Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AKHLAK TASAWUF

SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF

DosenPengampu:Diyah Pertiwi Setyawati, S.Pd., M.M.

Makalahinidibuatuntukmemenuhitugas Mata KuliahAkhlakTasawuf

Disusunoleh :

ELIS HANAVIA 21.01.01.0072

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NIDA EL ADABI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TAHUN AJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sejarah
PerkembanganTaswauf”ini dengan lancar.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Akhlak Tasawuf
Ibu Diyah Pertiwi Setyawati, S.Pd., M.M. atas bimbingan dan arahannya dalam penulisan
makalah ini. Dan juga kepada teman-teman yang telah mendukung sehingga dapat
terselesaikannya makalah ini. Dan kepada semua pihak yang terlibat yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu di dalam penulisan makalah ini.
Penulis berharap, makalah ini dapat memberimanfaat bagi kita semua, sehingga dapat
menambah wawasan kita mengenai Perkembangan Tasawuf dari zaman ke zaman. Penulis juga
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karenaitu, penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Tangerang, April 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................................... 2


Daftar Isi ............................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 6
2.1 Sejarah Perkembangan Tasawuf .............................................................................. 6
2.1.1 Abad Pertama dan Kedua Hijriah ..................................................................... 6
2.1.2 Abad Ketiga dan Keempat Hijriah.................................................................... 6
2.1.3 Abad Kelima Hijriah ........................................................................................ 7
2.2 Macam-macam Tasawuf ......................................... Error! Bookmark not defined.
2.2.1 Tasawuf Sunni ................................................................................................... 8
2.2.2 Tasawuf Irfani .................................................................................................... 8
2.2.3 Tasawuf Falsafi.................................................................................................. 9
2.3 Manfaat Tasawuf Dalam Dunia Islam .................................................................... 9
BAB III PENUTUP .............................................................. Error! Bookmark not defined.
3.1 Kesimpulan ............................................................. Error! Bookmark not defined.
3.2 Saran .................................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................... Error! Bookmark not defined.

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Timbulnya tasawuf dalam Islam bersamaan dengan kelahiran agama islam
itu sendiri, yaitu semenjak Muhammad SAW diutus Rasulullah untuk segenap
ummat manusia dan seluruh alam semesta. Fakta sejarah menunjukkan bahwa
pribadi Muhammad sebelum diangkat menjadi Rasul telah berulang kali
melakukan tahannuts dan khalwat di Gua Hira disamping untuk mengasingkan
diri dari masyarakat kota Mekkah yang sedang mabuk memperturutkan hawa
nafsu keduniaan. Juga Muhammad berusaha mencari jalan untuk
membersihkan hati dan mensucikan jiwa noda-noda yang menghingapi
masyarakat pada waktu itu. (Muhammad Fauqi H, 2013: 7 ).
Tahannuts dan khalwat yang dilakukan Muhammad SAW bertujuan untuk
mencari ketenangan jiwa dan kebersihan hati dalam menempuh liku-liku
problema hidup yang beraneka ragam ini, berusaha memperoleh petunjuk dan
hidayah dari pencipta alam semesta ini, mencari hakikat kebenaran yang dapat
mengatur segala-galanya dengan baik. Dalam situasi yang sedemikianlah
Muhammad Menerima wahyu dari Allah SWT yang penuh berisi ajaran-ajaran
dan peraturan-peraturan sebagai pedoman untuk ummat manusia dalam
mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat.
Segala pola dan tingkah laku, amal perbuatan dan sifat Muhammad
sebelum diangkat menjadi menjadi Rasul meruapakan manifestasi dari
kebersaihan hati dan kesucian jiwanya yang sudah menjadi pembawaan sejak
kecil.
Dengan turunnya wahyu yang pertama pada tanggal 17 Ramadhan atau
Agustus 571 M, berarti nabi Muhammad SAW telah diangkat dan diutus
menjadi Rasul untuk mengembangkan amanat Allah dan menyelamatkan
ummat manusia dari lembah kejahilan dan kesesatan dalam mencapai
kebahagiaan hidup duniawi dan ukhrawi. Demikian juga wahyu yang diturunkan
itu Rasulullah dapat membenahi masyarakat Arab Jahiliyah menjadi
masyarakat yang maju sesuai dengan perkembangan peradaban dan
kebudayaan manusia.
Adapun tentang sumber-sumber yang menjadi landasan tasawuf Islam itu
terdapat bermacam-macam pendapat. Diantaranya ada yang menyatakan
bahwa sumber tasawuf islam adalah dari ajaran Islam itu sendiri. Selain itu pula
ada yang berpendapat bahwa sumber tasawuf itu berasal dari persia, Hindu
Nasrani dan sebagainya. (Syamsun Ni'am, 2014: 122).
Orientalis Messignon dalam “Encyclopedie de Islam” berkata tentang
sumber tasawuf bahwa :”ulama-ulama Islam masih bersimpang siur dalam
memecahkan dan mencari sebab-sebab terjadinya perselisihan besar dalam
bidang Aqidah islam diantara pelbagai mazhab didalam Islam, yaitu antara
mazhab tasawuf dan mazhab ahli Sunnah wal-Jama`ah”. Menurut penadapat
merx :”Tasawuf merupakan aliran yang datang kedalam islam yang berasal dari
pendeta-pendeta Syam. Menurut Jones, tasawuf islam itu berasal dari Filsafat
Neo Platonisme atau berasal dari agama Zoroaster Persia atau agama Hindu.
Tentang tasawuf Islam itu berorientasi R.A Nicholson menjelaskan sebagai

4
berikut : “Menetapkan tasawuf Islam merupakan import ke dalam Islam, tidaklah
dapat diterima, yang sebenarnya ialah kita melihat sejak lahir agama Islam,
bahwa bibit berfikir seperti dasar-dasar tasawuf itu ada yang telah tumbuh
didalam hati setiap keluarga Jama`ah Islam yaitu sewaktu orang islam itu
sedang membaca Al-Qur`an dan Hadist Nabinya”. (Harun Nasution,1990:58).
Dari pendapat-pendapat tersebut diatas jelas adanya perbedaan
pandangan tentang sumber tasawuf Islam itu, namun demikian dapat
dinyatakan bahwa para orientalisten yang kurang jujur berpendapat bahwa
tasawuf Islam itu berpendapat bahwa islam itu sendiri sudah ada benih-benih
untuk tumbuh dan berkembang sesudah disemaikan didalam lubuk hati setiap
muslim, karena tidak dapat dipungkiri lagi ajaran yang menyatakan bahwa:
Islam itu tinggi dan tidak ada yang dapat mengatasinya,” dengan pengertian lain
dapat ditegaskan bahwa kemurnian ajaran islam itu benar-benar mengandung
nilai-nilai kerohanian yang menjadi sumber akhlak bagi setiap muslim, terutama
bagi para sufi yang senantiasa berusaha membersihkan hati dan mensucikan
jiwa mereka dan berhias dengan perangkai terpuji serta menjauhkan diri dari
perangai tercela. (Harun Nasution,1990:58).
Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa sumber dan landasan tasawuf
islam itu sendiri, tetapi dalam perkembangan selanjutnya mendapat pengaruh
dari luar islam. Tasawuf Islam itu dalam perkembangannya mempunyai unsur-
unsur yang jauh. Unsur yang dekat dan unsur-unsur yang jauh. Unsur yang
dekat ialah Al-Quran, Hadist, Sirah Nabi, Sirah Khulafaurrasyidin, Struktur
Sosial dan Firqah-firqah sedangkan unsur jauh ialah pengaruh agama Nasrani,
yahudi, budha dan Persia

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas maka dapat kami rumuskan beberapa hal yang
akan kami sampaikan di makalah ini yaitu :

1. Bagaimana Sejarah Perkembangan Tasawuf ?


2. Apa Macam-macam Tasawuf ?
3. Apa Manfaat Tasawuf Dalam Dunia Islam ?

1.3 Tujuan Penulisan


Makalah ini ditulis dengan tujuan agar :
1. Mahasiswa mengetahui bagaimana Sejarah Perkembangan Tasawuf
2. Mahasiswa mengetahui macam-macam Tasawuf
3. Mahasiswa mengetahui manfaat Tasawuf dalam Dunia Islam

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Perkembangan Tasawuf
Perkembangan tasawuf dalam Islam telah mengalami beberapa fase, yaitu:
1. Pada abad pertama dan kedua hijriah, yaitu fase asketisme (zuhud).
Sikap ini banyak dipandang sebagai pengantar kemunculan tasawuf. Pada fase ini
terdapat individu-individu dari kalangan muslim yang lebih memusatkan dirinya
pada ibadah dan tidak mementingkan makanan, pakaian, maupun tempat tinggal.
(Muhammad Fauqi H , 2013: 17).
Tahap pertama, tasawuf masih berupa zuhud dalam pengertian yang masih
sangat sederhana. Yaitu, ketika pada abad ke-1 dan ke-2 H, sekelompok kaum
Muslim memusnahkan perhatian memprioritaskan hidupnya hanya pada
pelaksanaan ibadah untuk mengejar keuntungan akhirat Mereka adalah, antara
lain: Al-hasan Al-Basri (w. 110 H) dan Rabi`ah Al-Adawwiyah (w.185 H) kehidupan
“model” zuhud kemudian berkembang pada abad ke-3 H ketika kaum sufi mulai
memperhatikan aspek-aspek teoritis psikologis dalam rangka pembentukan prilaku
hingga tasawuf menjadi sebuah ilmu akhlak keagamaan. Pembahasan luas dalam
bidang akhlak mendorong lahirnya pendalaman studi psikologis dan gejala-gejala
kejiwaan yang lahir selanjutnya terlibat dalam masalah-masalah ini berkaitan
langsung dengan pembahasan mengenai hubungan manusia dengan Allah SWT.
Sehingga lahir konsepsi-konsepsi seperti Fana`, terutama Abu Yazid Al-Busthami
(w. 261 H)
Dengan demikian, suatu ilmu khusus telah berkembang dikalangan kaum
sufi, yang berbeda dengan ilmu fiqh, baik dari segi objek, metodologi, tujuan,
maupun istilah-istilah keilmuan yang digunakan. Lahir pula tulisan-tulisan antara
lain : Al-Risalah Al-Qusyairiyyah karya Khusairi dan `Awarif Al-Ma`arif karya Al-
Suhrawardi Al-baghdadi. Tasawuf kemudian menjadi sebuah ilmu setelah
sebelumnya hanya merupakan ibadah-ibadah praktis.

2. Pada abad ketiga hijriah, para sufi mulai menaruh perhatian terhadap
hal-hal yang berkaitan dengan jiwa dan tingkah laku tasawuf pun berkembang
menjadi ilmu moral keagamaan atau ilmu akhlak keagamaan. Pada masa ini
tasawuf identik dengan akhlak (berkembang ± satu abad). Pada abada ketiga
hijriah, muncul jenis – jenis tasawuf lain yang lebih menonjolkan pemikiran yang
eksekutif yang diwakili oleh AL-Hallaj yang kemudian dihukum mati karena
menyatakan pendapatnya mengenai hulul (pada 309 H). Boleh jadi Al-Hallaj
mengalami peristiwa naas seperti ini karena paham hululnya ketika itu sangat
kontraversional dengan kenyataan di masyarakat yang tengah mengandrungi
tasawuf akhlaqi. (Samsul Munir Amin, 2015: 209).
Dari sisi lain, pada abad ke-3 dan ke-4 muncul tokoh-tokoh tasawuf
seperti Al-Juanid dan Sari Al-Saqathi serta Al-Kharraz yang memberikan
pengajaran dan pendidikan kepada para murid dalam sebuah bentuk jamaah.
Untuk pertama kali dalam islam terbentuk tarekat yang kala itu merupakan
semacam lembaga pendidikan yang memberikan berbagai pengajaran teori dan
praktik kehidupan sufisfik, kepada para murid dan orang- orang yang berhasrat
memasuki dunia tasawuf. Demikian juga ajaran tasawuf al-Suhrawardi, pendiri

6
mazhab isyraqiyyah yang memaklumkan dirinya sebagai seorang nabi yang
menerima limpahan nur Illahi dan berakhir dengan fatwa ulama bahwa dia adalah
seorang kafir yang halal darahnya. Lalu dia digantung di Aleppo pada tahun 587 H
dalam usia 38 Tahun. Demikian pula halnya dengan Ibn Sab`in yang telah
mengambil jalan pintas dengan membunuh diri karena serangan para ulama yang
sangat gencar terhadap ajaran tasawuf yang diajarinya. Tidak sedikit pila para
ulama yang membantah ajaran tasawuf Ibn Arabi yang mengajar paham
pantheisme bahwa Tuhan dan alam merupakan suatu kesatuan yang dipisahkan.
Perbedaannya hanya pada nama, sedangkan pada hakikat adalah satu.
Dengan banyaknya ajaran yang menyimpang dari syari`at, maka ilmu tasawuf pada
akhirnya mengalami kemunduran yang luar biasa sehingga berakhir dengan
kehilangan peranannya dalam ilmu-ilmu Islam dan telah berubah wujudnya dalam
bentuk pengalaman tarikat yang tidak membawa sesuatu yang baru dalam ajaran
kerohanian Islam selain dari pengagungan para guru atau mursyid serta warisan
ajaran yang mereka terima.
3. Pada abad ke-5 H Imam Al-Ghazali tampil menentang jenis-jenis
tasawuf yang dianggapnya tidak sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah dalam
sebuah upaya menegmbalikan tasawuf kepada status semula sebagai jalan
hidup zuhud, pendidikan jiwa pembentukan moral. Pemikiran- pemikiran yang
diperkenalkan Al-Ghazali dalam bidang tasawuf dan makrifat sedemikian
mendalam dan belum pernah dikenal sebelumya. Dia mengajukan kritik-kritik tajam
terhadap berbagai aliran filsafat, pemikiran-pemikiran Mu`tazilah dan kepercayaan
bathiniyah untuk menancapkan dasar-dasar yang kukuh bagi tasawuf yang lebih
Moderat dan sesuai dengan garis pemikiran teologis Ahl Al-Sunnah wal Jama`ah.
(Samsul Munir Amin, 2015: 233). Dalam orientasi umum dan rincian-rinciannya
yang dikembangkannya berbeda dengan konsepsi disebut tasawuf Sunni. Al-
Ghazali menegaskan dalam Al-Munqidz min Al-Dhalal, sebagai berikut: pertama,
Sejak tampilnya Al-Ghazali ,pengaruh tasawuf Sunni mulai menyebar di Dunia
Islam. Bahkan muncul tokoh-tokoh Sufi terkemuka yang membentuk tarekat untuk
mendidik para murid, seperti Syaikh Akhmad Al-Rifa`I (w.570 H) dan Syaikh Abd.
Al-Qadir Al-jailani (w. 651 H) yang sangat terpengaruh oleh garis tasawuf Al-
Ghazali pilihan yang sama dilakukan generasi berikut, antara lain yang paling
menonjol adalah, Syaikh Abu Al-Hasan Al-Syadzili (w.650 H) dan muridnya, Abu Al-
Abbas Al-Mursi (w.686 H), serta Ibn Atha`illah Al-sakandari (w. 709 H). model
tasawuf yang mereka kembangkan ini adalah kesinambungan tasawuf Al-Ghazali;
Kedua, Pada abad ke enam hijriah , sebagai akibat pengaruh kepribadian Al-
Ghazali yang begitu besar, pengaruh tasawuf sunni semakin meluas ke seluruh
pelosok dunia.Pada abad ke enam Hijriah,muncul sekelompok tokoh tasawuf yang
memadukan tasawuf mereka dengan filsafat, dengan teori mereka yang bersifat
setengah-setengah . diantara mereka terdapat Syukhrawardi AL-Maqtul (w.549 h),
syeikh Akbar Muhyiddin Ibnu Arabi (w.635 h) dan sebagainya.

7
2.2 Macam- macam tasawuf
Jenis tasawuf menurut perkembangannya zaman ke zaman terbagi menjadi dua,
yakni:
1. Tasawuf sunni
Tasawuf Akhlaqi disebut juga Tasawuf Sunni. Tasawuf ini menitik
beratkan pada perbaikan akhlak atau moral pada diri seseorang.
Orientasinya adalah untuk mencari hakikat kebenaran yang dapat
mengantarkan manusia untuk mencapai tingkatan ma’rifat. Ma’rifat adalah
bersatunya manusia dengan Allah dengan metode tertentu yang telah
ditetapkan. Tasawuf akhlaqi ini juga banyak dikembangkan oleh para Ulama
Salafussalih. (Samsul Munir Amin, 2015: 2).
“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”. (QS Asy
Syams : 7-8)
Dari ayat di atas dijelaskan bahwa manusia memiliki potensi untuk
berbuat baik dan potensi berbuat buruk. Potensi untuk berbuat baik adalah
Al Aql dan Al Qalb. Potensi untuk berbuat baik disebut dengan Nafsu yang
dibantu dibisikkan keburukannya oleh Setan yang tiada henti menggoda
manusia.
Ajaran ini, menurut para sufi, melatih manusia untuk dapat
menguasai hawa nafsu, menekan hawa nafsu bagkan sampai pada
mematikan hawa nafsu jika memungkinkan. Tentu saja membutuhkan
pelatihan dan pembiasaan yang ketat.
Para Sufi yang mengembangkan ajaran tasawuf ini diantaranya adalah
Hasan al-Basri (21 H – 110 H), Al-Muhasibi (165 H – 243 H), Al- Qusyairi (376 H –
465 H), Syaikh al-Islam Sultan al-Aulia Abdul Qadir al- Jilani (470 – 561 H),
Hujjatul Islam Abu Hamid Al-Gajali (450 H – 505 H), Ibnu Atoilah As-Sakandari.
(Samsul Munir Amin, 2015: 141).

2.Tasawuf irfani
Secara etimologis, kata Irfan merupakan kata jadian (mashdar) dari
kata ‘arafa’ (mengenal/pengenalan). Secara terminologis, ‘irfan
diindentikkan dengan ma’rifat sufistik. Ahli irfan adalah orang yang
berma’rifat kepada Allah. Irfan diperoleh seseorang melalui jalan al-idrak
al- mubasyir al wujudani (penagkapan langsung secara emosional), bukan
penangkapan secara rasional.
Sebagai sebuah ilmu, irfan memiliki dua aspek, yakni aspek praktis
dan aspek teoritis. Aspek praktisnya adalah bagian yang menjelaskan
hubungan dan pertanggung jawaban manusia terhadap dirinya, dunia, dan
Tuhan. Sebagai ilmu praktis, bagian ini menyerupai etika. Bagian praktis ini
disebut sayr wa suluk (perjalanan rohani). Bagian ini menjelaskan
bagaimana seseorang penempuh rohani (salik) yang ingin mencapai tujan
puncak kemanusiaan, yakni tauhid, harus mengawali perjalanan,
menempuh tahapan-tahapan (maqam) perjalanannya secara berurutan, dan
keadaan jiwa (hal) yang bakal dialaminya sepanjang perjalanannya
tersebut. (Samsul Munir Amin, 2015: 241)
Tokoh-tokoh tasawuf irfani adalah
a. Rabi’ah adalah Rabi’ah binti Ismail Al Adawiyah AL Bashriyah

8
Al Qaisiyah.
Dalam perkembangan mistisme Islam, Rabi’ah Al
Adawiyah tercatat sebagai peletak dasar tasawuf
berdasarkan cinta kepada Allah. Rabi’ah Al Adawiyah
adalah wanita satu- satunya dalam Islam yg terkenal
kesufiannya. Sebagaimana dikutip oleh Eko Ariwidodo,
B.R.Wolfman menyatakan bahwa : Posisi wanita akan selalu
ada di bawah kedudukan laki- laki. “Kaum wanita tidak
dapat diberi kedudukan yang tinggi, karena tidak tahu
bagaimana mengambil keputusan yang sulit’’. (Eko
Ariwidodo, 2016: 333).
b. Abu al-Fayd Tauban bin Ibrahim bin Ibrahim bin Muhammad
al- Anshari (772 -860 M) yang dijuluki Sahib al-Hut (pemilik ikan).
Ia dikenal sebagai sufi yang mengembangkan teori
tentang ma’rifat. Ma’rifat dalam terma sufistik memiliki
pengertian yang berbeda dengan istilah ‘ilm, yakni sesuatu
yang bisa diperoleh melalui jalan usaha dan proses
pembelajaran. Sedangkan ma’rifat dalam terma sufi lebih
merujuk pada pengertian salah satu metode yang bisa
ditempuh untuk mencapai tingkatan spiritual. Termasuk
meyakini bahwa ma’rifat sebenarnya adalah puncak dari
etika baik vertical maupun horizontal. Jadi, ma’rifat terkait
erat dengan syari’at, sehingga ilmu batin tidak
menyebabkan seseorang dapat membatalkan atau
melecehkan kewajiban dari ilmu zahir yang juga dimuliakan
oleh Allah. Demikian pula, dalam kehidupan sesama,
seorang ‘arif akan senantiasa mengedepankan sikap
kelapangan hati dan kesabaran dibanding ketegasan dan
keadilan.
c. Abu Yazid Tahifur bin Isa dari Al-Bisthami dilahirkan pada
tahun 188 H. di Bistham Khurasan, Persia.
Dari berbagai riwayat diketahui bahwa Abu Yazid
adalah seorang faqih, pengikut Abu Hanifah tetapi
kehidupannya berubah dengan memasuki dunia tasawuf.
Menurut Abu Yazid, Wali Allah itu ada tiga macam, seorang
zahid karena zuhudnya, seorang Abid karena ibadahnya, dan
seorang Alim karena ilmunya. (Samsul Munir Amin, 2015:
254).
d. Abul Mubhist Al-Husain Bin Manshur Al-Khallaj di lahirkan di
Baidha Persia pada tahun 244H/858.
Al Khallaj selalu hidup berpindah- pindah dalam
pengembaraan yang panjang. Di dalam pengembaraan itu ia
telah tinggal Tustur, Khurasan, Sijistan, Karman, Persia,
Ahwaz, Basrah dan Baghdad. Al-Khallaj juga mengembara
ke daerah Timur dimulai dari Turkistan, Mesir dan beberapa
daerah di India. Selama dalam perjalanan ia mendapat
gelaran yang bermacam-macam. Di Baghdad ia digelari
dengan Al-Mushtalam, di Tukistan dengan Al-Mukiths, di

9
India dengan Al- Mugihst dan sebagainya.
3.Tasawuf falsafi
Tasawuf Falsafi secara bahasa bisa kita bagi menjadi dua, yaitu
antasa Tasawuf dan Filsafat. Tasawuf artinya kecintaan terhadap tuhan,
sedangkan ilmu Filsafat Islamadalah yang berkenaan dengan akal atau
fikiran. Falsafi disini adalah cara yang digunakan dalam bertasawuf.
(Samsul Munir Amin, 2015: 264)
Tasawuf Falsafi adalah sebuah aliran dalam bertasawuf yang
menggabungkan antara visi mistik dan visi yang rasional. Tasawuf ini
merupakan hasil dari pemikiran-peminkiran para tokoh-tokoh yang
diungkapkan dengan bahasa filosofis.Tasawuf ini tidak bisa dikatakan
sebagai Tasawuf yang murni karena telah menggunakan pendekatan fikiran
dan rasio, namun juga tidak bisa dikatakan filsafat seutuhnya karena
didasarkan pada rasa. Dengan kata lain Tasawuf Falsafi merupakan
penggabungan antara rasa dan rasio.
Secara istilah dapat kita simpulkan bahwa pengertian dari Tasawuf
Falsafi adalah, kajian terhadap tuhan, manusia dan sebagainya yang
menggunakan motode rasio atau akal. Aliran dalam Tasawuf Falsafi
terkesan tidak jelas, karena banyaknya istilah-istilah yang diungkapkan oleh
tokoh- tokkohnya dalam aliran ini yang tidak bisa dimengerti, lantaran
menggunakan istilah Filsafat.
Tokoh-Tokoh Tasawuf Falsafi lainnya adalah
a. Ibnu ‘Arabi, Nama lengkap dari Ibnu Arabi yaitu Muhammad bin
Ali bin Ahmad bin Abdullah Ath tha’I Al Haitami. Beliau dilahirkan di
Murcia, daerah Andalusia tenggara, Spanyol. Pada tahun 560 H. Ia
tinggal di Hijaz dan wafat di sana, pada tahun 638 H. karya Ibnu
‘Arabi yang paling fenomenal adalah Al Futuhat Al Makiyah yang
ditulis pada tahun 1201 H. (Samsul Munir Amin, 2015: 274).
b. Al Jilli, Nama lengkap Al Jilli adalah Abdul Karim bin Ibrahin Al-
Jilli yang lahir tahun 1365 M dan wafat tahun 1417 M. Baliau lahir di
Jilan propinsi di selatan Kaspi. Tempat lahirnya Jilli (Gilan) yang
kemudian menjadi nama dari Al Jilli. Beliau adalah sufi yang terkenal
di Bagdad. Ia pernah berguru pada tokoh tarekat Qadariyah yaitu
Abdul Qadir Al Jailani, seorang sufi dari India.
c. Ibnu Sab’in, Nama lengkap dari Ibnu Sab’in adalah Abdul Haq
Ibnu Ibrahim Muhammad Ibnu Nashr. Beliau lahir tahun 614 H di
Murcia. Ibnu Sabi’in adalah anak dari keluarga bangsawan, yang
hidup berkecukupan. Namun beliau memilih untuk mengasingkan
dari segala bentuk kemewahan tersebut. Beliau mempelajari ilmu-
ilmu seperti Bahasa dan Sastra Arab, Ilmu Agama, Ilmu fiqih (fiqih
pernikahan, fiqih muamalah jual beli), Ilmu Filsafat dan Logika.

2.3 Manfaat tasawuf dalam dunia Islam


Tasawuf memiliki banyak manfaat dalam kehidupan dan dunia islam, di
bawah ini adalah 10 manfaat tasawuf yaitu: Dalam bidang kecerdasan
emosional, apabila dapat mengamalkan tasawuf dengan baik maka dapat
mengendalikan emosionalnya dengan baik pula; Dalam bidang kecerdasan
spiritual, tasawuf mengingatkan manusia tentang kemaitian, agar umat manusia
selalu beribadah, beramal shaleh, serta menjauhi perbuatan maksiat dan
kejahatan; Dalam bidang Agama, tasawuf ini sangat diperlukan agar umat islam
bisa mengamalkan teori Islam secara kaffah dan juga untuk mengembangkan

10
integrasi sosial dan kerukunan hidup dalam beragama serta bebangsa; Dalam
bidang etos kerja, tasawuf dapat memperkuat etos kerja karena dalam ajaran
Islam bekerja itu wajib untuk memenuhi keperluan diri sendiri, keluarga dan umat.
(Amin Syukur, 2002: 7).
Dalam bidang Pendidikan, tasawuf merupakan salah satu mata pelajaran
yang perlu diajarkan di Madrasah dan mata kuliah di Perguruan Islam untuk
mengembangkan kehidupan agama yang komprehensif dan utuh serta untuk
mengembangkan masyarakat dan bangsa yang bersih, sehat dan maju; Dalam
bidang Ilmu Pengetahuan, tasawuf mendidik anggota masyarakat untuk
mengambil keputusan yang bijaksana dan rasional serta mendidik untuk memiliki
tanggung jawab sosial; Sumber Pengingat, apa yang akan membantu kita
terhadap hal ini adalah mengingat Allah bahwa Allah menjamin kita akan
penyediaan, dan pengetahuan dan kekuatan-Nya sempurna, dan bahwa Dia
terlepas dari penciptaan dan jauh dari kelupaan dan dari ketidakmampuan. Syaikh
Ibn Ataillah menulis dalam bukunya The Abandonment of the Management of
Affairs: “Percayakan urusan kita kepada Allah juga merupakan kualitas yang sangat
penting untuk diperoleh. (Mustafa Zahri, 1998: 82-89).
Landasan Hidup, tanpa pemahaman ini muslim akhirnya lumpuh. Tapi
dengan itu kaum Muslim bebas menjadi budak, yaitu mematuhi dengan cara tanpa
hambatan. Masalah mencoba taat tanpa pengertian adalah bahwa Anda hanya
bisa melakukan apa yang Anda bisa. Tapi untuk menaati Allah sambil
mempercayai Dia adalah untuk meninggalkan semua keterbatasan praktis, dan
untuk memulai pencapaian apa yang telah Allah perintahkan agar kita lakukan;
Pembatas Ilmu Islam, tasawwuf membuat semua pengetahuan lain tunduk pada
pengetahuan tertinggi yaitu La ilaha illallah. Dengan Tasawwuf kita menyadari
bahwa pengetahuan tentang Allah berada di atas setiap pengetahuan lainnya.
Tasawwuf memungkinkan kita untuk mencicipi La hawla wa la quwwata illa billah
seperti tasawuf amali; Lebih Mencintai Allah, dalam Qur’an, Allah
menghubungkan bahwa orang beriman di antara orang-orang Firaun berkata:”
Saya telah mempercayakan perselingkuhan saya kepada Allah. “Kenyataannya
adalah keinginan kita kepada Allah untuk melestarikan kita dari semua yang
memiliki bahaya di dalamnya dan yang dengannya kita tidak memiliki keamanan.
(Abudin Nata 1996: 13).

11
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Tasawuf adalah ilmu jalan menuju Allah. Tasawuf adalah ilmu yang sesuai
dengan jalur Islam melalui pengalaman langsung sang Nyata dan bukan melalui
lidah atau belajar dari buku. Ini menyiratkan ditinggalkannya teologi apapun. Tauhid
tidak logis. Dalam hal ini Tasawwuf adalah pelindung Tauhid: La ilaha illallah.
Muslim menegaskan: La hawla wa la quwwata illa billah. Ini menyiratkan bahwa
tidak ada dua kekuatan di alam semesta. La hawla wa la quwwata illa billah juga
berarti ada satu sumber kekuatan. Allah memberi kita kuasa-Nya dan membimbing
kita dengan keterbatasan kita.
Oleh karena itu kita adalah sumber kesengsaraan kita sendiri. Semua
sarana tersedia bagi kita. Dari sinilah datang tawakkul: hasbunullahu wa ni’mal
wakil, “Allah sudah cukup bagi kita dan Dia adalah wali terbaik” seperti hakikat
tasawuf falsafi. Tasawuf tidak menjadi konsumen pasif dan jinak dalam masyarakat
ini dengan malam yang tercerahkan. Tasawuf adalah transformasi hati Anda
sehingga Anda menyadari bahwa Anda bertanggung jawab atas dunia, dan dunia
tidak bertanggung jawab atas Anda.
Hal ini memungkinkan kita untuk memahami bahwa apa yang Allah
perintahkan adalah mungkin, dan ini menunjukkan jalan kita untuk mencapai tujuan
tertinggi kita fisabilillah. Tasawuf memungkinkan kita untuk memahami bahwa
perbuatan hati lebih kuat daripada perbuatan anggota badan.

3.2 SARAN
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan, semoga bisa menjadi
bahan penunjang pembelajaran Mata Kuliah Akhlak Tasawuf. Jika ada kesalahan
dalam penyampaian makalah ini kami mohon maaf. Kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan dari teman-teman semua

12
DAFTAR PUSTAKA

Ariwidodo, Eko. Kontribusi Pekerja Perempuan Pesisir Sektor Rumput


Laut Di Bluto Kabupaten Sumenep. Jurnal Nuansa :jurnal
penelitian ilmu sosial dan keagamaan Islam. Volume 13. No.2
Juli-Desember 2016. LP2M IAIN MADURA. Dikutip pada tanggal
27 Juni 2019.
Fauqi H, Muhammad. (2013). Tasawuf Islam dan Akhlak.
Jakarta : Amzah. Mubarok, Achmad. (2001). Psikologi Qur’ani.
Jakarta : Pustaka Firdaus.
Munir Amin, Samsul. (2015). Ilmu Tasawuf. Jakarta. Amzah.
Ni'am, Syamsun. (2014). Pengantar Belajar Tasawuf. Jakarta : Ar-ruz Media.

13

Anda mungkin juga menyukai