Anda di halaman 1dari 40

1

BAB I
PENGERTIAN ALIRAN FILSAFAT DAN
PEMIKIRAN FILSAFAT

A. Pengertian Aliran Filsafat

Aliran-aliran filsafat merupakan penelahan salah satu aspek sekaligus menyangkut


dengan faham dan pandangan para ahli pikir dan filosuf. Dari kajian ini para ahli
melihat sesuatu atau menyeluruh mendalam dan sistematis.

Para filosuf menggunakan sudut pandang yang berbeda sehingga


menghasilkan filsafat yang berbeda pula. Antara aliran atau paham satu dengan
yang lainnya. Ada yang saling bertentangan dan ada pula yang memiliki konsep
dasar yang sama.1

Akan tetapi meskipun bertentangan bukanlah untuk saling dipertahankan.


Justru dengan banyak aliran atau paham satu dengan yang lainnya, ada yang
saling bertentangan dan ada pula yang memiliki konsep dasar yang sama. Justru
dengan banyak aliran atau paham yang sudah diperkenalkan oleh tokoh-tokoh
filsafat, kita dapat memilih cara yang pas dengan persoalan yang sedang kita
hadapi.

Memahami sistem filsafat sesungguhnya menelusuri dan mengkaji suatu


pemikiran mendasar dan tertua yang mengkaji kebudayaan manusia. Suatu sistem,
filsafat berkembang berdasarkan ajaran seseorang atau beberapa orang tokoh
pemikir filsafat. Sistem filsafat amat ditentukan oleh potensi dan kondisi
masyarakat atau bangsa itu, tegasnya oleh kerja sama factor dalam dan factor luar.

Faktor-faktor ini diantaranya yang utama ialah sikap dan pandangan


hidup. Cita karsa, dan kondisi alam lingkungan. Apabila cita karsanya tinggi dan
kuat tetapi kondisi alamnya tidak menunjang, maka bangsa itu tumbuhnya tidak
subur (tidak jaya).

1
Bakhtiar Ahmad, Filsafat Ilmu, Jakarta : Pt. Raja Grafindo. 2008 h. 167
2

B. Pengertian Pemikiran Filsafat

Setiap orang memiliki keterbatasan dalam berbagai kemampuannya, termasuk


daya pikir, yang berarti juga keterbatasan dalam daya tanya. Masalah keterbatasan
ini tampaknya merupakan masalah lain. Jadi, keheranan orang terhadap apapun
bersifat individual, sesuai kemampuan dan keadaannya, tetapi bersifat universal,
dimiliki setiap orang.2

Pemikiran berarti mengeluarkan suatu hasil berupa kesimpulan. Ditinjau


dari segi terminology pemikiran berarti adalah kegiatan manusia mencermati
suatu pengetahuan yang telah ada dengan menggunakan akalnya untuk
mendapatkan atau mengeluarkan pengetahuan yang baru atau yang lain.

Pemikiran dibagi menjadi 2 bagian yaitu :

1. Pemikiran Langsung

Pemikiran langsung adalah pemikiran yang hanya mempergunakan


satu pangkal pikir atau langsung disimpulkan. Bentuk pemikiran ini pada
ilmu logika yang banyak dibicarakan pada konversi, invers, dan
kontraposisi dalam keputusan.

2. Pemikiran Tidak Langsung

Pemikiran tidak langsung adalah pemikiran yang tidak hanya


mengambil satu pangkal pikir, atau dengan kata lain pemikiran yang
banyak mempergunaka keputusan untuk mengambil satu kesimpulan,
misalnya pemikiran yang terjadi melalui jalan induksi, deduksi, dan
silogisme.3

Pemikiran filsafat berarti bahwa dengan dasar kategori waktu, kita


mempermasalahkan segala hal mengenai pemikiran filsafat secara kronologis, hal-
hal yang muncul, penyebabnya, dan dasar pemikiran yang menjadi penyebab
munculnya pemikiran lain, tanpa melibatkan kegiatan pembuktian.

2
Abdullah, Filsafat Ilmu Pendidikan, Nilai, Bandung : Pustaka Pelajar, 2001. H. 98
3
Yuda, Brama, Filsafat Pemikiran Era Klasik, Jakarta : Ar-Ruz media. 2005. H. 130
3

BAB II
SEJARAH FILSAFAT YUNI KUNO

A. Filsafat Yunani Kuno


Berbicara tentang kelahiran dan perkembangan filsafat pada awal kelahirannya
tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan (ilmu) pengetahuan yang
munculnya pada masa peradaban kuno (masa yunani).
Dalam sejarah filsafat biasanya filsafat yunani dimajukan sebagai pangkal
sejarah filsafat barat, karena dunia barat (Erofa Barat) dalam alam pikirannya
berpangkal kepada pemikiran yunani.
Pada masa itu ada keterangan-keterangan tentang terjadinya alam semesta
serta dengan penghuninya, akan tetapi keterangan ini berdasarkan kepercayaan.
Ahli-ahli pikir tidak puas akan keterangan itu lalu mencoba mencari keterangan
melalui budinya.
Setidaknya mari kita telaah berbagai pemikiran dan distorsi atau bahkan
resultan dari telaah pemikiran (Filsafat) dan Hati ini, sejak suatu jaman terkenal,
yaitu jaman Yunani Sofisme Kuno yang terkenal dengan Filsafat Relativisme
(Pluralis) Sofistik Yunani Kuno pra-Masehinya yang paling menonjol dari masa
itu selain Filsafat Atomis Yunani. Kata ”Sofia” itu sendiri berarti ”berpikir” dalam
bahasa Latin Yunani ini.
Permulaan pemilihan masa telaah ini juga sesuai dengan pembagian telaah
jaman yang umum saat ini (sesuai pembagiannya oleh bangsa Barat yang
mendominasi ilmu-pengetahuan saat ini). Masa Yunani Kuno ini antara lain
bertokohkan Filsuf Thales (624-546 SM), Anaximander, Parmanides, Gorgias,
Zeno, Socrates, Plato, Aristoteles, Ptolemeus, Galen, Hipocrates, Euclides, dsb.
Masa ini kemudian juga menjadi salah satu inspirasi Renaissance Barat berabad-
abad kemudian setelah Masa Abad Pertengahan (Medieval), dalam melawan
kebodohan masa Abad Pertengahan.4

Walaupun sudah jamak pula kebiasaan orang dalam berpikir kritis di


masa Yunani Kuno ini, namun secara umum inti dari pemikiran-pemikiran

4
Gandhi, Teguh wangsa, Filsafat Umum, ( Bandung : Reflika Aditama), 2011. H. 273
4

Filsafat Sofistik Yunani Kuno mereka adalah ”relativitas pemikiran”, atau yang
disebut juga sebagai, Filsafat Relativisme (Pluralis).
Filsafat Relativisme (Pluralisme) ini, adalah paham yang berdasarkan
pemikiran dasar bahwa “Kebenaran itu sesungguhnya (adalah) relatif”. Maka
karenanya pula, ”seluruh versi kebenaran dapat saja menjadi benar”, yang dalam
hal ini bahkan masih pula bergantung kepada pemikiran, perasaan, hawa nafsu,
dan lain-lain, dari para pemikirnya; manusia, tentu saja.
Dan di beberapa Abad kemudian, khususnya di masa kini di Abad XXI
Masehi ini, ini juga menjadi salah satu inspirasi dasar gerakan Pluralisme.
Termasuk juga dalam Pluralisme Agama bahwa semua agama itu benar, semua
agama mengajak ke Surga, semua versi Tuhan adalah benar, maka Tuhan dapat
dicapai melalui agama manapun, karena kebenaran itu sebenarnya relatif.
Juga Liberalisme, dengan prinsip kebebasan berpikirnya yang berlebihan
(padahal kemampuan berpikir manusia itu terbatas terutama karena hanya
berdasarkan apa yang masuk ke alam pemikirannya saja) termasuk dalam aneka
eksperimennya, yang didengung-dengungkan kaum Liberalis, Sekuleris, Pluralis,
Spiritualis, Fremasonry, dan sebagainya, entah untuk apa.
Kemungkinan menelaah dan menggunakan alam semesta dengan menggunakan
akal yang ternyata terbatas kemampuannya itu, menjadi menarik, bagi kaum ini,
dan mereka menggunakannya untuk memahami segala hal 5
Sementara Pluralisme Budaya adalah sangat patut didukung (asalkan tak
bertentangan dengan syariat dari Allah Tuhan Semesta Alam) dan adalah fitrahi
(alami), konsekuensi wajar dari sunnatullah dan karenanya juga adalah adanya
berbagai suku-bangsa, namun beberapa pendapat dari kaum ini antara lain
mengatakan bahwa Agama itu (hanya) adalah produk budaya, alias buatan
(pemikiran dan fantasi hawa nafsu) manusia (dan Setan), karenanya semua agama
itu relatif kebenarannya dan bahkan semua agama itu (dapat saja) benar, alias
Pluralisme (kebenaran) Agama.
Hal terakhir ini adalah satu hal yang sangat tak perlu didukung, apalagi
diamalkan, bagi muslim. Telah dipaparkan sebelumnya, bahwa sebab dari Filsafat,
adalah pemikiran akan alam semesta, dan segala hal yang berkaitan dengannya.
5
Surajiyo, Filsafat ilmu dan perkembangannya di Indonesia. ( Jakarta : Bumi Aksara) ,
2001. H. 446
5

Maka, misalnya yang terkenal, dalam hal ini, adalah perdebatan di antara mereka
sendiri, kaum pemikir-filsuf di masa Yunani Kuno itu, tentang apa sesungguhnya
isi dari alam semesta, yang notabene lebih didasarkan kepada sangkaan dan
pemikiran menurut mereka secara ‘bebas’ (dengan kata lain juga, lebih-kurang,
adalah dengan ‘liar’), tanpa banyak mengindahkan petunjuk aturan dari Tuhan.
Kiranya ini juga dapat telah terjadi karena tak cukup ada ilmu-pengetahuan di
masanya, sebagai pembanding-penguji kebenarannya, maka pemikiran dapat
menjadi liar, rusak, dan merusak.6
Dan manusia serta lingkungannya pun tak pelak turut menjadi rusak.
Kebijaksanaan, atau hikmah, tentu saja, diperlukan dalam menyaringnya. Dan
Agama di mas a ini, adalah Agama yang mempercayai banyak tuhan, alias
Politeisme, dengan aneka Dewanya. Masa sebelum (Pra) Sokrates Ras atau
bangsa Yunani merupakan bangsa yang dikenal sejarah kini sebagai yang
termasuk yang pertama kali berusaha menggunakan akal secara luas untuk
berpikir, selain berbagai bangsa (di wilayah) lain.
Kegemaran bangsa Yunani merantau secara tidak langsung menjadi sebab
meluasnya tradisi berpikir bebas yang dimiliki bangsa Yunani. Menurut
Barthelemy, kebebasan berpikir bangsa Yunani disebabkan di Yunani sebelumnya
tidak pernah ada agama yang didasarkan pada kitab suci.
Sedangkan Livingstone berpendapat bahwa adanya kebebasan berpikir
bangsa Yunani dikarenakan kebebasan mereka dari agama dan politik secara
bersamaan. Perlu pula diingat bahwa Mesir, Mesopotamia, Persia, Cina dan India,
adalah juga berbagai pusat peradaban besar dunia di jaman Kuno, bersama
Yunani, yang dikenal manusia sekarang, dengan tidak mengesampingkan
kemunginan pusat peradaban lain yang disebutkan dalam legenda (yang belum
dapat dibuktikan) tentang Atlantis.
Hal kebebasan berpikir ini terjadi pada tahap permulaan, yaitu pada masa
Thales (640-545 SM), yang menyatakan atau mengklaim bahwa esensi segala
sesuatu adalah air, belum murni bersifat rasional. Klaim atau argumen Thales
masih dipengaruhi kepercayaan pada mitos Yunani. Demikian juga Phytagoras
(572-500 SM) yang belum murni rasional. Sekte atau Ordonya yang

6
Arifin muzzayin, Filsafat pendidikan Islam, ( Jakarta : Bumi Aksara ). 2005. H.298
6

mengharamkan makan biji kacang menunjukkan bahwa ia masih dipengaruhi


mitos (mengenai biji kacang itu).
Ada tiga filsuf dari kota Miletos di masa Pra Socrates ini yaitu Thales,
Anaximander (Anaximandros) dan Anaximenes. Ketiganya secara khusus
menaruh perhatian pada alam dan kejadian-kejadian alamiah, terutama tertarik
pada adanya perubahan yang terus menerus di alam. Mereka mencari suatu asas
atau prinsip yang tetap tinggal sama di belakang perubahan-perubahan yang tak
henti-hentinya itu. Thales mengatakan bahwa prinsip itu adalah air, Anaximander
berpendapat “To apeiron” atau yang tak terbatas, sedangkan Anaximenes
menunjuk ke udara.
Filsuf berikutnya yang cukup perlu diperkenalkan, ditelaah, adalah
Pythagoras. Ajaran-ajarannya yang pokok adalah, pertama, bahwa jiwa itu
menurutnya tidak dapat mati. Menurutnya, sesudah kematian manusia, jiwa
pindah ke dalam hewan, dan setelah hewan itu mati, jiwa itu pindah lagi dan
seterusnya.
Tetapi dengan mensucikan dirinya, jiwa dapat selamat dari Reinkarnasi
itu. Kedua, dengan penemuannya akan interval-interval (jarak) utama dari
berbagai nada yang diekspresikan dengan perbandingan dengan bilangan-
bilangan, Pythagoras menyatakan bahwa suatu gejala fisis dikusai oleh hukum
matematis. Bahkan katanya, segala-galanya di jagad raya ini adalah berupa
bilangan. Ketiga, mengenai Kosmos, Pythagoras menyatakan untuk pertama
kalinya..7

7
Beavers Tedd, Paradigma Filsafat Pendidikan Islam, ( Jakarta : Riora Cipta). 2001 h.56
7

B. Sejarah Yunani Kuno


Orang yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sistem kepercayaan
bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagai sesuatu yang bersumber pada
mitos atau dongeng-dongeng. Artinya suatu kebenaran lewat akal pikir (logis)
tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang bersumber dari mitos 
(dongeng-dongeng).
Setelah abad ke-6 SM muncul sejumlah ahli pikir yang menentang adanya
mitos. Mereka menginginkan adanya pertanyaan tentang isteri alam semesta ini,
jawabannya dapat diterima akal (rasional). Keadaan yang demikian ini sebagai
suatu demitiologi, artinya suatu kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal
pikir dan meninggalkan hal-hal yang sifatnya mitologi.upaya para ahli pikir untuk
mengarahkan kepada suatu kebebasan berfikir , ini kemudian banyak orang
mencoba membuat suatu konsep yang dilandasi kekuatan akal pikir secara murni,
maka timbullah peristiwa ajaib The Greek Miracle yang artinya dapat dijadikan
sebagai landasan peradaban dunia.8

Pelaku filsafat adalah akal dan musuhnya adalah hati. Pertentangan antara
akal dan hati itulah pada dasarnya isi sejarah filsafat. Di dalam sejarah filsafat
kelihatan akal pernah menang, pernah kalah, hati pernah berjaya, juga pernah
kalah, pernah juga kedua-duanya sama sama-sama menang. Diantara keduanya ,
dalam sejarah, telah terjadi pergugumulan berebut dominasi dalam mengendalikan
kehidupan manusia.

Yang dimaksud dengan akal disini ialah akal logis yang bertempat di
kepala, sedangkan hati adalah rasa yang kira-kira bertempat di dalam dada.akal
itulah yang menghasilkan pengethauan logis yang disebut filsafat, sedangkan hati
pada dasarnya menghasilkan pengetahuan supralogis yang disebut pengetahuan
mistik, iman termasuk disini. Ciri umum filsafat yunani adalah rasionalisme yang
dimana mencapai puncaknya pada orang-orang sofis.

Dalam sejarah filsafat biasanay filsafat yunani dimajukan sebagai pangkal


sejarah filsafat barat, karena dunia barat (Erofa Barat) dalam alam pikirannya

8
Zuhairini, Filsafat pendidikan Islam,( Jakarta : Bumi Aksara) , 2008. H. 299
8

berpangkal kepada pemikiran yunani. Pada masa itu ada keterangan-keterangan


tentang terjadinya alam semesta serta dengan penghuninya, akan tetapi keterangan
ini berdasarkan kepercayaan. Ahli-ahli pikir tidka puas akan keterangan itu lalu
mencoba mencari keterangan melalui budinya.

Mereka menanyakan dan mencari jawabannya apakah sebetulnya alam itu.


Apakah intisarinya? Mungkin yang beraneka warna ynag ada dalam alam ini
dapat dipulangkan kepada yang satu. Mereka mencari inti alam, dengan istilah
mereka: mereka mencari arche alam (arche dalam bahasa yunani yang berarti
mula, asal).

Terdapat tiga faktor yang menjadikan filsafat yunani ini lahir, yaitu :

1. Bangsa yunani yang kaya akan mitos (dongeng), dimana mitos dianggap
sebagai awal dari uapaya orang untuk mengetahui atau mengerti. Mitos-
mitos tersebut kemudian disusun secara sistematis yang untuk sementara
kelihatan rasional sehingga muncul mitos selektif dan rasional, seperti
syair karya Homerus, Orpheus dan lain-lain.

2. Karya sastra yunani yang dapt dianggap sebagai pendorong kelahiran


filsafat yunani, karya Homerous mempunyai kedudukan yang sangat
penting untuk pedoman hidup orang-orang yunani yang didalamnya
mengandung nilai-nilai edukatif.

3. Pengaruh ilmu-ilmu pengetahuan yang berasal dari Babylonia (Mesir)


di lembah sungai Nil, kemudian berkat kemampuan dan kecakapannya
ilmu-ilmu tersebut dikembangkan sehingga mereka mempelajarinya tidak
didasrkan pada aspek praktis saja, tetapi juga aspek teoritis kreatif.9

9
Tafsir Ahmad, Filsafat dalam Klasik, (Bandung : Rosdakarya ), 2010. H. 231
9

C. Tokoh-tokoh pada Masa Yunani Kuno


Tokoh-tokoh pada masa Yunani Kuno antara lain sebagai berikut :

1)    Thales (625-545 SM)                   6) Heraclitos (535 – 475 SM)

2)    Anaxagoras (±499-20 SM )         7) Parmenides (540-475 SM)

3)    Democritos (460-370 SM)           8) Empledoces (490-435 SM)

4)    Pythagoras (± 572-497 SM)        9) Anaximandros (640-546 SM)

5)    Xenophanes (570 – ? SM)            10) Zeno (490-430 SM)


10

BAB III

PEMIKIRAN-PEMIKIRAN FILSUF YUNANI KUNO

A. Thales (625-545 SM)

Nama Thales muncul atas penuturan sejarawanHerodatus pada abad ke-5


SM. Thales sebagai salah satu dari tujuh orang yang bijaksana (Seven
Wise Men of Greece). Aristoteles memberikan gelar The Father of
Filoshopy.juga menjadi penasihat teknis ke-21 kota lonia. Salah satu
jasanya yang besar adalah meramal gerhana matahari pada tahun 585 SM.

“Thales berpendapat bahwa dasar pertama atau intisari alam ialah


air.”10

Thales mengembangkan filsafat alam kosmologi yang


mempertanyakan asal mula, sifat dasar dan struktur komposisi daria alam
semesta. Sebagai ilmuwan pada masa itu ia mempelajari magnetisme dan
listrik yang merupakan pokok soal fisika. Juga mengembangkan astronomi
dan matematika dengan mengemukakan pendapat, bahwa bulan bersinar
karena memantulkan cahaya matahari. Dengan demikian, Thales
merupakan ahli matematika yang pertama dan juga The Father of
Deductive reasoning (bapak penalaran deduktif).

Dalam sejarah Matematika, Thales dianggap sebagai pelopor


geometri abstrak yang didasarkan kepada petunjuk pengukur banjir, yang
implementasinya dengan membuktikan dalil-dalil geometri yang salah
satunya : bahwa kedua sudut alas dari suatu segitiga sama kaki adalah
sama besarnya.Walaupun pandangan –pandangan Thales benyak yang
kurang jelas, akan tetapi pendapatnya merupakan percobaan pertama yang
masih sanagt sederhana dengan menggunakan rasio(akal pikiran).

10
Praja Juhaya, Filsafat dan Metodologi Ilmu dalam Islam, ( Jakarta : Teraju ), 2002. H.
251
11

B. Anaximandros (640-546 SM)

Anaximandros adalah orang pertama yang mengarang suatu traktat dalam


kesusastraan Yunani dan berjasa dalam bidang astronomi,
geografi,sehingga ia sebagai orang pertama yang membuat peta bumi.ia
berhasil memimpin sekelompok orang yang membuat kota baru di
Apollonia, Yuanani.

Anaximandros mengatakan bahwa dasar pertama itu ialah zat yang


tak tertentu sifat-sifatnya, yang dinami to apeiron.adapun anaximenes
(590-528) mengatakan bahwa intisari alam atau dasarnya pertama adalah
udara.karena udaralah ynag meliputi seluruh alam serta udara pulalah yang
menjadikan dasar hidup bagi manusia yang mat diperlukan oleh nafasnya.

Anaximander mencoba menjelaskan bahwa substansi pertama itu


bersifat kekal dan ada dengan sendirinya (Mayer,1950:19).anaximander
menagatakan itu udara. Udara merupakan segala sumber kehidupan ,
demikian alasannya.11

C. Pythagoras (± 572-497 SM)

Mengenai riwayat hidupnya , ia dilahirkan di pulau Samos, Lonia.tanggal


dan tahunnya tidak diketahui pasti. Ia juga tidak meninggalkan tulisan-
tulisan sehingga apa yang perlu diketahui Pythagoras diperlukan
kesaksian-kesaksian. Menurut Aristoxenos seorang murid Aristoteles,
Pythagoras pindah ke kota kroton, Italia Selatan karena tidak setuju
dengan pemerintahan Polykrates yang bersifat tirani.12
Pemikirannya , substansi dari semua benda adalah bilangan dan
segala gejala alam merupakan pengungkapan inderawi dari perbandingan-
perbandingan matematis. Bilangan  merupakan intisari dasar poko dari

11
Hadiwijono, Harun. Sari sejarah filsafat Barat. ( Yogyakarta : Kanisius ), 1980. H. 83
12
Tjahjadi, Simon petrus L. Petualangan Intelektual, ( Yogyakarta : Pustaka Raya ),
2004. H.162
12

sifat-sifat benda (Number rules the universe = bilangan memerintah jagat


raya).pemikirannya tentang bilangan, ia mengemukakan bahwa setiap
bilangan dasar dari 1 sampai 10 mempunyai kekuatan dan arti sendiri-
sendiri. Satu adalah asal mula segala sesuatu sepuluh, dan sepuluh adalah
bilangan sempurna. Bilangan gasal (ganjil) lebih sempurna daripada
bilangan genap dan identik dengan finite (terbatas). Salah seorang
penganut Pythagoras mengatakan bahwa tuhan adlah bilangan tujuh, jiwa
itu bilangan enam, badan itu bilangan empat.
Pythagoras juga ada sedikit memfilsafatkan manusia, ia
mengemukakan pendapat bahwa pada manusia adalah sesuatu yang bukan
jasmani dan yang tak dapat mati, yang masih terus ada , jika manusia
sudah tak ada. Manusia menurut Pythagoras mempunyai jiwa dan jiwa itu
sekarang terhukum dan terkurung dalam badan. Maka dari itu , manusia
harus membershkan diri untuk melepaskan dirinya dari kurungan dan
dengan demikian dapatlah ia masuk ke dalam kebahagiaan.13
Pythagoras yang mengataka pertama kali bahwa alam semesta itu
merupakan satu keseluruhan yang teratur, sesuatu yang harmonis seperti
dalam musik. Sehingga ia juga dikenal sebagai ahli ilmu pasti dan juga
ahli musik. Dia berpendapat bahwa keharmonisan dapt tercapai dengan
menggabungkan hal-hal yang berlawanan, seperti :

         Terbatas – tak terbatas

         Ganjil – genap

         Satu – banyak

         Laki-laki – perempuan

         Diam – gerak

         Dan lain-lain

13
Tafsir, Ahmad, Filsafat Umum, ( Bandung : Rosdakarya ), 1990, h. 93
13

Menurut Pythagoras kearifan yang sesungguhnya hanya dimilki


oleh Tuhan saja, oleh karenanya ia tidak mau disebut sebagai seorang yang
arif seperti Thales, akan tetapi menyebut dirinya philosopos yaitu pencipta
kearifan. Kemudian istilah inilah yang digunakan menjadi philosofia yang
terjemahan harfiah dalah cinta kearifan atau kebjaksanaan sehingga
sampai sekarang secara etimologis dan singkat sederhana filsafat dapat
diartikan sebagai cinta kearifan atau kebijaksanaan (Love of Wisdom).

D. Xenophanes (570 – ? SM)

Xenophanes lahir di Xolophon, Asia Kecil. Waktu berumur 25 tahun ia


mengembara ke Yunani. Ia lebih tepat dikatakan sebagi penyair dari pada
ahli pikir (filosof), hanya karena ia mempunyai daya nalar yang kritis yang
mempelajari pemikiran-pemikiran filsafat pada saat tu. Namanya menjdai
terkenal arena untuk pertama kalinya ia melontarkan anggapan bahwa
adanya konflik  antara pemikiran filsafat (rasional)dengan mitos.14

Pendapatnya yang termuat dalam kritik terhadap Homerus dan


Herodotus, ia membantah adanya antromorfosisme  Tuhan-Tuhan, yaitu
Tuhan diganbarkan sebagai (seakan-akan) manusia. Karena manusia selalu
memilki kecendrungan berfikir dan lain-lainnya. Ia juga membantah
bahwa Tuhan bersifat kekal dan tidak mempunyai permulaan. Ia juga
menolak anggapan bahwa Tuhan mempunyai jumlah yang banayk dan
menekankan atas keeasaan Tuhan. Kritik ini ditujukan kepada anggapan-
anggapan lama yang berdasarkan pada mitologi. 

E. Heraclitos (535 – 475 SM)

Heraclitos lahir di Epesus, sebuah kota perantauan di Asia Kecil dan


merupakan kawan dari Pythagoras dan Xenophanes, akan tetapi ia lebih
tua. Ia mendapat julukan si gelap karena untuk menulusuri gerak
pemikirannya sangat sulit. Hanya dengan melihat fragmen-fragmennya.

14
Berten, Sejarah filsafat yunani ,( Yogyakarta : Kansius ), 2002, h. 75
14

Pemikiran filsafatnya terkenal dengan filsafat menjdai. Ia


mengemukakan bahwa segala sesuatu (yang ada itu) sedang menjadi dan
selalu berubah. Sehingga ucapannya yang terkenal : Panta rhei kai uden
menci yang artinya segala sesuatunya mengalir bagaikan arus sungai dan
tudak satu orangpun yang dapat masuk ke sungai dua kali.

Alsannya, karena air sungai yang pertama telah mengalir , berganti


dengan air yan berada di belakanganya. Demikian juga dengan segala yang
ada, tidak ada yang tetap, semuanya berubah. Akhirnya dikatakan bahwa
hakikat dari segala sesuatu adalah menjadi, maka filsafatnya dikatakan
filsafat menjadi.

Menurut Heraclitos alam semesta ini sealu dalm keadaan berubah ,


sesuatu yang dingin berubah menjadi panas, yang panas berubah menjadi
dingin. Itu berarti kita hendak memahami kehidupan kosmos, kita meati
menyadari bahwa kehidupan kosmos itu dinamis. Kosmos itu tidak pernah
berhenti (diam), ia selalu bergerak, dan bergerak berarti berubah.

Gerak itu menghasilkan perlawanan-perlawanan . itulah sebabnya


ia sampai pada kongkulasi bahwa yang mendasar dalam alam  semesta ini
bukanlah baha (stuff)-nya seperti yang dipertanyakan oleh para filosof
yang pertama itu, melainkan prosesnya (Warner, 1961:28). Penyataan
“semua mengalir” berarti semua berubah bukanlah pernayatan yang
sederhana. Implikasi pernyataan tersebut amat hebat. Dan tu mengandung
pengertian bahwa kebenaran seallau berubah, tidak tetap. Pengertian adil
pada hari ini  belum tentu masih benar besok. Hari ini 2 x 2 = 4 namun
besok dapat juga bukan empat.

Pandangan ini merupakan warna dasar flsafat sofisme. Menurut


pendapatnya, di alam arche terkandung sesuatu yang hidup (seperti roh )
yang disebut sebagai logos ( akal atau semacam wahyu) . logos inilah yang
menguasai sekaligus mengendalikan keberadaan segala sesuatu.15

15
Garden, jostein, Dunia Sophie, ( Bandung : Mizan, ), 2012. H. 65
15

F.  Parmenides (540-475 SM)

Parmenides lahir di kota Elea, kota perantauan Yunani di Italia Selatan,


Arena. ia di lahirkan di Elea, maka penganutnya disebut kaum Elea.
Kebesarannya sama dengan kebesaran Heraclitos. Ia lah yang pertama kali
memikirkan tentang hakikat tentang ada (being).

Parmanides  adalah salah seorang tokoh relativusme yang penting.


Dikatakan sebagai logikawan pertama dalam sejarah filsafat, bahkan dapat
disebut filosof pertama dalam pengertian modern. Sistemnya secara
keseluruhan disandarkan pada dedukasi logis, tidak seperti Heraclitos,
misalnya, yang menggunakan metode intuisi. Ternyata plato amat
menghargai metode parmenides itu. Dan Plato lebih banyak mengambil
dari Parmenides dibandingkan dengan dari filosof yang lain
pendahulunya.16

Ia berpendapat bahwa hanya pnegetahuan ynag tetap dan umum


yang mengenai yang satu sajlaah (pengetahuan budi) yang dapat
dipercaya. Pengetahuan budi itulah yang dapat dipercayai, kalau ia benar
maka sesuailah ia dengan realitas. sebab itu yang merupakan realitas
bukanlah yang berubah dan bergerak serta beralih dan bermacam-macam,
melainkan yang tetap. Realitas bukanlah yang menjadi melainkan ada. Hal
ini berbeda dengan pendapat Heraclitos yaitu bahwa realitas adalah gerak
dan perubahan.

Dalam The way of Truth  Parmanides bertanya: Apa standar


kebenaran dan apa ukuran realitas? Bagaimana hal itu dapat dipahami? ia
menjawab : ukurannya ialah logika yang konsisten. Contoh. Ada 3 cara
berfikir tentang Tuhan : pertama ada, kedua tidak ada, dan ketiga ada dan
tidak ada. Yang benar ialah ada (1) tidak mungkin meyakini yang tidak
ada (2) sebagai ada karena ayng tidak ada pastilah tidak ada. Yang (3)

16
Eka Martini, Filsafat umum, ( Palembang : Noerfiki Omset.) 2010. H.15
16

tidak mungkin karena tidak mungkin Tuhan itu ada dan sekaligus tidak
ada. Jadi, benar-tidaknya suatu pendapat diukur dengan logika.

Yang ada (being) itu ada, yang ada tidak dapat hilang menjadi
tidak ada, dan yang tidak ada tidak mungkin muncul menjadi ada, yang
tidak adalah tidak ada, sehingga tidak dapat dipikirkan. Yang dapat
dipikirkan adalah hanyalah yang ada saja sedangkan yang tidak ada tidak
dapat dipikirkan. Jadi, yang ada (being) itu satu, umum, tetap dan tidak
dapat dibagi-bagi. Karena membagi yang ada akan menimbulkan atau
melahirkan banyak ada, dan itu tidak mungkin.yang ada dijadikan dan
tidak dapat musnah.yang ada di segala tempat, oleh karenanya tidak ada
ruangan yang kosong , maka di luar yang ada masih ada sesuatu yang lain.

G. Zeno (± 490-430 SM)

Zeno lahir di Elea , dan murid dari Parmenides. Sebagai murid ia dengan
gigih mepertahankan ajaran gurunya dengan cara memberikan argumentasi
secara baik sehingga kemudian hari ia dianggap sebagai peletak dasar
dialektika.
Menurut Aristoteles, Zeno lah yang menemukan dialektika yaitu
suatu argumentasi yang bertitik tolak dari suatu pengandaian ayau
hipotesa, dan dari hipotesa tersebut ditarik suatu kesimpulan. Dalam
melawan penentang-penentangnya kesimpulan yang diajukan oleh Zeno
dari hipotesa yang diberikan adalah suatu kesimpulan yang mustahil,
sehingga terbukti bahwa hipotesa itu salah.17
Sebagai contoh dalam mengemukakan hipotesis terhadap melawan
gerak :

a. Anak panah yang dilepaskan dari busurnya sebagi hal yang tidak
bergerak, karena pada setiap saat panah tersebut berhenti di suatu
tempat tertentu. Kemudian dari tempat tersebut bergerak ke suatu
tempat pemberhentian yang lain dan seterusnya.. memang dikatakan

17
A. Fuad Ihsan, Filsafat Ilmu (Jakarta : PT. Renika Cipta ) 2010. H. 23
17

anak panah tersebut meleset hingga sampai pada yang dituju, artinya
perjalanan anak panah tersebut sebenarnya merupakan kumpulan
pemberhentian-pemberhentian anak panah.
b. Achilles si jago lari yang termasyur dalam mitologi Yunanitdak dapat
menang melawan kura0kura, karena kura-kura berangat sebelum
Achilles, sehingga Achileslebih dahulu harus melewati atau mencapai
titik dimana dimana kura-kura berada pada saat ia berangkat.setelah
Archles berada pada suatu titik, kura-kura tersebut sudah lebih jauh
lagi seterusnya sehingga jarak antara Achiles dan kura-kura selalu
berkurang akan tetapi idak pernah habis.
Argumentasi Zeno ini selama 20 abad lebih tidak dapat dipecahkan
orang secara logis. Baru dapat dipecahkan setelah para ahli matematika
membuat pengertian limit dari seri tak terhingga.

H. Empedocles (490-435 SM )

Lahir di Akragos, Pulau Sicilia, ia sangat dipengaruhi oleh ajaran kaum


Ptagorean dan aliran keagamaan refisme. Ia pandai dalam bidang
kedokteran, penyair retorika, politik dan pemikir. Ia menulis karyanya
dalam bentuk puisi , seperti Parmenides.

Dalam bukunya tentang alam dikatakan oleh Empedocles bahwa


sebenarnya tak ada menjadi dan hilang, ia mengikuti Parmenides. Ad apun
perbedaan dalam seluruh keadaan itu tak lain adalah daripada campuran
dan penggabungan unsur-unsur (rizomata) : air. Udara. Api, dan atnah.
Keempat unsur inilah yang merupakan dasar terakhir dari segala sesuatu.
Prosese penggabungan ini terpelihara oleh dua kekuatan yang saling
bertentangan, yaitu cinta dan benci. Karena cinta maka pada mulanya
keempt unsur tersebut tersusun dalam keseimbangan , adapun bencilah
yang mencerai beraikan keseimabangan yang semula itu. Cinta lalu
mengambil tindakan dan mengembalikan yang semula.tetapi dicerai
beraikan lagi oleh benci. Penegtahuan tidak lain daripada proses
18

pergabungan : karena tergabung dengan tanah, kita tahu akan tanah,


tergabung dengan air kta tahu akan air.18
Dengan demikian, dalam kejadian di alam semesta ini, unsur cinta
dan benci selalu menyertai. Juga, proses penggabungan dan penceraian
tersebut berlaku untuk melahirkan anak-anak makhluk hidup. Sedangakn
manusia pun terdiri dari empat unsur (api, udara, tanah dan air) juga
mengenal akan empat unsur. Hal ini karena teori pnegenalan yang
dikemukakan oleh Empedocles bahwa yang sama mengenal yang sama
I. Anaxagoras (±499-20 SM )
Ia dilahirkan di kota Klazomenai, Lonia, kemudian menetap di Athena
selama 30 tahun. Anaxagoras adalah ahli pikir yang pertama yang
berdomisili di Athena , dimana dikemudia hari Athena inlah menjadi pusat
utana perkembangan filsafat yunani samapi abad ke 2 SM.19

Pemikirannya, realitas bukanlah satu , akan tetapi terdiri dari


banyak unsur dan tidak dapat dibagi-bagi, yaitu atom. Atom ini sebagai
bagian dari materi yang terkecil dari materi sehingga tidak dapat terlihat
dan jumlahnya tidak terhingga.

Tentang terbentuknya dunia (kosmos), atom-atom yang berbeda


bentuknya saling terkait, kemudian digerakkan oleh puting beliung.
Semakin banyak atom yang bergerak akan menimbulkan pusat gerak atom
(atom yang padat).yang disebut realitas seluruhnya adalah sebagai suatu
campuran yang mengandung semua benih-benih . di dalam tiap benda
mengandung benih. Indera kita tidak dapat melihat semua benih yang ada
di dalamnya. Hanya bisa melihat benih yang dominan. Misalnya, kita
melihat emas ( yang telihat emas, karena warna kuning yang dominan),
walaupun benih-benih yang lain seperti perak, besi, tembaga terdapat
didalamnya.

Pemikirannya tentang nus, bahwa apa yang dikemukakan oleh


Empedocles tentang cinta dan benci yang menyebabkan adanya
18
Mudzakir, Filsafat umum, ( Jakarta : Budi Pustaka) 2005, h. 6
19
Lasiyo yuwono, Pegantar Ilmu Filsafat untuk umum, (Yogyakarta : Liberty) 1985, h. 6
19

penggabungan dan penceraian, maka Anaxagros mengemukakan yang


menyebabkan benih-benih menjadi kosmos adalah nus, yang berarti roh
atau rasio, tidak tercampur dengan benih-benih dan terpisah dari semua
benda. Oleh karena ajrannya tentang nus inilah Anaxagoras untuk pertama
kalinya dalam filsafat dikenal adanya perbedaan antara jasmani dan yang
rohani.

J. Democritos (460-370 SM)

Ia lahir di kota Abdera di pesisir Thrake di Yunani Utara. Karena ia


berasal dari keluarga yang kaya raya, maka dengan kekayaannya itu ia
bepergian ke Mesir dan negeri –negeri Timur lainnya. Dari karya-
karyanya ia telah mewariskan sebanyak 70 karangan tentang bernacam-
macam masalah seperti, kosmologi, matematika, astronomi, logika, etika,
teknik, mesin, puisi dan lain-lain. Sehingga ia dipandang sebagai seorang
sarjana yang menguasai banyak bidang.

Pemikirannya, bahwa realitas bukanlah satu, tetapi terdiri dari


banyak unsur dan jumlahnya tak terhingga. Unsur-unsur tersebut
merupakan bagian materi yang sangat tidak dapt dibagi-bagi lagi. Unsur
tersebut dikatakan sebagai atom yang berasal dari satu dari yang lain
karena ini tidak dijadikan dan tidak dapat dimusnahkan, tidak berubah dan
tidak berkualitas

Menurut pendapatnya, atom-atom itu selalu bergerak, berarti harus


ada ruang yang kosong. Sebab satu atom hanya dapat bergerak dan
menduduki satu tempat saja. Sehingga Democratos berpendapat bahwa
realitas itu ada dua, yaitu : atom itu sendiri (yang patuh) dan ruang tempat
atom bergerak (kosong).

Democritos pun membedakan adanya dua macam pengetahuan,


yaitu pengetahuan indera yang keliru dan pengetahuan budi yang
sebenarnya.”ada dua pengetahuan katanya, pengetahuan yang sebenarnya
20

dan pengetahuan yang tidak sebenarnya. Adapun yang tidak sebenanya


adalah penglihatan, penciuman, rasa”.20

20
Amsal bakhtiar, filsafat pengantar ilmu, (Jakarta : Pt. Rajawali ) 2005, h. 83
21

BAB IV

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT YUNANI KUNO

A. Mazhab Milesian (Menyatukan Yang Terserak)

Mazhab filsafat barat pertama muncul di Miletos, pantai di Asia Minor,


dimana sekarang merupakan pantai barat Turki, skitar tahun 590 – 530
SM. Mazhab ini banyak dipengaruhi oleh pemikiran dari Babylonia
(khususnya matematika, dan astronomi Babylonia); Mesir; dan timur jauh.
Teknologi yang tempo itu berkembang pesat di sana, juga ditengarai,
berpengaruh kuat pada kemunculan mazhab filsafat ini. Seperti yang telah
dicatat sebelumnya, langkah penting yang telah mereka buat adalah bahwa
mereka secara sadar, membuang gagasan – gagasan tentang mistik, dan
menggantinya dengan penalaran logis tentang alam. Hal ini merupakan
pergeseran pandangan yang cukup radikal, dan tentunya tidak dapat
diselesaikan dengan segera. Gagasan – gagasan mereka banyak
dipengaruhi oleh kosmogoni yang lebih tua, seperti pandangan bahwa
semesta berasal dari sesuatu yang tak terbatas, dan kesatuan yang tidak
berbentuk (suatu gagasan yang hingga kini masih dipegang oleh
pandangan keagamaan tertentu). Gagasan ini dapat ditemukan dalam teks
– teks keagamaan Ibrani; Mesir; Babylonia; dan Yunani sendiri (yang
mana dalam kosmogoni Babylonia, dan Yunani, semesta pada awalnya
merupakan suatu ketakterhinggaan awan penghujan).

Miletos pada waktu itu merupakan pelabuhan terkemuka, dan pusat


perdagangan antara dunia barat, dan dunia timur. Pada waktu munculnya
mazhab filsafat Milesian, kota Miletos sudah berumur 500 tahun, dan
merupakan suatu kota yang terpandang secara kebudayaan, dan ekonomi
di wilayah Ionia. Menurut Pliny, terdapat setidaknya 90 koloni Miletos
yang tersebar di Laut Aegea, atau bahkan lebih jauh lagi. Sejarawan, dan
Arkeolog, telah memastikan keberdaan 45 koloni di antaranya. Ketika itu,
Miletos merupakan tempat yang sangat nyaman untuk ditinggali.
22

Meskipun lebih kecil, mungkin tempat ini mirip dengan pelabuhan dagang
di Tanjung Priok sekarang, tentunya dengan kondisi perekonomian, dan
kesehatan, serta iklim yang berbeda. Dari segi pertahanan, dan keamanan,
Miletos relatif aman, berkat perlindungan militer dari Kerajaan Lydia di
timur, yang mana perjanjian ini diteruskan oleh Kekaisaran Persia yang
menaklukan Lydia pada tahun 546 SM, di masa akhir kehidupan Thales.
Seperti juga pada pelabuhan moderen di Amsterdam, Tanjung Priok,
Hongkong, dan Singapura, keamanan di sana dikarenakan kemakmuran
yang didapat dari perdagangan, dan juga ekspor produk – produk kayu
lokal yang saat itu cukup terkenal. Singkatnya Miletos waktu itu
merupakan persilangan perdagangan, dan budaya dari berbagai pusat
peradaban.

Umumnya sikap masyarakat Miletos nampak bersahabat terhadap


orang – orang asing yang singgah. Kekuatan ekonomi kota ini dipegang
oleh kaum pedagang, yang mana pandangan mereka terhadap suatu
kepercayaan lebih pragmatis, dan penilaian mereka hanya berdasarkan
materi belaka. Perekonomian di sana juga disokong oleh kehadiran tenaga
ahli seperti, insinyur; paramedik; penempa; arsitek; dan manajer keuangan.
Sementara para pemilik modal, lebih bisa menikmati gaya hidup mewah,
meliputi sastra; kerajinan tangan; musik; dan kesenian lainnya.

Pada pemerintahan teokratik, tidaklah memungkinkan ditemukan


suatu masyarakat pragmatis, yang mengagung – agungkan kesenian luhur.
Contohnya, pada Kekaisaran Mesir tempo itu, yang mana pandangan
masyarakatnya sangat dibatasi oleh kekuasaan kaum ‘brahmana’. Sebagai
nusa silang – budaya, membuat kepercayaan agama masyarakat Miletos
pun beragam. Tampak, bahwa kepercayaan religius berdampak kecil pada
gaya hidup masyarakat Miletos. Masyarakat kelas atas di sana hidup
dipenuhi dengan kesenian adiluhung, dan mereka menganggap hal ini
bukan datang dari Tuhan, melainkan dari usaha manusia.
23

Dua abad setelahnya, Platon, dan Aristoteles, mempertegas, bahwa


kemakmuran Miletos merupakan hal utama munculnya kebebasan
intelektual kalangan atasnya. Aristoteles dalam Metafisika, berpendapat,
bahwa, “sesudah pemenuhan kebutuhan utamalah, dan ketika kehidupan
tampaknya mudah untuk dijalanilah, pemenuhan akan kebutuhan
intelektual dimulai”, ia kemudian menambahkannya dengan menulis,
“pengetahuan ini pertamakali muncul di waktu senggang mereka.
Karenanya, seni matematika di Mesir berkembang pertamakali di kalangan
pendeta yang memiliki banyak waktu senggang”.

Agaknya pandangan Aristoteles ini juga masuk akal pada dunia


kita saat ini, di mana pemikiran – pemikiran filsafat umumnya tumbuh
bukan pada kalangan marjinal, melainkan pada kalangan berpunya yang
memiliki cukup waktu untuk studi serius. Berikut ini ditampilkan
perbandingan antara Miletos, dan kebudayaan lainnya waktu itu, yang
mana menjelaskan mengapa filsafat barat dapat lahir di sana:

1. Miletos dikelilingi oleh pusat kebudayaan terkemuka waktu itu,


karena kota tersebut merupakan jalur perhubungan penting
antara peradaban dunia timur, dan barat, sehingga
masyarakatnya terbiasa untuk melihat kekayaan intelektual, dan
budaya kedua kutub kebudayaan tempo itu

2. Kemakmuran Miletos, dan kekuasaan yang terletak di tangan


kaum aristokrat pedagang, dan jaminan keamanan dari kerajaan
lain, membuat para aristokrat di sana mempunyai banyak
waktu luang untuk memuaskan keingintahuan mereka. Selain
itu, sikap pragmatis khas pedagang, membantu perkembangan,
dan memupuk sikap ilmiah, yang mencakup kemampuan
rekayasa, medis, hingga astronomi. Hingga, terdapat semacam
‘perlombaan’ kemampuan ilmiah untuk menarik perhatian
warga kota
24

3. Sebagaimana umumnya pada masyarakat pesisir pelabuhan


yang ramai, kepercayaan yang dianut oleh warga Miletos tidak
begitu kuat. Hal ini membuat mudah saja bagi perkembangan
mazhab filsafat di sana. Warga kota pun, agaknya tidak begitu
merasa terusik dengan gangguan doktrin agama lewat
rasionalitas yang diperkenalkan oleh filsuf – filsuf awal.

Pra – kondisi seperti itulah yang membantu perkembangan mazhab


filsafat barat awal, tanpa kendala yang berlebihan. Platon, dan Aristoteles
tidak meragukan pandangan ini. Keduanya berpandangan, bahwa kelahiran
filsafat diawali dengan kekaguman, dan kuriositas terhadap dunia
sekeliling (Platon dalam Thaetetos, Aristoteles dalam Metafisika). Hal
ini dicirikan dengan kecintaan pada kebenaran, dan pengetahuan pada
kebenaran, dan pengetahuan itu sendiri, yang mana sama sekali terlepas
dari motivasi praktikal, dan utilitarian. Arsitoteles akan membedakan lebih
lanjut antara para teolog yang mencampuradukan rasa ingin tahu mereka
dengan pendambaan akan keilahian, yang disebutnya sebagai ‘sofis
mistik’, dengan filsuf yang memang mendambakan pengetahuan, dan
kebenaran objektif. Bagi Aristoteles, filsuf Mazhab Milesian ini,
merupakan mereka yang benar – benar mencari kebenaran universal
berdasarkan causa naturalis – nya.

Seperti yang kita jumpai sekarang, pandangan Aristoteles tentang


filsuf ini agak mirip dengan saintis moderen yang mencari hukum –
hukum umum yang mengatur semesta. Ini menunjukkan, bahwa pengaruh
Aristoteles masih sangat kuat di berbagai bidang ilmu pengetahuan dewasa
ini. Meskipun demikian, kita harus cermat dalam membaca penafsiran
Aristoteles terhadap Mazhab Milesian, dan kelahiran filsafat. Kendati ia
menawarkan detail historis, ia juga banyak menambahkan pandangannya
sendiri, seperti pembedaan yang tegas antara teologi, dan fisika, yang
mana sebenarnya keduanya tampak sama dalam pandangan filsuf – filsuf
25

Milesian. Filsuf –filsuf Milesian adalah Thales, Anaximandros, dan


Anaxsimenes.21

B. Pythagoras Dan Heraklitos (Gagasan – Gagasan Tentang Forma)

Problema tentang arkhe ini menjadi tidak akan pernah selesai, tanpa
didukung struktur pemahaman yang lebih mendalam. Karena itulah filsuf
– filsuf kemudian membutuhkan jaminan ontologis tentang forma yang
dapat menjadi dasar dari bangunan pemikiran yang hendak mereka
jabarkan.

Mazhab Pythagorean merupakan salah satu jejak intelektual yang


terpenting yang pernah ditinggalkan peradaban manusia. Pemikiran
mereka, utamanya di bidang matematika memegang peranan penting
dalam komunitas matematika sezamannya. Di lain pihak, filsafat
Heraklitos merupakan reaksi terhadap filsafat Pythagorean, dan Milesian.
Gagasan Heraklitos pun tak kalah pentingnya, jika kita hendak memasuki
pemikiran postmoderen dari jalur Nietzschean, ada baiknya kita menengok
kembali sajak – sajak mbeling Heraklitos, untuk kemudian
membandingkannya dengan aforisme Nietzsche.22

a. Mazhab Pythagoras

Dikatakan, bahwa ia sebelumnya merupakan murid dari


Anaximandros. Pythagoras meninggalkan Asia Minor, kemungkinan
karena pemerintahan tiran Polykrates, kemudian ia berkeliling sebagai
musafir, dan akhirnya menetap di Kroton, di mana sekarang terletak di

21
Sandy Hardian Susanto Herho. Pijar Filsafat Yunani Klasik, (Bansung : Perkumpulan Studi Ilmu
Kemasyarakatan ITB, 2016). h. 19 - 24

22
Sandy Hardian Susanto Herho. Pijar Filsafat Yunani Klasik,. h. 24 -27
26

Italia Selatan. Di sana ia mendirikan sebuah sekolah yang menurut


Platon sangat berpengaruh. Pengikutnya dapat dikenali melalui
lambang pentagram, yang mana kemudian aliran filsafat sekolah ini
seringkali disebut sebagai filsafat mistik.

Pythagoras dalam pandangan awam filsafat di dunia moderen ini,


adalah merupakan sosok pemikir terbesar semasa Pra – Sokratik. Hal
ini mungkin diakibatkan oleh pengaruhnya yang cukup besar pada
filsafat Platon, dan Aristoteles. Filsafat Pythagorean bercampur aduk
dengan religiusitas mistis yang menganggap penyelidikan rasional
merupakan sebentuk bakti pada semesta (kosmos).

Kosmos dalam pandangan Pythagorean dipandang sebagai sesuatu


yang hidup. Bagi Pythagoras, semesta adalah keseluruhan, tanpa suatu
akhir (telos); di mana kita (atau setidaknya jiwa kita) merupakan
bagian darinya. Pythagoras mempercayai perpindahan jiwa, karenanya
penganut mazhab ini dilarang mengkonsumsi daging (karena bisa jadi
itu merupakan transformasi jiwa leluhur kita). Filsafat baginya,
merupakan suatu usaha untuk mempelajari, dan memahami kosmos, di
mana pada akhirnya, diharapkan filsafat merupakan jembatan bagi
kebersatuan sang filsuf dengan kosmos. Kosmos dalam pemikiran
Pythagoras merupakan sebentuk tatanan ‘bawaan’ , atau pola
kedalaman, yang mana dalam filsafat belakangan dikenal sebagai
forma. Ini merupakan ide baru yang mana tidak terpikirkan
sebelumnya oleh filsuf – filsuf Milesian yang berfokus hanya pada
dunia material.

Matematika merupakan piranti esensial guna mempelajari forma,


dan struktur kenyataan, bagi kaum Pythagorean. Bilangan dipandang
sebagai suatu ‘tanda’ keilahian, suatu ‘jalan’ menuju kosmos, dan
karenanya sifat – sifat bilangan dapat menyingkapkan pola kosmos.
Menurut Pythagoras, segala hal di semesta ini (bahkan keadilan
sekalipun), hanya dapat didekati kenyataannya lewat bilangan. Pola
27

yang terpenting dalam semesta adalah hubungan harmonik, yang mana


bagi Pythagoras juga ditemukan pada musik. Maka dari itu, kosmologi
bagi Mazhab Pythagorean merupakan sebentuk orkestra semesta yang
diperantarai oleh bilangan sebagai tangga nada. Kosmos tidak
mempunyai akhir, akan tetapi memiliki awal.

Awalnya merupakan sebentuk benih di dalam ruang – waktu


ketakterhinggaan, di mana di bagian tengahnya berupa inti yang
bernyala. Benih kosmos ini kelak berproses, menjadikan semesta yang
tak terbatas, melalui penggambarannya yang distrukturisasi via
bilangan. Proses penggambaran semesta ini dikenal dengan istilah,
‘inspirasi’, yang beredar di sekitar pijar api abadi inti. Konsep inilah
yang 2000 tahun sesudahnya menginspirasi Copernicus untuk
mencetuskan gagasan heliosentris – nya.

Kebanyakan pengetahuan yang kita dapat tentang Mazhab


Pythagorean berasal dari Platon. Sangat sulit untuk membedakan
pemikiran Pythagoras sendiri, dan tambahan yang diberikan Platon
secara manasuka. Filsafat Pythagorean sangat berpengaruh pada
pandangan metafisika Platon. Platon mengadopsi keseluruhan gagasan
Pythagoras mengenai jiwa yang abadi, dan pandangan matematis
dalam mencandra semesta. Platon juga mengikuti pandangan
Pythagorean tentang definisi filsafat sebagai sarana kebersatuan
dengan yang ilahi. Pemikiran Platon tentang eidos sebagai forma
tertinggi juga nampak dalam Mazhab Pythagorean. Pandangan
metafisika Pythagoras akan banyak didetailkan oleh Platon.

b. Mazhab Heraklitos

Yang menarik dari pandangan filsafatnya adalah penerimaannya


terhadap gagasan sehari – hari, yaitu segala yang ‘ada’, selalu berubah.
Heraklitos menerima kenyataan yang dinamik ini sebagai yang
fundamental di semesta, ketimbang berpegang pada gagasan abstrak
tentang ‘ada’ ultima.
28

Meskipun demikian, Heraklitos juga percaya akan dinamika abadi


yang memang telah dirancang sesuai dengan logos universal, atau
dalam istilah sains moderen seringkali disebut sebagai formula.
Heraklitos berpendapat, bahwa prinsip dari logos adalah keselarasan
dalam kontradiksi, dan eksistensi tercipta ketika terjadi pertentangan.
Logos ini bersifat material, sekaligus non – material. Heraklitos
menggambarkannya sebagai api, karena selalu bergerak, selalu
‘menjadi’, sebentuk khaos yang membantu segalanya untuk
bertransformasi. Semesta ini penuh dengan hal – hal yang
bertentangan, awal/akhir; malam/siang; muda/tua; hidup/mati;
bangun/tidur; panas/dingin; basah/kering; dll. Jadi, baginya tidak ada
sebentuk kesetimbangan statis, melainkan pertentangan tersebut selalu
berada dalam kesetimbangan dinamis, antara khaos – kosmos – khaos
– kosmos, dst. Segala sesuatu selalu ‘menjadi’ dalam gerak abadi, dan
tidak ada kejadian yang sama.

Sangat sulit untuk memahami filsafat Heraklitos, karena fragmen –


fragmen yang tersisa darinya seluruhnya dituliskan dalam gaya
aforistik. Sementara itu, Platon dengan mudahnya mensimplifiksi
filsafat Heraklitos dalam kalimat, “Tidak ada suatu pun yang tetap,
segalanya ‘menjadi’ ”. Sejauh ini, masih terdapat perdebatan tentang
apakah terdapat ‘ide fiks’ dalam gagasan filsafat Heraklitos. Bagi
Heraklitos, segalanya tampak seperti api, pun demikian dengan jiwa
manusia.

Terdapat gagasan Heraklitos tentang yang ‘partikular’, cukup


berpengaruh dalam metafisika Platon. Bagi Aristoteles, filsafat
Heraklitos dianggap sebagai filsafat yang ceroboh, dengan demikian
pemikiran ‘Sang Gelap’ tidak diterima olehnya. Meskipun demikian,
di era postmoderen, kritik terhadap ontologi banyak yang
menggunakan argumen Heraklitos sebagai pisau analisisnya.
29

C. Mazhab Elea (Memahami Realitas Yang Tak Berubah)

a. Parmenides

Naskah Parmenides terdiri dari tiga bagian:23

- Pertama, adalah prooimion, yang merupakan pengantar dari


keseluruhan naskah tersebut;

- Bagian kedua disebut aletheia, yang dikenal sebagai ‘jalan


kebenaran’, dan juga merupakan wacana filosofis;

- Bagian ketiga adalah doxa, yang dikenal sebagai ‘jalan pendapat’,


yang merupakan pengungkapan gejala alam.

Karya Parmenides termasuk yang sulit untuk dipahami, sehngga


terdapat berbagai interpretasi terhadapnya, umumnya, dapat
dikelompokkan tiga aliran interpretasi terhadap Parmenides sebagai
berikut:

- Interpretasi monis yang ketat, yang memandang bahwa Parmenides


hanya melihat adanya satu ‘ada’ dalam eksisten yang tidak berubah,
dan tidak berbeda.

- Interpretasi logis – dialektis, yang memahami bahwa argumen –


argumen Parmenides didorong oleh pertimbangan ketat logis,
ketimbang dilatar belakangi oleh agenda kritik terhadap pendahulunya,
yakni filsuf Milesian, dan Mazhab Pythagorean.

23
Sandy Hardian Susanto Herho. Pijar Filsafat Yunani Klasik,. h.27
30

- Interpretasi meta – prinsip, yang menyatakan bahwa Parmenides


bukanlah seorang monis sejati, melainkan pendukung dari apa yang
dikenal sebagai monis predikasional, yakni aliran yang meyakini,
bahwa setiap ‘ada’ yang ada hanya dapat merupakan satu ‘ada’, dan
hanya dapat memiliki satu predikat yang menyatakan ada itu apa, dan
harus menyatakannya dengan tegas. Menurut interpretasi ini,
Parmenides terlibat dalam refleksi kritis terhadap prinsip – prinsip
fisika dari para pendahulunya.

Posisi filsafat ‘Ada’ dari Parmenides seringkali diterangkan


sebagai yang memiliki preferensi pada kekekalan sebuah ‘ada’ di atas
fluktuasi aliran realitas yang ‘menjadi’. Cuaca selalu berubah, dari
mendung menjadi cerah, kemudian cerah berawan, kemudian kembali
mendung. Dan bukan hanya cuaca yang berubah, segala sesuatu di
sekitar kita pun, bahkan kita sendiri juga terus berubah. Jika demikian,
apakah yang dapat dipegang di dunia ini? Kalau yang dijadikan
pegangan adalah penampakan yang senantiasa berubah, itu bukan lagi
pegangan yang akan membawa kita ke ‘jalan kebenaran’. Penampakan
hanyalah membawa kita ke pengetahuan derajat kedua (sekunder,
setingkat ‘opini’ belaka). Misalnya, di hadapan kita terdapat seekor
‘makhluk hidup yang nampak seperti kuda’. Di depan makhluk hidup
itu, pengetahuan yang dapat diperoleh manusia hanyalah pengetahuan
kurang – lebih (maksudnya, ‘kurang – lebih salah’, bila ternyata
makhluk tersebut hanyalah kambing; tetapi dapat juga ‘kurang – lebih
benar’, bila kambing tersebut dapat ditunggangi layaknya kuda).
Pengetahuan di tingkat ini tidak pernah benar secara mutlak; yang ada
hanyalah perdebatan opini ‘kurang – lebih’. Bagaimana orang yang
melihat makhluk tersebut sebagai kuda? Mekanismenya kurang lebih
sebagai berikut:

Orang dapat mengatakan makhuk itu tampak sebagai kuda, karena


ia memiliki bayangan (representasi) kuda berdasarkan pengalamannya
melihat kuda – kuda sebelumnya. Pengetahuan ini tidak sempurna,
31

tidak pernah mencapai kebenaran yang mutlak. Lalu, jalan ke


pengetahuan yang dapat mencapai kebenaran sejati (sesuai dengan
petunjuk dewi aletheia), harus dijalani secara bagaimana? Pengetahuan
yang benar, dan sempurna adalah pengetahuan tentang ‘Ada’.
Parmenides terkenal dengan ungkapan, “Yang ‘Ada’, ada, dan yang
tidak ada, tidak dapat dipikirkan”. Yang ‘Ada’adalah dasar dari
keberadaan segala sesuatu (menjadi dasar ontologi). Secara ontologis,
‘Ada’ – lah yang mengadakan segala sesuatu. Secara logis, hanya
‘Ada’ ada, sedangkan yang tidak ada jelas tidak dapat dipikirkan, tanpa
‘Ada’ itu sendiri. Jika pengetahuan (rasio) kita dapat memikirkan
segala sesuatu, itu berkat adanya sang ‘Ada’. Bagi Parmenides,
pengetahuan tentang ‘Ada’ dalam dirinya sendiri itulah, yang
merupakan pengetahuan paling sempurna. Sedangkan ‘tidak ada’ bagi
Parmenides, tidak dapat dipikirkan. Sebab, semuanya dilingkupi dalam
lingkaran bulat mampat ‘Ada’, yang lewatnya, kita lalu dapat berpikir
tentang adanya segala sesuatu.

Dengan demikian, pengetahuan sekunder (empiris, dan opini)


adalah pengetahuan tentang manifestasi – manifestasi ‘Ada’. Karena
hanya bersinggungan dengan manifestasinya yang selalu berubah –
ubah, maka bukanlah bentuk pengetahuan yang tertinggi, bahkan
pengetahuan ini dapat menyesatkan. Sedangkan pengetahuan tertinggi,
adalah pengetahuan yang memikirkan ‘Ada’ pada dirinya sendiri. Dan
justru ‘Ada’ itu sendiri yang memungkinkan adanya pengetahuan. Jika
pemikiran identik dengan ‘Ada’, bika pemikiran, dan ‘Ada’ berada
dalam lingkaran pejal, berpikir adalah ‘Ada’ itu sendiri, maka persis di
situlah kesulitannya. Identifikasi keduanya sedemikian rapat, dan ketat,
sehingga pemikiran tidak mungkin dapat mengatakan ‘Ada’ tersebut,
karena begitu mau mengatakannya, artinya pemikiran jatuh dalam
representasi, dan manifestasi ‘Ada’. Dan, pada level ini, pemikiran pun
jatuh ke pengetahuan sekunder. Kesimpulannya, pengetahuan tertinggi
tentang ‘Ada’, tetap mungkin, tetapi karena di titik ini
32

persinggungannya begitu rapat, maka pengetahuan ini ‘tidak dapat


diungkapkan’.

b. Zenon dari Elea

Zenon lahir di Eleates. Ia hidup dalam kurun 490 – 430 SM. Dipercaya
bahwa, Zenon merangkum seluruh pemikirannya pada sebuah bukunya
yang terbit sekitar tahun 460 SM. Ia dikenal dengan pendapat –
pendapatnya yang tidak lazim dalam argumentasi metafisika, dan semi
– matematika, yang mana masih sering didiskusikan hingga hari ini.
Pada masa hidupnya, Zenon bertujuan untuk mempertahankan
argumen – argumen Parmenides, dan untuk menghantam pendapat –
pendapat kaum pluralis, yang mana hendak menghancurkan tesis –
tesis utama yang diajukan Parmenides. Pendapat – pendapat, dan
paradoks – paradoks – nya seringkali dituliskan dalam bentuk
dialektika, hal ini nampaknya merupakan sesuatu yang baru dalam
tradisi filsafat tempo itu.

Terdapat empat buah paradoks dari enam buah paradoks yang


diungkapkan Zenon, yang sekiranya penting untuk dibahas di sini.
24
Empat buah paradoks itu, antara lain:

1. Paradoks Dikotomi

Sebuah benda yang bergerak, tidak akan pernah mencapai tujuan.


Pertama – tama benda harus menempuh segmen setengah perjalanan.
Lalu, sesudah itu, benda tersebut harus melewati banyak segmen:
seperempat, seperdelapan, seperenambelas, sepertigapuluhdua, dst.
Sedemikian, hingga jumlah perjalananya menjadi tak hingga. Karena
mustahil melakukan perjalanan sebanyak tak hingga, maka benda
tersebut tidak akan pernah sampai tujuan.
24
Sandy Hardian Susanto Herho. Pijar Filsafat Yunani Klasik,. h. 33
33

2. Paradoks Akhilleus, dan Kura – Kura

Akhilleus, dan kura – kura melakukan lomba lari. Karena Akhilleus


merupakan sesosok ksatria yang sombong, ia mengijinkan kura – kura
‘lambat’ untuk memulai lari terlebih dahulu. Agar dapat menyamai
kedudukan kura – kura, Akhilleus menetapkan sasaran ke posisi,
dimana kura – kura saat ini berdiri. Akan tetapi, setiap kali Akhilleus
bergerak maju, kura – kura pun juga bergerak maju. Ketika Akhilleus
sampai ke posisi kura – kura, kura – kura sudah berada di depannya.
Lalu, Akhilleus mengejar posisi kura – kura yang sekarang. Akan
tetapi, setibanya di sana, kura – kura sudah bergerak maju lagi, begitu
seterusnya, hingga akhirnya mustahil bagi Akhilles untuk
memenangkan lomba lari tersebut.

3. Paradoks Anak Panah

Misalnya, kita membagi waktu sebagai deret ‘masa kini’. Kemudian


kita melepaskan anak panah. Di setiap ‘masa kini’, anak panah
menempati posisi tertentu di udara. Oleh karena itu, anak panah dapat
dikatakan diam sepanjang waktu.

4. Paradoks Stadion

Terdapat tiga buah barisan penonton A, B, dan C di dalam stadion.


Barisan A dianggap diam di tengah stadion. Seementara B, dan C
masing – masing terletak di ujung kiri, dan kanan A. Kemudian, B dan
C bergerak saling mendekati dengan kecepatan yang sama, dan hendak
bersejajar dengan A. Anatara ‘ sebelum’, dan ‘sesudah’, titik C paling
kiri melewati dua buah B, tetapi hanya sebuah A. Berarti waktu C
untuk melewati B sama dengan setengah waktu untuk melewati A.
Padahal A, dan B adalah unit yang identik.

Secara umum, terdapat dua buah tema yang dominan dalam


Paradoks Zenon, yaitu gerak, dan ketakterhinggaan. Zenon
34

menganggap, bahwa perubahan di dunia bersifat semu. Pendapat ini,


kemudian tercermin lewat empat buah paradoks yang telah
dikemukakan.

Sebagaimana telah disebutkan di atas, Zenon merupakan sosok


filsuf yang tidak percaya akan gerak, dan perubahan. Lewat empat
paradoks yang telah dikemukakan, ia ingin memastikan sebentuk
‘Ada’ realitas. Sebagai seorang pengikut Parmenides, Zenon
berpendapat, bahwa semua gerak benda bersifat semu. Untuk
membuktikan keyakinannya, ia lalu merancang serangkaian paradoks.

Terlepas dari klaim benar – salah, paradoks – paradoks ini


kemudian membawa pada kemajuan matematika. Kejanggalan
paradoks 1, dan 2, misalnya, dapat dijelaskan lewat deret konvergen.
Dengan menggunakan konsep limit yang dipelajari dalam bidang
kalkulus, matematikawan dapat menjumlahkan irisan – irisan kecil
yang mendekati, tak hingga. Menariknya, meskipun irisan – irisannya
tak hingga, akan tetapi jika diintegralkan, ternyata jumlahnya
berhingga.

D. Empedokles, Dan Anaxagoras (Kemajemukan Elemen)

a. Empedokles

Empedokles hidup pada perioda 490 – 430 SM. Ia merupakan seorang


Sisilia. Pendekatan filsafatnya tentang unsur – unsur utama yang
berbeda sangat berpengaruh di kemudian hari. Ia merupakan seorang
yang pertamakali menggunakan teori tentang unsur, sebagaimana yang
kita pahami dalam dunia moderen saat ini. Kita mengenali gagasannya
melalui dua buah kumpulan sajaknya, yang pertama berjudul, Peri
Phuseos, dan yang kedua berjudul, Katharmoi (berkisah tentang
kepercayaan religiusnya tentang alam). Teorinya tentang dunia,
nampaknya berasal dari observasi. Hasil observasinya menunjukkan,
35

bahwa semesta ini terbagi menjadi empat macam elemen, yaitu api, air,
tanah, dan udara.

Keempat elemen ini, seperti juga gagasan tentang arkhe


sebelumnya, bersifat abadi; tidak dapat dihancurkan; dan tidak dapat
dijadikan, atau dengan kata lain tanpa awal, dan akhir. Segala
perubahan di alam, merupakan hasil pencampuran, dan pemisahan
keempat elemen ini. Fenomena – fenomena kompleks yang kasat mata,
seperti struktur geologi; galaksi; rasi bintang; bukanlah merupakan
realitas yang sebenarnya, akan tetapi hanyalah kombinasi semenatara
dari keempat elemen tadi. Nampaknya, Empedokles menerima
argumen para filsuf Elea, tentang kemungkinan ketiadaan ruang –
kosong, akan tetapi ia tetap memegang gagasan tentang gerak
‘kemenjadian’, yang mana terjadi karena pencampuran elemen –
elemen berbeda pada ruang.

Kini yang menjadi pertanyaan adalah, apakah yang men – drive


berbagai perubahan yang secara konstan terjadi di dunia. Di sini,
Empedokles, dengan lebih menggunakan pola pikir mistik,
menyatakan, terdapat dua prinsip yang menggerakan elemen – elemen
tersebut, yaitu cinta; dan konflik. Cinta beroperasi untuk menyatukan
elemen – elemen, sedangkan konflik yang memisahkannya. Pandangan
Empedokles di sini, sama sekali tidak bersifat abstrak, dan tidak
bernyawa. Dalam sajak – sajaknya, Katharmoi, ia berpendapat bahwa
konflik adalah sebentuk kejahatan, dan cinta idem dengan kebaikan.
Alam semesta merupakan gerakan tanpa henti, dari dominannya cinta,
hingga kondisi di mana konflik memegang peranan. Empedokles
merupakan seorang yang optimis, ia percaya bahwa akan ada
waktunya, di mana cinta akan berkuasa, dan manusia yang sebenarnya
telah jatuh dalam perpecahan akan diberkati, melalui kesatuan masing
– masing jiwa. Kedosaan bagi Empedokles disebabkan oleh
perpecahan jiwa (konflik), utamanya akibat memakan hewan.
Empedokles, nampaknya kerap kali berpendapat, bahwa manusia
36

agaknya harus menempuh beberapa kali reinkarnasi, agar


membebaskannya dari konflik, dan mencapai kepenuhan cintanya.

Empedokles merupakan salah satu dari phusikoi yang paling


berpengaruh. Baik Platon, maupun Aristoteles, menerima gagasannya
tentang keempat elemen, dan prinsip cinta, dan konflik yang ia ajukan.
Kedua gagasan ini akan sedemikian berpengaruhnya dalam peradaban
barat.25

b. Anaxagoras

Anaxagoras diperkirakan hidup sekitar tahun 500 – 428 SM.


Sayangnya, hanya sedikit yang kita ketahui tentangnya, bahkan tahun
hidupnya pun masih kontroversial. Ia merupakan seorang yang
terkenal di Athena yang hidup sezaman dengan Perikles, dan terdapat
banyak penulis yang terinspirasi olehnya, salah satunya Euripides. Kita
mengenal gagasannya melalui fragmen – fragmen teksnya yang
tercecer, dan disertai

komentar oleh Aristoteles. Nampaknya, pada tahun sekitar 450


SM, ia diusir dari Athena karena dianggap atheis, dan meninggal di
pembuangannya.

Gaya berfilsafat Anaxagoras, tidak terlalu menekankan aspek


religiositas, dibandingkan filsuf – filsuf Elea, dan kaum pluralis
lainnya. Filsafatnya lebih dekat dengan filsafat – filsafat Milesian. Dua
hal yang menjadi penciri filsafatnya, adalah:

1. Ia memperkenalkan konsep baru yang sepenuhnya tidak material,


sebagai arkhe, yaitu akal budi.

2. Bentuk pluralisme yang ekstrem, di mana semua benda di dunia


mengandung seluruh unsur benda lain, dalam proporsi tertentu.

25
Sandy Hardian Susanto Herho. Pijar Filsafat Yunani Klasik,. h. 34
37

Langkah awal berfilsafatnya sangatlah penting untuk dicatat,


dengan memperkenalkan akal budi sebagai suatu entitas yang terpisah
sepenuhnya dari dunia fisik. Baginya, akal budi merupakan penyebab
utama segala hal yang terjadi di dunia, yang mana akal budi ini tidak
ditemukan dalam dunia material, kecuali pada makhluk hidup. Pada
permulaan dunia, akal budi – lah yang memprakarsai penciptaan,
dalam sebentuk massa terdifirensiasi purba, gerakan rotasional vorteks
kemudian memisahkan bagian – bagian massa yang berbeda, sehingga
menghasilkan hasil yang tak serba sama yang kita lihat hari ini. Setiap
materi yang kita lihat hari ini, mengandung seluruh unsur dari materi
lain dengan kadar tertentu. Teori yang agak aneh ini, nampaknya
berasal dari observasi Anaxagoras pada makhluk hidup, utamanya
proses makanan yang dapat berubah menjadi jaringan kehidupan.

Anaxagoras nampaknya tidak terimpresi dengan bantahan Zenon


terhadap kaum pluralis, melalui komentarnya, “dari yang terkecil,
tidak ada yang terkecil.”, yaitu bahwa hal – hal (termasuk bilangan),
menjadi bagian yang tak terhingga. Sulit untuk mengetahui penyebab
ia diusir dari Athena, mengingat filsafatnya tidak bersifat subversif.
Mungkin, ucapannya yang mengatakan, bahwa matahari hanyalah
sebongkah batu pijar besar yang lebih besar dari Peloponnesos,
bukanlah sebentuk dewa – lah yang menyebabkan pengusirannya. Para
pemikir sesudahnya, banyak menggunakan gagasan akal budinya
sebagai penggerak pertama, yang mana berpengaruh dalam pemikiran
26
skolastik, dan teologi dalam peradaban barat.

E. Mazhab Atomisme

Atomis seperti Demokritos, dan Leukippos, meskipun mereka juga


menuliskan berbagai hal lain, utamanya yang akan dibahas di sini adalah
pandangan mereka tentang atom. Seperti juga para phusikoi lainnya,
pengetahuan kita tentang gagasannya kebanyakan berasal dari Arsitoteles,
26
Sandy Hardian Susanto Herho. Pijar Filsafat Yunani Klasik,. h. 34
38

meskipun terdapat pula penulis – penulis yang mencatat tentang kedua


tokoh ini secara singkat, akan tetapi Aristoteles – lah yang menjadi sumber
referensi utama. Filsuf- filsuf dari mazhab Atomisme adalah Leukippos
dan Demokritos. 27

27
Sandy Hardian Susanto Herho. Pijar Filsafat Yunani Klasik,. h. 36
39

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Seluruh teori yang dikemukakan oleh para phusikoi ini sangatlah luar
biasa. Sejarah awal munculnya khazanah pemikiran filsafat tidak dapat
dipisahkan begitu saja dengan peradaban Yunani awal. Para phusikoi
berhasil mengubah alam pikir Yunani kuno dari mitos menuju logos.
Pencarian mereka tentang arkhe semesta, membuat mereka menyalakan
obor penelitian proto – ilmiah. Akar Rasionalitas mulai dibentangkan dari
Ionia

.
40

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, 2001, Filsafat Ilmu Pendidikan, Nilai, Bandung : Pustaka Pelajar,


Ahmad, Bakhtiar 2008 ,Filsafat Ilmu, Jakarta : Pt. Raja Grafindo.
Ahmad, Tafsir, Filsafat dalam Klasik, Bandung : Rosdakarya
bakhtiar, Amsal ,2005, filsafat pengantar ilmu, Jakarta : Pt. Rajawali
Berten, 2002, Sejarah filsafat yunani , Yogyakarta : Kansius ,
Brama, Yuda, 2005, Filsafat Pemikiran Era Klasik, Jakarta : Ar-Ruz media.
Gandhi. Wangsa, Teguh, 2011.Filsafat Umum, Bandung : Reflika Aditama
Harun, Hadiwijono, 1980. Sari sejarah filsafat Barat. Yogyakarta : Kanisius
Herho , Susanto, Sandy Hardian. 2016. Pijar Filsafat Yunani Klasik, Bandung :
Perkumpulan Studi Ilmu Kemasyarakatan ITB,

Ihsan, A. Fuad 2010. Filsafat Ilmu Jakarta : PT. Renika Cipta


jostein, Garden, 2012. Dunia Sophie, Bandung : Mizan,
Juhaya, Praja, 2002. Filsafat dan Metodologi Ilmu dalam Islam, Jakarta : Teraju
Martini, Eka, 2010. Filsafat umum, Palembang : Noerfiki Omset.
Mudzakir, 2005. Filsafat umum, Jakarta : Budi Pustaka
muzzayin, Arifin, 2005. Filsafat pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksar.
Simon petrus L, Tjahjadi, 2004. Petualangan Intelektual, Yogyakarta : Pustaka
Raya
Surajiyo, 2001. Filsafat ilmu dan perkembangannya di Indonesia. Jakarta : Bumi
Aksara
Tedd, Beavers, 2001. Paradigma Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Riora Cipta
yuwono, Lasiyo, 1985. Pegantar Ilmu Filsafat untuk umum, Yogyakarta : Liberty
Zuhairini, 2008. Filsafat pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara,

Anda mungkin juga menyukai