Disusun Oleh:
Dosen Pembimbing:
Dr. Awida, M.Pd
Sebagai mana bunyi pepatah “tak ada gading yang tak retak” dengan ini
pemakalah menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata
sempurna.Untuk itu pemakalah menerima kritik dan saran yang membangun dari
pembaca.Terakhir pemakalah berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua, terutama bagi pemakalah sendiri.Amin.
Pemakalah
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ............................................................................................... 21
B. Saran .......................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA
ii
.BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam telah mencapai masa kejayaan yang luar biasa. Di mulai dari
masa khulafa’ur rasyidin yang dilanjutkan dengan dinasti Umayyah I hingga
Abbasiyah II, kejayaan yang telah dicapai tidak hanya dalam aspek sosial
ekonomi saja, akan tetapi ekspansi wilayah kekuasaan Islam juga tidak kalah
menggemilangkan. Perluasan daerah Islam bahkan telah mencapai dataran Eropa
yang saat itu berada pada kekuasaan bangsa barat yang tidak bisa dianggap
remeh.
Disintegrasi dibidang politik sebenarnya sudah muncul sejak berakhirnya
pemerintahan Bani Umayah, tetapi dalam sejarah politik Islam terdapat
perbedaan antara pemerintahan Bani Umayah dan pemerintahan
Abbasiyah.Perbedaan tersebut ialah masa pemerintahan.
Pada masa pemerintahan Abbasiyah, wilayah kekuasaannya tidak pernah
diakui di daerah Spanyol dan daerah Aprika Utara.Kecuali mesir yang bersifat
sebentar-sebentar, bahkan pada kenyataannya terdapat banyak daerah yang tidak
dikuasai oleh khalifah.Hal itu dikarenakan seorang khalifah dari Abbasiyah tidak
mengurus daerah yang sudah ditakluan, hanya sekedar penaklukan dan pendirian
saja.Selain itu para kholifah Abbasiyah pada periode terahir cenderung hidup
bermewah-mewah.1
Faktor-faktor di atas menyebabkan beberapa golongan yang tidak sepaham
dengan Dinasti Abbasiyah mendirikan negara ataupun kerjaan sendiri.
Diantaranya adalah Thahiriyah di Khurasan, Samaniyah di Transoxania,
Buwaihiyah di Baghdad, Ayubiyah di Kurdi, Fatimiyah di Mesir, hingga Seljuk
yang menduduki lima daerah besar Pada mulanya ketika Palestina berada pada
kekuasaan Dinasti Fatimiyah, tidak ada pertentangan dari penduduk pribumi.
Karena kerajaan Fatimiyah memberikan kebebasan penduduk pribumi yang
1
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2000), 63
1
notabene beragama Kristen, kebebasan yang diberikan berupa jaminan
keselamatan dan jaminan kebebasan menjalankan ritual keagamaan mereka di
kota suci Yerussalem.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang melatar belakangi terjadinya Perang Salib?
2. Bagaimana Periodesasi Perang Salib?
3. Bagaimana kondisi pasca Perang Salib?
4. Bagaimana peninggalan dari perang Salib?
5. Bagaimana dampak Perang Salib bagi Peradaban Eropa dan Peradaban
Islam?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya Perang Salib.
2. Untuk mengetahui Periodesasi Perang Salib.
3. Untuk mengetahuikondisi pasca Perang Salib.
4. Untuk mengetahuipeninggalan dari perang Salib.
5. Untuk mengetahuidampak Perang Salib bagi Peradaban Eropa dan
Peradaban Islam.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
Ensiklopedi Islam (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2003), 240
3
karena kerajaan Seljuk menghalang-halangi kaum Kristen untuk beribadah dan
memperlakukan mereka sebagai golongan marginal yang diperlakukan semena-
mena, selain itu, kaum Islam juga disebut0sebut telah menghina mereka dan
agama mereka.Hingga kaum Kristen melaporkan hal ini kepada Paus Urbanus II
pada tahun 1095.3
Setelah Paus Urbanus IImendengar hal ini, maka Paus Urbanus II langsung
mengumpulkan semua umat Kristen dan menyampaikan pidato terbuka berapi-
api di luar sebuah biara Prancis yang disebut Claremont.Dalam pidatonya Paus
Urbanus II mengatakan kepada majelis bangsawan Jerman, Prancis, dan Italia
bahwa dunia Kristen sedang dalam bahaya. Dan menyeru kepada seluruh umat
Kristen untuk membantu sesama umat Kristen untuk mengusir umat Islam dari
Yerussalem dan menyuruh mereka untuk selalu menggunakan salib, sehingga
perang ini dinamakan Crusades (Perang Salib).
Dalam buku lain disebutkan bahwa cikal bakal terjadinya Perang Salib
adalah karena kehawatiran orang Bizantium atas serangan Dinasti Seljuk yang
ingin menyerang Bizantium yang hendak menguasai pertanian di Bizantium.
Sehingga kaisar Bizantium yakni Alexius Commenus meminta bantuan Paus
Urbanus II untuk menggerakkan kaum Kristen untuk.membantu mereka
menghalau kedatangan Seljuk. Paus Urbanus II ahirnya memenuhi permintaan
kaisar Bizantium.Paus Urbanus II kemudian mengumpulkan kaum Kristen untuk
bersatu menyerang kaum Islam. Dalam pidatonya, Paus Urbanus II
mengobarkan semangat umat kristen dengan cara menyatakan bahwa dengan
mengikuti perang salib maka dosa-dosa yang lalu akan diampuni dan dijamin
masuk surga, selain itu keluarga pejuang perang salib akan mendapat jaminan
hidup dan keselamatan.
Sehingga para pejuang Perang Salib tidak hanya berasal dari daerah Roma
saja, akan tetapi berasal dari kerajaa-kerajaan di Eropa, mulai dari relawan
rakyat biasa, pedagang, petani, bahkan para perampok yang ingin masuk surge.4
Dari beberapa uraian di atas, bisa disimpulkan bahwa sebab-sebab
3
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2000), 63
4
Syamsul Bakri, Peta Sejaran Peradaban Islam, (Yogyakarta: Fajar Media Press, 2011), 109
4
terjadinya Perang Salib antara lain:
1. Faktor Agama
Direbutnya Baitul Maqdis (471 H/ 1070 M) oleh Dinasti Seljuk dari
kekuasaan Fathimiyah yang berkedudukan di Mesir menyebabkan kaum
Kristen merasa tidak bebas dalam menunaikan ibadah di tempat
sucinya.Karena Dinasti Seljuk menerapkan peraturan yang sangat ketat kepada
para umat Kristiani ketika hendak beribadah di Tanah Suci (Baitul Maqdis).
Hingga mereka yang baru pulang dari beribadah ke Baitul Maqdis selalu
mengeluh akan sikap buruk Dinasti Seljuk yang terlalu fanatik.
Para pemimpin politik Kristen tetap saja masih berfikir keuntungan yang
dapat diambil dari konsepsi mengenai Perang Salib, dan untuk memperoleh
kembali keleluasaannya berziarah ke tanah suci Yerussalem.Pada tahun 1095
M, Paus Urbanus II berseru kepada umat Kristiani di Eropa supaya melakukan
perang suci. Seruan Paus Urbanus II berhasil memikat banyak orang-orang
Kristen karena dia menjanjikan sekaligus menjamin, barang siapa yang
melibatkan diri dalam perang suci tersebut akan terbebas dari hukuman dosa.
2. Faktor Politik
Kekalahan Bizantium (Constantinople/Istambul) di Manzikart pada tahun
1071 M, dan jatuhnya Asia kecil dibawah kekuasaan Saljuk telah mendorong
Kaisar Alexius I Comneus (kaisar Bizantium) untuk meminta bantuan Paus
Urbanus II, dalam usahanya untuk mengembalikan kekuasaannya di daerah-
daerah pendudukan Dinasti Saljuk. Dilain pihak Perang Salib merupakan
puncak sejumlah konflik antara negara-negara Barat dan negara-negara Timur,
maksudnya antara umat Islam dan umat Kristen.
Dengan perkembagan dan kemajuan yang pesat menimbulkan kecemasan
pada tokoh-tokoh Barat, sehingga mereka melancarkan serangan terhadap umat
Islam.Situasi yang demikian mendorong penguasa-penguasa Kristen di Eropa
untuk merebut satu-persatu daerah-daerah kekuasaan Islam, seperti Mesir,
Yerussalem, Damascus, Edessca dan lain-lainnya.
Selain itu, kondisi kekuasaan Islam pada saat itu sedang melemah. Sehingga
5
orang-orang Kristen Eropa berani untuk melakukan pemberontakan dengan
cara Perang Salib, yajni ketika Dinasti Seljuk di Asia Kecil sedang mengalami
perpecahan, Dinasti Fatimiyah di Mesir sedang dalam keadaan lumpun,
sedangakan Islam di Spanyol semakin goyah. Keadaan ini semakin parah
dengan pertentangan segitiga antara kholifah Fatimiyah di Mesir, kholifah
Abbasiyah di baghdad, dan kholifah Umayyah di Cordoba.
3. Faktor Sosial
Stratifikasi sosial yang terdapat pada masyarakat sosial Eropa yang terbagi
kepada tiga tingkat, yakni kaum gereja, kaum bangsawan, dan kaum rakyat
jelata. Rakyat jelata dianggap sebagai kaum marginal dan tidak memiliki
kedudukan apapun dalam masyarakat, kehidupan mereka sangat tertindas dan
harus mengikuti apa kata tuan tanah, sehingga kehidupan mereka selalu
dibayang-bayangi rasa kehawatiran. Dengan adanya seruan untuk Perang
membuat mereka bersemangat.Dengan harapan agar mereka bisa memiliki
kedudukan yang lebih baik lagi, selain itu mereka diberi janji untuk
mendapatkan kebebasan dan kesejahteraan yang lebih baik.
4. Faktor Ekonomi
Semenjak abad ke X, kaum muslimin telah menguasai jalur perdagangan di
laut tengah, dan para pedagang Eropa yang mayoritas Kristen merasa
terganggu atas kehadiran pasukan muslimin, sehingga mereka mempunyai
rencana untuk mendesak kekuatan kaum muslimin dari laut itu.
Hal ini didukung dengan adanya ambisi yang luar biasa dari para pedagang-
pedagang besar yang berada di pantai Timur laut tengah (Venezia, Genoa dan
Piza) untuk menguasai sejumlah kota-kota dagang di sepanjang pantai Timur
dan selatan laut tengah, sehingga dapat memperluas jaringan dagang mereka,
Untuk itu mereka rela menanggung sebagian dana Perang Salib dengan maksud
menjadikan kawasan itu sebagai pusat perdagangan mereka, karena jalur Eropa
akan bersambung dengan rute-rute perdagangan di Timur melalui jalur strategis
tersebut.
6
Strata sosial juga berpengaruh pada faktor ekonomi. Hal ini karena ada
sebuah tradisi bahwa pewaris harta adalah anak tertua, ketika anak tertua
meninggal maka semua harta akan diserahkan kepada gereja. Hal ini
menyebabkan populasi kemiskinan di Eropa semakin tinggi, sehingga ketika
ada seruan untuk melakukan Perang Salib mereka mendapatkan secercah
harapan untuk perbaikan ekonomi. Perang Salib merupakan perang suci bagi
umat Kristiani, akan tetapi Perang Salib sebagai perang suci hanyalah sebagai
kedok pemimpin gereja Roma, karena sebenarnya faktor dan tujuan Perang
Salib adalah karena Politik dan Ekonomi. Sehingga beberapa relawan Perang
Salib juga tidak hanya perang atas nama Tuhan, akan tetapi karena kepentingan
masing-masing.5
Saat perang Salib, tentara Kristen, Jerman, Yahudi membantai orang Islam
di jalan-jalan.Berbalik 180 derajat dengan perlakuan pasukan Islam terhadap
pasukan Kristen.Padahal Islam biasanya memperlakukan negara Kristen
jajahanya dengan baik dan bahkan mereka diberi jabatan dalam
pemerintahan.“Pemandangan mengagumkan akan terlihat. Beberapa orang
lelaki kami memenggal kepala-kepala musuh; lainnya menembaki mereka
dengan panah-panah, sehingga mereka berjatuhan dari menara-menara; lainnya
menyiksa mereka lebih lama dengan memasukkannya ke dalam api menyala.
Tumpukan kepala, tangan, dan kaki terlihat di jalan-jalan kota.6Kami berjalan
di atas mayat-mayat manusia dan kuda. Tapi ini hanya masalah kecil jika
dibandingkan dengan apa yang terjadi di Biara Sulaiman, tempat dimana
ibadah keagamaan kini dinyanyikan kembali. Di sana, para pria berdarah-darah
disuruh berlutut dan dibelenggu lehernya.”
Di atas adalah pernyataan dari Salahuddin al-Ayyubi yang menggambarkan
tentang keadaan pada Perang Salib. Keadaan yang seperti ini pasti akan sangat
menggugah hati siapapun yang membaca dan meresapi seraya membayangkan
keadaan umat Islam yang diperlakukan sedemikian rupa.
5
Syamsul Bakri, Peta Sejaran Peradaban Islam, (Yogyakarta: Fajar Media Press, 2011), 109
6
Abu Su’ud, Islamologi (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 101
7
B. Periodesasi Perang Salib
Seperti diketahui sebelumnya bahwa perang salib terjadi dalam kurun waktu
yang tidak sebentar, yakni mulai abad ke 11 hingga abad ke 13. Dalam beberapa
referensi ada yang mengatakan bahwa perang salib mempunyai 9 fase, dalam
sumber lain disebutkan hanya 8, dan 7 bahkan ada yang menyebutkan hanya 3
fase. Berikut pemakalah akan memaparkan 9 periodisasi Perang Salib dan
sekilah menjelaskan tentang 3 periode Perang Salib.
1. Perang Salib I (1095-1099 M)
Periode pertama Perang Salib disebut sebagai periode penaklukan.Jalinan
kerja sama antara Kaisar Alexius I dan Paus Urbanus II, berhasil
membangkitkan semangat umat Kristen, terutama akibat pidato Paus Urbanus
II, pada consili clermont pada tanggal 25 November 1095, pada saat itu Paus
Urban II mengatakan “Orang-orang Turki adalah ras yang terkutut, ras yang
sungguh-sungguh jauh dari Tuhan, orang-orang yang hatinya sungguh tidak
mendapat petunjuk dan jiwanya tidak diurus Tuhan. Membunuh para monster
ini adalah tindakan suci, orang Kristen wajib memusnahkan ras keji ini dari
negeri kita.” Sambutan terhadap seruan Paus Urban itu sungguh luar biasa.
Pada musim semi tahun 1096, berangkatlah lima pasukan yang terdiri atas
60.000 tentara. Gerakan ini merupakan gerakan spontanitas yang diikuti oleh
berbagai kalangan masyarakat Kristiani.Di sepanjang jalan menuju
Constantinople mereka membuat keonaran bahkan terjadi bentrok dengan
penduduk Hongaria dan Byzantium.
Dengan adanya fenomena ini Dinasti Seljuk menyatakan perang terhadap
gerombolan tersebut, sehingga akhirnya gerakan pasukan Salib dapat mudah
dikalahkan.Berawal dari kekalahan pihak kristiani Godfrey of Buillon
mengambil alih kepemimpinan pasukan Salib, sehingga mengubah tentara
Salib menjadi ekpedisi militer yang terorganisasi rapi.Dalam peperangan
menghadapi pasukan Godfrey, pihak Islam mengalami kekalahan, sehingga
mereka berhasil menduduki Palestina (Yerussalem) pada tanggal 07 Juni
1099.
Pasukan Godfrey ini melakukan pembantaian besar-besaran selama satu
8
minggu terhadap umat Islam disamping itu mereka membumi hanguskan
bangunan-bangunan umat Islam, sebelum pasukan ini menduduki Baitul
Maqdis, mereka terlebih dahulu menaklukkan Anatolia, Tartur, Aleppo,
Tripoli, Syam, dan Acre. Kemenangan pasukan Salib dalam periode ini telah
mengubah peta situasi Dunia Islam kawasan itu.
Sebagai akibat dari kemenangan itu, Kemudian tentara Salib mendirikan
empat kerajaan Kristen yaitu di tanah suci Baitul Maqdis, Enthiokhie, Raha
dan Tripolisyam, sedangkan Nicola dikembalikan pada Kaisar
Byzantium.Perang Salib I ditandai oleh bangkitnya kerajaan Seljuk (Turki)
yang memasuki Armenia, Asia kecil dan Syria, kemudian menyapu daerah
kawasan Byzantium (Romawi) memporakporandakan angkatan perangnya di
pertempuran Mazikert dan sepanjang laut tengah yang pada masa Alip
Arselan dan Malik Syah, Yerussalem pun berhasil dikuasai.
9
melakukan pembunuhan besar-besaran terhadap orang Islam, tetapi ketika
kota itu direbut kembali oleh Salahuddin, kaum muslimin tidak melakukan
pembalasan terhadap mereka, bahkan memperlakukan mereka dengan baik
dan lemah lembut.
Pada saat Baitul Maqdis kembali ke tangan Umat Islam kembalilah suara
adzan berkumandang dan lonceng gereja berhenti berbunyi serta Salib emas
diturunkan dari kubah sakrah.Dalam periode ini disebut sebagai periode
reaksi umat Islam atas jatuhnya beberapa wilayah kekuasaan Islam ke tangan
tentara Salib telah membangkitkan kesadaran kaum muslimin untuk
menghimpun kekuatan guna menghadapi Tentara Salib. Di bawah komando
Imaduddin Zangi, Gubernur Mousul, kaum muslimin bergerak maju
membendung serangan pasukan Salib bahkan mereka berhasil merebut
kembali Aleppo, Adessa (Ar-Ruha’) pada tahun 1144 M. Setelah Imaduddin
Zangi wafat, posisinya digantikan putranya Nuruddin Zangi, dia meneruskan
perjuangan ayahnya untuk membebaskan negara-negara Timur dari
cengkraman Tentara Salib. Kota-kota yang berhasil dibebaskan antara lain
Damaskus (1147 M), Antiok (1149 M) dan Mesir (1169 M).
Keberhasilan kaum muslimin meraih berbagai kemenangan, terutama
setelah munculnnya Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi (Salahuddin) di Mesir, yang
berhasil membebaskan Baitul Maqdis pada tanggal 2 Oktober 1187.Hal ini
membuat Tentara Salib untuk membangkitkan kembali basik kekuatan
mereka sehingga mereka menyusun kekuatan dan mengirim ekspedisi militer
yang lebih kuat.Dalam ekspedisi ini dikomando oleh raja-raja Eropa yang
besar, Frederick I (The Lion Heart, Raja Inggris) dan Philip II (Augustus,
Raja Prancis).
Ekpedisi militer Salib kali ini dibagi dalam beberapa devisi, sebagian
menempuh jalan darat dan yang lainnya menempuh jalur laut. Frederick yang
memimpin devisi darat tewas tenggelam dalam penyebrangannya di sungai
Armenia, dekat kota Ar-Ruha’, sebagian tentaranya kembali kecuali
beberapaorang yang terus melanjutkan perjalanannya di bawah pimpinan
putra Frederick. Adapun devisi yang menempuh jalur laut menuju Sicilia
10
yang dipimpin Richard dan Philip II, disana mereka bertemu dengan pasukan
Salahuddin, terjadilah peperangan sengit, karena kekuatan tidak berimbang,
maka pasukan Salahuddin mundur, dan Kota Acre ditinggalkan oleh pasukan
Salahuddin dan menuju ke Mesir untuk mempertahankan daerah itu.
Dalam keadaan demikian kedua belah pihak melakukan gencatan senjata
dan membuat suatu perjanjian damai, inti perjanjian damai tersebut adalah:
“Daerah pedalaman akan menjadi milik kaum muslimin dan umat Kristen,
yang akan berziarah ke Baitul Maqdis akan terjamin keamanannya,
sedangkan daerah pesisir utara, Acre dan Jaffa berada di daerah kekuasaan
tentara Salib.” Tidak lama kemudian setelah perjanjian disepakati, Salahuddin
wafat pada bulan Safar 589 H atau Februari 1193 M.
11
sedemikian majunya, bahkan kebudayaan dari Timur-Islam menyebabkan
lahirnya renaisansce di Barat.
12
Salahuddin al-Ayyubi, namun 14 tahun kemudian yakni pada tahun 1244
kekuasaan diambil alih Sultan Al Malikul Shaleh Najamuddin Ayyub beserta
Kallam dan Damsyik.
13
Perang Salib periode keenam, dimana tentara Kristen dipimpin oleh
raja Jerman, Frederik II, mereka berusaha merebut Mesir lebih dahulu
sebelum ke Palestina, dengan harapan dapat bantuan dari orang-orang Kristen
Koptik. Dalam serangan tersebut, mereka berhasil menduduki Dimyath,
raja Mesir dari Dinasti Ayyubiyah waktu itu, al-Malik al-Kamil, membuat
penjanjian dengan Frederick. Isinya antara lain Frederick bersedia
melepaskan Dimyath, sementara al-Malik al-Kamil melepaskan Palestina,
Frederick menjamin keamanan kaum muslimin di sana, dan Frederick tidak
mengirim bantuan kepada Kristendi Syria. Dalam perkembangan berikutnya,
Palestina dapat direbut kembali oleh kaum muslimin tahun 1247 M, pada
masa pemerintahan al-Malik al-Shalih, penguasa Mesir selanjutnya.
Ketika Mesir dikuasai oleh Dinasti Mamalik yang menggantikan
posisi Dinasti Ayyubiyyah, pimpinan perang dipegang
oleh Baibars, Qalawun, dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. Pada masa
merekalah Akka dapat direbut kembali oleh kaum Muslim tahun 1291 M.
Demikianlah Perang Salib yang berkobar di Timur. Perang ini tidak berhenti
di Barat, di Spanyol, sampai umat Islam terusir dari sana.
Merupakan satu aspek usaha penyingkiran lembaga-lembaga pribumi atau
Islam dengan menggantikan sejarah setempat dengan kurikulum Barat. Dalam
peperangan lanjutan ini pihak Kristen juga mengalami kekalahan, akan tetapi
orang-orang Kristen dengan segala bentuk dan cara berusaha menghancurkan
Islam baik melalui politik, ekonomi dan pendidikan.
Sembilan periodisasi Perang Salib tersebut tidaklah cukup untuk
menggambarkan betapa orang Barat ingin menghancurkan Islam.Berikut
adalah ringkasan dari sembilan periode di atas, yang disususn menjadi tiga
periode.
1. Periode Pertama
Periode pertama, disebut periode penaklukan (1009-1144).Hassan
Ibrahim Hassan dalam buku Tarikh Al-Islam menggambarkan pasukan
salib pertama yang dipimpin oleh Pierre I’ermite sebagai gerombolan
rakyat jelata yang tidak memiliki pengalaman perang, tidak disiplin, dan
14
tanpa persiapan.Pasukan salib ini dapat dikalahkan oleh pasukan Dinasti
Saljuk.Pasukan Salib berikutnya dipimpin oleh Godfrey of
Bouillon.Gerakan ini lebih merupakan militer yang terorganisasi rapi.
Mereka berhasil menduduki kota suci Palestina (Yerusalem) pada 7 Juli
1099.7
Kemenangan pasukan salib pada periode ini telah mengubah peta
dunia Islam dan berdirinya kerajaan-kerajaan Latin-Kristen di timur,
seperti Kerajaan Baitulmakdis (1099) di bawah pemerintahan Raja
Godfrey, Edessa (1099) di bawah Raja Baldwin, dan Tripoli (1099) di
bawah kekuasaan Raja Reymond.8
2. Periode Kedua
Periode kedua atau disebut periode reaksi umat Islam (1144-
1192).Kemenangan kaum muslimin ini, terlihat jelas setelah munculnya
Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi (Saladin) di Mesir yang berhasil
membebaskan Baitulmakdis pada 2 Oktober 1187.
Dalam perang salib ini akhirnya pihak Richard dan pihak Saladin
sepakat untuk melakukan gencatan senjata dan membuat pejanjian.
Perjanjian perdamaian ditetapkan di atas kertas pada 2 Nopember 1192,
dengan ketentuan bahwa daerah pantai menjadi milik bangsa latin
sedangkan daerah pedalaman menjadi milik umat Islam, dan peziarah
yang datang ke kota Suci tidak boleh diganggu. Tahun berikutnya 19
Pebruari 1193 Shalah sakit demam di Damaskus dan pada tanggal 2
Maret 1193 Shalah meninggal dalam usia 55 tahun. Pusaranya yang
berdekatan dengan masjid Umayyah, hingga kini masih menjadi daya
tarik bagi ibukota Suriah.
Ekspedisi perang Salib ini dibagi beberapa divisi, Ekspedisi ini
dilakukan pada tahun 1189 M.9Sebagian menempuh jalur jalan darat dan
sebagian lagi menempuh jalur laut. Frederick yang memimpin divisi jalur
7
Dedi Supriyadi, Op. Cit., hlm. 172.
8
Badri Yatim, Op. Cit. hlm. 76.
9
Badri Yatim, Op. Cit., hlm. 78
15
darat ini tewas ketika menyerangi sungai Armenia, dekat kota Ruba
(Edessa). Sebagian tentaranya kembali, kecuali beberapa orang yang
masih hidup melanjutkan perjalannya.Dua divisi lainnya yang menempuh
jalur laut bertemu di Sisilia.Mereka berada di Sisilia hingga musim
dingin berlalu. Richard menuju Ciprus dan mendudukinya di sana.
Sedangkan Philip langsung ke Arce, dan pasukannya berhadapan dengan
pasukan Saladin, sehingga terjadi pertempuran sengit.Namun, dengan
pasukan Saladin memilih mundur dan mengambil langkah untuk
mempertahankan Mesir.Dalam keadaan demikian, pihak Richard dan
pihak Saladin sepakat untuk melakukan genjatan senjata dan membuat
perjanjian.Perjanjian ini disebut denganShulh al-Ramlah.10
3. Periode Ketiga
Periode ketiga (1193-1291) lebih dikenal dengan periode perang
saudara kecil-kecilan atau periode kehancuran didalam pasukan
salib.Dalam periode ini, muncul pahlawan wanita dari kalangan kaum
muslimin yang terkenal gagah berani, yaitu Syajar Ad-Durr.Ia mampu
menunjukkan kebesaran Islam dengan membebaskan dan mengizinkan
Raja Louis IX kembali ke negerinya, Perancis. Perang Salib
sesungguhnya juga masih terjadi di masa sekarang, hanya saja tidak lagi
perang menggunakan senjata, akan tetapi perang intelektualitas.
Pada periode ini, peperangan disebabkan oleh ambisi politik untuk
memperoleh kekuasaan dari sesuatu yang bersifat materialisti daripada
motivasi agama.Dalam periode ini, muncul pahlawan wanita dari
kalangan kaum muslimin yang terkenal gagah berani yaitu Syajar Ad-
Durr.Ia beerhasil menghancurkan pasukan Raja Louis IX dari Perancis
sekaligus menangkap raja tersebut. Pada tahun 1219 M, meleteus
kembali peperangan, pada waktu itu tentara Kristen berada di bawah
kekuasaan Raja Jerman, Frederick II, mereka berusaha
10
ibid
16
merebut Mesirterlebih dahulu sebelum merebut ke wilayah Palestina,
dengan harapan mereka mendapatkan bantuan dari orang-orang Kristen
Qibthi.11
11
Maslani dan Ratu Suntiah, Op. Cit. hlm. 136-137
17
2. Peninggalan dari Perang Salib
Diantara beberapa peninggalan dari hasil pertempuran ini adalah:
1. Politik dan Budaya
Perang Salib amat memengaruhi Eropa pada Abad Pertengahan Pada
masa itu, sebagian besar benua dipersatukan oleh kekuasaan Kepausan, akan
tetapi pada abad ke-14, perkembangan birokrasi yang terpusat (dasar
dari negara-bangsa modern)sedangpesat
di Perancis, Inggris,Burgundi, Portugal, Castilia dan Aragon. Hal ini sebagian
didorong oleh dominasi gereja pada masa awal perang salib. Meski benua
Eropa telah bersinggungan dengan budaya Islam selama berabad-abad
melalui hubungan antara Semenanjung Iberia dengan Sisilia, banyak ilmu
pengetahuan di bidang-bidang sains, pengobatan dan arsitektur diserap dari
dunia Islam ke dunia Barat selama masa Perang Salib
Bersama perdagangan, penemuan-penemuan dan penciptaan-penciptaan
sains baru mencapai timur atau barat. Kemajuan bangsa Arab termasuk
perkembangan aljabar, lensa dan lain lain mencapai barat dan menambah laju
perkembangan di universitas-universitas Eropa yang kemudian mengarahkan
kepada masa Renaissance pada abad-abad berikutnya.12
2. Perdagangan
Kebutuhan untuk memuat, mengirimkan dan menyediakan balatentara
yang besar menumbuhkan perdagangan di seluruh Eropa.Jalan-jalan yang
sebagian besar tidak pernah digunakan sejak masa pendudukan Romawi,
terlihat mengalami peningkatan disebabkan oleh para pedagang yang berniat
mengembangkan usahanya. Ini bukan saja karena Perang Salib
mempersiapkan Eropa untuk bepergian akan tetapi lebih karena banyak orang
ingin bepergian setelah diperkenalkan dengan produk-produk dari timur. Hal
ini juga membantu pada masa-masa awal Renaissance di Itali karena banyak
12
Dedi Supriyadi, Op. Cit., hlm. 175.
18
negara-kota di Itali yang sejak awal memiliki hubungan perdagangan yang
penting dan menguntungkan dengan negara-negaraSalib, baik di Tanah
Suci maupun kemudian di daerah-daerah bekas Byzantium.
Pertumbuhan perdagangan membawa banyak barang ke Eropa yang
sebelumnya tidak mereka kenal atau amat jarang ditemukan dan sangat
mahal. Barang-barang ini termasuk berbagai macam rempah-
rempah, gading, batu-batu mulia, teknik pembuatan barang kaca yang maju,
bentuk awal dari mesin, jeruk, apel, hasil-hasil tanaman Asia lainnya dan
banyak lagi. Keberhasilan untuk melestarikan Katolik Eropa, bagaimanapun,
tidak dapat mengabaikan kejatuhan Kekaisaran Kristen Byzantium.Tanah
Byzantium adalah negara Kristen yang stabil sejak abad ke-4.Sesudah tentara
Salib mengambil alih Konstantinopel pada tahun 1204 M, Byzantium tidak
pernah lagi menjadi sebesar atau sekuat sebelumnya dan akhirnya jatuh pada
tahun 1453 M.
Melihat apa yang terjadi terhadap Byzantium, Perang Salib lebih dapat
digambarkan sebagai perlawanan Katolik Roma terhadap ekspansi Islam,
ketimbang perlawanan Kristen secara utuh terhadap ekspansi Islam. Di lain
pihak, Perang Salib Keempat dapat disebut sebuah anomali. Kita juga dapat
mengambil suatu kompromi atas kedua pendapat di atas, khususnya bahwa
Perang Salib adalah cara Katolik Roma utama dalam menyelamatkan
katolikisme, yaitu tujuan yang utama adalah memerangi Islam dan tujuan
yang kedua adalah mencoba menyelamatkan kekristenan.13
13
Badri Yatim, Ibid.
19
Eropa mulai sadar akan adanya peradaban Islam yang tinggi di timur, mereka
lalu membawa peradaban itu sedikit demi sedikit ke Eropa.
Pasukan perang salib secara militer, tidak memperoleh apa-apa karena kota
suci Yerussalem yang menjadi tujuan utama perang salib tidak dapat dikuasai
Kristen bahkan kerajaan-kerajaan Kristen di timur dengan seluruh pasukannya
terusir dari kawasan timur Islam. Namun menurut Phillip K. Hitti, perang salib
mempunyai arti lebih penting bagi dunia barat dibanding dunia timur yaitu
terbukanya mata orang-orang barat terhadap dunia timur yang sesungguhnya,
yang selanjutnya melahirkan pandangan-pandangan baru serta usaha-usaha baru
setelah usainya perang salib.
Sedangkan bagi dunia Islam, perang salib tidakk lebih dari suatu insiden
yang penuh dengan kerusakan dan kehancuran sebagai akibat dari peperangan.
Adapun peradaban Islam yang dapat ditemui dalam dunia barat, sebagai
hasil dari kontak langsung antara barat dan timur pada perang salib menurut
Phillip. K. Hitti adalah sebagai berikut :
a. Dalam bidang milkiter pasukan salib menemukan adanya senjata modren
dikala itu, bahkan peledak, mesiu dan sebagainya.
b. Adanya alat musik genderang untuk memotifasi militer dimedan
pertyempuran, melatih burung merpati sebagai alat informasi, dan
pelajaran yang terpenting adalah tentang taktik dan strategi perang.
c. Dalam bidang pertanian adanya sisten irigasi, pompa hidrolik,
pembudidayaan tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan, adanya gula,
sebelumya hanya mengenal madu dan mereka juga mengenal cengkeh dan
rempah-rempah lainnya.
d. Dalam bidang industri mereka mengenag hasil tenunan kain seperti kain
mousselen, damast, seti dan satin.
e. Dalam bidang perdagangan dan pelayaran timbulnya pasar-pasar pada
pasar baru di Erofa dan sistim ekonomi yang teratur ,dan pada pelayaran
dikenalnya kompas sebagai pedoman dalam pelayaran
f. Dalam bidang Seni sudah ditemukannya arsitektur Masjid, pemandian
umum, Rumah sakit dan penginapan, hal lain yang tidak kalah
20
pentingnya adalah adanya pertukaran bahasa antara timur dan barat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perang Salib merupakan peperangan antara tentara Islam dengan Kristen.
Hal ini terjadi bermula kebencian umat Kristiani terhadap masa pemerintahan
Dinasti Seljuk yang dapat menguasai kota suci mereka. Terlebih dinasti
menguasai Baitulmakdis.Dalam peperangan ini tentara Salib memakai tanda
salib di pakaiannya sebagai tanda pemersatu umat Kristiani dan menunjukkan
peperangan suci.
Dampak Perang Salib sangat merugikan umat Islam dalam beberapa aspek
penting.Meskipun beberapa peperangan dimenangkan oleh pasukan
Islam.Politik dan budaya yang sangat berpengaruh pada masa abad pertengahan
Eropa yang dikenal dengan istilah Renaissance.Dengan mengenalnya
perdagangan yang dilakukan oleh kaum muslimin, berpengaruh pesat terhadap
sistem perdagangan Eropa.Kemajuan dibidang berperangnya juga merupakan
salah satu dampak peperangan ini.Orang-orang Kristen Eropa pada khususnya
mengetahui bagaimana caranya berperang.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini pemakalah menyadari bahwa makalah ini
masih terdapat kesalahan dan kekurangan.Untuk itu pemakalah mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari dosen pembimbing dan teman-teman
demi kesempurnaan makalah ini. Atas kritik dan saran kami ucapkan
terimakasih.
21
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Ensiklopedi Islam. 2003. Jakarta. PT Ichtiar Baru Van Hoeve. Maslani dan Ratu
Suntiah. 2010. Sejarah Peradapan Islam. Bandung: CV. Insan Mandiri.
Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Syamsul Bakri. 2011 Peta Sejaran Peradaban Islam. Yogyakarta. Fajar Media
Press.
Yatim, Badri. 2008. Sejarah Peradapan Islam (Dirasah Islamiah II). Jakarta: PT
Raja Grafinda Persada.