Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH FIQH IBADAH

WUDUHK

Disusun dan diajukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas kelompok pada mata Kuliah Fiqh Ibadah.

Dosen Pengampu
Dr. Busman Edyar, S.Ag.,MA

Disusun Oleh :
Nabila Juli Nanda 22631041
Rahmat Noprian 22631054

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARI’AH


FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) CURUP
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Sesungguhnya segala puji hanya milik Allah swt. Kita memuji-Nya, meminta pertolongan-Nya, meminta
ampunan-Nya dan meminta perlindungan-Nya dari jiwa yang kotor dan amal perbuatan yang buruk.

Wudhu hukumnya wajib bagi seseorang yang sudah akil balik dan hendak menjalankan salat, baik salat wajib
maupun salat sunah. Maksut atau tujuan wudhu adalh untuk melepaskan atau menghilangakan hadas kecil yang
melekat pada tubuh kita.

Akhirnya ucapan terimkasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya
makalah ini. Semoga Allah memberikan balasannya. Penulis berdo’a semoga Allah akan selalu meridai amal dan
usaha kita,sehingga amal usaha kita akan membawa manfaat.

Curup, 19 September 2022


Penyusun,

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN...............................................................................................................................
A. Latar Belakang........................................................................................................................................
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................................
C. Tujuan.....................................................................................................................................................

BAB II : PEMBAHASAN................................................................................................................................
1. Pengertian Wudhu’.................................................................................................................................

2. Dasar Hukum Wudhu’............................................................................................................................


3. Syarat dan Rukun Wudhu’.....................................................................................................................
4. Sunah-sunah dan yang Membatalkan Wudhu’.......................................................................................

BAB III : PENUTUP........................................................................................................................................


Kesimpulan.........................................................................................................................................................

Saran..................................................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap orang yang akan melaksanakan sholat tentu akan berwudhu terlebih dahulu. Banyak yang
kita lihat orang berwudhu asal-asalan atau tidak sempurna. Kadang-kadang ada bagian anggota wudhu

3
yang tidak terkena air. Padahal kalau mereka tau betapa agungnya syariat Islam tentang wudhu ini tentu
akan berusaha menyempurnakan wudhunya.

Dari kegiatan yang dilakukan dengan berwudhu, jelas sekali prinsip Islam dalam menjaga
kebersihan anggota tubuh yang sering terbuka. Kebershan pangkal kesehatan. Ini dilakukan minimal 5
kali sehari. Belum lagi kalau ditinjau dari segi rohaninya. Semua anggota tubuh dari sering bermaksiat,
sering berbuat dosa. Tangan mungkin diperhunakan untuk memukul orang, mengambil milik orang lain,
mulut mungkin mnenyakiti hati orang, atau memakan barang haram, hidung mungkin mencium hal-hal
yang tidak boleh dicium, mata yang ada dimuka memandang hal-hal yang tidk layak dipandang, telinga
mungkin sering mendengar kata-kata yang tidak panta untuk didengar. Dan kaki mungkin sering
dipergunakan untuk melangkah ke tempat yang dilarang Allah swt. Dengan melakukan wudhu dengan
sempurna, rohani dan jasmani menjadi bersih, jernih dan segar.

Maka dapat disimpulkan bahwa wudhu sangat penting bagi setiap ummat islam. Karena tanpa berwudhu
tidaklah sah sholat seseorang. Dalam arti tidaklah sempurna ibadah yang kita lakukan.

Pendidikan pertama bagi anak ialah keluarga. Disinilah kedua orang tua sangat berperan dalam
mendidik dan mengajarkan serta menanamkan nilai-nilai kepada anak-anaknya. Setelah anak sudah
memiliki usia yang pantas untuk mengenyam pendidikan formal, maka sekolah lah yang membantu
memenuhi kekurangan keluarga dalam mendidik. Karena proses pendidikan di sekolah telah tersitematis
dengan adanya kurikulum yang mengatur proses pendidikan. Baik itu yang berhubungan dengan
pendidikan alam, sosial, seni, bahkan pendidikan agama. Dalam agama Islam tidak hanya mengatur
hubungan manusia dengan Tuhannya, akan tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya,
bahkan dengan makhluk lain. Islam juga mengatur seluruh aspek kehidupan diantaranya makan,
kesehatan dan termasuk juga tata cara melaksanakan wudhu dengan benar menurut aturan syariat Islam.
Sekolah sangat berperan dalam memenuhi kebutuhan peserta didik akan Pendidikan Agama Islam.
Oleh sebab itu, didalam kurikulum pendidikan terdapat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, kegiatan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam tersebut diarahkan untuk meningkatkan
pemahaman peserta didik terhadap ajaran agama Islam dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-
hari.

4
Selaras dengan hal tersebut, Muhaimin mengungkapkan bahwa terdapat tiga aspek mendasar yang
harus ada dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu: pertama, knowing yakni agar peserta didik
dapat mengetahui dan memahami ajaran nilai-nilai agama. Kedua, doing yakni agar peserta didik dapat
mempraktekkan ajaran dan nilai-nilai agama. Ketiga, being yakni agar peserta didik dapat menjalani
hidup sesuai dengan ajaran dan nilai-nilai agama.1 Sebelum peserta didik dapat menjalani kehidupan
sesuai dengan ajaran dan nilai-nilai agama Islam, peserta didik terlebih dahulu harus memahami konsep-
konsep ajaran Islam.

A. Rumusan Masalah
1. Apa itu Wudhu?
2. Apa saja hukum wudhu
3. Syarat-syarat Sahnya Wudhu
4. Apa saja rukun-rukun Wudhu
5. Hal- yang membatalkan Wudhu

B. Tujuan Penulisan

Sebagai salah satu syarat diterimanya shalat yang mana shalat pun merupakan salah satu rukun Islam
yang harus dijalankan oleh seluruh umat muslim, sudah sepatutnya kita mempelajari, dan mengkaji hal-hal yang
berkaitan dengan wudhu dan mengamalkan apa yang sudah menjadi perintah Allah Swt yang tertuang dalam Al-
Quran dan Sunnah Rasul-Nya. Maka dari itu, tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan
pengetahuan kepada para pembaca tentang hal-hal yang berkaitan dengan wudhu baik definisi, dalil diwajibkannya
wudhu, keutamaan wudhu, syarat dan rukun wudhu serta hal-hal lain yang berkaitan dengan wudhu.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Wudhu’

Secara bahasa wudhu’ adalah menyucikan diri (sebelum sholat) dengan membasuh muka,
tangan mengusap kepala dan membasuh kaki.kata wudhu dalam bahasa arab berasal dari

5
kata al-Wadha’ah yang bermakna al-Hasan, yaitu kebaikan, dan juga bermakna an-
Nadzafah yaitu kebersihan.1
Dalil wajibnya wudhu’ didasarkan pada al-Qur’an, hadis (sunnah) dan ijmak (konsensus)
ulama. Dalil al-Qur’an dapat dilihat dalam surat al-Maidah ayat 6.2

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman,apabila klin hendak mengerjakan shalat, makabasulah muka dan
tangan kalian samai ke siku. Kemudian sapulah kepala kalian dan bsulah kaki kalian sampaai pada mata kaki”(Al-
Maidah).3

Sehubungan dengan firman Allah Swt. banyak ulama salaf yang menafsirkannya dengan,
“sedang kamu berhadas,” sedangkan ulama yang lain menafsirkan “jika kamu bangun tidur dan hendak shalat,”
Kedua penafsiran itu mendekatii kebenaran. Ulama lainnya mengatakan ayat umum daripada kedua penafsiran itu;
ayat tadi merupakan perintah itu wajib dilkukan bagi orang yang berhadas, sedangkan bagi yang masih suci perintah
itu sunnah. Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa pada permulaan Islam perintah berwudhu untuk setiap kali
shalat adalah wajib, kemudian ketentuan itu dinasakh menjadi sunnah sebagaimana disukai oleh Umar untuk selalu
membaguskan wudhu bagi setiap shalat. Hal ini menunjukan bahwa berwudhu untuk setip kali shalat,bagi yang tidak
berhadas, adalah sunnah sebagaimana menurut jumhur ulama.
Firman Allah Swt. sebagian ulama menjadikan ayat “Apabila kamu hendakmendirikan shalat, maka
basulah mukamu”, sebagai dalil bagi wajibnya niat dalam berwudhu. Firman Allah Swt.
Yaitu berikut siku. Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah, dia berkata: “apabila Nabi berwudhu beliau memutarkan
air ke kedua sikunya.” Firman Allah Swt. Harf ba dalam ayat ini menunjukan arti perentuhan.
Firman Allah Swt. Penggalan ayat ini waarjulakum karena di-‘athaf-kan kepada fangsiluu
hujuhakum wa aidiyakum. Qiraah ini menunjukan dengan jelas kewajiban mencuci kaki sebagaimana dikemukakan
oleh para ulama salaf.4

1
Syarfrida dan Nurhayati Zein, Fiqh ibadah, (Pekanbaru: CV Mutiara Pesisir Sumatra, 2015), h. 41
2
Supiana dan karman, Materi pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT.Remaja Rosdakrya, 2009), h.4
3
Dapertemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahan, (Bandung: Diponegoro, 2008), h. 108
4
Muhammad Nasib ar-Rifa’i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Terj. Syihabuddin; cet. 1 (Jakarta: Gema Insani, 2011),h.31

6
Sabda Rasulullah Saw: Ishaa bin Ibrahim al-Hanzli telah menceritakan kepada kami, ia berkata Abdurazzak
telah mengabarkan kepada kami, ia berkata; Ma’mar telah mengabarkan kepada kami, dari Hammam bin Munabbih
bahwa ia mendengr Abu Hurairah berkata, “ Rasulullah saw. Bersabda, “tidak diterima shalat orang yang berhadas
hingga ia berwudhu”. Seorang lelaki dari hadhramaut bertanya,”apa itu hadas wahai Abu Hurairah?” Abu Hurairah
menjawab, “kentut yang berbunyi dan kentut yng tidak berbunyi” (H.R. Bukhari).

Dalam syarat Shahih Al-Bukhari menjelaskan bahwa: Kalimat “tidak terima” yang maksudnya pahalanya tidak
ada. Apabila kalimat tersebut menafikan diterimanya suatu amal karena adanya penghalang atau luputnya
syarat,maka menafikan diterimanya suatu amal di sini bermakna ditolak. Artinya amalan tersebut tertolak. Dan ia
harus mengulanginya lagi dengan tata cara yang benar. Jika penafian diterimanya suatu amalan dikarenakan adanya
perkara lain yang terpisah dariibadah, maka maksudnya adalah menghapuskan pahalanya meskipun amalan tersebut
sudah mengugurkan kewajibannya. Dalam hadis ini penafian tersebut maksudnya adalah menafikan sahnya amalan,
karena sebaimana disebutkan bahwa penafian tersebut dikarenakan luputnya suatu syart yaitu bersuci.

Firman Allah Swt. dalam surah al-Maidah dan hadis Rasulullah saw tersebut menjadi dasar kewajiban dalam
melaksanakan wudhu sebelum memulai shalat. Shalat merupakan pendekatan lahir bathin seorang hamba kepada
penciptanya, maka sudah semestinya ibadah ini didahului dengan pensucian diri melalui wudhu. Wudhu inilah yang
akan menjadi suci sh atau tidaknya shalat seseorang.

2. Hukum Wudhu
Hukum wudhu bisa wajib dan bisa sunnah. Tergantung konteksnya.
a. Wajiib. Hukum wudhu menjadi wajib ketika seseorang akan melakukan hal-hal sebagai
berikut:
 Shalat
 Tawaf di seputar Ka’bah
b. Sunnah. Hukum menjadi sunnah ketika seseorang akan melakukan hal-hal sebagai
berikut :
 Mengulangi wudhu untuk tiap shalat.
 Menyentuh kitab-kitab syar’iyyah (seperti kitab tafsir hadis, aqidah, fiqih, dan
lainya.

7
 Ketika akan tidur.
 Sebelum mandi janabah.
 Ketika sedang marah.
 Ketika akan melantunkan adzan dan iqamah.
 Ketika akan dzikir.
 Ketika akan membaca al-Qur’an.

3. Syarat dan Rukun Wudhu’


A. Syarat sah Wudhu’

Wudhu dikatan sah bila memenuhi syarat-syarat berikut:


 Islam.
 Mumayyiz/ Tamyiz, yakni dapat membedakan baik dan buruk.
 Tidak berhadas besar.
 Dengan air suci dan menyucikan.
 Tidak ada penghalang air sampai kekullit dari annggota wudhu.
 Mengetahui mana yang wajib dan mana yang sunnah.

B. Rukun Wudhu’

Rukun wudhu adalah bagian dari wudhu yang menjadi tulang penyangga utama.
Adapun rukun-rukunnya adalah :
1) Niat.
2) Membasuh muka, membasuh kedua tangan sampai ke siku.
3) Mengusap sebagian kepala.
4) Membasuh kedua telinga.
5) Membasuh kedua kaki sampai mata kaki.
6) Tertib/berurutan.

4. Sunnah-sunnah Wudhu’dan Hal-hal yang Membatalkan Wudhu’

8
A. Sunah-sunah Wudhu

a) Membaca bacaan basmalah sebelum berwudhu.


b) Mebasuh kedua tangan sampai pergelangan tangan.
c) Berkumur-kumur.
d) Memasukan air kehidung/ menghirup dan mengeluarkan lagi.
e) Bersiwak.
f) Membasuh sela-sela jari kedua tangan dan kaki.
g) Mengeresapkan air ke jenggot (apabila mempunyai jenggot).
h) Mengusap kepala.
i) Mengusap kedua telinga.
j) Membsuh masing-masing tiga kali.
k) Mendahulukan anggota yang kanan.
l) Takhil (membsuh sela-sela jari dengan air)
m) Membaca doa setelah wudhu.

B. Hal-hal yang Membatalkan Wudhu

1) Keluarnya sesuaatu dari kubul maupun dubur.


2) Tidur yang tidak tetap tempat duduknya.
3) Hilangnya akalnya sebab gila, pingsan, mabuk, dan tidur nyenyak.
4) Persentuhan kulit antara pria dan wanita yang bukan mahramnya dengan tidak
memakai tutup.
5) Tersentuh kemaluan (kubul atau dubur) dengan telapak tangan atau jari-jarinya
dengan tidak memakai tutup.5

BAB III
PENUTUP
5
Choeroni, dkk, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti(Ciracas: Jakarta),h. 120-121

9
A. Kesimpulan

Wudhu merupakan salah satu syarat untuk diterimanya ibadah shalat. Maka dari kita harus mempelajari dan
mendalami hal-hal yang berkaitan dengan wudhu agar ibadah kita kepada Allah Swt tidak sia-sia. Baik itu sunnah
wudhu, rukun wudhu, hal-hal yang membatalkan wudhu himgga kekeliruan dalam wudhu semuanya harus kita
perhatikan dan amalkan dalam kehidupan sehari-hari.

B. Saran
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh penyusun, maka untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih mendasar dan luas lagi disarankan kepada pembaca untuk membaca refernsi-referensi lain
yang lebih baik. Dalam makalah ini penulis berkeinginan memberikan saran kepada pembaca agar terus mempelajari
dan mengkaji ilmu-ilmu agama terutama ilmu fiqh yang berkaitan erat dengan kehidupan sehari hari baik hubungan
sesama manusia, kepada Allah, ataupun kepada alam.

DAFTAR PUSTAKA

https://inlislite.uin-suska.ac.id

https://ptki.onesearch.id

Choeroni, dkk, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti(Ciracas: Jakarta),h. 120-121 Muhammad Nasib ar-

Rifa’i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Terj. Syihabuddin; cet. 1 (Jakarta: Gema Insani, 2011),h.31

10
Syarfrida dan Nurhayati Zein, Fiqh ibadah, (Pekanbaru: CV Mutiara Pesisir Sumatra, 2015), h. 41

Supiana dan karman, Materi pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT.Remaja Rosdakrya, 2009), h.4

Dapertemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahan, (Bandung: Diponegoro, 2008), h. 108

11
12

Anda mungkin juga menyukai