Anda di halaman 1dari 16

MINI RESEARCH

SIRAMAN PANGANTEN BUDAYA SUNDA


Di Ajukan Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Bahasa dan Budaya Sunda

Dosen pengampu :
Eneng Yeni Mariah, S.Pd.I, M.Pd.

Disusun oleh :
Nisya Nur Auliya
NIM (62018. 0311)

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM (KPI)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) KOTA SUKABUMI
Jl. Lio Balandong Sirnagalih (Beugeug) No.74 Kel. Cikondang Kec. Citamiang
Kota Sukabumi Tel/fax (0266) 225465
www.staisukabumi.ac.id | Email : stai.sukabumi@gmail.com

TAHUN AKADEMIK 2018-2019


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup
untuk menyelesaikan mini research ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan
hingga zaman terang benderang, yaitu dengan tegak nya agama islam.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa
sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan mini research
dari mata kuliah Bahasa dan Budaya Sunda dengan judul “Siraman Pengantin Budaya Sunda”.

Penulis tentu menyadari bahwa penulisan ini masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan
di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk penulisan ini, supaya
ini nantinya dapat menjadi yang lebih baik lagi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak khususnya kepada Dosen Pengampu Bahasa dan Budaya Sunda saya yang telah membimbing
dalam menulis mini research ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Sukabumi, 18 Februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan Penelitian......................................................................................2
D. Manfaat Penelitian....................................................................................2

BAB II KAJIAN PUSTAKA....................................................................................3

A. Budaya......................................................................................................3
B. Fungsi Budaya..........................................................................................3
C. Budaya Sunda...........................................................................................3

BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................................5

A. Metode Penelitian....................................................................................5
B. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................5
C. Teknik Analisis Data................................................................................5

BAB IV PEMBAHASAN..........................................................................................6

A. Pengertian Siraman Pengantin..................................................................6


B. Proses Siraman Pengantin........................................................................6
C. Makna Dan Simbol Proses Siraman Pengantin........................................8
D. Perlengkapan Siraman Pengantin.............................................................9
E. Siraman Dalam Tinjauan Syariat Islam....................................................10

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................12

A. Kesimpulan................................................................................................12
B. Saran..........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Secara kodrati, manusia diciptakan berpasang-pasangan (Q.S. Ar-Ruum : 21) dengan
harapan mampu hidup berdampingan penuh rasa cinta dan kasih sayang. Untuk melaksanakan
sunah Rosul Nya yaitu sebuah pernikahan yang menyempurnakan iman, setiap suku memiliki
adat yang berbeda-beda sebagai symbol pernikahan. Salah satunya adat Jawa. Upacara
perkawinan adat pengantin Jawa sebenarnya bersumber dari tradisi keraton. Dalam adat jawa,
pernikahan selalu diwarnai dengan serangkaian upacara yang mengandung nilai-nilai luhur.
Sebelum pernikahan berlangsung, dilakukan beberapa upacara atau beberapa persiapan sebelum
menikah. Yaitu seperti lamaran, pasang tarub, pasang tuwuhan, upacara bucalan, langkahan,
siraman, dodol dawet, dan lain sebagainya.
Adat istiadat merupakan salah satu unsur kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat
Indonesia. Adat istiadat adalah kebiasaan tradisional masyarakat yang dilakukan secara turun
menurun sejak lama. Setiap daerah di Indonesia memiliki adat istiadat yang berbeda-beda, salah
satunya upacara adat. Upacara adat erat kaitannya dengan seni tradisional. Seni tradisional
merupakan kesenian yang menjadi bagian kebiasaan hidup masyarakat. Semakin berkembangnya
zaman dan teknologi, upacara adat beserta kesenian tradisonalnya seolah kalah eksistensinya
dengan kesenian modern dewasa ini.
Di Indonesia terdapat bermacam-macam bentuk upacara adat, salah satunya upacara
siraman calon pengantin adat Sunda di Jawa Barat. Upacara siraman merupakan prosesi upacara
adat memandikan calon pengantin yang dilakukan pra nikah tepatnya sehari sebelum
melangsungkan pernikahan, peranan kedua orang tua memberikan pesan dan simbolik-simbolik
yang memiliki makna. Seperti yang diungkapkan Agoes (2003, hlm.38) bahwa:
Upacara siraman secara kasat mata artinya memandikan. Tapi, dibalik itu terdapat
beberapa makna yang terkandung di dalamnya. Secara filosofis, siraman itu dimaksudkan
sebagai upaya penyucian diri lahir-batin sebelum memasuki mahligai perkawinan. Dari berbagai
informasi yang diungkap narasumber bahwa zaman dahulu upacara siraman calon pengantin adat
Sunda hanya prosesi memandikan calon pengantin saja, namun sejalan dengan perkembangan
zaman dan kehidupan masyarakatnya para seniman Sunda melakukan perubahan dan inovasi
terhadap penyajian upacara siraman adat Sunda yaitu dengan diiringi unsur-unsur musikal yang
identik dengan kesenian Sunda yaitu Kecapi Suling yang membawakan tembang-tembang Sunda
dan atau alunan musik etnis tembang Cianjuran.
B. Rumusan Masalah
Untuk memberikan kejelasan makna serta menghindari meluasnya pembahasan, maka
dalam makalah ini masalahnya dibatasi pada :
1. Bagaimana pengertian siraman pengantin ?
2. Bagaimana proses siraman pengantin ?
3. Bagaimana makna dan simbol dari proses siraman pengantin ?
4. Apa saja peralatan yang dipakai saat siraman pengantin ?
5. Bagaimana siraman pengantin dalam tinjauan agama Islam ?

C. Tujuan Penelitian
Mini riset ini bertujuan untuk mengetahui tentang siraman pengantin sebagai salah satu
dari kebudayaan sunda.
Adapun Tujuan khusus penyusunan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengertian siraman pengantin


2. Untuk mengetahui proses siraman pengantin
3. Untuk memahami makna dan simbol dari proses siraman pengantin
4. Untuk mengetahui peralatan yang dipakai saat siraman pengantin
5. Untuk memahami siraman pengantin dalam tinjauan agaman Islam

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat dan sebagai bahan rujukan penelitian berikutnya terkait
dengan siraman pengantin
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi; diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan
akal manusia. Bentuk lain dari kata budaya adalah kultur yang berasal dari bahasa Inggris yaitu
culture dan bahasa Latin cultura.
Budaya adalah cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh sekelompok orang, dan
diwariskan turun temurun untuk generasi ke generasi. Budaya terdiri dari banyak unsur yang
rumit, termasuk sistem agama dan politik, bahasa, adat istiadat, bangunan, alat, pakaian, dan
karya seni.
Bahasa, serta budaya, merupakan bagian integral dari manusia yang banyak orang
cenderung menganggap itu diwariskan secara genetik. Ketika seseorang mencoba untuk
berkomunikasi dengan orang-orang dari budaya yang berbeda, dan menyesuaikan perbedaan,
membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Menurut Ki Hajar Dewantara, pengertian budaya adalah buah budi manusia adalah
hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh besar yaitu alam dan zaman yang merupakan
bukti kejayaan hidup manusia dalam mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran dalam hidup
dan penghidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagian yang bersifat damai dan tertib.
B. Fungsi Budaya
Kebudayaan memiliki fungsi yang vital bagi manusia untuk menghadapi berbagai
macamkekuatan seperti kekuatan alan dan kekuatan lainya didalam masyarakat itu sendiri. Selain
itu manusia juga membutuhkan kepuasan baik dalam bidang spiritual dan bidang materil.
Seluruh kebutuhan masyarakat tersebut dapat dipenuhi dengan kebudayaan yang bersumber dari
masyarakat itu sendiri.
Pada dasarnya fungsi budaya adalah untuk mengatur manusia agar dapat mengetahui cara
bertindak dan berbuat untuk menentukan sikap bila berhubungan dengan orang lain didalam
kehidupan.
Berikut beberapa fungsi budaya diantaranya adalah :

1. Pedoman hubungan antara manusia atau kelompok.


2. Tempat untuk menyalurkan perasaan dan kehidupan lainnya.
3. Membimbing bagi kehidupan manusia.
4. Menjadi pembeda antara manusia dan binatang.

C. Budaya Sunda
Kebudayaan Sunda termasuk salah satu kebudayaan tertua di Nusantara. Kebudayaan
Sunda yang ideal kemudian sering kali dikaitkan sebagai kebudayaan masa Kerajaan Sunda. Ada
beberapa ajaran dalam budaya Sunda tentang jalan menuju keutamaan hidup. Etos dan watak
Sunda itu adalah cageur, bageur, singer dan pinter, yang dapat diartikan sehat, baik, mawas, dan
cerdas. Kebudayaan Sunda juga merupakan salah satu kebudayaan yang menjadi sumber
kekayaan bagi bangsa Indonesia yang dalam perkembangannya perlu dilestarikan. Sistem
kepercayaan spiritual tradisional Sunda adalah Sunda Wiwitan yang mengajarkan keselarasan
hidup dengan alam. Kini, hampir sebagian besar masyarakat Sunda beragama Islam, tetapi ada
beberapa yang tidak beragama Islam, walaupun berbeda namun pada dasarnya seluruh kehidupan
ditujukan untuk kebaikan di alam semesta.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan bagaimana fenomena yang terjadi seputar
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar pada mahasiswa perguruan tinggi. Penelitian
ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang merupakan desain penelitian yang bersifat
alamiah, dalam arti peneliti tidak berusaha memanipulasi setting penelitian, melainkan
melakukan studi terhadap suatu fenomena.
Alasan menggunakan metode penelitian kualitatif adalah sebuah fenomena yang
kompleks dapat diakomodasi dengan menggunakan metode yang terbuka dan penggunaan teori
hanya berfungsi mengembangkan sensitivitas peneliti untuk memandu jalannya penelitian dan
mengungkapkan permasalahan yang diteliti (Mirra N. Milla, 2010). Data yang muncul dalam
penelitian kualitatif ini berbentuk ungkapan kata (informasi) yang di sampaikan responden
kepada peneliti dan akan di akomodasi untuk mendapat hasil yang sesuai.
B. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah wawancara semi struktur. Teknik
pencatatan wawancara semi struktur dengan menggunakan voice recorder handphone dan
wawancara tidak struktur dengan menggunakan catatan kecil. Deskrpsi masalah yang peneliti
angkat berdasarkan masalah etic yang merupakan teoritical review serta empirical finding yang
permasalahannya muncul dari temuan teori atau penelitian sebelumnya (Milla, 2011). Peneliti
mencari sumber literatur mengenai bahasa dan penyalahgunaannya pada orang masa kini
sehingga muncul masalah yang menarik perhatian peneliti tentang penggunaan bahasa indonesia
dengan baik dan benar dan perkembangannya pada masa kini. Kemudian peneliti memilih
responden dan menjalin komunikasi dan pendekatan hingga responden mau menjadi subjek
dalam penelitian ini. Lalu peneliti melakukan wawancara semi struktur secara mendalam selama
dua kali.
C. Teknik Analsis Data
Teknik Analisis Data dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif yang
dilakukan sesuai dengan pendekatan fenomenologi, sehingga analisis data yang digunakan
dengan cara mengeksplorasi pengalaman-pengalaman subjektif dan mengklarifikasi situasi yang
dialami dalam kehidupan sehari-hari. Dari pertanyaan wawancara kemudian di analisis setiap
jawaban responden dan mengidentifikasikannya sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengertian Siraman Pengantin
Siraman secara harfiah memiliki arti "mengguyur". Upacara adat siraman dilakukan
sebelum melakukan ijab kabul. Siraman memiliki makna pembersihan secara fisik maupun
mental bagi kedua pengantin yang akan menikah.
Siraman berasal dari kata “siram” yang artinya mandi. Dan juga bisa disebut siram yang
menggunakan air sebagai sarana medianya. Siraman ini adalah sebuah upacara yang diadakan sebelum
pernikahan. Upacara ini mengandung arti memandikan calon mempelai, baik putra maupun putri di
kediaman masing- masing, dengan tujuan agar calon pengantin memasuki perkawinan dalam keadaan
suci lahir dan batin.

Siraman pengantin adalah prosesi pemandian calon pengantin yang dilaksanakan sehari
sebelum pernikahan dilangsungkan. Pada umumnya, siraman pengantin menggunakan banyu
sekar setaman (air bunga) dan daun kemuning. Prosesi ini biasanya dilakukan oleh para sesepuh
yang sengaja diundang untuk sekaligus memberikan restu kepada calon pengantin.
Upacara siraman merupakan prosesi upacara adat memandikan calon pengantin yang
dilakukan pra nikah tepatnya sehari sebelum melangsungkan pernikahan, peranan kedua orang
tua memberikan pesan dan simbolik-simbolik yang memiliki makna.
Seperti yang diungkapkan Agoes (2003, hlm.38) bahwa upacara siraman secara kasat
mata artinya memandikan. Tapi, dibalik itu terdapat beberapa makna yang terkandung di
dalamnya. Secara filosofis, siraman itu dimaksudkan sebagai upaya penyucian diri lahir-batin
sebelum memasuki mahligai perkawinan.
B. Proses Siraman Pengantin
Prosesi Siraman dalam Pernikahan Adat Jawa
1. Sungkeman
Prosesi siraman akan dibuka dengan prosesi sungkeman. Calon pengantin wanita akan
melakukan sungkeman kepada kedua orang tua terlebih dahulu. Jika kakek dan nenek dari calon
mempelai wanita hadir dalam prosesi pernikahan adat Jawa ini, maka merekalah orang pertama
yang harus dituju calon mempelai wanita untuk menjalankan sungkeman. Setelah prosesi
sungkeman selesai, acara dilanjutkan ke prosesi siraman.
2. Air Siraman
Sebelum prosesi siraman dimulai, ada persiapan siraman adat Jawa yang perlu dilakukan,
antara lain menyiapkan air dari tujuh sumber mata air. Pastikan ketujuh air tersebut berasal dari
air tanah, bukan air PAM. Lalu campuran air tersebut dimasukkan dalam sebuah kendi.
Biasanya, yang melakukan siraman adalah pihak mempelai wanita. Namun kalau pihak
mempelai pria ingin melakukan siraman juga, maka perwakilan dari pihak mempelai pria secara
simbolis harus menjemput campuran air dari tujuh mata air tersebut untuk dipakai juga pada
prosesi siraman pihak mempelai pria.
Setelah semua persiapan sirapan siap, maka prosesi siraman pun bisa dimulai. Siraman
pertama dilakukan oleh ayahanda dari mempelai wanita, lalu dilanjutkan dengan sang ibunda.
Masing-masing menyiram sebanyak tiga kali, yaitu satu siraman di kepala, satu siraman di
pundak atau badan, dan satu lagi siraman di kaki.
Setelah ayah dan ibu, siraman diteruskan oleh pini sepuh, orang terdekat yang sudah
ditunjuk untuk mengikuti prosesi siraman. Jumlah orang yang menyiram haruslah ganjil,
biasanya berjumlah 7 orang, namun bisa juga 5 atau 9 orang.
Syarat Orang yang Melakukan Siraman kepada Pengantin Selain Orang tua:

a. Masih dalam ikatan pernikahan, tidak boleh yang sudah bercerai


b. Tidak menyandang status janda
c. Sudah memiliki keturunan

4. Pemecahan Kendi
Setelah seluruh pini sepuh sudah selesai melakukan siraman, ayah dari mempelai wanita
akan menuangkan sisa air dari kendi kepada sang anak untuk digunakan berwudhu. Kendi yang
kosong tersebut dipegang oleh kedua orang tua, kemudian dijatuhkan ke tanah sehingga pecah.
Proses menjatuhkan kendi tersebut diiringi ucapan “Niat ingsun ora mecah kendi,
nanging mecah pamore anakku [nama mempelai wanita]”. Pemecahan kendi tersebut menjadi
simbol pecahlah pamor sang anak sebagai wanita dewasa dan memancarlah sina pesonanya.
5. Potong Rikmo
Prosesi siraman adat Jawa dilanjutkan dengan memotong rambut dari mempelai wanita
atau disebut dengan potong rikmo. Utusan besan juga akan menyerahkan potongan rambut
mempelai pria untuk disatukan. Gabungan potongan rambut ini lalu dikubur di halaman rumah.
Prosesi siraman adat Jawa pada tahap ini bertujuan agar semua hal buruk dikubur bersamaan
dengan rambut, sehingga kelak kedua mempelai hanya disertai kebaikan dan kebahagiaan dalam
rumah tangganya.
6. Bopongan
Setelah semua selesai, prosesi siraman adat Jawa akan diakhiri dengan sang ayah
menggendong calon mempelai wanita menuju kamar. Salah satu prosesi pernikahan adat Jawa
ini melambangkan betapa kasih sayang orang tua senantiasa mengiringi anaknya sampai detik
terakhir menjelang lembaran baru dalam kehidupan sang anak.
Adat siraman ini merupakan warisan berharga para leluhur, sehingga alangkah baiknya
bisa diturunkan ke generasi selanjutnya. Pasalnya, prosesi siraman adat Jawa ini bukannya
sekedar panjang saja, namun doa dan harapan dari keluarga ikut serta seiring menjalani prosesi
siraman tersebut.
C. Makna dan Simbol Proses Siraman Pengantin
Siraman memiliki makna pembersihan secara fisik maupun mental bagi kedua pengantin
yang akan menikah. Hal ini bertujuan untuk membersihkan segala hal negatif yang dianggap
mengganggu proses pernikahan dan ijab kabul. Prosesi siraman biasanya dilakukan pada pukul
10.00 - 15.00, sehari sebelum dilakukannya ijab kabul. Pada waktu ini diyakini sebagai saat
ketika bidadari turun ke bumi untuk mandi. Pengantin membawa kesan cantik, tentu sangatlah
tepat apabila proses "mandi" atau siraman dari pasangan pengantin tersebut dilakukan bersamaan
dengan para bidadari.
Selain penyucian diri, siraman juga memiliki makna memohon petunjuk serta rahmat
Tuhan Yang Maha Esa untuk perjalanan kehidupan pernikahan kedua pengantin. Selama proses
siraman berlangsung, dilantunkan doa-doa guna memohon keselamatan dan anugrah. Siraman
juga menjadi tanda bahwa pasangan pengantin telah bertekad bulat dan siap untuk berperilaku
bersih baik perkataan, perbuatan, maupun pikiran.Prosesi siraman merupakan salah satu bagian
dari pernikahan adat Jawa yang tidak pernah dilewatkan. Berikut prosesi lengkap & makna
dalam siraman adat Sunda.
Makna adanya jajanan pasar dalam proses siraman adat Jawa adalah sebagai simbol
pengingat akan kehidupan dunia, serta lambang hubungan manusia dan silaturahmi.
Selain itu, adanya pisang raja dalam sesajen saat siraman menjadi simbol agar mempelai
memiliki sifat seperti raja yang adil, berbudi luhur, dan menepati janji. Selain itu pisang juga
memiliki filosofi dapat hidup dan tumbuh di mana saja, dan semua bagian pisang dapat
dimanfaatkan oleh manusia. Harapannya, kedua mempelai dapat mudah beradaptasi dan bisa
bermanfaat bagi lingkungannya. Biasanya dipilih pisang raja ayu yang sudah masak, agar
mempelai tumbuh memiliki pemikiran yang matang dan dewasa.
Kemudian air siraman yang diambil dari 7 mata air merupakan lambang hidup yang
saling menolong. Tujuh dalam bahasa Jawa adalah pitu, dan pertolongan adalah pitulungan.
Dalam air siraman ini nanti ditebar bunga sritaman, yakni bunga mawar, melati, dan kenanga.
Bunga melati, memiliki makna melad saka jero ati, yang artinya ketulusan dalam berucap dan
berbicara, dari hati nurani yang paling dalam. Bunga kenanga, memiliki makna keneng-e, yang
artinya gapailah. Bunga mawar, memiliki makna mawi arsa, yang artinya dengan kehendak atau
niat.
Berbicara mengenai hakikatnya, peristiwa ini bukanlah peristiwa pembersihan fisik saja,
melainkan pembersihan jiwa. Membersihkan segala hal yang bisa menjadi gangguan, supaya saat
melakukan prosesi ijab kabul, tidak ada aral yang melintang. Bukan hanya menjelma sebagai
wujud visualiasai saja, akan tetapi pelaksanaan ritus ini menyimpan sebuah tujuan yang mulia.
Siraman diadakan sebagai cara untuk memohon rahmat kepada Tuhan Yang Maha Esa, supaya
kelak calon pengantin bersih dari godaan, sehingga bisa membangun keluarga yang harmonis.
Ternyata hal ini selaras juga dengan ajaran filsafat Jawa tiga aras. Artinya manusia memiliki
kesadaran mengenai keberadaan Tuhan, semesta dan juga kesadaraan akan keberadaan manusia
lain.
Siraman bukan hanya bertujuan mendapatkan rahmat serta berkah saja, melainkan
sebagai upaya untuk membersihkan diri dari segala “kotoran” sampai bersih seutuhnya.
Tentunya bersih jiwa dan juga bersih raga.
Secara simbolik siraman merupakan pertanda jika pengantin memiliki tekad kuat untuk
berperilaku bersih. Bersih secara pikiran, kata-kata dan perbuatan. Kemudian mengenai ajaran
filsafat yang kedua dan ketiga, manusia harus memiliki kesadaran penuh akan alam dan juga
sesama manusia sendiri, tentu sudah tercermin dari tujuan siraman ini. Saat manusia mampu
membersihkan, maka lahirlah perilaku baik dan juga benar. Perilaku baik dan benar inilah yang
mampu melahirkan kehidupan yang selaras.
Siraman calon pengantin adat Sunda sebagai upaya pelestarian dan pendokumentasian
khususnya tentang garapan ilustrasi dantekstualitas musik serta kesesuaian antara musik dan
prolog dalam upacara adat siraman pengantin Sunda, karena sepengetahuan penulis sejauh ini
belum pernah ada yang meneliti. Maka dari itu, penulis dengan harapan temuannya, khususnya
bagi generasi muda bisa lebih mengetahui dan melestarikan aset budaya, mampu
mengembangkan adat istiadat masyarakat tradisional Sunda di era globalisasi, serta menambah
wawasan musik yang bisa dijadikan bahan ajar mata kuliah budaya dan bahasa sunda.
D. Perlengkapan Siraman Pengantin
Perlengkapan yang perlu disediakan dalam upacara siraman terdiri atas:
1. Air dari sumber
Air bersih dari sumber dipakai untuk memandikan calon pengantin agar
menjadimurni/suci dan bersih lahir batin. Hal ini merupakan persiapan untuk menyambut
kedatangansang bidadari yang akan turun dari kahyangan (surga) untuk memberikan doa restu
dan ikutmempercantik putrinya yang akan melangsungkan pernikahan.
2. Kembang Setaman (bunga sritaman)
Kembang setaman merupakan bunga-bunga yang tumbuh di taman seperti mawar,
melati,kanthil dan kenangan. Bunga-bunga ini ditaburkan ke dalam air yang akan dipakai
untuksupaya menjadi harum.
3. Konyoh Manca Warna
Konyoh merupakan lulur/bedak basah yang dibuat dari tepung beras dan kencur serta
bahan pewarna. Manca atau panca (lima) warna (warna maksudnya lima macam warna. Jadi
Konyoh Manca Warna artinya lulur yang terdiri dari lima macam warna, meliputi merah,kuning,
hijau, biru dan putih. Konyoh ini berfungsi sebagai sabun yang dapat menghaluskantubuh.
4. Landha Merang, Santan Kanil Dan Air Asem
Landha merang (abu merang yang direndam dalam air) yang berfungsi sebagai
shampo,sanatan kanil (air perasan parutan kelapa yang kental) yang berfungsi untuk
menghitamkanrambut dan air asem digunakan sebagai conditioner. Apabila ingin praktis dapat
digantidcngan shampo dan conditioner yang banyak dijual di pasaran.
5. Dua Butir Kelapa Yang Sudah Tua
Kedua kelapa ini sebagian sabutnya diikat menjadi satu dan dimasukkan ke dalam air
yangsudah ditaburi kembang setaman.
6. Alas Duduk
Alas duduk calon pengantin dalam upacara siraman terdiri dari:

a. Klasa bangka, yaitu tikar berukuran sekitar setengah meter persegi yangterbuat dari
pandan.
b. Sehelai mori (kain putih) dan sehelai kain.
c. Daun-daunan yang terdiri dari daun kluwih, daun kara, daun apo-apo. daunawar-awar
daun turi, daun dhadhap srep, alang-alang, dan duri kemarung.
d. Dlingo bengle
e. Empat macam kain motif bango tulak, yaitu kain yang tengahnya berwarna putih dan
tepinya berwarna tua yaitu biru tua, kunjng, hijau, dan merah.
f. Sehelai kain motif yuyu sekandang, yaitu kain lurik tenun berwarna coklat bergaris-garis
berwarna kuning.
g. Sehelai kain motif pulo watu, yaitu kain lurik berwarna putih berlerek/bergaris hitam.
h. Sehelai kain letrek berwarna kuning
i. Sehelai kain jingga atau berwarna merah tua.

7. Sehelai mori
Sehelai mori berukuran dua meter kain putih palos ini dikenakan pada saat upacara
siraman dan kain batik untuk alas sebelum memakai mori.
8. Sehelai kain motif
Sehelai kain motif grompol dan sehelai kain motif nagasar kain motif rompol dan
nagasari ini bisa diganti dengan motif Iain yang juga bermakna positif (baik), misalnya: motif
sida mukti, sidaasih, semen raja, semen rama, sidaluhur.
9. Sabun dan handuk
Dimaksudkan untuk membersihkan dan mengeringkan badan.
10.Kendhi atau klenthing
Kendi ini berisi air bersih yang digunakan untuk menutup danmengakhiri upacara siraman.
E. Siraman Pengantin Dalam Tinjauan Agama Islam
Dalam tinjauan hukum, Islam Ahlussunnah wal jamaah meyakini bahwa tradisi ini
memiliki dasar dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw. Sebagaimana diriwayatkan dalam
hadits, pada hari sayyidah Fatimah dan Sayyidina Ali, Rasulullah Saw memercikkan air ke dada
dan kepala mereka, serta menyiramkannya di pundak mereka. Sebagaimana diriwayatkan Anas
bin Mâlik Ra;
“Dan saat Nabi Saw menikahkan Ali dengah Fâthimah, beliau masuk rumah (Ali) dan
berkata kepada Fâthimah RA; “Ambilkan aku air!” maka Fâthimah bergegas mengambil gelas
besar yang ada di rumah tersebut dan mengisinya air. Kemudian Nabi segera mengambilnya dan
(memasukkannya ke mulut lalu) memuntah-kannya (ke gelas kembali) dan berkata; “Majulah (ke
sini)!” Fâthimah pun segera menghadap. Kemudian beliau memercikkan air di antara dua
payudaranya dan kepalanya, lalu berberdoa; “Ya Allâh! Aku memohon perlindungan padaMu
baginya dan keturunannya dari setan yang terkutuk.” Kemudian berkata; “Berbaliklah!” Lalu
beliau menuangkan air tersebut di antara dua pundaknya. Kemudian berkata (kepada Ali);
“Ambilkan aku air!” Ali berkata; “Maka aku tahu apa yang dikehendaki beliau. Maka aku segera
bergegas memenuhi sebuah gelas besar dengan air dan memberikannya kepada beliau. Kemudian
Nabi segera menerimanya dan (memasukkannya ke mulut lalu) memuntahkannya (ke gelas
kembali) dan berkata; “Majulah (ke sini)!” Kemudian beliau memercikan air di kepala dan
tengah dadaku, lalu berdoa; “Ya Allâh! Aku memohon perlindungan padaMu baginya dan
keturunannya dari setan yang terkutuk.” Lalu beliau SAW berkata; “Berbaliklah!” maka aku
membalikkan badanku. Kemudain beliau menuangkan air tersebut di antara dua pundakku seraya
membaca doa (sebagaimana tadi) dengan tidak merubah runtutan al-Qurân; “Ya Allâh! Aku
memohon perlindu-ngan padaMu baginya (dengan dhamir muannatas untuk Fâthimah).” Dan
ketika (melanjutkannya) beliau berkata; “Dan keturunannya (dengan dhamir mudzakar untuk
Ali) dari setan yang terkutuk. Kemudian berkata (padaku); “Gaulilah istrimu dengan menyebut
nama Allâh dan (semoga engkau mendapat) barakah.”
Tinjauan hukum Islam terhadap mandi taman boleh dilakukan karena merupakan suatu
adat istiadat atau tradisi dalam suatu pernikahan, sebab tidak bertentangan dengan hukum Islam.
Tetapi tata cara pelaksanaannya yang membuat mandi taman tersebut tidak layak dilakukan.
Karena manditaman dilakukan di depan halaman rumah penggantin perempuan sehingga banyak
yang melihatnya, danpada saat selesai pelaksanaan mandi tamanini semua orang mandi beramai-
ramai (bersiram-siraman), sehingga bisa bersentuhan dengan orang yang bukan mukhrimnya dan
juga bisa memperlihatkan lekuk tubuh dan auratnya.
Karenanya, akan lebih baik jika prosesi siraman pengantin dilaksanakan dengan tetap
menutup aurat, atau di tempat yang tertutup dan hanya dihadiri oleh kerabat yang memiliki
hubungan mahram.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Siraman adalah salah satu rangkaian dari pelaksanaan upacara pernikahan adat jawayang
dilakukan dengan maksud untuk membersihkan atau mensucikan kedua calon pengantin.Siraman
ini biasanya dilakukan pada sore hari atau setelah ashar, sehari sebelum ijab qabul. Air yang
digunakan untuk siraman berupa air dari tujuh sumber mata air yang biasanyadiambil dari
masjid-masjid, rumah besan, dan rumah pini sepuh. Kemudian ditaburi dengankembang sritaman
(bungan setaman) atau bunga yang biasanya hidup di taman seperti mawar,melati, kanthil, dan
kenanga.Siraman diakhiri dengan memecah kendi atau klenthing dari tanah liat oleh juru
rias,dengan maksud bahwa calon pengantin “wis pecah pamore” yang artinya sudah
berakhirmasa remajanya.
Siraman pengantin ini bertujuan membersihkan diri dari semua kotoran yang melekat
pada dirinya secara lahiriah. Adapun makna mandi taman ini padaha kikatnya adalah
memberikan tunjuk ajar atau didikan bagi yang barumemasuki kehidupan berumah tangga.
Bagaimana cara mandi dalam rangka pembersihan atau penyucian diri setelah berlaku sesuatu
yang mewajibkan dia harus mandi. Karena ini menyangkut dengan kewajiban yang bertalian
dengan keimanan. Karena kebersihan itu adalah bagian dari keimanan.
B. Saran
Sebagai wujud pelestarian adat istiadat Sunda, acara siraman ini patut untuk dilaksanakan
di setiap wilayah pulau Jawa. Sebab, selain mengandung makna yang religius dan kejawen,
siraman juga sebagai wujud silaturahmi dan pirukunan antar-masyarakat sekitar.
DAFTAR PUSTAKA

Irmawati, W. (2013, November). MAKNA SIMBOLIK UPACARA SIRAMAN PENGANTIN ADAT JAWA.
Walisongo, 21(2), 309-331.

Martha Puspita ,Pengantin Solo Basahan dan Solo Putri, PT. Gramedia Pustaka utama, Jakarta, 2010

Sutawijaya R. Danang, Yatmana R.M.A Sudi, Upacara Penganten, CV. Aneka Ilmu, Demak, 1995.

https://chikaalfawzia.wordpress.com/2015/06/05/siraman-calon-pengantin-puteri/

https://etnis.id/mengapa-harus-ada-siraman-dalam-pernikahan-adat-jawa/

https://islami.co/bolehkah-melakukan-tradisi-siraman-sebelum-pernikahan/

https://nukotakediri.or.id/2016/06/06/budaya-pernikahan-islam-jawa/

Anda mungkin juga menyukai