Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ETIKA PROFESI KEGURUAN


Konsep dan Teori Etika

Dosen Pengampu :
Inggria Kharisma M.Pd

Disusun Oleh
Kelompok 1 :
Farhania 2321072
Riza Rahmawati 2321079
Gusti Rani 2321087

PRODI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UIN SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI

TA 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga kita masih dapat menikmati indahnya alam ciptaan-Nya.
Serta shalawat beriringan salam marilah kita sampaikan kepada Nabi Muhammad Saw yang telah
menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna dengan bahasa yang
sangat indah.

Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang berjudul ”KONSEP DAN
TEORI ETIKA” ini. Makalah ini penulis buat dalam rangka untuk melengkapi salah satu tugas mata
kuliah Etika Profesi Keguruan.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu hingga
terselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah
ini dan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka kritik dan saran sangat penulis butuhkan
guna memperbaiki karya-karya penulis dilain waktu. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis maupun pembaca.

Bukittinggi, Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................


B. Batasan Makalah......................................................................................
C. Tujuan Penulisan Makalah.......................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Makna Eika...............................................................................................
B. Konsep Etika Dalam Islam.......................................................................
C. Teori-teori Etika.......................................................................................
D. Pembagian Etika.......................................................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ..............................................................................................
B. Saran.........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Etika dalam setiap profesi merupakan standar formal dan bagaimana st
ke dalam sistem dan organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk melaksanakan
tugasnya masing-masing. Namun, dalam kenyataannya banyak profesi yang dijalankan selama
ini masih cenderung mengabaikan etika dan rasa keadilan. Etika adalah refleksi dari apa yang
disebut self control, karena segala sesuatu dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan
kelompok sosial itu sendiri.
Etika adalah suatu hal yang harus kita punya dalam diri kita oleh sebab
untuk menerapkan etika tersebut. Dengan begitu, sebelum kita menerapkan apa itu etika maka
terlebih dahulu kita tau apa itu makna dari etika, konsep etika menurut Islam, teori-teori etika
dan juga apa saja pembagian dari etika tersebut. Maka dalam makalah ini penulis akan
menjabarkan yang mencakup dengan etika.

B.Batasan Masalah
1. Apa itu makna etika?
2. Apa itu konsep etika dalam islam?
3. Apa saja teori-teori etika?
4. Apa saja pembagian etika?

C.Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk mengetahui makna dari etika.
2. Untuk mengetahui konsep etika dalam Islam.
3. Untuk mengetahui apa saja teori-teori etika.
4. Untuk mengetahui apa saja pembagian dari etika.
BAB II

PEMBAHASAN

A.MAKNA ETIKA
Secara etimologis kata etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos dan ethikos, ethos yang
berarti sifat, watak, adat, kebiasaan, tempat yang baik. Ethikos berarti susila, keadaban, atau
kelakuan dan perbuatan yang baik. Menurut Ahmad Amin, etika adalah ilmu yang menjelaskan
arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan
tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk
melakukan apa yang seharusnya diperbuat 1. Menurut sejarahnya, istilah etika itu mula-mula
digunakan oleh Montaigne (1533-1592), seorang penyair Prancis dalam syair-syairnya yang
terkenal pada tahun 1580. (Fr, Etika = Ethique)2.
Jika perilaku kita diterima dan menguntungkan bagi banyak pihak, maka hal itu dinilai sebagai
perilaku etis karena mendatangkan manfaat positif dan keuntungan bagi semua pihak. Sebaliknya,
manakala perilaku kita merugikan banyak pihak, maka pasti akan ditolak karena merugikan
masyarakat, dan karena itu perilaku ini dinilai sebagai tidak etis dilakukan. Oleh karena itu, aturan
etika merupakan pedoman bagi perilaku moral di dalam masyarakat. Dan juga etika memerlukan
sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah, etika merupakan
suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi, berbeda
dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang
normatif. Maksudnya adalah etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.

B. KONSEP ETIKA DALAM ISLAM


Etika di dalam Islam mengacu pada dua sumber yaitu alQur’an dan al-Sunnah. Dua sumber
ini merupakan sentral segala sumber yang membimbing segala perilaku dalam menjalankan
ibadah, perbuatan atau aktivitas umat Islam yang benar-benar menjalankan ajaran Islam. Etika
dalam Islam menyangkut norma dan ajaran yang mengatur sistem kehidupan individu, lembaga,
kelompok, dan masyarakat dalam interaksi hidup antar individu, antar kelompok atau masyarakat
dalam konteks hubungan dengan Allah dan lingkungan. Di dalam sistem etika Islam ada sistem
penilaian atas perbuatan atau perilaku yang bernilai baik dan bernilai buruk.
1. Perilaku bernilai baik

1 Mudlor Achmad, Etika dalam Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas), 23


2 Burhanuddin Salam, Etika Individual ( Jakarta : PT Rineka Cipta, 2012) hal. 4
Perilaku baik menyangkut semua perilaku atau aktivitas yang didorong oleh kehendak
akal fikir dan hati nurani dalam berkewajiban menjalankan perintah Allah dan termotivasi
untuk menjalankan anjuran-Nya. Hal ini disadari dan dimengerti setelah ada ketentuan yang
tertuang dalam perintah hukum wajib dan anjuran sunnah yang mendatangkan pahala bagi
pelaku perilaku baik ini. Perilaku baik dalam konteks ini dapat dilakukan sebagaimana kita
berkewajiban dalam menjalankan rukun Islam.
2. Perilaku bernilai buruk
Perilaku buruk menyangkut semua aktivitas yang dilarang oleh Allah, di mana
manusia dalam melakukan perilaku buruk atau jahat ini tedorong oleh hawa nafsu, godaan
syaitan untuk melakukan perbuatan atau perilaku buruk atau jahat yang akan mendatangkan
dosa bagi pelakunya dalam arti merugikan diri sendiri dan yang berdampak pada orang lain
atau masyarakat. Sebagai contoh antara lain perbuatan zalim terhadap Allah dengan tidak
mensyukuri atas nikmat yang telah Allah berikan, dengan melakukan perbuatan yang jauh
dari rasa syukur kepada Allah misalnya menzalimi terhadap anak didik, teman sejawat, dan
sebagainya.
Dalam konteks filsafat Islam, perbuatan baik itu dikenal dengan istilah perbuatan
ma’ruf di mana secara kodrati manusia sehat dan normal tahu dan mengerti serta menerima
sebagai kebaikan. Akal sehat dan nuraninya mengetahui dan menyadari akan hal ini.
Sedangkan perbuatan buruk atau jahat dikenal sebagai perbuatan mungkar, di mana semua
manusia secara kodrati dengan akal budi dan nuraninya dapat mengetahui dan menyadari
bahwa perbuatan ini ditolak dan tak diterima oleh akal sehat. Nilai baik atau ma’ruf dan nilai
buruk atau mungkar ini bersifat universal. Hal ini sesuai dengan perintah Allah kepada
manusia untuk melakukan perbuatan ma’ruf dan mengindari perbuatan mungkar.

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang
yang beruntung.”(Q.S Ali-Imran : 104).

C. TEORI-TEORI ETIKA
Pada garis berasnya teori etika digolongkan pada dua golongan yaitu :
1. Deontologis
Istilah “deontologi” berasal dari kata Yunani yang berarti “kewajiban” (duty). Karena itu
etika deontologi menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik. Teori-teori
deontologis yang mencari ukuran baik buruknya perbuatan pada perbuatannya dan aturannya
sendiri.
2. Teleologis
Etika teleologis justru mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau
dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu.
Etika teleologis dibagi menjadi :

 Teori Egoisme Etis


Rachels memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan egoisme, yaitu
egoisme psikologis dan egoisme etis. Egoisme psikologis adalah suatu teori yang
menjelaskan bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri.
Egoisme etis adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri. Yang
membedakan tindakan berkutat diri (egoisme psikologis) dengan tindakan untuk kepentingan
diri (egoisme etis) adalah pada akibatnya terhadap orang lain. Tindakan berkutat diri ditandai
dengan ciri mengabaikan atau merugikan kepentingan orang lain, sedangkan tindakan
mementingkan diri tidak selalu merugikan kepentingan orang lain.
Inti pandangan Egoisme adalah bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya
bertujuan untuk mengejar pribadi dan memajukan dirinya sendiri. Seseorang tidak
mempunyai kewajiban moral selain untuk menjalankan apa yang paling baik bagi kita
sendiri. Jadi, menurut Egoisme Etis, seseorang tidak mempunyai kewajiban alami terhadap
orang lain. Meski mementingkan diri sendiri, bukan berarti egoisme etis menafikan tindakan
menolong. Mereka yang Egoisme Etis tetap saja menolong orang lain, asal kepentingan diri
itu bertautan dengan kepentingan orang lain. Atau menolong yang lain merupakan tindakan
efektif untuk menciptakan keuntungan bagi diri sendiri. Menolong di sini adalah tindakan
berpengharapan, bukan tindakan yang ikhlas tanpa berharap pamrih tertentu.

 Teori Utilitarianisme
Utilitarianisme berasal dari kata Latin utilis, kemudian menjadi kata Inggris utility
yang berarti bermanfaat.26 Menurut teori ini, suatu tindakan dapat dikatakan baik jika
membawa manfaat bagi sebanyak mungkin anggota masyarakat. Tokohtokoh teori ini adalah
Jeremi Bentham (1748-1832) dan John Stuart Mill (1806-1873). Bentham merumuskan
prinsip utilitarisme sebagai “the greatest happiness for the greatest number” (kebahagiaan
yang sebesar mungkin untuk jumlah yang sebesar mungkin). Prinsip ini menurut Bentham
harus mendasari kehidupan politik dan perundangan. Menurut Bentham kehidupan manusia
ditentukan oleh dua ketentuan dasar: nikmat (pleasure) dan perasaan sakit (pain). Perbedaan
paham Utilitarianisme dengan paham Egoisme Etis terletak pada siapa yang memperoleh
manfaat. Egoisme etis melihat dari sudut pandang kepentingan individu, sedangkan paham
Utilitarianisme melihat dari sudut kepentingan orang banyak (kepentingan bersama,
kepentingan masyarakat). Paham Utilitarianisme dapat diringkas sebagai berikut: (1)
Tindakan harus dinilai benar atau salah hanya dari konsekuensinya (akibat, tujuan atau
hasilnya); (2) Dalam mengukur akibat dari suatu tindakan, satu-satunya parameter yang
penting adalah jumlah kebahagiaan atau jumlah ketidakbahagiaan; dan (3) Kesejahteraan
setiap orang sama pentingnya.

 Teori Kantianisme
Immanual Kant (1724-1804) telah mengembangkan suatu sistem yang dikenal dengan istilah
duty ethics (etika tugas) atau yang disebut dengan teori Kantian, yang lain menyebutknya
dengan Kantianisme. Gagasan utama dari teori ini adalah otonomi. Seseorang seharusnya
memiliki norma moral dalam dirinya dan harus mematuhinya dengan sepenuh hati. Hal
inilah yang dimaksud dengan tugas. Bukan hanya itu, orang itu harus mampu menjelaskan
dengan pikiran yang jernih tentang tugas yang diembannya telah dilakukan dengan benar
secara moral. Dalam pandangan Kantianisme, aturan tidak dapat dibelokkan atau
disalahgunakan.

 Teori Universalisme
Universalisme sebagai suatu ajaran etik berarti sesutau itu dapat dinilai baik bila dapat
memberikan kebaikan kepada orang banyak.

 Teori Intuisionisme
Paham ini berpendapat bahwa penilaian atas baik-buruknya, susila dan tidak susila itu dapat
diketahui dengan cara intuisi yang merupakan suatu pertimbangan rasa yang timbul dari
bisikan kalbu, jadi semacam ilham.

 Teori Hedonisme
Prinsip dari aliran ini menganggap bahwa sesuatu itu dianggap baik, sesuai dengan
kesenangan yang didatangkannya. Jadi, sesuatu yang hanya mendatangkan kesusahan,
penderitaan atau tidak menyenangkan, dengan sendirinya dinilai tidak baik oleh aliran ini.

 Teori Eudemonisme
Istilah ini mula-mula digunakan oleh Aristoteles. Prinsip aliran ini menilai baik atau tidak
baiknya sesuatu itu, dinilai dari ada atau tidak adanya kebahagiaan yang didatangkannya.
Pengertian bahagia disini tidaklah sama dengan istilah kesenangan yang diutamakan oleh
aliran hedonism. Bahagia lebih banyak menitikberatkan pengertiannya pada segi rasa. Jadi,
bisa terjadi untuk mendapatkan rasa bahagia itu harus menempuh jalan yang tidak
menyenangkan/menyusahkan, tetapi dapat menimbulkan rasa bahagia dalam jiwa.

 Teori Altruisme
Prinsip teori ini mengutamakan kepentingan orang lain sebagai lawan dari kepentingan diri
sendiri. Perbuatan yang dinilai baik oleh aliran ini adalah perbuatan yang mementingkan
orang lain walau dirinya sendiri menderita dan menanggung rugi.

 Teori Traditionalisme
Menurut paham ajaran ini, apa yang susila atau tidak susila itu dinilai dari segi kebiasaan
atau adat istiadat yang berlaku di dalam masyarakat itu. Apa yang memperkukuh atau
menunjang lanjutnya tradisi itu dengan sendirinya dinilai baik, dan apa yang menentangnya
dianggap tidak baik.

D. PEMBAGIAN ETIKA
Aerostudents (2012:1) membagi etika ke dalam dua bagian yakni :
1. Etika Deskriptif
Gambaran keseluruhan dari moral yang ada yang berhubungan dengan fakta. Etika
deskriptif ialah etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan pola
perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang
bernilai.
Etika deskriptif dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: sejarah moral dan
fenomenologi moral. Sejarah moral adalah bagian etika deskriptif yang bertugas untuk
meneliti cita-cita, aturan-aturan dan norma-norma moral yang pernah diberlakukan dalam
kehidupan manusia pada kurun waktu dan suatu tempat tertentu atau dalam suatu lingkungan
besar mencakup bangsa-bangsa. Sedangkan fenomenologi moral adalah etika deskriptif yang
berupaya menemukan arti dan makna moralitas dari berbagai fenomena moral yang ada.
Fenomenologi moral tidak berkomponen menyediakan petunjuk-petunjuk atau batasan-
batasan moral yang perlu dipegang oleh manusia. Fenomenologi moral tidak membahas apa
yang dimaksud dengan yang benar dan apa yang dimaksud dengan yang salah.

2. Etika Perspeektif/Normatif
Etika normatif merupakan bagian terpenting dari etika dan bidang di mana
berlangsung diskusi-diskusi yang paling menarik tentang masalah-masalah moral. Etika
normatif adalah etika yang mengacu pada norma-norma atau standar moral yang diharapkan
untuk mempengaruhi perilaku, kebijakan, keputusan, karakter individu, dan struktur
sosial.Etika normatif inilah yang sering disebut dengan filsafat moral atau biasa juga disebut
etika filsafat.
Etika normatif dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: Pertama, etika normatif yang terkait
dengan teori-teori nilai yang mempersoalkan sifat kebaikan. Kedua, etika normatif yang
berkenaan dengan teori-teori keharusan yang membahas masalah tingkah laku. Kaidah yang
sering muncul dalam etika normatif, yaitu hati nurani, kebebasan dan tanggung jawab, nilai
dan norma, serta hak dan kewajiban.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara etimologis kata etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos dan ethikos, ethos yang
berarti sifat, watak, adat, kebiasaan, tempat yang baik. Ethikos berarti susila, keadaban, atau kelakuan
dan perbuatan yang baik. Menurut Ahmad Amin, etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan
buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus
dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang
seharusnya diperbuat..
Konsep Etika dalam Islam menyangkut norma dan ajaran yang mengatur sistem kehidupan
individu, lembaga, kelompok, dan masyarakat dalam interaksi hidup antar individu, antar kelompok
atau masyarakat dalam konteks hubungan dengan Allah dan lingkungan. Di dalam sistem etika Islam
ada sistem penilaian atas perbuatan atau perilaku yang bernilai baik dan bernilai buruk. Teori-teori
etika pada dasarnya terbagi menjadi dua golongan yaitu teori deontologist dan teori teleologis.
Pembagian etika dibagi mejadi dua yaitu etika deskriptif adalah etika yang berusaha meneropong
secara kritis dan rasional sikap dan pola perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam
hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Dan etika perspektif atau normatif adalah etika yang mengacu
pada norma-norma atau standar moral yang diharapkan untuk mempengaruhi perilaku, kebijakan,
keputusan, karakter individu, dan struktur sosial

B. Saran
Sebagai calon tenaga pendidik sudah seharusnya kita mengetahui dan memperhatikan etika dan
landasan etika itu sendiri yang berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah. Dan kami menyadari bahwa
makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Yaumi, Muhammad. 2014. Pendidikan Karakter. Jakarta : Prenadamedia Group

Salam, Burhanuddin. 2012. Etika Individual : Pola Dasar Filsafat Moral. Jakarta : PT Rineka Cipta

Mukni’ah. 2011. Materi Pendidikan Agama Islam. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media

Imron, Fauzi. 2018. Etika Profesi Keguruan. Jember : IAIN Jember Press

Anda mungkin juga menyukai