Anda di halaman 1dari 25

CRITICAL JURNAL REVIEW

DISUSUN OLEH:

NAMA KELOMPOK : AGNES SENTIA GINTING (3213321006)


LEONY OCTORA MANIHURUK
(3213321028)
WIDYA RN HUTAHURUK (3213321005)
MARIA SILITONGA (3213321016)
MUHAMMAD KABUL (3212421022)
WAHYU RADETI GINTING (3212421012)
KELAS : REG C

DOSEN PENGAMPU : Drs. PONIRIN, M.siPROGRAM STUDI


PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

1
2021

KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa,
sebab telah memberikan rahmat dan karuniaNya serta kesehatan kepada kami
sehingga mampu menyelesaikan tugas “CRITICAL JOURNAL REVIEW” Tugas
ini dibuat untuk memenuhi salah satu mata kuliah saya yaitu “SEJARAH
ISLAM”.

Tugas critical jurnal review ini disusun dengan harapan dapat menambah
pengetahuan dan wawasan kita semua dapat bertambah. Kami menyadari bahwa
tugas critical jurnal review ini masih jauh dari kata kesempurnaan.

Apabila dalam tugas ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, kami mohon
maaf karena sesungguhnya pengetahuan dan pemahaman kami masih terbatas.
Hanya yang Maha Kuasa yang paling sempurna, karena keterbatasan ilmu dan
pemahaman kami yang belum seberapa. Karena itu kami sangat nmenantikan
saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun guna menyempurnakan
tugas ini. Kami berharap semoga tugas critical journal review ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan bagi kami khususnya. Atas perhatiannya kami
mengucapkan terimakasih.

Pekanbaru, November 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................2

DAFTAR ISI.....................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................4

1.1 Latarbelakang............................................................................................4

1.2 Tujuan.......................................................................................................4

1.3 Manfaat.....................................................................................................4

1.4 Identitas jurnal...........................................................................................4

BAB 2 RINGKASAN JURNAL............... ......................................................5

2.1 Ringkasan Jurnal Utama...................... ....................................................5

2.2 Ringkasan Jurnal Pembanding................ ...............................................12

BAB 3 PEMBAHASAN..................................................................................13

3.1 Pembahasan isi Jurnal..............................................................................13

3.2 Kelebihan dan Kekurangan Jurnal...........................................................13

BAB 4 PENUTUP...........................................................................................14

4.1 Kesimpulan..............................................................................................14

4.2 Saran........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................15

3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang
Perang Salib terjadi pada Abad Pertengahan, sesungguhnya dimulai
dengan mengungkap situasi Timur Tengah pada abad X dan XI, yakni antara lain
dengan melihat kondisi Daulah Bani Abbasiyah yang pada waktu itu, sedang
menuju keruntuhan. Peran dan keikut sertaan Bani Saljuk, bahkan konprontasi
antara bani Saljuk dan Bizantium di Asia kecil.Perang Salib merupakan perang
keagamaan yang terjadi selama hampir dua abad, sebagai reaksi masyarakat
Kristen di Eropa di Eropa terhadap umat Islam di Asia. Bahkan bukan saja di Siria
dan Asia kecil, tetapi juga di Spanyol dan Sisilia. Peperangan ini merupakan
tragedi umat Islam terbesar dalamsejarah, dan peperangan ini terjadi karena sejak
tahun 632 M, sampai meletusnya Perang Salib sejumlah kota-kota penting dan
tempat suci umat Kristen telah dikuasai umat Islam, seperti Suriah, Asia kecil,
Spanyol dan Sicilia.

Peristiwa di atas memberikan gambaran bahwa konfrontasi antara Kaum


Muslimin dan Nasrani kebanyakan dipengaruhi oleh unsur-unsur religius dan
motif ini pula yang didengung-dengungkan oleh Paus Urbanus II untuk
mengerahkan seluruh umat Kristiani di Eropa dengan memproklamirkan perang
suci yang populer dengan sebutan “Perang Salib.” Peristiwa Perang Salib ini telah
dibayar oleh umat Islam melalui perjuangan yang besar dan pada sisi lain Perang
Salib telah memberikan keuntungan bagi pihak Eropa. Ini diakui sendiri oleh para
orientalis; mereka mengatakan bahwa Perang Salib merupakan jembatan emas
bagi tumbuhnya peradaban dan kebudayaan Barat di Eropa.

1.2 Tujuan
1.Mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya Perang
Salib

2.Mengetahui Bagaimana proses berlangsungnya Perang Salib

4
3.Mengetahui dampak-dampak Perang Salib

1.3 Manfaat

1.Agar Mengetahui Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya


Perang Salib

2.Agar Mengetahui Bagaimana proses berlangsungnya Perang Salib

3.Supaya kita tahu apa saja dampak-dampak Perang Saliib.

1.4 Identitas jurnal

Identitas Jurnal Utama

Judul Jurnal : PERANG SALIB (Telaah Historis dan Eksistensinya)

Penulis : Tasmin Tangngareng

Tahun : 2017

Jumlah Halaman : 10 Halaman

Identitas jurnal Pembanding

Judul Jurnal : PERANG SALIB DALAM BINGKAI SEJARAH

Penulis : Syamzan Syukur

Tahun : 2011

Jumlah Halaman : 11 Halaman

5
BAB 2

RINGKASAN JURNAL

2.1 Ringkasan Jurnal Utama

PERANG SALIB (Telaah Historis dan Eksistensinya)

A.Pendahuluan

Perang Salib terjadi pada Abad Pertengahan, sesungguhnya dimulai


dengan mengungkap situasi Timur Tengah pada abad X dan XI, yakni antara lain
dengan melihat kondisi Daulah Bani Abbasiyah yang pada waktu itu, sedang
menuju keruntuhan. Peran dan keikut sertaan Bani Saljuk, bahkan konprontasi
antara bani Saljuk dan Bizantium di Asia kecil.Perang Salib merupakan perang
keagamaan yang terjadi selama hampir dua abad, sebagai reaksi masyarakat
Kristen di Eropa di Eropa terhadap umat Islam di Asia. Bahkan bukan saja di
Siria dan Asia kecil, tetapi juga di Spanyol dan Sisilia. Peperangan ini merupakan
tragedi umat Islam terbesar dalam sejarah, dan peperangan ini terjadi karena sejak
tahun 632 M, sampai meletusnya

Perang Salib sejumlah kota-kota penting dan tempat suci umat Kristen
telah dikuasai umat Islam, seperti Suriah, Asia kecil, Spanyol dan
Sicilia.Disamping itu, dikuasainya sebagian negara kekuasaan Bizantium oleh
tentara umat Islam membuat umat Kristen menaruh benci terhadap Islam.
Kebencian dan rasa permusuhan mereka terhadap umat Islam mencapai
puncaknya ketika Dinasti Bani Saljuk berhasil merebut dan menguasai Bait al-
Maqdis sebagai tempat suci mereka. Penguasa Bani Saljuk menetapkan beberapa
peraturan yang memberatkan umat Kristen yang hendak berziarah keempat suci
itu. Untuk merebut dan menguasai kembali kota suci Bait al-Maqdis, maka Paus
Urbanus II berusaha membangkitkan kemarahan orang-orang Kristen dan raja-raja
di Eropa untuk melakukan perang suci, yang kemudian dikenal dengan Perang
Salib. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka yang menjadi permasalahan

6
dalam tulisan ini adalah apa yang melatar belakangi terjadinya Perang Salib dan
bagaimana kronologis jalannya Perang Salib serta bagaimana akibat yang
ditimbulkan.

Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji secara mendalam tentang Perang


Salib yang merupakan tragedi umat Islam terbesar dalam sejarah. Di samping itu,
Perang Salib merupakan salah satu hal yang esensial untuk dikaji dalam sejarah
Islam. Tulisan ini diharapkan dapat bermanfaat, untuk lebih memperkaya
khasanah ilmu pengetahuan keIslaman pada umumnya, khususnya dalam bidang
kajian sejarah Islam.

B. Faktor-Faktor Yang Melatar Belakangi Timbulnya Perang Salib

Ada beberapa faktor penyebab terjadinya Perang Salib antara lain sebaga berikut:

1. Faktor Agama

Faktor ini dapat dilihat bahwa hilangnya kemerdekaan umat Kristen untuk
berziarah ke Yerussalem,2 pada masa pemerintahan Bani Saljuk. Kalau pada masa
pemerintahan Bani Fatimiyah, umat Kristen diberi kebebasan dan kemerdekaan
untuk berziarah pada tahun 1076, kemerdekaan menziarahi Yerussalem bagi umat
Kristen diperketat. Oleh sebab itu, mereka menuntut balas hendak merebut tanah
suci (holy land) dari tangan kaum muslimin.

2. Faktor Politik

Dari segi politik dapat dicermati lewat kekhawatiran umat Kristen, Melihat
bahaya negerinya yang terancam dari penaklukan Islam dan kemenangan Umat
Islam di Selatan. Ketika peperangan yang diperjuangkan oleh Kristen dan Islam
dipinggir sungai Loire,Apalagi ketika kota Konstantinopel terancam dari serbuan
dinasti Saljuk, sebab posisi kunci di sekitar Asia Kecil yang telah mereka kuasai
dijadikan basis pertahanan dan kekuatan Bani Saljuk. Situasi inilah yang
mendorong imperium Bizantium menggalang dukungan dengan segenap umat
Kristiani dalam mempertahankan imperiumnya.

3. Faktor Sosial

7
Stratifikasi sosial masyarakat Eropa ketika itu terdiri dari tiga kelompok
yaitu, kaum gereja, kaum bangsawan dan rakyat jelata. Dari ketiga kelompok
tersebut kelompok yang terakhir ini merupakan mayoritas dalam masyarakat,
tetapi menempati kelas yang paling rendah. Kehidupan mereka sangat tertindas
dan hina, mereka harus tunduk kepada para tuan tanah yang sering bertindak
semena-mena dan mereka dibebani pajak. Oleh karena itu, ketika dimobilisasi
oleh pihak gereja untuk turut ambil bagian dalam perang suci ini dengan janji
akan diberikan kebebasan dan kesejahteraan yang lebih baik bila peperangan
dapat dimenangkan dengan spontan mereka menyambut seruan itu, dengan
berduyun-duyun melibatkan diri dalam Perang Salib.

4. Faktor Ekonomi

Jika dilihat dari segi ekonomi, dapat dinyatakan bahwa adanya motivasi
perdagangan bagi bangsa Barat untuk menguasai pasar (tata niaga) di kawasan
Laut tengah yang akan menjadi sentral perdagangan Barat di Timur. Ambisi dan
Obsesi untuk menguasai kawasan tersebut beralasan, sebab kawasan ini sangat
srategis dan prospektif untuk dijadikan pintu gerbang pengembangan perdagangan
ke arah laut merah. Di samping itu, pada masyarakat Eropa berlaku hukum waris
yang menetapkan bahwa hanya anak yang tertua berhak menerima harta warisan.
Apalagi anak tertua meninggal maka harta warisan harus diserahkan kepada
Gereja. Hal ini, telah menyebabkan populasi orang miskin semakin meningkat.
Akibatnya mereka mengikuti seruan mobilisasi umum ini, dengan harapan
untukendapatkan perbaikan ekonomi.

C. Kronologis Jalannya Perang Salib

Perang ini dikenal dengan Perang Salib karena ekpedisi militer Kristen
yang menggunakan tanda salib sebagai simbol pemersatu. Dan perang suci ini,
adalah untuk membebaskan Bait Al Maqdis dari kekuasaan orang-orang
Islam.Perang Salib adalah merupakan misi keagamaan dari rombongan penziarah
Kristen ke Bait Al Maqdis di bawah bendera perdamaian, kemudian berubah
menjadi misi perang, karena termakan issu bahwa penguasa Yerussalem .Pada

8
waktu itu, telah melakukan penganiayaan terhadap para penziarah yang beragama
Kristen. Dan akibat penyerbuan Bani Saljuk ke Enthioke telah mengakibatkan
orang-orang Bizantium terusir dari wilayah itu. Tentang masa terjadinya, sebagian
sumber-sumber sejarah mengungkapkan bahwa Perang Salib terjadi antara tahun
1095 sampai 1291. Namun kurung waktu tersebut masih terjadi kontroversi,14
karena batasan waktu terlalu sempit, apakah persiapan menuju Perang Salib ini
dimasukkan dalam kurung waktu tersebut atau tidak.

Di samping itu, terjadi pula perbedaan pendapat tentang periodesasi


berlangsungnya Perang Salib dikalangan sejarawan, ada yang membagi menjadi
tujuh periode.15 Bahkan ada yang membagi sampai delapan periode.Namun
penulis sependapat dengan analisis yang dikemukakan oleh Badri Yatim
denganembagi kepada tiga periodesasi yaitu :

1. Periode I; yaitu periode penaklukan yang berlangsung dari tahun 1095-


1144 M.
2. Periode II; yaitu periode reaksi umat Islam dari tahun 1144-1192 yang
Mencapai puncaknya dengan kemenangan Salahuddin al-Ayyubi yang
gilang-gemilang.
3. Periode III; yaitu periode kehancuran Perang Salib dari tahun 1192-1291
M.

a.Periode pertama (1095-1144 M).

Pada periode ini, dapat dilihat bahwa dalam rangka memperoleh


Kemerdekaan umat Kristen yang akan berziarah ke Bait al-Maqdis, maka pada
tahun 1095 M. Urbanus II mengajak seluruh jemaat Kristiani Eropa agar
melakukan perang suci terhadap umat Islam. Ajakan itu disampaikannya dalam
kongres akbar di Clermant Francis yang dihadiri oleh orang-orang Eropa Barat
dan 255 orang pendeta besar. Dengan propokatif yang mengajak seluruh kaum
Nasrani bersatu dalam gerakan suci tersebut.Oleh karena seruan yang penuh
semangat dan propokatif tersebut tentu saja mampu mempengaruhi semua yang
hadir sehingga menghasilkan kebulatan tekad untuk mempersiapkan segala

9
perlengkapan, perbekalan, dan persenjataan. Bahkan kerelaan berkorban jiwa dan
raga yang menurut mereka sangat suci.Gagasan Perang Salib itu muncul pertama
kali pada pidato yang disampaikan oleh Urbanus II dalam kongres agama di
Clermant. Dalam kongres itu juga dikeluarkan perintah agar seluruh anggota salib
untuk menggunakan tanda salib yang terbuat dari kain yang berwarna merah yang
disulam pada jubah seragam pasukan salib sebagai simbol bahwa peperangan ini
semata-mata untuk mempertahankan eksistensi Kristen di muka bumi

Disamping itu semangat Perang Salib tersebut semakin berkobar


disebabkan khotbah-khotbah Rahib Peter The Hermet dalam lawatannya dari satu
tempat ke tempat yang lain dalam wilayah Tuskaniah, Lombordia, Provencia,
Aquintania, Burgumondia, Alamannia, dan Bavaria, sehingga lapisan orang-orang
awam bagaikan kayu kering dibakar.Pada tahun 1096 M tentara Eropa yang
berjumlah 150.000 sebahagian besar terdiri dari bangsa Prancis dan Norman
berkumpul di Konstantinopel dengan tujuan ke Palestina melalui asia kecil.
Dalam perjalanan ternyata banyak pasukan yang bergabung sehingga jumlah
tentara mencapai 300.000 orang. Namun pasukan yang banyak itu tidak dapat
menjalankan tugasnya dengan baik, mereka banyak melakukan perbuatan brutal,
perampokan, mabuk-mabukan, dan perzinahan serta pemerkosaan. Tindakan
mereka itu, menyebabkan kemarahan bangsa Bulgaria dan Hongaria yang segera
melancarkan serangan sehingga pasukan salib tersebut berantakan, dan sisanya
dihancurkan oleh Bani Saljuk

b. Periode Kedua (1144 – 1192 M)

Periode ini dikenal dengan periode reaksi umat Islam setelah beberapa
tahun kekuatan umat Islam lumpuh. Setelah menderita kekalahan melawan
kekuatan salib yang dapat menguasai wilayah Syiria dan Palestina, umat Islam
mengadakan perlawanan yang berarti terhadap pasukan salib, baru muncul dari
kota Mosul yang dipimpin oleh Atabuqimat al-Din Zanki. Zanki melihat betapa
pentingnya melumpuhkan kekuatan tentara salib yang menghubungkan antara
Antioch dan Adessa dengan terlebih dahulu melumpuhkan pertahanan Aleppo.
Setelah kota ini dikuasainya dari tentara salib tahun 1144 M akan tetapi dalam

10
pengepungan tersebut ia mati terbunuh karena dihianati oleh budaknya. Dan pada
tahun 1146 M, kemudian cita-citanya dilanjutkan oleh putranya yaitu Nuraddin
Zanki. Nuraddin berhasil merebut kembali Antiochea pada tahun 1149 M. Dan
pada tahun 1151 M. Seluruh Edessa dapat direbut kembali.

Ditaklukkannya Edessa menyebabkan orang-orang Kristen mengabarkan


Perang Salib II. Paus Engenius III menyerukan perang suci yang disambut positif
oleh raja Perancis Lonis VII dan raja Jerman Condrad II. Keduanya memimpin
pasukan salib untuk merebut wilayah Kristen di Syiria. Akan tetapi gerak maju
mereka dihambat oleh Nuruddin Zanki, mereka tidak berhasil masuk ke
Damaskus bahkan mereka melarikan diri ke negerinya. Dan pada tahun 1174 M
Nuraddin wafat, dan digantikan oleh Salahuddin al-Ayyubi yang berhasil
mendirikan dinasti Ayyubia di Mesir pada tahun 1175 M. Salahuddin al-Ayyubi
mempunyai kekuatan luar biasa dan memiliki organisasi serta kepemimpinan yang
handal dalam mengatur strategi peperangan sehingga berhasil merebut kembali
Yerussalem pada tehun 1187 M.

c.Periode ketiga (1192 – 1291 M)

Pada periode ini tentara salib lebih mengarahkan perhatiannya ke Mesir.


Hal ini, didasarkan pertimbangan bahwa jika Mesir dikuasai, maka mereka akan
memperoleh keuntungan dalam perdagangan, karena disana sangat strategis dan
dimungkinkan bisa leluasa untuk memasuki laut merah dan mengembangkan
lerdagangan ke Hindia dan kepulauan India sebelah Timur, sehingga mereka akan
mengalami kemapanan ekonomi.Pada tahun 1219 M, mereka berhasil menduduki
Dimiyat sebagai pintu gerbang strategis untuk memasuki Mesir. Pada tahun 1229
M pemimpin tentara Salib Frederick II mengadakan perundingan damai dan
perjanjian, dengan penguasa Mesir dari dinasti Ayyubiah yaitu Malik al-Kamil.
Dalam pengembangan selanjutnya Palestina dapat direbut kambali oleh tentara
kaum muslimin pada tahun 1247 M yaitu pada masa pemerintahan al-Malik al-
Shalih, Penguasa Mesir berikutnya.disamping itu, sepeninggal dinasti Ayyubiah
melakukan perlawanan terhadap tentara salib dilanjutkan oleh dinasti Mamalik.
Pada saat itu, pimpinan perang dipegang oleh Baybars dan Qawalun. Dibawah

11
pimpinan merekalah sehingga kota Ahka dapat direbut kembali oleh kaum
muslimin pada tahun 1291.

D. Akibat Yang Ditimbulkan Perang Salib

Perang Salib yang hampir dua abad lamanya, sangat berpengaruh terhadap
dunia Barat dan Timur. Perang ini tidak hanya meninggalkan kesan yang negatif,
Misalnya kerugian jiwa dan harta benda, tetapi juga meninggalkan kesan yang
positif terutama terhadap bangsa Eropa. Meskipun mereka menderita kekalahan
dan gagal melaksanakan cita-cita utamanya yaitu pembebasan palestina dari
ummat Islam.

Adapun kesan yang positif yang didapatkan oleh bangsa Eropa adalah
karena dapat berkenalan dengan kebudayaan Islam yang sangat maju. Bahkan
kebudayaan dan peradaban yang mereka peroleh dari Timur menyebabkan
timbulnya Renesance di Barat. Seperti kebudayaan di bidang militer, seni,
perindustrian, perdagangan, kepribadian dan sebagainya. dalam bidang militer,
orang-orang Barat menemukan persenjataan dan Teknik berperang yang belum
pernah mereka temukan sebelumnya di negeri mereka. Seperti penggunaan bahan
peledak untuk melontarkan peluru dan lain-lain. Dalam bidang industri, mereka
menemukan kain tenun sekaligus alat tenunnya. Dalam bidang pertanian mereka
menemukan sistem irigasi yang sebelumnya tidak ada di dunia Barat, penemuan
gula juga baru mereka ketahui dari dunia Timur. Hubungan perniagaan denganalat
tukar yang sebelumnya mereka menggunakan sistem Barter. Disamping itu,
keperibadian umat Islam juga memberikan pengaruh positif terhadap nilai-nilai
kemanusiaan di Barat yang sebelumnya tidak pernah mendapat perhatian.
Statement tersebut diatas, sejalan dengan pernyataan DR. Muhammad Sayyid al-
Wakil dengan mengemukakan bahwa tentara Eropa mendapatkan banyak
keuntukngan dari pergaulan mereka dari kaum muslimin, antara lain :

a) Mereka belajar berbagai macam disiplin ilmu yang saat itu telah
berkembang di kalangan kaum muslimin, lalu mengarangnya dalam

12
bentuk buku-buku yang memuat banyak hal-hal yang inovatif dan
membuat rumus-rumus tentang ilmu terrsebut.
b) Pasukan salib belajar dari kaum muslimin hal-hal yang terkait dengan
perindustrian dan keterampilan, seperti keterampilan menenun, mewarnai,
pelabuhan, barang tambang, industri kaca dan teknologi pembangunan.
kesemuanya itu pada akhirnya sangat berpengaruh pada kehidupan
industri, bisnis, dan keterampilan bangsa Eropa.
c) Peradaban Barat sangat diwarnai oleh peradaban Islam, sehingga
membuatnya dan berada di puncak kejayaan. Tanpa Perang Salib,
peradaban Eropa tidak mungkin maju sampai batas waktu yang diketahui.
Fakta ini secara jujur diakui oleh para orientalis yang moderat sebelum
dikemukakan oleh sejarawan muslim sendiri.

2.2 Ringkasan Jurnal Pembanding

PERANG SALIB DALAM BINGKAI SEJARAH

A.Pendahuluan

Peristiwa penting dalam gerakan ekspansi Bani Saljuk adalah peristiwa


Manzikard dalam tahun 464 H/ 1071 M,yang popular dengan sebutan revolusi
Manzikard. Serbuan yang gencar dari ekspansi yang dipimpin oleh Alp Arselan
ini telah menempatkan Imperium Byzantium pada posisi yang tidak
menguntungkan. Kondisi ini memaksa pihak Bizantium meminta bantuan
Keuskupan Agung di Roma untuk menyelamatkan bumi Bizantium.tetapi bila
ditarik dari akar sejarahnya, konfrontasi antara kaum Muslimin dan Nasrani,
sesungguhnya sudah terjadi jauh sebelum peristiwa Manzikad. Jadi wajar saja,
jika bibit permusuhan dan kebencian umat Nasrani terhadap Islam sudah
mengakar dan pertumbuhan kebencian mereka dipercepat dengan hadirnya
kekuatan Bani Saljuk yang menguasai Baitul Maqdis, daerah yang merupakan
kebanggaan sekaligus tempat suci umat Kristiani. Kehadiran Bani Saljuk di Baitul
Maqdis Yerussalem telah menghilangkan kemerdekaan Ummat Nasrani untuk
berziarah ke sana. Peristiwa di atas memberikan gambaran bahwa konfrontasi

13
antara Kaum Muslimin dan Nasrani kebanyakan dipengaruhi oleh unsur-unsur
religius dan motif ini pula yang didengung-dengungkan oleh Paus Urbanus II
untuk mengerahkan seluruh umat Kristiani di Eropa dengan memproklamirkan
perang suci yang populer dengan sebutan “Perang Salib.” Peristiwa Perang Salib
ini telah dibayar oleh umat Islam melalui perjuangan yang besar dan pada sisi lain
Perang Salib telah memberikan keuntungan bagi pihak Eropa. Ini diakui sendiri
oleh para orientalis; mereka mengatakan bahwa Perang Salib merupakan jembatan
emas bagi tumbuhnya peradaban dan kebudayaan Barat di Eropa.
B. Sebab-sebab Terjadinya Perang Salib
Gagasan untuk menjalankan peperangan demi membela kepercayaan
agama merupakan idealisme keagamaan yang tersusun menjadi satu, meskipun
demikian berbagai kecenderungan juga mendapat tempat yang layak dalam
tujuan Perang Salib untuk menguasai kembali tempat suci Yerussalem dengan
cara-cara militer. Karena itu untuk merumuskan sebab-sebab terjadinya Perang
Salib, maka perlu menganalisis kondisi pihak Eropa sebelum perang mulai pecah,
atau minimal dianalisa walaupun sekilas sikap dan tindakan pihak Eropa di abad-
abad pertengahan. Berangkat dari premis tersebut di atas, maka dapat dinyatakan
bahwa sebab-sebab terjadinya Perang Salib, adalah sebagai berikut:
1. Faktor Agama
Hilangnya kemerdekaan umat Kristiani untuk beribadah ke Yerussalem.
Kondisi ini merupakan kebijakan yang dijalankan Pemerintahan Bani Saljuk yang
menguasai Yerussalem pada tahun 1076 M. Padahal boleh dikatakan bahwa umat
Kristiani sangat fanatik dan beranggapan bahwa berziarah ke Makam Nabi Isa di
Yerussalem merupakan amalan yang paling baik dan besar pahalanya. Bani Saljuk
telah menjalankan kebijakan-kebijakan yang mempersulit dan bahkan menganiaya
umat Kristiani yang akan berziarah ke Yerussalem. Kebijakan-kebijakan yang
merugikan umat Kristiani ini terdengar sampai di Eropa, rakyat Eropa menjadi
gempar, gusar dan bersedih hati dan justru dari peristiwa ini menumbuhkan
semangat keagamaan dan loyalitas terhadap sesama umat Kristiani untuk
memberikan perlindungan dan pembelaan. Mereka bergerak bersama untuk
menuntut balas atas perampasan kemerdekaan dalam menjalankan ajaran agama

14
mereka. Visi mereka satu yaitu merebut Baitul Maqdis dari genggaman kaum
Muslimin (Bani Saljuk) dengan keyakinan bila berziarah ke tanah suci mendapat
pahala yang besar,
2. FaktorPolitik

Posisi-posisi kunci di sekitar Asia kecil telah di kuasai Bani Saljuk dan
bahkan dijadikan sebagai basis kekuatan dan pertahanan. kondisi ini
memposisikan kota Konstantinopel terancam akan jatuh ke tangan umat Islam
(Bani Saljuk). Untuk menghindari jatuhnya kota Konstantinopel ke tangan umat
Islam, Kaisar Alexius penguasa Byzantium (Konstantinopel) tidak memiliki
pilihan lain kecuali meminta dukungan dan bantuan politik Keuskupan Agung di
Roma.pihak Keuskupan Agung sendiri menyambut baik kerja sama ini,Karena
mereka juga berkewajiban membela kepentingan agama, di samping itu
sesungguhnya kepentingan politik bagi Keuskupan juga sangat menggiurkan.
Karena itu mulailah pihak Keuskupan mengatur rencana kerja perebutan kembali
Baitul Maqdis. Tetapi anehnya agenda mereka di awali dengan propaganda perang
suci ke dunia islam oleh Paus Urbanus II. Bila di analisis, Perang suci (Perang
demi membela agama) yang didengung-dengungkan Paus Urbanus II ini,tidak
lebih dari merealisasikan ambisi politiknya untuk menguasai sebagian daerah
yang dikuasai Islam. Karena sesungguhnya kunci dari persoalan ini adalah Bani
Saljuk menguasai Baitul Maqdis dengan menerapkan kebijakan yang menyulitkan
umat Kristiani untuk beribadah ke sana. Dengan demikian, sejatinya tema
propaganda atau kampanye perang suci Paus adalah “pembebasan Baitul Maqdis”
bukan perang suci ke dunia Islam.

3. Faktor Agama

Adanya keinginan bangsa Barat menguasai tata niaga di kawasan Laut


Tengah sekaligus menjadikan kawasan tersebut sebagai sentral perdagangan
Barat di Timur. Kawasan ini memang sangat strategis, sebagai pintu
pengembangan perdagangan ke arah timur melalui Laut Merah.Faktor ekonomi
pula yang memotivasi masyarakat Eropa kelas rendahan, karena mereka seringkali
mendapat tekanan, dibebani berbagai pajak serta sejumlah kewajiban lainnya dari

15
kerajaan dan Gereja. Sehingga ketika mereka dimobilisasi oleh pihak gereja untuk
turut mengambil bagian dalam Perang Salib dengan janji akan mendapat
kebebasan dan kesejahteraan yang lebih baik bila dapat memenangkan
peperangan, Di samping itu mereka berharap akan mendapat keuntungan ekonomi
di daerah-daerah yang ditaklukan dari tangan Islam. Motivasi-motivasi tersebut di
atas, menyebabkan masyarakat kelas rendahan di Eropa menyambut seruan
Perang Salib secara spontan dengan berduyung-duyung melibatkan diri dalam
perang.

C. Proses Berlangsungnya Perang Salib

Perang Salib (Holy War) dalam sebagian literatur mengungkapkan masa


terjadinya antara tahun 1096 sampai 1291.Perang Salib berlangsung hampir
mencapai dua abad lamanya. Dari waktu yang demikian panjang itu, bisa
dibayangkan, betapa banyak korban berjatuhan dari kedua belah pihak. Bila
diukur dari waktu berkangsungnya Perang Salib, secara global dibagi atas tiga
periode, sebagai berikut:

1. Periode pertama, disebut periode penaklukan umat Kristinani yang


berlangsung dari tahun 1096-1144 M.
2. Periode kedua , disebut sebagai periode reaksi umat Islam yang
berlangsung dari tahun 1144-1192 M.
3. Periode ketiga, disebut sebagai periode kehancuran pasukan salib yang
berlangsung dari tahun 1192 hingga 1291
a. Periode Pertama (1096-1144 M).

Seruan Perang Salib yang menggoncang dunia ini, merupakan hasil kerja
keras Paus Urbanus II dalam kampanyenya di kalangan keuskupan Agung. Di
samping itu didukung oleh kampanye yang sama dikalangan masyarakat luas yang
dilakukan oleh seorang penginjil bernama Peters Amin. Peters Amin sangat
gencar dan aktif melakukan kampanye dan boleh di katakan kampanyenya sukses
menggugah emosi keagamaan masyarakat Eropa. Hasil kerja keras dari dua juru
kampanye (jurkam) Perang Salib yaitu Paus Urbanus II dan Peters Amin, maka

16
dimulai pada 1096 tepatnya musim semi, berkumpullah sebanyak 150.000 tentara
Eropa yang sebagian besar berasal dari Perancis dan Normandia. Pasukan Perang
Salib ini berkumpul di Konstantinopel. Dalam perjalanan mereka menuju
Palestina melalui Asia Kecil, banyak pasukan bergabung, sehingga jumlah
pasukan mencapai 300.000 orang.

b. Periode kedua (1144-1192 M)

Periode ini merupakan periode kebangkitan umat Islam setelah menderita


kekalahan melawan kekuatan tentara Salib yang dapat menguasai wilayah Syiria
dan Palestina pada tahun 1144 M. Dibawa Pimpinan Imad al-Din Zanki, tentara
Islam berjuang dengan sungguh-sungguh merebut kembali beberapa kota yang
jatuh ke tangan tentara Salib antara lain; Aleppo, Hamimah dan kota-kota lainnya
hingga Edessa.

c. Periode ketiga (1193-1291 M)

Skala prioritas pasukan Salib pada periode ini adalah menguasai Mesir.
Berdasarkan pertimbangan ekonomi, bahwa jika Mesir dapat di kuasai, mereka
dapat memperoleh keuntungan besar dalam peperangan, sebab dari Mesir akan
terbuka kesempatan untuk memasuki Laut Merah dan mengembangkan
perdagangan ke Hindia dan kepulauan Hindia sebelah Timur (sekarang
Indonesia). Beberapa tahun setelah pasukan Salib berhasil menduduki
Konstantinopel, pada tahun 1218 M, mereka menyerang Mesir, tetapi tidak
berhasil dan hanya dapat menguasai kota Dimyat sebagai pintu gerbang strategi
untuk memasuki Mesir. Dalam tahun 1229 M pimpinan tentara Salib Frederick
mengadakan perundingan damai dengan Malik al-Kamil nguasa Mesir dari
Dinasti Ayyubiah. Isi perjanjian tersebut adalah Baitul Maqdis diserahkan ke
tentara Salib dan sebagai gantinya diserahkan kepada tentara Islam.24 Dengan
ditandatanganinya perjanjian tersebut, Baitul Maqdis kembali kepangkuan
pasukan Salib dengan Frederick II sebagai rajanya. Tetapi setelah melalui
beberapa pertempuran melawan tentara Salib, Baitul Maqdis dapat direbut

17
kembali oleh penguasa Dinasti Ayyubiah, al-Malik al-Shaleh putra alMalik pada
tahun 1247 M.

D. Peranan Salahuddin al-Ayyubi

Salahuddin al-Ayyubi adalah seorang pendiri Dinasti Ayyubiah di Mesir


pada tahun 1175 M. Tampilnya Salahuddin memimpin tentara Islam, mengejutkan
pasukan Salib, apalagi setelah kemenangannya menguasai Baitul Maqdis pada
tahun 1187. Pada peperangan yang terjadi di Hatim, Salahuddin tampil sebagai
seorang pimpinan perang yang tangguh dan berani. Yahya Harun menganalogikan
keberanian Salahuddin di medan perang dengan istilah “singa yang hendak
menerkam mangsanya” Dibawa pimpinan Salahuddin al-Ayyubi, Pertempuran
yang terjadi di Hatim, mendesak tentara Salib untuk mundur dan akhirnya mereka
bercerai berai dengan menanggung kekalahan yang tidak terkira. Sepuluh ribu di
antara pasukan Salib meninggal dunia. Para kepala dan jenderaljenderalnya
kebanyakan ditawan oleh Salahuddin termasuk di dalamnya Guy de Lusiguon,
raja Baitul Maqdis. Negeri Akka Nabbelis, Yaffa, Beirut dan beberapa kota
lainnya serta semua benteng pertahanan yang penting, telah terbuka pintunya bagi
pasukan Islam dengan tanpa ada perlawanan. Setelah Salahuddin menguasai
Baitul Maqdis, barulah ia tampakkan kehormatan dan sifat kasih sayangnya
dengan membebaskan para tawanan itu setelah bersumpah tidak akan mengadakan
perlawanan lagi dan semua kekuasaan kaum Salib akan diserahkan kepada
Salahuddin.

E. Dampak Perang Salib

Selama kurang lebih tiga Abad berlangsungnya Perang Salib,dampak-


dampak positif yang diperoleh bangsa Eropa, antara lain:

1. Bertambahnya wilayah kerajaan Byzantium, sehingga sanggup mengerem


dan menghalang-halangi penyerangan Bani Saljuk ke Eropa. Seandainya
kerajaan Byzantium goyah, maka besar peluang Bani Saljuk manaklukan
sebagian Eropa.

18
2. Pasukan Salib dapat berkenalan dengan kebudayaan Islam yang sudah
sangat maju,31 terutama dalam bidang ilmu pengetahuan, sehingga orang
Barat berdatangan ke Timur untuk belajar dan menggali ilmu untuk
kemudian mereka sebarluaskan di Eropa.
3. Manusia mulai kritis terhadap berita-berita pembukaan negeri baru yang
dibawa oleh kaum Salib ke Eropa. Sebagai bukti keinsafan mereka itu
ialah perjalanan Marcopolo dalam mencari benua Amerika di abad ke-13
sebagai langkah awal bagi perjalanan Colombus ke Amerika pada tahun
1492.32
4. Kontak perdagangan antara Timur dan Barat semakin pesat. Mesir dan
Syiria sangat besar artinya bagi lintas perdagangan Barat. Kekayaan
kerajaan dan rakyat kian melimpah ruah.Keadaan seperti ini kian tahun
bertambah pesat, sehingga membuka jalan perdagangan sampai ke
Tanjung Harapan dan lama kelamaan perdagangan dan kemajuan Timur
berpindah ke Bara.

19
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan Jurnal

 Jurnal Utama

Jurnal “ PERANG SALIB (Telaah Historis dan Eksistensinya) ”ini ditulis oleh
Tasmin menurut saya sangat menambah edukasi kita sebagai siswa/mahasiswa
tentang Peristiwa Perang Salib tersebut.Jurnal ini terdiri dari dari 10 halaman
yang isinya tentang Peristiwa Perang Salib diantaranya Faktor-Faktor Yang
Melatar Belakangi Timbulnya Perang Salib,Kronologis Jalannya Perang
Salib,serta Akibat Yang Ditimbulkan Perang Salib.

 Jurnal Pembanding

Jurnal” PERANG SALIB DALAM BINGKAI SEJARAH ”ini ditulis oleh


Syamzan Jurnal ini terdiri dari 11 halaman yang isinya tentang Sebab-sebab
Terjadinya Perang Salib Proses Berlangsungnya Perang Salib,Peranan Salahuddin
al-Ayyubi ,dan Dampak Perang Salib.Menurut saya jurnal ini sudah baik dan
bagus untuk menambah ilmu pengetahuan tentang peristiwa Perang Salib

3.2 Kelebihan dan Kekurangan Jurnal

 Kelebihan Jurnal Utama

Menurut saya jurnal ini sudah bagus dan baik untuk menambah pengetahuan
tentang peristiwa Perang Salib, penggunaan bahasa dalam jurnal ini juga sangat
mudah dipahami sehingga para pembaca akan lebih mudah untuk memahami
nya.Dan dalam jurnal tersebut terdapat catatan kaki yang menambah pengetahuan
dari materi yang di paparkan.

 Kelebihan Jurnal Pembanding

20
Menurut saya jurnal Pembanding ini juga sudah cukup baik untuk mengetahui
sejarah Perang Salib itu seperti apa, sehingga kita mengetahui sejarah nya, bahasa
yang digunakan dalam jurnal ini juga mudah dipahami

 Kekurangan Jurnal Utama dan Pembanding

Menurut saya kedua jurnal tersebut sudah sangat baik, sehingga tidak ada
kekurangan yang terdapat dalam kedua jurnal tersebut.

21
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa selain faktor Agama yang
menjadi pemicu terjadinya Perang Salib, faktor yang tidak kalah pentingnya
adalah ambisi politik dan ekonomi dari pembesar-pembesar Kristiani dan tentara-
tentara Salib. Perang Salib berlangsung hampir dua abad, kalah dan menang silih
berganti antara pasukan Salib dengan tentara Islam.

Salahuddin al-Ayyubi merupakan pimpinan tentara Islam yang sangat


populer dalam Perang Salib. Dia ditakuti sekaligus dikagumi oleh tentara
Kristiani. Kesuksesannya dalam memukul mundur pasukan Salib menjadi
barometer bagi pemimpin-pemimpin tentara islam kemudian dalam mengusir
pasukan Salib dari Timur.

Perang Salib menyebabkan kerugian bagi kedua belah pihak dan khusus
bagi dunia Islam, Perang Salib telah meninggalkan dampak yang negatif bagi
dunia Islam karena menyebabkan terjadinya kemusnahan dan kehancuran fisik.
Tetapi sebaliknya bagi dunia Eropa, Perang Salib banyak memberikan
sumbangsih bagi perkembangan peradaban dan budaya Eropa.

Yerusalem bagi banyak ahli sejarah dilihat sebagai faktor yang cukup
dominan dalam penggagasan perang salib, namun kelihatannya cukup sepele dan
sederhana kalau upaya pengamanan peziarah yang dikedepankan dalam
menggagas perang salib tersebut terutama jika dibandingkan dengan pengorbanan
daya dan dana yang dibutuhkan untuk ekspedisi militer pada waktu itu. Saya lebih
melihat bahwa isu Yerusalem dijadikan pemicu semangat para tentara salib
sementara faktor penentu dalam hal ini adalah murni politik yakni upaya
pembentengan diri dari ancaman yang sudah semakin mendekati jantung
kekuasaan Eropa disatu sisi dan disisi lain adalah interes ternal politik gereja
(katolik) untuk menyatukan negara-negara Kristen katolik yang pada saat itu

22
tengah berperang. Sehingga perang Salib digunakan sebagai alat untuk
menyatukan gereja kristen barat (Roma) dan timur (konstantinopel).

Salib dijadikan simbol utama yang mewarnai seluruh ekspedisi Militer


berdarah tersebut tidak lain untuk membangkitkan semangat tentara salib untuk
menjalankan tugas yang hampir tidak masuk akal tersebut jika melihat kondisi
infrastruktur dan jarak antara Eropa dan Timur tengah dewasa itu demikian halnya
jika mekonstantinopel kekuatan Islam pada waktu itu. Untuk membangkitkan
semangat para tentara salib supaya banyak orang Kristen bersedia ikut dalam
barisan Militer salib, maka Paus mengeluarkan surat penghapusan dosa bagi para
tentara yang ikut berperang dengan menjanjikan keselamatan bagi mereka jika
mereka mati syahid dalam pertempuran salib. Salib yang dalam pemahaman iman
Kristen adalah simbol perdamaian, dimana melalui Salib Yesus Kristus telah
mengorbankan diri-Nya untuk perdamaian dunia, Salib juga merupakan simbol
kehidupan, dimana Yesus Kristus telah mati di Kayu Salib agar supaya manusia
dapat memiliki hidup yang berharkat dan bermartabat. Simbol ini telah
disalahgunakan bahkan dihianati oleh para pemimpin gereja Katolik. Salib telah
dibalikkan menjadi simbol peperangan, penindasan manusia, kematian bahkan
penghancuran kehidupan yang dibela oleh Kristus sendiri.

Perang Salib merupakan salah satu konsekuensi dari hubungan yang


mesra dan manipulatif antara agama dan politik sehingga agama dalam
kedekatannya dan keterikatannya dengan kekuatan politik tidak lagi mampu untuk
keluar dari lingkaran yang menyesakkan untuk kembali memfungsikan diri
sebagai kekuatan pendamai, kekuatan transformatif, kekuatan yang menghidupkan
bahkan kekuatan yang memanusiakan. Dalam kondisi semacam itu agama
menjadi atau dijadikan kekuatan yang manipulatif dan akibatnya adalah jatuhnya
korban manusia yang tak terhitung jumlahnya dan kemanusiaan tercabik-cabik.
Ini yang saya maksud dengan pelajaran yang dapat kita petik dari warna sejarah
yang kelam untuk tidak lagi mengulangnya.hari ini dan di kemudian hari.

23
4.2 Saran

Jurnal yang saya review ini sangat saya sarankan untuk dibaca karena
pengetahuan yang diberikan oleh jurnal ini sangat bermanfaat dan kita bisa
mengetahui lebih banyak tentang sejarah Perang Salib.

24
DFTAR PUSTAKA

Abdul Fattah, Said., 1976, Asyur al-Harakat al-Salibiyah, Juz II, Kairo: Maktabat
al-Andalus.

Departemen Agama, 1993, Ensiklopedi Islam III, Jakarta: Anda Utama.

Dewan Redaksi, 1993, Ensiklopedia Islam, Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve.

Amin, Ahmad. Yaum al-Islam, diterjemahkan oleh Abu Laila dan Muhammad
Tohir Dengan judul” Islam dari Masa ke Masa” Cet. III; Bandung : Remaja
Rosda Karya, 1993.

Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, jilid 4 Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hove,
1993.Fattah, Said Abdul Asyur, Al-Harakah al-Shalibiyah, diterjemahkan oleh
Muhammad Mahrus Muslim dengan judul “ Kronologis Perang Salib” Jakarta:
Fikahati Aneksa, 1993.

25

Anda mungkin juga menyukai