moral.
Karena waktu pasukan pasukan Salib datang ke dunia Timur sekaligus mereka
membawa pelacur dari Eropa yang menyertai mereka dalam peperangan. Maka
perang Salib menghabiskan asset kekayaan dan putera terbaik dunia Islam.
Akibatnya memerlukan waktu yang lama untuk memulihkannya kembali. Akibat
lain kemiskinan menimpa dunia Islam. Karena seluruh kekayaan negara habis
dialokasikan untuk biaya dan kepentingan perang. Demikianlah akhir dari perang
Salib yang telah memporakporandakan sendi-sendi kekuatan Islam di dunia Timur
dan melahirkan renaisance di dunia Barat.
11
Pengaruh Perang Salib terhadap Islam, adalah lebih memantapkan dan
mengokohkan nilai-nilai persatuan dan kesatuan umat dalam membela dan
mempertahankan eksistensi agama Islam. Pengaruhnya yang lain adalah
memperkenalkan dunia Islam yang mempunyai kebudayaaan tinggi kepada dunia
Barat.
Tidak hanya itu, Perang Salib telah menghabiskan aset kekayaan bangsa dan
mengorbankan putera terbaik. Ribuan penguasa, panglima perang dan rakyat
menjadi korban. Gencatan senjata yang ditawarkan terhadap kaum muslimin oleh
pasukan salib selalu didahului dengan pembantaian masal. Hal tersebut merusak
struktur masyarakat yang dalam limit tertentu menjadi penyebab keterbelakangan
umat Islam dari umat lain.
Walaupun demikian, di sisi lain Perang salib membuktikan kemenangan
militer Islam di abad pertengahan, yang bukan hanya mampu mengusir Pasukan
Salib, tetapi juga pada masa Turki Usmani mereka mampu mencapai semenanjung
Balkan (abad ke-14-15) dan mendekati gerbang Wina (abad ke-16 dan 17),
sehingga hanya Spanyol dan pesisir Timur Baltik yang tetap berada di bawah
kekuasaan Kristen.
12
13