Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

HALAL, HARAM, SUCI DAN NAJIS

Dosen Pengampu :
Toni Prihandoko. M.E

Disusun Oleh : Kelompok 1


1. Abda Juliastina (22631001)
2. Dina Meyriska (22631021)
3. Yodi Agustiawan (20631093)

PRODI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP

TAHUN AJARAN 2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, taufik
dan hidayah-nya sehinggah saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi teman-teman.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan


baik pada teknis penulisan maupun materi secara keseluruhan, mengingat kemampuan yang
dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya kami ucapkan syukur dan berterimakasih kepada Dosen Pengampu karena
telah memberikan tugas dan materi “HALAL, HARAM, SUCI DAN NAJIS” yang
memberikan dampak baik baik kepada kami sehingga kami dapat mengerti apa yang
dimaksud dengan materi tersebut.

Curup, 21 Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan Masalah........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................4

A. Konsep Halal, Haram, Suci, Dan Najis Dalam Fiqih Islam Dipahami Dan
Diinterpretasikan Dalam Konteks Kehidupan Modern............................................4
B. Hukum Dan Tafsir Mengenai Halal, Haram, Suci, Dan Najis.................................6
C. Perkembangan Dan Implementasi Konsep Halal, Haram, Suci, Dan Najis Dalam
Lembaga Keuangan Islam......................................................................................10
D. Studi Kasus Konkrit Dari Penerapan Konsep Halal, Haram, Suci, Dan Najis Dalam
Kehidupan Nyata....................................................................................................11
BAB III PENUTUP...........................................................................................................14

A. Kesimpulan............................................................................................................14
B. Saran.......................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Latar belakang konsep halal, haram, suci, dan najis merupakan aspek
penting dalam pemahaman nilai-nilai dan praktik keagamaan dalam berbagai
kepercayaan dan agama di seluruh dunia. Konsep-konsep ini sering kali menjadi
landasan bagi tata cara dan aturan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam
aspek makanan, ritual keagamaan, dan interaksi sosial. Dalam agama Islam,
misalnya, konsep halal dan haram digunakan untuk menentukan kesesuaian atau
ketidaksesuaian suatu tindakan atau benda dengan ajaran agama. Halal merujuk
pada yang diperbolehkan atau sesuai dengan syariat Islam, sementara haram
mengacu pada yang dilarang atau tidak diperbolehkan.

Sementara itu, konsep suci dan najis berkaitan dengan kebersihan ritual dan
spiritual dalam agama Islam. Sesuatu yang suci adalah yang bersih dan layak untuk
digunakan dalam praktik keagamaan, seperti air untuk wudhu atau tempat ibadah.
Di sisi lain, najis merujuk pada sesuatu yang kotor atau tidak suci, yang dapat
mengganggu kebersihan ritual dan spiritual, dan harus dihindari.

Namun, penting untuk diingat bahwa konsep-konsep ini tidak hanya terbatas
pada agama Islam, tetapi juga terdapat dalam berbagai agama lainnya di seluruh
dunia. Misalnya, dalam agama Yahudi, terdapat konsep kashrut yang menentukan
makanan yang halal atau diperbolehkan, serta yang tidak halal atau haram. Begitu
pula dalam agama Hindu, terdapat ajaran tentang makanan yang suci (sattvic),
makanan yang mempengaruhi suasana mental (rajasic), dan makanan yang
merugikan spiritualitas (tamasic).

Dengan demikian, pemahaman tentang konsep halal, haram, suci, dan najis
memiliki dampak yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari individu yang

1
beragama, serta mempengaruhi berbagai aspek kehidupan sosial, budaya, dan
ekonomi. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai dan
praktik-praktik yang terkandung dalam konsep-konsep ini penting untuk
mempromosikan toleransi, penghargaan terhadap keberagaman, dan pemahaman
lintas budaya dalam masyarakat global yang semakin terhubung.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep halal, haram, suci, dan najis dalam fiqih Islam dipahami dan
diinterpretasikan dalam konteks kehidupan modern?
2. Bagaimana hukum dan tafsir mengenai halal, haram, suci, dan najis berpengaruh
terhadap praktik keagamaan dan kehidupan sehari-hari umat Islam?
3. Bagaimana perkembangan dan implementasi konsep halal, haram, suci, dan
najis dalam lembaga keuangan Islam, seperti bank syariah dan institusi
keuangan lainnya?
4. Bagaimana studi kasus konkrit dari penerapan konsep halal, haram, suci, dan
najis dalam kehidupan nyata, baik dalam konteks makanan, ritual keagamaan,
atau aspek lain dari kehidupan bermasyarakat?

B. Tujuan Masalah
1. Menganalisis pemahaman dan interpretasi konsep halal, haram, suci, dan najis
dalam fiqih Islam untuk memahami relevansinya dalam konteks kehidupan
modern.
2. Memahami implikasi hukum dan tafsir mengenai halal, haram, suci, dan najis
terhadap praktik keagamaan dan kehidupan sehari-hari umat Islam, serta
dampaknya terhadap nilai-nilai moral dan etika.
3. Mempelajari perkembangan dan implementasi konsep halal, haram, suci, dan
najis dalam lembaga keuangan Islam guna memahami bagaimana nilai-nilai
agama diintegrasikan dalam prinsip-prinsip ekonomi Islam.

2
4. Menganalisis studi kasus konkret dari penerapan konsep halal, haram, suci, dan
najis dalam kehidupan nyata untuk memahami tantangan, keberhasilan, dan
dampaknya dalam masyarakat kontemporer, baik dalam aspek makanan,
keuangan, atau praktik keagamaan lainnya.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Halal, Haram, Suci, Dan Najis Dalam Fiqih Islam Dipahami Dan
Diinterpretasikan Dalam Konteks Kehidupan Modern
Kata "halal" dalam Islam merujuk pada segala sesuatu yang diperbolehkan
atau diizinkan oleh syariat Islam. Barang atau tindakan yang halal tidak melanggar
hukum agama dan sesuai dengan prinsip-prinsip moral yang diajarkan dalam Islam.
Contohnya adalah makanan yang dipersiapkan sesuai dengan aturan yang
ditetapkan dalam Islam, seperti daging yang disembelih dengan cara yang benar
(disebut zabiha), tanpa mengandung daging babi, atau minuman yang tidak
mengandung alkohol.1 Sebaliknya, "haram" merujuk pada segala sesuatu yang
dilarang atau tidak diperbolehkan oleh syariat Islam. Barang atau tindakan yang
dianggap haram bertentangan dengan ajaran Islam dan dianggap sebagai dosa.
2
Contohnya adalah mengonsumsi daging babi, minuman beralkohol, riba (bunga),
atau melakukan perbuatan kejahatan seperti pencurian dan kekerasan.

Konsep suci dalam Islam merujuk pada keadaan atau benda yang bersih,
baik secara fisik maupun spiritual, dan layak digunakan dalam praktik ibadah dan
kehidupan sehari-hari sesuai dengan aturan agama. Misalnya, air yang digunakan
untuk wudhu atau mandi, tempat ibadah yang bersih, atau makanan yang disajikan
dengan kebersihan.3

Najis mengacu pada keadaan atau benda yang kotor atau tidak suci menurut
syariat Islam. Ada dua jenis najis dalam Islam, yaitu najis mughallazah (najis yang

1
Gema Rahmadani, "Halal dan Haram dalam Islam." Jurnal Ilmiah Penegakan Hukum 2.1 (2015):
20-26.
2
Shihab, Perspektif Quraish. "Makanan Halal Dan Haram Dalam Tafsir Al-Misbah." (2023).
3
Muh Rhesa Alif and Achmad Musyahid. "Percikan Najis dari Genangan Air Pembuangan; Studi
Kasus Eksploratif Civitas Akademika UIN Alauddin Makassar." Shautuna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Perbandingan Mazhab Dan Hukum (2022): 121-134.

4
berat) dan najis mutawassitah (najis yang ringan). Najis mughallazah mencakup
benda-benda seperti darah haid, darah nifas, dan kotoran manusia atau hewan,
sedangkan najis mutawassitah meliputi benda-benda yang tidak bersuci seperti
kencing dan feses hewan.

Konsep halal, haram, suci, dan najis dalam fiqih Islam merupakan bagian
integral dari ajaran agama yang memiliki relevansi yang besar dalam konteks
kehidupan modern. Dalam pemahaman dan interpretasi konsep ini, terdapat upaya
untuk menyesuaikan prinsip-prinsip agama dengan perubahan zaman dan kondisi
sosial. Dalam konteks kehidupan modern, pemahaman mengenai konsep tersebut
dapat ditinjau dari beberapa perspektif:4

1. Halal dan Haram

Konsep halal dan haram mengacu pada apa yang diizinkan atau
diperbolehkan oleh ajaran agama Islam, serta apa yang dilarang atau tidak
diizinkan. Dalam kehidupan modern, interpretasi terkait halal dan haram sering
kali melibatkan penilaian tentang legalitas dan etika dalam berbagai aspek,
termasuk makanan, pakaian, perilaku ekonomi, dan hubungan sosial. Misalnya,
perdebatan tentang kehalalan produk-produk modern seperti vaksin, produk
kecantikan, atau keuangan berbasis syariah menjadi penting dalam upaya untuk
menyesuaikan pemahaman agama dengan konteks zaman.

2. Suci dan Najis

Konsep suci dan najis berkaitan dengan kebersihan ritual dan spiritual
dalam Islam. Sesuatu yang suci dianggap layak dan bersih untuk digunakan
dalam praktik keagamaan, sementara yang najis adalah yang kotor atau tidak
layak. Dalam kehidupan modern, interpretasi tentang suci dan najis melibatkan
pertimbangan tentang kebersihan fisik, kesehatan, dan kebersihan lingkungan.

4
Annisa Nurlaily, "Implementation of Fiqh Learning on Student Small and Medium Industry (IKM)
Halal Products." Academia Open 8.2 (2023): 10-21070.

5
Misalnya, penerapan prinsip-prinsip kebersihan dalam praktik medis, sanitasi,
dan pengelolaan limbah menjadi relevan dalam konteks kesehatan dan
lingkungan yang modern.

3. Tantangan dan Penyesuaian

Dalam menghadapi tantangan kehidupan modern, pemahaman tentang


konsep halal, haram, suci, dan najis sering kali mengalami penyesuaian untuk
menjawab dinamika zaman. Misalnya, perlu adanya interpretasi ulang terkait
teknologi baru, seperti bioteknologi, keuangan digital, atau produk-produk
konsumen yang kompleks. Selain itu, globalisasi dan interaksi antarbudaya juga
mempengaruhi cara konsep-konsep ini dipahami dan diinterpretasikan dalam
konteks yang semakin kompleks dan beragam.

Dengan demikian, pemahaman dan interpretasi konsep halal, haram, suci,


dan najis dalam fiqih Islam dalam konteks kehidupan modern mengharuskan adanya
keseimbangan antara prinsip-prinsip agama yang tetap, dengan penyesuaian
terhadap tuntutan zaman dan kondisi sosial yang berkembang. Ini melibatkan proses
refleksi, diskusi, dan kajian yang mendalam untuk memastikan bahwa nilai-nilai
agama dapat diintegrasikan secara bermakna dalam kehidupan sehari-hari umat
Islam.

Hukum Dan Tafsir Mengenai Halal, Haram, Suci, Dan Najis

Dalam Islam, dalil atau landasan hukum dan tafsir mengenai konsep halal,
haram, suci, dan najis diperoleh dari berbagai sumber, termasuk Al-Qur'an, hadis,
ijtihad (penelitian hukum Islam), dan konsensus ulama. Berikut adalah beberapa
contoh dalil yang sering dikutip dalam pemahaman konsep-konsep tersebut:5

1. Al-Qur'an

5
Agus Miswanto and Muhamad Ulul Albab Musaffa. "Investigating Al-Istihalah in the Provisions of
Shariah Texts: A Study on Models of Transformation from Impure (Najis) to Pure (Halal) Substances, or Vice
Versa." Az-Zarqa': Jurnal Hukum Bisnis Islam 15.1 (2023): 1-25.

6
Al-Qur'an adalah sumber utama hukum Islam dan menyediakan petunjuk
mengenai halal dan haram. Misalnya, dalam Surah Al-Baqarah ayat 168, Allah
berfirman:

‫ٰٓيَاُّيَها الَّناُس ُك ُلْو ا ِمَّم ا ِفى اَاْلْر ِض َح ٰل اًل َطِّيًباۖ َّو اَل َتَّتِبُعْو ا ُخ ُطٰو ِت الَّش ْيٰط ِۗن‬
‫ِاَّنٗه َلُك ْم َع ُد ٌّو ُّم ِبْيٌن‬

"Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di
bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya
syaitan itu musuh yang nyata bagimu." Ayat ini menegaskan pentingnya
mengonsumsi makanan yang halal dan baik.

2. Hadis

Hadis adalah catatan mengenai ucapan, perbuatan, dan persetujuan Nabi


Muhammad SAW yang menjadi sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur'an.
Dalam banyak hadis, Nabi Muhammad memberikan petunjuk mengenai halal
dan haram dalam berbagai konteks.

Misalnya, Nabi Muhammad pernah bersabda: "Sesungguhnya Allah


adalah bersih, Dia hanya menerima yang bersih, dan Dia hanya
memerintahkan untuk melakukan yang baik." Hadis ini menegaskan pentingnya
kebersihan dan kebaikan dalam Islam.

3. Ijtihad

Ijtihad adalah usaha para ulama untuk menafsirkan hukum Islam


berdasarkan Al-Qur'an, hadis, dan prinsip-prinsip akal. Mereka melakukan
ijtihad untuk menyusun fatwa (pendapat hukum Islam) mengenai halal, haram,

7
suci, dan najis dalam konteks kehidupan modern. Contoh ijtihad dalam
pemahaman konsep ini adalah penetapan hukum-hukum baru terkait dengan
teknologi modern atau industri yang belum ada pada masa Nabi Muhammad.

4. Konsensus Ulama

Konsensus ulama terjadi ketika mayoritas ulama sepakat atas suatu pendapat
hukum dalam Islam. Ketika terdapat konsensus ulama mengenai suatu masalah, hal
itu dianggap sebagai landasan hukum yang kuat. Contoh konsensus ulama dalam
konteks ini adalah persetujuan ulama tentang hukum-hukum tertentu terkait
makanan, ritual ibadah, atau kebersihan dalam Islam.

Dengan mengacu pada sumber-sumber hukum dan tafsir tersebut, umat


Islam memperoleh panduan dan pemahaman yang mendalam mengenai konsep-
konsep halal, haram, suci, dan najis dalam menjalani kehidupan sesuai dengan
ajaran agama mereka.

Hukum dan tafsir mengenai halal, haram, suci, dan najis memiliki dampak
yang signifikan terhadap praktik keagamaan dan kehidupan sehari-hari umat Islam
dalam beberapa cara:

1. Pedoman dalam Tindakan

Hukum dan tafsir tentang halal dan haram memberikan pedoman yang
jelas bagi umat Islam dalam melakukan tindakan sehari-hari. Ini mencakup
aspek-aspek seperti makanan, minuman, pakaian, transaksi keuangan, dan
perilaku sosial. Para Muslim memperhatikan peraturan-peraturan ini untuk
memastikan bahwa tindakan mereka sesuai dengan ajaran agama.

2. Kesadaran Spiritual

Pemahaman tentang suci dan najis mempengaruhi kesadaran spiritual


umat Islam dalam menjaga kebersihan fisik dan spiritual. Umat Islam diingatkan

8
untuk menjaga kebersihan tubuh, lingkungan, dan hati agar sesuai dengan ajaran
Islam. Ini mencakup praktik wudhu, mandi junub, serta menjauhi hal-hal yang
dianggap najis untuk menjaga kesucian dalam ibadah dan kehidupan sehari-hari.

3. Pengaruh dalam Kesehatan dan Kebersihan

Konsep halal, haram, suci, dan najis juga memiliki implikasi dalam
kesehatan dan kebersihan fisik. Umat Islam didorong untuk mengonsumsi
makanan yang halal dan suci, serta menjauhi yang haram dan najis, karena hal
ini dapat berdampak pada kesehatan tubuh dan kebersihan lingkungan.

4. Pembentukan Identitas dan Solidaritas

Praktik-praktik keagamaan yang didasarkan pada hukum dan tafsir


mengenai halal, haram, suci, dan najis dapat membentuk identitas keagamaan
umat Islam dan memperkuat solidaritas di antara mereka. Melalui kesamaan
praktik dan kepatuhan terhadap ajaran agama, umat Islam merasa terhubung
secara spiritual dan sosial.

5. Pengaruh dalam Hubungan Sosial dan Ekonomi

Hukum dan tafsir tentang halal dan haram juga mempengaruhi hubungan
sosial dan ekonomi umat Islam. Mereka mempertimbangkan aspek halal dan
haram dalam transaksi bisnis, interaksi dengan sesama, serta dalam memilih
pekerjaan atau sumber penghasilan. Prinsip-prinsip ini membentuk pola perilaku
ekonomi dan sosial umat Islam.

Dengan demikian, hukum dan tafsir mengenai halal, haram, suci, dan najis
memainkan peran yang penting dalam membentuk praktik keagamaan dan gaya
hidup umat Islam, serta mempengaruhi berbagai aspek kehidupan sehari-hari
mereka. Hal ini menegaskan pentingnya pemahaman yang mendalam dan penerapan
prinsip-prinsip ini dalam kehidupan umat Islam sebagai bagian dari pengamalan
agama mereka.

9
Perkembangan Dan Implementasi Konsep Halal, Haram, Suci, Dan Najis
Dalam Lembaga Keuangan Islam

Perkembangan dan implementasi konsep halal, haram, suci, dan najis dalam
lembaga keuangan Islam merupakan aspek penting dalam upaya memperkuat
kesesuaian praktik keuangan dengan prinsip-prinsip syariah. Berikut adalah
beberapa hal yang relevan terkait perkembangan dan implementasi konsep tersebut
dalam lembaga keuangan Islam:6

1. Produk dan Layanan Keuangan

Lembaga keuangan Islam berusaha menyediakan produk-produk dan


layanan keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, termasuk konsep
halal dan haram. Ini mencakup produk-produk seperti tabungan, investasi,
pembiayaan, asuransi, dan lain-lain, yang harus diatur agar sesuai dengan
hukum syariah dan tidak melanggar prinsip-prinsip Islam.

2. Pengawasan dan Pengaturan

Untuk memastikan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah, lembaga


keuangan Islam biasanya didukung oleh badan pengawas syariah yang bertugas
untuk memeriksa dan mengawasi kegiatan operasional mereka. Badan ini
memastikan bahwa semua produk, layanan, dan praktik keuangan yang
ditawarkan oleh lembaga tersebut mematuhi aturan syariah dan tidak melanggar
prinsip-prinsip halal dan haram.

3. Sertifikasi Halal

Dalam beberapa kasus, lembaga keuangan Islam juga dapat


mengimplementasikan program sertifikasi halal untuk produk-produk keuangan
mereka, yang mirip dengan sertifikasi halal untuk produk makanan dan
6
Jefik Zulfikar Hafizd, Oyo Sunaryo Mukhlas, and Atang Abd Hakim. "Analisis Penggunaan
Pendapatan Non-Halal Dan Dana Kebajikan Lembaga Keuangan Syariah Tinjauan Aspek Kepatuhan
Syariah." Ecobankers: Journal of Economy and Banking 5.1 (2024): 21-31.

10
minuman. Sertifikasi ini memberikan jaminan kepada konsumen bahwa produk
atau layanan keuangan yang mereka gunakan sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah dan dianggap halal.

4. Pendidikan dan Kesadaran

Lembaga keuangan Islam juga berperan dalam meningkatkan


pemahaman dan kesadaran masyarakat terkait konsep-konsep halal, haram, suci,
dan najis dalam konteks keuangan. Mereka dapat menyelenggarakan program
pendidikan dan kampanye kesadaran untuk memberikan informasi tentang
prinsip-prinsip syariah dalam keuangan dan pentingnya menggunakan produk
keuangan yang sesuai dengan nilai-nilai agama.

5. Inovasi dan Pengembangan Produk

Lembaga keuangan Islam terus melakukan inovasi dan pengembangan


produk keuangan yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen
dalam batas-batas yang sesuai dengan syariah. Mereka menciptakan produk-
produk baru yang menggabungkan prinsip-prinsip halal dan haram dengan fitur-
fitur modern dan fleksibilitas yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Dengan demikian, perkembangan dan implementasi konsep halal, haram,


suci, dan najis dalam lembaga keuangan Islam bertujuan untuk memastikan bahwa
praktik keuangan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan nilai-nilai agama Islam,
serta memenuhi kebutuhan dan harapan konsumen Muslim secara holistik. Hal ini
merupakan bagian penting dari upaya untuk membangun sistem keuangan yang
inklusif, adil, dan berkelanjutan dalam masyarakat Muslim.

Studi Kasus Konkrit Dari Penerapan Konsep Halal, Haram, Suci, Dan Najis
Dalam Kehidupan Nyata

Sebagai studi kasus konkret dari penerapan konsep halal, haram, suci, dan
najis dalam kehidupan nyata, kita dapat mengeksplorasi bagaimana konsep-konsep

11
ini mempengaruhi berbagai aspek kehidupan sehari-hari individu Muslim. Salah
satu contoh yang menarik adalah penerapan konsep-konsep ini dalam industri
makanan dan minuman:7

1. Industri Makanan dan Minuman

Dalam industri makanan dan minuman, konsep halal dan haram


memiliki implikasi yang signifikan. Misalnya, sebuah perusahaan makanan
harus memastikan bahwa semua bahan baku yang digunakan dalam produk-
produk mereka halal dan tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan oleh
agama Islam, seperti daging babi atau alkohol. Proses produksi juga harus
mematuhi prinsip-prinsip halal, mulai dari pengolahan hingga penyimpanan dan
distribusi. Contoh konkret dari penerapan konsep halal dalam kehidupan nyata
adalah sertifikasi halal pada produk makanan dan minuman yang diberikan oleh
badan-badan sertifikasi terkemuka di dunia, seperti Majelis Ulama Indonesia
(MUI) atau Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM), yang memberikan
jaminan kepada konsumen Muslim bahwa produk tersebut sesuai dengan aturan
syariah.

2. Perbankan dan Keuangan

Konsep halal dan haram juga mempengaruhi industri perbankan dan


keuangan Islam. Bank syariah harus memastikan bahwa semua produk dan
layanan keuangannya mematuhi prinsip-prinsip syariah, termasuk larangan atas
riba (bunga), spekulasi, dan investasi dalam bisnis yang diharamkan oleh Islam,
seperti perjudian atau minuman keras. Contoh penerapan konsep halal dalam
industri keuangan adalah pengembangan produk investasi syariah yang
mengikuti prinsip-prinsip syariah, seperti mudharabah (bagi hasil) atau
murabahah (penjualan dengan markup harga).

7
Rendi Deriyansyah, "Implementasi Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan
Produk Halal (Studi Kasus Produk Umkm Sarisa Merapi Yogyakarta)." (2022). 18-19

12
3. Kesehatan dan Kosmetik

Dalam industri kesehatan dan kosmetik, konsep suci dan najis juga
memiliki implikasi yang signifikan. Misalnya, produk kesehatan dan kosmetik
harus memenuhi standar kebersihan dan kesucian yang ditetapkan dalam Islam,
termasuk dalam pemilihan bahan baku dan proses produksinya. Beberapa
produk juga telah disertifikasi halal oleh badan-badan sertifikasi halal,
menambah kepercayaan konsumen Muslim terhadap kehalalan produk tersebut.

Melalui studi kasus-kasus ini, kita dapat melihat bagaimana konsep halal,
haram, suci, dan najis secara konkret mempengaruhi berbagai aspek kehidupan
sehari-hari individu Muslim, serta bagaimana konsep-konsep tersebut
diimplementasikan dalam industri-industri tertentu untuk memenuhi kebutuhan dan
harapan konsumen Muslim secara holistik.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam kesimpulan, konsep halal, haram, suci, dan najis memiliki peran yang
sangat penting dalam kehidupan umat Islam. Konsep-konsep ini bukan hanya
sekadar aturan-aturan hukum, tetapi juga merupakan bagian integral dari praktik
keagamaan, moralitas, dan etika umat Islam. Dengan mematuhi prinsip-prinsip halal
dan menjauhi yang haram, umat Islam diarahkan untuk menjalani kehidupan yang
sesuai dengan ajaran agama mereka, memperoleh keberkahan, dan menjaga
hubungan yang baik dengan Allah SWT.

Selain itu, pemahaman tentang konsep suci dan najis juga mengajarkan umat
Islam tentang pentingnya menjaga kebersihan, baik fisik maupun spiritual. Dengan
memahami perbedaan antara yang suci dan najis, umat Islam diarahkan untuk selalu
menjaga kebersihan dalam ibadah dan kehidupan sehari-hari, serta memperkuat
kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan yang bersih dan sehat. Dalam
kesimpulannya, konsep halal, haram, suci, dan najis bukan hanya menjadi pedoman
dalam kehidupan umat Islam, tetapi juga memainkan peran penting dalam
membentuk karakter, moralitas, dan etika umat Islam secara menyeluruh. Oleh
karena itu, pemahaman yang mendalam dan penerapan prinsip-prinsip ini sangat
penting dalam menjalani kehidupan yang bermakna dan berarti dalam pandangan
agama Islam.

Saran

Kami berharap teman-teman dapat memberikan saran agar kami dapat


memperbaiki kesalahan yang terdapat didalam Makala yang telah dibuat, dan terima
kasih atas semua partisipasi teman- teman dalam persentasi kelompok ini.

14
DAFTAR PUSTAKA
Alif, Muh Rhesa and Achmad Musyahid. "Percikan Najis dari Genangan Air
Pembuangan; Studi Kasus Eksploratif Civitas Akademika UIN Alauddin
Makassar." Shautuna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Perbandingan Mazhab Dan Hukum
(2022): 121-134.

Deriyansyah, Rendi. "Implementasi Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang


Jaminan Produk Halal (Studi Kasus Produk Umkm Sarisa Merapi Yogyakarta)."
(2022). 18-19

Hafizd, Jefik Zulfikar, Oyo Sunaryo Mukhlas, and Atang Abd Hakim. "Analisis
Penggunaan Pendapatan Non-Halal Dan Dana Kebajikan Lembaga Keuangan
Syariah Tinjauan Aspek Kepatuhan Syariah." Ecobankers: Journal of Economy and
Banking 5.1 (2024): 21-31.

Miswanto, Agus and Muhamad Ulul Albab Musaffa. "Investigating Al-Istihalah in the
Provisions of Shariah Texts: A Study on Models of Transformation from Impure
(Najis) to Pure (Halal) Substances, or Vice Versa." Az-Zarqa': Jurnal Hukum Bisnis
Islam 15.1 (2023): 1-25.

Nurlaily, Annisa. "Implementation of Fiqh Learning on Student Small and Medium


Industry (IKM) Halal Products." Academia Open 8.2 (2023): 10-21070.

Rahmadani, Gema. "Halal dan Haram dalam Islam." Jurnal Ilmiah Penegakan Hukum 2.1
(2015): 20-26.

Shihab, Perspektif Quraish. "Makanan Halal Dan Haram Dalam Tafsir Al-Misbah."
(2023).

15

Anda mungkin juga menyukai