Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ETIKA, MORAL DAN AKHLAK

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu : Dr. Moh. Isomuddin, M.Pd

Disusun oleh:
Kelompok 4:
Mohamad Nizar Fahrozi (230810301157)
Nurulla Febriyanti (230810301161)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER
2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, Rahmat, dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema dari makalah ini
adalah “Etika, Moral dan Akhlak” guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama
Islam. Kemudian shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam
sebagai uswatun hasanah bagi seluruh manusia.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Bapak Dr. Moh. Issomuddin, M.Pd sebagai dosen Pendidikan Agama Islam yang telah
memberikan tugas kepada kami. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui.
Maka dari itu kami mohon saran dan kritik dari teman-teman maupun dosen. Demi
tercapainya makalah yang sempurna.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat
untuk kita semua.
Wa’alaikumusalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bondowoso, 27 Februari 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................1
C. Tujuan dan Manfaat.....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
A. Konsep Etika, Moral, dan Akhlak...............................................................................2
1. Pengertian Etika........................................................................................................2
2. Pengertian Moral.......................................................................................................2
3. Pengertian Akhlak.....................................................................................................3
B. Hubungan Tasawuf dengan Akhlak............................................................................4
C. Indikator manusia berakhlak di era 4.0.....................................................................5
BAB III PENUTUP..................................................................................................................9
A. Kesimpulan....................................................................................................................9
B. Saran...............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10

Sejarah Agama
menunjukkan bahwa
kebahagiaan yang ingin
dicapai dengan

iii
menjalankan syariah agama
itu hanya dapat terlaksana
dengan adanya akhlak yang
baik.Kepercayaan yang hanya
berbentuk pengetahuan tentang
keesaan Tuhan, ibadah
yang dilakukan hanya sebagai
formalitas belaka, muamalah
yang hanya merupakan
peraturan yang tertuang
dalam kitab saja, semua itu
bukanlah merupakan
jaminan
untuk tercapainya kebahagiaan
tersebut.

iv
Timbulnya kesadaran akhlak
dan pendirian manusia
terhadap-Nya adalah
pangkalan
yang menetukan corak hidup
manusia.Akhlak, atau moral,
atau susila adalah pola
tindakan yang didasarkan
atas nilai mutlak
kebaikan.Hidup susila dan
tiap-tiap
perbuatan susila adalah
jawaban yang tepat terhadap
kesadaran akhlak, sebaliknya

v
hidup yang tidak bersusila
dan tiap-tiap pelanggaran
kesusilaan adalah menentang
kesadaran itu.
Kesadaran akhlak adalah
kesadaran manusia tentang
dirinya sendiri, dimana
manusia
melihat atau merasakan
diri sendiri sebagai
berhadapan dengan baik
dan
buruk.Disitulah membedakan
halal dan haram, hak dan
bathil, boleh dan tidak boleh

vi
dilakukan, meskipun dia bisa
melakukan.Itulah hal yang
khusus manusiawi.Dalam
dunia hewan tidak ada hal
yang baik dan buruk atau patut
tidak patut, karena hanya
manusialah yang mengerti
dirinya sendiri, hanya
manusialah yang sebagai
subjek
menginsafi bahwa dia
berhadapan pada
perbuatannya itu, sebelum,
selama dan

vii
sesudah pekerjaan itu
dilakukan.Sehingga sebagai
subjek yang mengalami
perbuatannya dia bisa dimintai
pertanggungjawaban atas
perbuatannya itu
Sejarah Agama
menunjukkan bahwa
kebahagiaan yang ingin
dicapai dengan
menjalankan syariah agama
itu hanya dapat terlaksana
dengan adanya akhlak yang
baik.Kepercayaan yang hanya
berbentuk pengetahuan tentang
keesaan Tuhan, ibadah
viii
yang dilakukan hanya sebagai
formalitas belaka, muamalah
yang hanya merupakan
peraturan yang tertuang
dalam kitab saja, semua itu
bukanlah merupakan
jaminan
untuk tercapainya kebahagiaan
tersebut.
Timbulnya kesadaran akhlak
dan pendirian manusia
terhadap-Nya adalah
pangkalan
yang menetukan corak hidup
manusia.Akhlak, atau moral,
atau susila adalah pola
ix
tindakan yang didasarkan
atas nilai mutlak
kebaikan.Hidup susila dan
tiap-tiap
perbuatan susila adalah
jawaban yang tepat terhadap
kesadaran akhlak, sebaliknya
hidup yang tidak bersusila
dan tiap-tiap pelanggaran
kesusilaan adalah menentang
kesadaran itu.
Kesadaran akhlak adalah
kesadaran manusia tentang
dirinya sendiri, dimana
manusia

x
melihat atau merasakan
diri sendiri sebagai
berhadapan dengan baik
dan
buruk.Disitulah membedakan
halal dan haram, hak dan
bathil, boleh dan tidak boleh
dilakukan, meskipun dia bisa
melakukan.Itulah hal yang
khusus manusiawi.Dalam
dunia hewan tidak ada hal
yang baik dan buruk atau patut
tidak patut, karena hanya
manusialah yang mengerti
dirinya sendiri, hanya

xi
manusialah yang sebagai
subjek
menginsafi bahwa dia
berhadapan pada
perbuatannya itu, sebelum,
selama dan
sesudah pekerjaan itu
dilakukan.Sehingga sebagai
subjek yang mengalami
perbuatannya dia bisa dimintai
pertanggungjawaban atas
perbuatannya itu

xii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Etika, moral, dan akhlak adalah hal yang sama yakni ajaran tentang kebaikan dan
keburukan, namun ketiganya memiliki perbedaan mendasar. Etika merupakan suatu
ilmu yang membahas tentang persoalan baik dan buruk yang didasarkan pada akal dan
pikiran manusia. (Daud Ali, 2008). Sedangkan moral lebih luas yaitu berkaitan dengan
tradisi dan budaya masyarakat. Sedangkan akhlak juga membahas masalah baik dan
buruk perilaku manusia namun didasarkan pada ukuran wahyu Allah atau Al-Qur’an
dan hadist.
Era digital telah merambah diberbagai kalangan masyarakat baik di desa hingga di
perkotaan, keadaan tersebut tidak dapat dihindari. Realitanya ditemui banyak
pergeseran nilai etika, moral, dan akhlak yang terjadi di masyarakat. Saat ini manusia
dihadapkan oleh sebuah tantangan dan rintangan seiring dengan kemajuan teknologi.
Hal tersebut menyebabkan manusia memiliki pemikiran yang lebih maju. Namun tidak
selamanya kemajuan teknologi berdampak baik. Banyak orang tua, guru, serta
masyarakat sekitar yang mengeluhkan tindakan anak masa kini yang tidak tahu sopan
santun. Mereka lebih sering menyendiri, melakukan bullying, ikut tawuran, bersikap
acuh tak acuh, dan tidak menghormati orang tua. Menghadapi situasi ini, perlu adanya
pendidikan untuk anak tentang pentingnya etika, moral, serta akhlak untuk kehidupan
bermasyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, maka kami bermaksud menyusun makalah ini dengan
alasan ingin mengetahui lebih jauh tentang etika, moral, dan akhlak yang dimana pada
zaman sekarang sudah banyak mengalami perubahan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi konsep dari etika, moral, dan akhlak?
2. Bagaimana hubungan tasawuf dengan akhlak?
3. Bagaimana indikator manusia berakhlak di era 4.0?

C. Tujuan dan Manfaat


1. Mengetahui konsep dari etika, moral, dan akhlak.
2. Mengetahui hubungan tasawuf dengan akhlak.
3. Mengetahui indikator manusia berakhlak di era 4.0.

1
BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Etika, Moral, dan Akhlak

1. Pengertian Etika
Menurut KBBI etika berarti ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan
tentang hak dan kewajiban. Etika berasal dari Bahasa Yunani kuno yaitu “ethos”
dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti yaitu tempat tinggal yang biasa;
padang rumput, kendang; kebiasaan, adat; akhlak, watak; perasaan, sikap, cara
berpikir.1 Dalam bentuk jamak (ta etha) artinya adalah: adat kebiasaan. 2 Dan arti
terakhir inilah yang menjadi latar belakang dari terbentuknya istilah “etika” yang
oleh filsuf Yunani besar Aristoteles (384-322 s.M.) sudah digunakan untuk
menunjukkan filsafat moral. Jadi etika merupakan ilmu tentang apa yang biasa
dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.
Standar baik dan buruk menurut etika adalah akal manusia. Etika merupakan
bagian dari filsafat yang menginginkan tentang keluhuran budi dengan mendorong
manusia untuk menggunakan akal budi dan daya pikirnya agar dia menjadi baik
sejalan dengan kaidah, hukum dan aturan yang ditetapkan.
Pada dasarnya, etika dalam Islam bertujuan untuk mengarahkan hubungan antara
manusia dengan Tuhan dan dengan sesama manusia. Dalam Islam, konsep etika
memiliki peran penting dalam membentuk karakter individu dan membimbing
tindakan sehari-hari. Dalam praktik sehari-hari, etika Islam mencakup aspek-aspek
seperti tata krama, sopan santun, dan sikap menghormati terhadap orang lain.
Etika dalam islam tidak hanya mengajarkan dan menuntun manusia untuk
berperilaku baik serta menjauhkan diri dari perilaku yang buruk. Namun, juga
menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral, ukuran baik dan buruknya perilaku
sesorang didasarkan pada al-Qur’an serta Hadits yang shohih. Etika islam memiliki
sifat yang universal dan komprehensif, yaitu etika ini dapat diterima dan dijadikan
pedoman oleh seluruh umat manusia (Bakhtiar, 2013). Tidak hanya itu, etika islam
juga mengatur serta mengarahkan fitrah manusia kejenjang akhlak yang luhur dan
mulia.

2. Pengertian Moral
Moral ditinjau dari segi bahasa berasal dari bahasa Latin “mos” (jamak: mores)
yang berarti kebiasaan, adat.3 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia moral memiliki
arti kesusilaan, budi pekerti. Dalam kamus psikologi (Chaplin 2006), disebutkan
bahwa moral mengacu pada akhlak yang sesuai dengan peraturan sosial, atau

1
Bakhtiar, Nurhasanah. (2013). Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi Umum. Sleman Yogyakarta.
2
Bertens, K. (1993). Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
3
Suhayib. (2016). Studi Akhlak. Yogyakarta

2
menyangkut hukum atau adat kebiasaan yang mengatur tingkah laku. 4 Dalam
Webster’s new World dictionary (Wantah, 2005) moral adalah sesuatu yang berkaitan
dengan kemampuan menentukan benar salah dan baik buruk tingkah laku. Standar
baik dan buruk menurut moral adalah berdasarkan pada adat istiadat sekelompok
masyarakat. Jadi dapat disimpulkan bahwa moral adalah suatu keyakinan tentang
benar salah, baik dan buruk, yang sesuai dengan kesepakatan sosial yang mengacu
pada kebiasaan dan adat yang mendasari tindakan atau pemikiran.
Standar baik dan buruk menurut moral adalah berdasarkan pada adat istiadat
sekelompok masyarakat. Baik buruknya perilaku manusia ditinjau dari segala sisi
maupun perilaku dengan lingkungan sekitar. Perilaku moral dikendalikan konsep-
konsep moral atau perilaku yang telah menjadi kebiasaan anggota suatu budaya.

3. Pengertian Akhlak
Kata “akhlak secara etimologi berasal dari bahasa Arab ‫ أ خ ال ق‬yang berarti
perbuatan atau tingkah laku. Dalam bahasa Indonesia kata akhlak sama dengan budi
pekerti, adab, sopan santun, susila dan tata krama. 5 Di dalam kamus Istilah Agama
Islam (KIAI) disebutkan bahwa akhlak menurut bahasa adalah tindak-tanduk atau
kebiasaan-kebiasaan.6
Kata “akhlak” sama akar katanya dengan “Khaliq” yang berasal dari “khalaqa”.
Ini berarti “akhlak” muncul sebagai mediator yang menjembatani komunikasi anata
khaliq (pencipta) dan makhluk (yang diciptakan) secara timbal balik, yang kemudian
disebut dengan hablum minallah. Dari produk hablum minallah yang vertikal,
lahirlah pola hubungan horizontal antara sesama manusia yang disebut dengan
hablum minannas.7
Diantara sekian banyak jenis makhluk ciptaan Allah hanya manusia yang diberi
bekal dengan akhlaq.
Allah berfirman:
‫ِإ َّن ا َع َر ْض َنا ا َأْل َم اَن َة َع َل ى الَّس َم ا َو ا ِت َو ا َأْل ْر ِض َو ا ْل ِج َب ا ِل َف َأَب ْي َن َأ ْن َي ْح ِم ْل َن َه ا َو َأ ْش َف ْق َن ِم ْن َه ا َو َح َم َل َه ا ا ِإْل ْن‬
‫َس اُن ۖ ِإ َّن ُه َك اَن َظ ُل و ًم ا َج ُهو اًل‬
Artinya: “Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” [Q.S Al-Ahzab : 72]

Memahami pengertian akhlak tidak cukup hanya berdasarkan bahasa (etemologi)


saja, akan tetapi harus dipahami pula secara istilah (termenologi). Termenologi
akhlak dikemukakan oleh ulama-ulama akhlak dengan cara yang berbeda-beda,
seperti berikut:8
a. Al-jaziri

4
Dian Ibung, P. S. I. (2013). Mengembangkan nilai moral pada anak. Elex Media Komputindo.
5
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustka, 2005), hlm. 19
6
Hamzah, Y. (1983). Etika Islam, Pembinaan Akhlakul Karimah. Bandung: Diponegoro.
7
Bakhtiar, Nurhasanah. (2013). Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta
8
Suhayib. (2016). Studi Akhlak. Yogyakarta

3
‫الخلق هيئة راسخة في النفس تصدر عنها االفعال االرادية االختيارية من حسنة وسيئةوجميلة وقبيحة‬

Artinya: “Akhlaq ialah sifat yang tertanam dalam jiwa, melahirkan perbuatan-
perbuatan yang diinginkan dan diusahakan seperti perbuatan baik dan perbuatan
yang buruk, perbuatan yang indah dan perbuatan yang jelek.”

b. Imam Al-Ghazali (1059-1111 M)


Menurut hujjatul Islam ini, akhlak adalah:
‫االخالق هي عبارة عن هيئه في النفس راسخة عنها تصدر االفعال بسهولة ويسر من غير حاجة الى فكر‬
‫ورؤية‬

Artinya: “Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
macam-macam perbuatan dengan mudah dilakukan tanpa memerlukan
pertimbangan pemikiran.”

c. Abd. Hamid Yunus


‫االخالق هي صفات االنسان االدبية‬

Artinya: “Akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik.”

d. Ibn Maskawaih (w. 421 H.)


‫حال للنفس داعية الى افعالها من غير فكر وروة‬

Artinya: “Akhlak adalah keadaan jiwa yang mengajaknya untuk melakukan


perbuata-perbuatan tanpa memerluka pertimnbangan pemikiran.”

e. Ahmad Amin
‫الخلق بانه عادة االرادة‬

Artinya: “Akhlak adalah kehendak yang dibiasakan.”

Ajaran akhlak yang terdapat dalam Al-Qur’an bersifat umum dan universal,
artinya dimana pun dan kapan pun masih berlaku dan up to date. Akhlak dalam
Islam juga bersifat menyeluruh yakni menyangkut seluruh sisi kehidupan
muslim meliputi akhlak kepada Allah, Rasul sesama manusia dan terhadap
lingkungan.
Jika etika menjadikan akal sebagai sumbernya dan moral menjadikan adat
istiadat sebagai sumbernya, tetapi akhlak dalam Islam menjadikan Al-Qur’an
dan Hadits sebagai sumber. Bukan berarti dalam melakukan akhlak tidak perlu
akal, justru peran akal sangat urgent dalam memebedakan mana yang baik dan
yang buruk. Namun bimbingan wahyu mutlak yaitu yang berpedoman pada Al-
Qur’an yang dimana bersifat mutlak dan Hadits Rasulullah yang merupakan
sumber hukum Islam yang kedua, agar dalam pencariannya akal dapat
menemukan kebenaran yang sesungguhnya.

B. Hubungan Tasawuf dengan Akhlak

4
Tasawuf adalah proses pendekatan diri kepada Tuhan (Allah) dengan cara
mensucikan hati.9 Hati yang suci bukan hanya bisa dekat dengan Tuhan malah bisa
melihat Tuhan (al-ma’rifah). Dalam tasawuf disebutkan bahwa Allah Yang Maha
Suci tidak bisa didekati kecuali oleh hati yang suci.
Seperti yang telah dijelaskan bahwa akhlak adalah gambaran hati (al-qalb) yang
dari itu timbul perbuatan-perbuatan. Jika hatinya suci dan bersih, maka yang akan
keluar adalah perbuatan-perbuatan yang baik (akhlak mahmudah). Sebaliknya jika
hatinya kotor dan penuh dosa, maka yang akan muncul adalah perbuatan-perbuatan
yang buruk (akhlak mazmumah).
Jika ilmu akhlak menjelaskan mana nilai yang baik dan mana yang buruk serta
bagaimana mengubah akhlak buruk agar menjadi baik secara zahiriyah, maka ilmu
tasawuf menerangkan bagaimana cara mensucikan hati (tasfiat al-qalb), agar setelah
hatinya bersih dan suci maka akan timbul perilaku dan akhlak yang baik. Perbaikan
akhlak harus diawali dengan penyucian hati terlebih dahulu. Sehingga antara tasawuf
dan akhlak memiliki hubungan yang sangat erat untuk menciptakan hal yang baik.
Akhlak dalam Islam adalah landasan mengenai perhitungan baik atau buruknya
tentang sesuatu. Landasan akhlak dalam Islam didasarkan pada aspek Ketuhanan
yang semua hal baik atau buruk bergantung kepada apa yang disampaikan oleh Allah
SWT. Pertimbangan akhlak dalam Islam berdasarkan pada:
‫َي ا َأ ُّي َه ا ا َّل ِذ يَن آ َم ُن وا َأ ِط يُع وا ال َّل َه َو َأ ِط يُع وا الَّر ُس و َل َو ُأ و ِل ي ا َأْل ْم ِر ِم ْنُك ْم ۖ َف ِإْن َتَناَز ْع ُت ْم ِف ي َش ْي ٍء َف ُر ُّد و‬
‫ُه ِإ َل ى ال َّل ِه َو الَّر ُس و ِل ِإ ْن ُك ْنُت ْم ُتْؤ ِم ُن وَن ِب ال َّل ِه َو ا ْل َي ْو ِم ا آْل ِخ ِر ۚ َٰذ ِل َك َخ ْيٌر َو َأ ْح َس ُن َت ْأ ِو ي اًل‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taati Rasul-Nya dan Ulil
Amri diantara kamu, kemudian jika kamu berlaian pendapat tentang sesuatu makan
kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu benar-
benar beriman kepada Allah dan hari akhir, yang demikian itu lebih utama (bagimu)
dan lebih baik akibatnya.” (An-Nisa: 59)

Hubungan akhlak dan Tasawuf:


a. Sama-sama berorientasi kepada kecintaan dan ketaatan kepada Allah SWT
b. Sama-sama berorientasi kepada kemuliaan akhlak dan kebersihan jiwa
c. Sama-sama mengarahkan kepada terciptanya kebaikan di dunia dan akhirat.

C. Indikator manusia berakhlak di era 4.0.


Era Revolusi Industri 4.0 merupakan periode di mana teknologi digital dan
kecerdasan buatan (AI) mengubah secara fundamental cara kita bekerja, berinteraksi,
dan hidup. Revolusi ini tidak hanya mempengaruhi cara kerja dan produksi, tetapi
juga menciptakan tantangan baru dalam hal etika, moral, dan akhlak terkait dengan
penggunaan teknologi dan dampaknya pada masyarakat.
Era Revolusi Industri 4.0 membawa dampak yang tidak sederhana. Ia berdampak
pada seluruh aspek kehidupan manusia. Seseorang yang berniat baik tapi
melakukannya dengan menempuh cara yang salah maka perbuatan tersebut dipadang

9
Bakhtiar, Nurhasanah. (2013). Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi Umum. Sleman Yogyakarta.

5
tercela. Indikator akhlakul karimah merupakan penuntun bagi umat manusia
memiliki sifat dan mental serta kepribadian sebaik yang ditunjukan oleh al-quran dan
hadist nabi Muhammad SAW.10 Selain itu, perbuatan dianggap baik dalam Islam
adalah perbuatan yang sesuai dengan petunjuk al-quran dan perbuatan Rasul-nya,
yakni taat kepada Allah dan Rasul, menepati janji, menyayangi anak yatim, jujur,
amanah, sabar, ridha, dan ikhlas.
Berikut merupakan beberapa indikator akhlakul karimah yang bersumber dari
al-quran dan sunnah antara lain:
a. Amanah
Amanah merupakan fondasi dasar dalam relasi sosial manusia. 11 Dalam Al-
Qur’an makna amanah mencakup amanah kepada Allah SWT, sesama manusia,
dan kepada diri sendiri. Amanah kepada Allah SWT, dapat dinyatakan sebagai
amanah Allah SWT dan Rasul-Nya berupa aturan dan anjuran-anjuran agama
yang harus dilaksanakan. Amanah kepada sesama manusia dapat pula berupa
sesuatu, baik materil maupun non-materil yang dipercayakan seseorang kepada
orang lain dengan rasa aman dan tentram. 12 Kata amanah diartikan sebagai jujur
atau dapat dipercaya. Sedang dalam pengertian istilah, amanah adalah sesuatu
yang dipercayakan kepada seseorang, baik harta atau ilmu atau rahasia lainnya
yang wajib dipelihara dan disampaikan kepada yang berhak menerimanya.
b. Pemaaf
Pemaaf merupakan sikap suka memberi maaf terhadap kesalahan orang lain
tanpa ada sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk membalas. Sifat pemaaf
adalah salah satu dari manifestasi ketaqwaan kepada Allah SWT. Islam
mengajarkan kepada kita untuk dapat memaafkan kesalahan orang lain tanpa
harus menunggu permohonan maaf dari yang bersalah.
c. Sabar
Sabar secara bahasa berarti menahan. Secara syariat, sabar berarti menahan
diri dari tiga hal: pertama, sabar untuk taat kepada Allah. Kedua, sabar dari hal-
hal yang diharamkan Allah. Ketiga, sabar terhadap takdir Allah. Sabar bukan
berarti menyerah tanpa syarat. Tetapi sabar adalah terus berusaha dengan hati
yang tenang, berikhtiar, sampai cita-cita yang diinginkan berhasil dan dikala
menerima cobaan dari Allah swt, wajiblah ridha dan dengan hati yang ikhlas.
d. Qana’ah
Qana’ah merupakan sikap puas dan bersyukur terhadap apa yang dimiliki,
tanpa terlalu mengejar-ngejar atau tamak untuk mendapatkan lebih banyak.
Menurut Hamka, qana’ah itu mengandung lima perkara yaitu:
1) Menerima dengan rela akan apa yang ada.
10
Zainudin, A. (2020). Penanaman nilai-nilai religius dalam membentuk akhlak karimah bagi
peserta didik di MI Ar-Rahim kecamatan Arjasa Kabupaten Jember. Auladuna: Jurnal Prodi
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

11
Husni, D. (2016). Pengukuran Konsep Amanah dalam Pendekatan. Riau: Jurnal Psikologi.
12
Zainal Abidin, F. K. (2017). Penafsiran Ayat-Ayat Amanah dalam Al-Qur'an. Syahadah.

6
2) Memohon kepada Allah SWT tambahan yang pantas dan berusaha.
3) Menerima dengan sabar akan ketentuan Allah SWT.
4) Bertawakkal kepada Allah SWT. 5) Tidak tertarik oleh tipu daya dunia.26
e. Kebersihan (An-Nadzafah)
Kebersihan adalah upaya manusia untuk memelihara diri dan lingkungannya
dari segala hal yang kotor dan keji dalam rangka mewujudkan dan melestarikan
kehidupan yang sehat dan nyaman. Kebersihan merupakan syarat bagi
terwujudnya kesehatan dan sehat adalah salah satu faktor yang dapat
memberikan kebahagiaan. Dan sesungguhnya Allah menyukai kaum yang suka
membersihkan diri.

Selain indikator akhlakul karimah terdapat juga beberapa metode untuk


menanamkan nilai akhlak di era revolusi industri 4.0 ini, antara lain:
1. Metode Teladan
Metode ini dilakukan dengan memberikan contoh yang baik untuk anak,
seperti berperilaku jujur, berakhlak mulia, berani, dan suka menolong. Anak
pertama kali akan melihat, mendengar lalu mengikuti contoh dari perilaku
tersebut. Menurut Abdullah Nashih Ulwan, “Mendidik dan membiasakan anak
sejak kecil adalah upaya yang paling terjamin berhasil dan memperoleh buah
yang sempurna.”
2. Metode Pilot (Percontohan)
Orang tua dan guru adalah tokoh percontohan untuk anak. Jika hanya
berucap, tanpa memberikan contoh perilaku. Hal ini membuat anak kebingungan
akan sebuah perintah yang mereka terima dan merasa seperti hilang arah tanpa
adanya contoh.
3. Metode Habituasi (Pembiasaan)
Perilaku baik tidak hanya dilakukan 1 atau 2 kali saja, namun harus dilakukan
setiap saat. Hal ini tidak akan terjadi jika tidak menerapkan pembiasaan dalam
hal berbuat baik. William Kilpatrick seperti dikutip dari Masjid dan Andayani,
menyatakan bahwa salah satu penyebab seseorang tidak mampu berbuat baik
padahal orang tersebut sudah memiliki ilmu yang baik adalah karena orang
tersebut tidak terlatih untuk berbuat baik. Kebiasaan seseorang perlu dibiasakan,
agar nilai yang baik bisa menjadi sesuatu hal yang wajar untuk dilakukan setiap
saat.
4. Metode Repetisi (Pengulangan)
Contoh pengulangan adalah rajin bersedekah, rajin solat, rajin berolahraga,
dan semua perilaku baik lainnya. Hal itu membuat anak menghafal, memahami,
dan mulai terbiasa akan perilaku yang dia lihat dan praktekkan.
5. Metode Pelatihan
Pelatihan dilakukan untuk menghasilkan karakter yang tangguh dan pantang
menyerah pada diri anak.
6. Metode Motivasi/Nasehat
Setiap manusia pasti pernah mengalami titik terendah atau bahkan ingin
menyerah sehingga ketika manusia pada kondisi tersebut perlu mendapatkan

7
sebuah motivasi. Motivasi dapat memberikan dampak yang baik bagi psikologi
manusia. Pendidikan nasehat/motivasi untuk anak dapat dilakukan dengan
memberikan nasehat tentang kebaikan atau menegur jika mereka berbuat salah.
Hal tersebut akan membuat anak mengingat akan nasehat serta peringatan
sehingga mereka akan menjauh dari hal buruk dan melakukan hal yang baik.
7. Metode Demonstrasi
Metode ini dilakukan dengan pengajaran yang disertai pemberian gambaran
atau memperlihatkan bagaimana sesuatu itu dilakukan dengan benar. Contohnya,
bagaimana cara berwudhu yang benar dan bagaimana bacaan serta gerakan solat
yang benar.
8. Metode Hiwar (dialog)
Metode ini dapat dilakukan dengan komunikasi 2 arah antara anak dengan
orang tua. Mereka bisa menanyakan hal seputar perilaku baik yang tidak dia
mengerti dan orang tua menjawab pertanyaan yang diajukan dengan benar.
9. Metode Kisah
Metode ini dapat dilakukan dengan menceritakan sebuah cerita mengenai
kisah yang dapat menginspirasi anak untuk dapat berbuat baik.

BAB III PENUTUP

8
A. Kesimpulan

Konsep etika, moral, dan akhlak dalam islam didasarkan pada keyakinan bahwa
etika merupakan suatu sistem yang bersifat universal dan komprehensif yang dapat
diterapkan pada seluruh umat manusia. Etika dalam Islam tidak hanya sekedar
mengajarkan tentang berperilaku baik, namun juga menetapkan bahwa yang
menjadi sumber moral didasarkan pada al-Qur’an serta Hadits. Moral didasarkan
pada konsep Latin “mores”, yang mengacu pada tindakan membimbing perilaku
manusia. Akhlak merupakan sikap yang digerakkan oleh jiwa yang menimbulkan
tindakan dan perbuatan dari manusia terhadap Tuhan maupun sesama manusia.
Konsep akhlak didasarkan pada ajaran Nabi Muhammad.
Tasawuf didasarkan pada ajaran sufi yang menekan pentingnya kehidupan yang
rukun dan harmonis. Hubungan akhlak dengan tasawuf diantaranya sama-sama
berorientasi kepada kecintaan dan ketaatan kepada Allah SWT, kepada kemuliaan
akhlak dan kebersihan jiwa, serta mengarahkan kepada terciptanya kebaikan di
dunia dan akhirat.
Indikator akhlakul karimah bersumber dari al-quran dan sunnah yaitu amanah,
pemaaf, sabar, qana’ah, kebersihan. Adapun beberapa metode untuk menanamkan
nilai akhlak di era industri 4.0, diantaranya metode teladan, metode pilot
(percontohan), metode habituasi (pembiasaan), metode repetisi (pengulangan),
metode pelatihan, metode motivasi/nasehat, metode demonstrasi, metode hiwar
(dialog), dan metode kisah.

DAFTAR PUSTAKA
9
Bakhtiar, N. (2013). Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Bertens, K. (1993). Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hamzah, Y. (1983). Etika Islam, Pembinaan Akhlakul Karimah. Bandung: Diponegoro.
Husni, D. (2016). Pengukuran Konsep Amanah dalam Pendekatan. Riau: Jurnal
Psikologi.
Ibung, P. D. (2013). Mengembangankan nilai moral pada anak. Elex Media
Komputindo.
Nasional, D. P. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Suhayib. (2016). ejournal.arraayah.ac.id. Yogyakarta: 2023.
Suhayib. (2016). Studi Akhlak. Yogyakarta.
Zainal Abidin, F. K. (2017). Penafsiran Ayat-Ayat Amanah dalam Al-Qur'an. Syahadah.
Zainudin, A. (2020). Penanaman Nilai-Nilai Religius dalam Membentuk Akhlak
Karimah bagi Peserta Didik di MI Ar-Rahim Kecamatan Arjasa Kabupaten
Jember. Jurnal Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 25-28.

10

Anda mungkin juga menyukai