Dosen Pembimbing:
Fatulkhoir. M.Pd
Disusun Oleh:
KELOMPOK 3
1. Faridawati
2. Fery gunawan
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada kehidupan manusia, seringkali kita dapati orang-orang yang tidak
terlalu mengedepankan etika padahal tidak jarang orang-orang seperti itu adalah
orang-orang yang mempunyai pendidikan tinggi atau mempunyai latar belakang
pendidikkan yang religius, dari keluarga yang taat dalam beragama, namun yang
terjadi justru tidak sesuai dengan ajaran agama. Pada hakikatnya tentu
manusia itu sendiri mempunyai keinginan untuk menjadi orang yang baik,
ingin dihargai, dihormati, disegani, dan di tempatkan pada posisi yang tinggi,
itulah sifat manusia pada umumnya yang sulit untuk dihilangkan.
Dalam dunia pendidikan misalnya belajar sekarang tidak lagi
mengutamakan agama. Para pelajar lebih condong belajar pelajaran umum,
sebab mempertimbangkan dunia, harta, nama dan jabatan. Belakangan banyak
yang tidak memilih mendalami pendidikan agama sebab lebih tertarik kepada
hal-hal yang terkait materi dan kedunawian. Hal ini mengakibatkan sifat-sifat
religius dalam kehidupan sehari-hari juga turut tergerus, misalnya saja mengenai
etika.
Etika merupakan salah satu hal yang sering kita gunakan dalam kehidupan
sehari-hari terutama dalam kegiatan interaksi sosial. Etika dalam berinteraksi
sosial sangat penting diperhatikan karena akan mempengaruhi hubungan sosial
yang ada. Permasalahan etika yang tidak kalah penting dan spesifik adalah
mengenai etika dalam keluarga yaitu etika anak kepada orangtua, etika suami
istri serta etika antar saudara.
Keluarga merupakan ruang lingkup sosial terkecil di masyarakat. Keluarga
juga merupakan lingkungan sosial yang lebih intens kita temui dibandingkan
dengan lainnya. Keluarga merupakan lingkungan yang mempengaruhi tumbuh
kembang berbagai aspek bagi manusia. Melalui keluarga ini juga kemampuan
dasar manusia mengenai etika berkembang.
Etika merupakan landasan bagi seseorang untuk melakukan suatu tindakan
menjadi baik atau buruk. Dengan perkembangan etika di dalam keluarga,
seseorang dapat mempertimbangkan untuk berperilaku dan bertindak khususnya
di dalam keluarga. Maka dari itu sebelum melakukan suatu perbuatan,
sebelum mengambil keputusan tentang sutau hal, maka terlebih dahulu
dipertimbangkan: apakah jika kulakukan perbuatan ini tidak menimbulkan
kemurkaan Allah atas diriku, sehingga dikenakan hukuman masuk ke alam
1
lautan api yang menyala di akhirat kelak? Atau “apakah jika kelakuan perbuatan
ini tidak menjadi penghalang bagiku untuk mendapat villa yang indah dalam
jannah akhirat? “ (Hawi, 2008: 155).
Etika merupakan acuan bagi seseorang untuk melakukan hal baik atau hal
buruk. Penilaian manusia tentang buruk dan baiknya dapat dilihat dari
perilakunya sehari-hari. Perilaku tersebut didorong dengan adanya kesadaran
dalam dirinya, sehingga mampu menanggapi akan makna hidup dalam
pengertian yang benar. Dengan demikian dapat dipahami terdapat corak
kehidupan manusia yang beraneka ragam. Manusia mampu. membedakan
mana yang baik dan buruk kemudian mengamalkannya merupakan suatu
kenyataan yang tidak bisa dibantah, sebab telah ada sejak masih berada dalam
kandungan seorang ibu. Jadi pengertian baik buruk merupakan tanggapan
pembawaan manusia. Hal ini dijelaskan dalam al-Qur’an surat As-Syam ayat 7-
8:“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan
kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”. (Q.S. as-Syam/91: 7-8).
B. Tujuan
Untuk memahami tentang etika keluarga dalam Islam: etika anak kepada
orang tua, etika suami istri, dan etika antar saudara.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Etika adalah ilmu yang
berkenaan tentang yang baik dan yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral. Di dalam buku kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam karangan
Akmal Hawi etika berasal dari bahasa yunanni “Etios” yang berarti watak
kesusilaan atau adat. Identik dengan perkataan moral “Mos” yang dalam bentuk
jamaknya “mores” yang berarti juga adat atau cara hidup (Hawi, 2013: 49).
Menurut Hamzah Ya’kub, pengertian etika teologis ialah yang menjadi ukuran
baik dan buruknya perbuatan manusia, didasarkan atas ajaran Tuhan. Segala
perbuatan yang diperintahkan Tuhan itulah yang baik dan segala perbuatan yang
dilarang oleh Tuhan itulah yang buruk (Hawi, 2013: 49).
Ahmad Amin, mengartikan etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik
dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia,
menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan
menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat (Putra,
Wahyudin, 2005: 59). Soegarda Poerbakawatja, mengartikan etika sebagai filsafat
nilai, kesusilaantentang baik buruk, serta berusaha mempelajari nilai-nilai dan
merupakan juga pengetahuan tentang nilai-nilai itu sendiri. Etika lebih bersifat
teoritis filosofis sebagai acuan untuk mengkaji sistem nilai dan memandang
perilaku secara universal (Aravik, 2018: 118). Berikutnya Austin Fogothey,
sebagaimana dikutip Ahmad Charris Zubair mengatakan bahwa etika
berhubungan dengan seluruh ilmu pengetahuan tentang manusia dan masyarakat
sebagai antropologi, psikologi, sosiologi, ekonomi, ilmu politik, dan ilmu hukum.
Sebagaimana juga dikutip Ahmad Charris Zubair mengatakan bahwa etika
adalah sebagai cabang filsafat yaitu filsafat moral atau pemikiran filsafat
tentang moralitas, problema moral, dan pertimbangan moral.
Dari beberapa defenisi etika tersebut, dapat segera diketahui bahwa etika
berhubungan dengan empat hal sebagai berikut:
2. Dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber dari akal fikiran atau
filsafat. Sebagai hasil pemikiran, maka etika tidak bersifat mutlak, absolut,
3
dan tidak pula univerasal, ia terbatas, dapat berubah, memiliki kekurangan,
kelebihan dan sebagainya. Selain itu etika juga memanfaatkan berbagai
ilmuyang membahas perilaku manusia seperti ilmu antropologi, psikologi,
sosiologi, ilmu politik, ilmu ekonomi, dan sebagainya. Hal ini
dimungkinkan karena berbagai ilmu yang disebutkan itu sama-sama
memiliki obyek pembahasan yang sama dengan etika, yaitu perbuatan
manusia.
3. Dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu, dan
penetap terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia,
yaitu perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina, dan
sebagainya. Dengan demikian etika lebih berperan sebagai konseptor
terhadap sejumlah perilaku yang dilaksanakan oleh manusia. Peranan etika
dalam hal ini tampak sebagai wasit atau hakim, dan bukan sebagai pemain. Ia
merupakan konsep atau pemikiran mengenai nilai-nilai untuk digunakan
dalam menentukan posisi atau status perbuatan yang dilakukan manusia.
Etika lebih mengacu kepada pengkajian sistem nilai-nilai yang ada.
4. Dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relatif yakni dapat berubah-ubah
sesuai dengan tuntutan zaman.
Allah SWT berfirman, dan kepada kedua orang tua hendaknya berbuat
Ihsan. Seorang menemui nabi SAW. Dan berkata, “Ya Rasullullah, aku berjanji
padamu untyuk berhijrah dan berjihad.” Mendengar hal itu , Nabi bertanya,
“Adakah diantara kedua orang tuamu yang masih hidup?” orang itu menjawab,
“Ya. Nahkan keduanya masih hidup” Nabi berkata, pulanglah kekedua orang
tuamu dan temani mereka dengan baik. Dari hal tersebut dapat kita ambil
kesimpulan bahwa berbuat ihsan kepada orang tuaa maka sama artinya pahala
yayng kita dapatkan dalam berjihat dijalan Allah SWT.
Arti berbakti kepada orang tua ialah berbuat Ihsan kepadanya dengan
menyelesaikan atau menunaikan yabf wajib atas anak terhadap orang tua, baik
4
dalam segi moril maupun spiritual, yang sesuai dengan ajaran Islam. (karena ada
perintah dan kehendak orang tua yang tidak sesuai atau bertentangan dengan
ajaran agama Islam, hal ini tidak perlu ditaati). Segala amalan yang kita
laksanakan henmdaklah di sertai ihsan yang meliputi ikhlas, kebagusan serta
kesempurnaan pekerjaan itu. Ihsan dalam beribadah, ialah “mengerjakanya
dengan sempurna baiknya, sempurna kaifiatnya, sempurna syarat rukunya adab-
adabnya,” modal utama dari ihsan ialah Ikhlas. Dalam suatu hadits Nabi
Muhaammad SAW bersabda : Innallaha katabalihsaana ‘alaa kulli sayyi, yang
berarti “sesungguhnya Allah telah mewajibkan Ihsan atas segala sesuatu”
Banyak cara yang bisa dilakukan anak dalam berbakti atau beradab yang
baik kepada orang tuanya diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Mematuhi nasihat orang tua
Sudah seharusnya setiap anak mengikuti saran dan nasihat kedua
orantuanya. Tujuan orang tua menyampaikan saran dan nasihat kepada anak
adalah untuk kebaikan anak itu sendir. Mengingat hal ini, sang anak
selayaknya patuh dan mengikuti petuah serta amanat orang tuanya. Dengan
catatan, selama nasihat orang tua tersebut baik dan sesuai dengan ajaran
islam, jika tidak, maka anak berhak, bahkan diharuskan menolaknya. Akan
tetapi, penolakan tersebut harus dilakukan dengan cara yang baik dan santun.
Allah berfirman, dalam surat lukman ayat 15:
5
anak. mereka berdua telah bahu membahu membesarkan anak tanpa pamrih
secuil apapun.
Cinta dan kasih sayang ibu dan bapak berlaku sepanjang massa,karena
itu, ada pepatah mengatakan “kasih sayang ibu sepanjang jalan, kasih anak
sepanjang galah” artinya kasih sayang orang tua kepada anak tidaklah
terbatas, sementara kasih sayang anak kepada orang tua sangat terbatas.
Perjuangan keduanya untuk membesarkan anak tiada ter bayangkan.setengah
mati mereka berikhtiar agar anaknya bisa mendapatkan kebahagiaan. Nahkan,
mereka relaa menderita dan menelan kepahitan hidup asal anak bisa
mengecap madu kehidupan.
Begitu agung pengetahuan orang tua untuk anak. Karena itu, allah
mewasiatkan kepada umat manusia untuk selalu berterimakasih kepada orang
tua. Seperti dalam firman Allah SWT
Artinya: "Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku
dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu." (QS.
Luqman:14)
Sudah seharusnya seworang anak bersikap hormat kepada kedua orang tuanya.
Wujud penghormatan tersebut bisa bermacam - macam diantaranya adalah bertutur
kata yang baik, berbicara dengan sikap lemah lembut, dan tidak mengucapkan kata-
kata kasar.
Seorang anak juga sepantasanya berpamitan kepada orang tua ketika hendak
meninggalkan rumah, mencium tanganya, dan mengucapkan salam. Apabila ia
terlambat pulang karena ada suatu uzur atau halangan, maka ia memberikan kabar
kepada orang tua. Itu merupakan bentuk-bentuk penghormatan kepada kedua orang
tua. Disamping itu, masih banyak akhlak lain yang mesiti diperhatikan seorang anak
ketika berhubungan dengan kedua orang tuanya.
Kewajiban untuk berlaku sopan santun ini ditegaskan Allah dalam Al-Qur’an
surat al-Isra’ ayat 23: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya
perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah
kepada keduanya perkataan yang baik.” (QS.Al-Isra’:23).
6
Ayat tersebut menggambarkan kedudukan orang tua yang sangat mulia. Karena
itu, Misalnya dengan berkata yang baik, tidak membentak-bentak, bertutur dengan
penuh kesopanan santunan, dman m,enaati perintah orang tua. Jika anak dapat
menerapkan ahklak ini, berarti ia anak sholeh. Sebab, salah satu ciri anak soleh
adalah berbakti kepada kedua orang tuanya. Selain itu kata – kata yang baik juga
merupakan sedekah, sebagaimana yang disabdakan Rasullah. Kata-kata yang baik
akan membuka pintu-pintu langit dan diteerima oleh Allah. Allah berfirman:
Artinya:
Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah
kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nya-lah naik perkataan-perkataan yang
baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya. Dan orang-orang yang
merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras. Dan rencana jahat
mereka akan hancur (QS.Fathir ayat 10).
Selain itu juga dijelaskan bahwa lisan adalah alat komunikasi oral yang
dimiliki manusia dalam penyampaian gagasan, pikran, unek-unek, dan
perasaan. Oleh sebab itu, Allah SWT memuliakan hati dengan ma’rifat dan
bertauhid kepadanya, memuliakan lisan dengan mengucapkan syahadat dan
membaca Kitab-Nya dan memuliakan anggota badan lainya dengan Shalat,
Puasa, Berkata santun kepada orang tua dan bentuk-bentuk ketaatan lainya.
7
apapun bantuan yang diberikan anak kepada orang tua tidak sebanding
dengan jasa orang tua yang melimpah
Dengan demikian berbuat baik kepada orang tua dengan mendoakan agar
dikaruniai rahmat dan ampunan merupakan kewajiban anak. Orang tua pun
dihimbau tak jemu berdoa untuk anaknya. Dengan saling mendoakan
tersebut, niscaya Allah berkenan menurunkan kasih sayang-Nya. Allah bakal
menyatukan hati anak dan orang tua tersebut dalam satu ikatan yang kokoh
jika sudah denikian, maka kerukunan yang diidamkan telah berada di depan
mata.
9
kewajibannya kepada yang lain, sehingga dengan pelaksanaan kewajiban tersebut
hak anggota keluarga yang lain pun dapat terpenuhi sebagaimana mestinya.
Dengan demikian, adanya hak dan kewajiban tersebut, pada dasarnya adalah
untuk menjaga keharmonisan hubungan antar anggota keluarga, karena masing-
masing anggota keluarga memiliki kewajiban yang harus dilaksanakan demi
untuk menghormati dan memberikan kasih sayang kepada anggota keluarga yang
lainnya.
Artinya:
“Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru'.
Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam
rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-
suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami)
menghendaki ishlah. Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan
kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu
10
tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana” (Q.S al-Baqarah 227)
Dalam konteks hubungan suami istri, ayat ini menunjukkan bahwa istri
mempunyai hak dan kewajiban terhadap suami, sebagaimana pula suami pun
mempunyai hak dan kewajiban terhadap istri, keduanya dalam keadaan seimbang,
bukan sama. Dengan demikian, tuntunan ini menuntut kerja sama yang baik,
pembagian kerja yang adil antara suami istri walau tidak ketat, sehingga terjalin
kerja sama yang harmonis antara keduanya, bahkan seluruh anggota keluarga.
Ayat ini juga memberi pengertian bahwa istri memiliki hak yang wajib
dipenuhi oleh suami seimbang dengan hak yang dimiliki suami yang wajib
dipenuhi oleh istri, yang dilaksanakan dengan cara yang ma‟ruf (baik menurut
kondisi internal masing-masing keluarga). Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa bentuk hak dan kewajiban suami istri pada hakikatnya didasarkan pada
adat kebiasaan dan fitrah manusia serta dilandasi prinsip “setiap hak yang diterima
sebanding dengan kewajiban yang diemban”.
Orang Muslim meyakini adanya etika timbal balik antara suami dan istri,
dan etika tersebut adalah hak atas pasangannya yang lain berdasarkan dalil-dalil
11
berikut; Firman Allah Ta ‘ala, “Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang
dengan kewajibannya menurut cara yang baik, akan tetapi para suami
mempunyai satu tingkatan kelebihan dari isterinya. Dan Allah Maha perkasa lagi
Maha bijaksana.” (Al-Baqarah: 228).
Hak-hak ini, sebagian sama di antara suami-istri dan sebagiannya tidak sama.
Hak-hak yang sama di antara suarni-istri adalah sebagian berikut:
Amanah
Cinta kasih
Saling percaya
12
seorang dan kalian tidak beriman hingga ia mencintai saudaranya
sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR Bukhari, Muslim, dan lain-
lain).
13
(pembangkangannya), maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di
tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka
mentaati kalian, maka janganlah kalian mencari-cari jalan untuk
menyusahkan mereka.” (An-Nisa’: 34). Sabda Rasulullah saw. kepada
orang yang bertanya kepada beliau tentang hak istri atas dirinya,
“Hendaknya engkau memberinya makan jika engkau makan, engkau
memberinya pakaian jika engkau berpakaian, tidak memukul wajahnya,
tidak menjelek-jelekkannya, dan tidak mendiamkannya kecuali di dalam
rumah.” (HR Abu Daud dengan sanad yang baik). Sabda Rasulullah saw.,
“Ketahuilah bahwa hak-hak wanita-wanita atas kalian ialah hendaknya
kalian berbuat baik kepada mereka dengan memberi mereka makan dan
pakaian”. Sabda Rasulullah saw., “Laki-laki Mukmin tidak boleh
membenci wanita Mukminah. Jika ia membenci sesuatu pada pisiknya, ia
menyenangi lainnya.” (HR Muslim dan Ahmad).
Mengajarkan persoalan-persoalan yang urgen dalam agama kepada istri
jika belum mengetahuinya, atau mengizinkannya menghadiri forum-forum
ilmiah untuk belajar di dalamnya. Sebab, kebutuhan untuk memperbaiki
kualitas agama, dan menyucikan jiwanya itu tidak lebih sedikit dan
kebutuhannya terhadap makanan, dan minuman yang wajib diberikan
kepadanya. Itu semua berdasarkan dalil-dalil berikut: Firman Allah Ta‘ala,
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kalian dan keluarga
kalian dari api neraka.” (At-Tahrim: 6). Wanita termasuk bagian dan
keluarga laki-laki, dan penjagaan dirinya dan api neraka ialah dengan
iman, dan amal shalih. Amal shalih harus berdasarkan ilmu, dan
pengetahuan sehingga ia bisa mengerjakannya seperti yang diperintahkan
syariat. Sabda Rasulullah saw., “Ketahuilah, hendaklah kalian
memperlakukan wanita-wanita dengan baik, karena mereka adalah ibarat
tawanan-tawanan pada kalian.” (Muttafaq Alaih). Di antara perlakuan
yang baik terhadap istri ialah mengajarkan sesuatu yang bisa memperbaiki
kualitas agamanya, menjamin bisa istiqamah (konsisten) dan urusannya
menjadi baik.
Mewajibkan istri melaksanakan ajaran-ajaran Islam beserta etika-etikanya,
melarangnya buka aurat dan berhubungan bebas (ikhtilath) dengan laki-
laki yang bukan muhrimnya, memberikan perlindungan yang memadai
kepadanya dengan tidak mengizinkannya merusak akhlak atau agamanya,
dan tidak membuka kesempatan baginya untuk menjadi wanita fasik
terhadap perintah Allah Ta‘ala dan Rasul-Nya, atau berbuat dosa, sebab ia
14
adalah penanggung jawab tentang istrinya dan diperintahkan menjaganya,
dan mengayominya, berdasarkan firman Allah Ta‘ala, “Kaum laki-laki itu
adalah pemimpin bagi kaum wanita.” (An-Nisa’ 34). Dan berdasarkan
sabda Rasulullah saw., “Seorang suami adalah pemimpin di rumahnya,
dan ia akan diminta pertanggungan jawab tentang kepemimpinannya.”
(Muttafaq Alaih).
Berlaku adil terhadap istrinya dan terhadap istri-istrinya yang lain, jika ia
mempunyai istri lebih dan satu. Ia berbuat adil terhadap mereka dalam
makanan, minuman, pakaian, rumah, dan tidur di ranjang. Ia tidak boleh
bersikap curang dalam hal-hal tersebut, atau bertindak zhalim, karena ini
diharamkan Allah Ta‘ala dalam firman-Nya, “Kemudian jika kalian takut
tidak akan dapat berlaku adil, maka kawinilah) seorang saja, atau budak-
budak wanita yang kalian miliki.” (An-Nisa’: 3). Rasulullah saw.
mewasiatkan perlakuan yang baik terhadap istri-istri dalam sabdanya,
“Orang terbaik dan kalian ialah orang yang paling baik terhadap
keluarganya, dan aku orang terbaik dan kalian terhadap keluarganya.” (HR
Ath-Thabrani dengan sanad yang baik).
Tidak membuka rahasia istrinya dan tidak membeberkan aibnya, sebab ia
orang yang diberi kepercayaan terhadapnya, dituntut menjaga, dan
melindunginya. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya manusia yang
paling jelek kedudukannya di sisi Allah ialah suami yang menggauli
istrinya, dan istrinya bergaul dengannya, kemudian ia membeberkan
rahasia hubungan suami-istri tersebut.” (Diriwayatkan Muslim).
Dasar etika sesama saudara adalah penghormatan yang muda kepada yang
tua dan kasih sayang yang tua kepada yang muda.
Rasulullah ﷺmenjelaskan :
“Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi yang muda
dan tidak menghormati yang tua”. (HR. Ath-Thabarany dalam al-Mu’jam
al-Kabîr dan dinilai sahih oleh al-Albany)
Hal itu adalah sikap terpuji. Karena memang hal tersebut juga
dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ. Makna salam mengandung do’a, dengan
kita mengucapkan salam maka sama halnya kita mendo’akan kebaikan
saudara kita.
Tersenyum.
Sebab hal itu akan menimbul rasa dongkol dan jengkel yang sangat. Juga
menumbuhkan prasangka bahwa kita sok tahu dan keras kepala. Namun
hargailah saudara agar berbicara hingga selesai.
17
Tidak mengejek dan menertawai kekurangannya.
Tidak ada seseorang yang sempurna di dunia ini, setiap orang memiliki
kekurangan dan kelebihan masing-masing, karena semua adalah karunia
Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Contoh kecil, mainan milik saudara tidak boleh diambil tanpa seizin
darinya. Biasakan anak untuk selalu meminta izin saat akan mengambil
sesuatu yang bukan miliknya.
Memberikan hadiah.
Kita semua pasti sangat bergembira jika ada seseorang yang memberikan
sesuatu yang istimewa. Ajarilah anak manakala membeli jajan, untuk tidak
melupakan saudaranya. Sehingga beli dua misalnya. Dan masih ada adab-
adab lain yang perlu kita tanamkan dalam jiwa anak-anak kita.
BAB III
PENUTUP
18
Etika dalam keluarga adalah sesuatu yang sangat mendasari kehidupan
individu dalam bermasyarakat, karena semua baik- buruk perilaku manusia pada
dasarnya tercipta pada lingkungan keluarga karena seorang individu lahir dan
menjalani kehidupan pertama-tama dalam lingkungan keluarga tersebut
Etika adalah nilai moral dan norma yang menjadi pedoman, baik bagi
suatu individu maupun suatu kelompok, dalam mengatur tindakan atau perilaku.
Dengan kata lain, pengertian ini disebut juga sebagai sistem nilai di dalam hidup
manusia, baik perorangan maupun bermasyarakat. Bagaimana pandangan Islam
tentang etika? Etika dalam Islam merupakan misi kenabian yang paling utama
setelah pengesaan Allah Swt. (al-tauhid). Dalam hal ini Rasulullah Saw. pernah
bersabda: “Bahwasanya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik”.
Etika Islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral, ukuran baik
buruknya perbuatan, didasarkan kepada ajaran Allah Swt. Etika Islam bersifat
universal dan komprehensif, dapat diterima dan dijadikan pedoman oleh seluruh
umat manusia di segala waktu dan tempat. Etika harus ditata dalam keluarga agar
tiap-tiap individu mengerti berperilaku yang baik sesuai dengan peran nya sebagai
Ayah, Ibu, Anak, Adik, Kakak sehingga tercipta keluarga yang harmonis dalam
kehidupan sehari-hari
Adab tentu penting bagi manusia, sebab adab merupakan salah satu bagian
dari akhlak mulia yang kelak akan menuntut manusia untuk bisa menjadi pribadi
yang lebih baik dan bisa menempatkan diri pada tempat maupun waktu tertentu.
Adab memiliki makna kebaikan budi pekerti atau kesopanan dan berkaitan
erat dengan akhlak. Adab sangat penting dimiliki seseorang dalam membina
hubungan dengan sesama. Jika tiap manusia memiliki nilai-nilai adab yang bagus
dalam berhubungan dengan saudara, teman, dan tetangga, maka keberuntungan
bakal bisa didapat selama menjalani kehidupan di dunia ini.
DAFTAR PUSTAKA
19
An-Nahlawi, Abdurrahman, Ushul al-tarbiyah al-islamiyyah wa Asalibuha,
Terj.Herry Noer Ali, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam : Dalam
keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat Bandung: CV. Diponegoro, 1989
Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005)
Abdullah, M. Yatimin, Pengantar Pendidikan Etika, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2006.
Al-Adawy Mustofa. Fiqih Akhlak (Jakarta: Qisthi Press, 2006
https://ridwan202.wordpress.com/2014/01/07/etika-terhadap-suami-istri/
https://khoiruummah.id/adab-terhadap-saudara/
Quraish Shihab Pengantin al-Qur‟an hlm. 107 127M.,..., hlm. 15483 (Jakarta:
Penerbit Aku Bisa, 2012),
20