Anda di halaman 1dari 12

PANDANGAN ULAMA TENTANG TRADISI, RITUS, DAN IBADAH

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Kelompok

Mata Kuliah : Ritual dan Keagamaan

Dosen Pengampu : Hj. S. Nor Hasanah, S.Pd.I, M.Pd

Disusun Oleh :

Sem. III/S1 PAI

Nama :

Rasti (12201162)

Rizka Amanda (12201157)

Muhammad Ridho Nasyirudin (12201177)

PROGRAM STUDI S1

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

IAIN PONTIANAK

2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat Nya
sehingga makalah kami yang berjudul “Pandangan Ulama Tentang Tradisi, Ritus, dan
Ibadah” ini dapat tersusun dengan baik. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih atas bantuan
para pihak yang berkontribusi didalam pengerjaan makalah ini.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Ibadah dan Ritual
Keagamaan”. Selain itu, pembuatan makalah ini juga memiliki tujuan agar menambah
wawasan dan pengetahuan bagi penulis maupun pembaca. Penyusun makalah ini menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan, maka dari itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi peningkatan mutu makalah yang kami
susun ini. Akhirnya dengan mengharap ridho Allah, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Pontianak, 20 September 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4

A. Latar Belakang...............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................5
C. Tujuan.............................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6

A. Pengertian Adat Istiadat.................................................................................................6


B. Pengertian Budaya..........................................................................................................8
C. Pengertian Ritus.............................................................................................................8
D. Perbedaan Adat Istiadat, Budaya, dan Ritual Keagamaan...........................................10

BAB III PENUTUP................................................................................................................11

A. Kesimpulan..........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Adat atau tradisi biasanya diartikan sebagai suatu ketentuan yang berlaku dalam
masyarakat tertentu, dan menjelaskan satu keseluruhan cara hidup dalam
bermasyarakat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tradisi mempunyai dua arti:
Pertama, adat kebiasaan turun temurun yang masih dijalankan masyarakat. Kedua,
penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan cara yang paling
baik dan benar. Dengan demikian, tradisi merupakan istilah generik untuk menunjuk
segala sesuatu yang hadir menyertai kekinian Pada era modern ini, masih banyak
tradisi yang tetap dipertahankan secara turun temurun dari nenek moyang hingga ke
anak cucu pada suatu masyarakat.
Tidak ada perbedaan di kalangan para ulama’ Usul Fiqih (ushuliyyun) bahwa
sumber /dasar/dalil hukum Islam ada 2 (dua) yaitu sumber naqly (al-Qur’an dan as-
Sunnah) dan aqly (akal). Sunber / dalil hukum yang didasarkan atas akal, dalam
metodologi hukum Islam (Usul Fiqih), dikonstruksi oleh ulama dengan istilah Ijtihad.
Salah satu metode ijtihad adalah ‘urf (penetapan hukum yang didasarkan atas
kebiasaan/tradisi/adat setempat). Penetapan hukum yang didasarkan atas kebiasaan
setempat (‘urf) ini tentu tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar
syariat dan hanya digunakan dalam bidang muamalah (diluar persoalan
ibadah mahdhah/ritual). Tahmil atau apresiatif diartikan sebagai sikap menerima atau
membiarkan berlakunya sebuah tradisi. Sikap ini ditunjukkan dengan adanya ayat-
ayat Al-Qur’an yang menerima dan melanjutkan keberadaan tradisi tersebut serta
menyempurnakan aturannya. Apresiasi tersebut tercermin dalam ketentuan atau
aturan yang bersifat umum dan tidak mengubah paradigma keberlakuannya. Bersifat
umum, artinya ayat-ayat yang mengatur tidak menyentuh masalah yang mendasar dan
nuansanya berupa anjuran dan bukan perintah. Disisi lain, aturannya lebih banyak
menyangkut etika yang sebaiknya dilakukan tetapi tidak mengikat. Contoh dalam
masalah ini adalah perdagangan dan penghormatan bulan-bulan haram. Memahami
dan mencermati dua prinsip kaidah tersebut sangat penting untuk menilai apakah
tradisi/kebiasaan/adat yang ada di masyarakat tersebut boleh atau tidak, bid’ah atau
tidak bid’ah.

4
Prinsip yang pertama, dalam urusan/wilayah/bidang muamalah (selain
ibadah) adalah “segala sesuatu boleh dilakukan walaupun tidak ada perintah, asalkan
tidak ada larangan”, atau lebih jelasnya “seseorangboleh
melakukan sesuatu, meskipun tidak ada dalil yang memerintahkannya, yang penting
tidak ada dalil yang melarangnnya. Sedangkan prinsip kedua, seseorang tidak boleh
melakukan ibadah kalau tidak ada perintah, atau lebih jelasnya “seseorang boleh
melakukan suatu ibadah kalau ada perintah, walaupun tidak ada larangan”. Oleh
karena itu, tradisi/kebiasaan/adat apapun yang ada dimasyarakat, selagi tidak ada
kaitannya dengan persoalan ibadah dan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
syariat (tidak ada nash yang melarang) adalah boleh saja dilakukan (ibahah).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari adat istiadat?
2. Apa pengertian budaya?
3. Apa pengertian ritus?
4. Apa perbedaan adat istiadat, budaya, dan ritual keagamaan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian adat istiadat.
2. Untuk mengetahui pengertian budaya?
3. Untuk mengetahui pengertian ritus.
4. Untuk mengetahui perbedaan antara adat istiadat, budaya, dan ritual
keagamaan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Adat Istiadat


Adat istiadat dapat dipahami sebagai tradisi lokal yang mengatur interaksi antar
masyarakat. Dalam ensiklopedia dikatakan bahwa adat istiadat adalah “adat istiadat”
atau “tradisi” suatu masyarakat yang diulang-ulang secara turun-temurun. Kata “adat”
lazim digunakan di sini tanpa membedakan antara yang mempunyai sanksi, misalnya
“hukum adat”, dan yang tidak, misalnya disebut saja adat istiadat. 1 Dalam bahasa
Indonesia, tradisi mengacu pada segala sesuatu, misalnya adat istiadat, kebiasaan,
ajaran, dan sebagainya, yang diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang.
Ada pula yang berpendapat bahwa tradisi berasal dari kata traditium yang berarti
segala sesuatu yang diwariskan dari dulu hingga sekarang. Berdasarkan kedua
sumber tersebut terlihat jelas bahwa tradisi pada hakikatnya merupakan warisan masa
lalu yang dilestarikan, dipromosikan dan dipercaya hingga saat ini.
Tradisi atau adat istiadat tersebut dapat berupa nilai, norma sosial, pola perilaku,
dan adat istiadat lainnya yang menjadi indikasi berbagai aspek kehidupan. Adat
istiadat merujuk pada aturan, norma, dan kebiasaan yang berlaku dalam suatu
masyarakat atau kelompok tertentu. Adat istiadat mencakup berbagai aspek
kehidupan, seperti tata cara berpakaian, cara berkomunikasi, sistem perkawinan, dan
tata tertib sosial. Dalam konteks agama, adat istiadat sering kali terkait dengan tradisi
dan praktik yang diwariskan dari generasi ke generasi. Para ulama sering menekankan
pentingnya memahami adat istiadat dalam konteks syariat Islam, di mana adat istiadat
yang sesuai dengan ajaran agama dapat diterima, sedangkan adat istiadat yang
bertentangan dengan syariat Islam perlu dihindari.
Menurut Hasan Hanafi, Tradisi (Turats) adalah segala peninggalan masa lampau
(dibaca tradisi) yang sampai kepada kita dan masuk dalam kebudayaan masa kini.
Oleh karena itu, bagi Hanafi, turast bukan hanya soal warisan sejarah, tapi juga soal
kontribusi kontemporer di berbagai tingkatan.2 Secara terminologis, kata tradisi
mengandung makna tersembunyi terkait adanya keterkaitan antara masa lalu dan masa
kini. Merujuk pada sesuatu yang diwarisi dari masa lalu namun masih hidup dan aktif

1
Ensiklopedi Islam, jilid 1. (Cet., 3, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoven, 1999) hal: 21
2
Moh.Nur Hakim. “Islam Tradisional dan Reformasi Pragmatisme” Agama dalam Pemikiran Hasan Hanafi
(Malang: Bayu Media Publishing, 2003) hal: 29

6
di masa kini. Tradisi menunjukkan bagaimana anggota suatu masyarakat berperilaku,
baik dalam kehidupan duniawi maupun dalam hal-hal yang bersifat supranatural atau
keagamaan. Tradisi mengatur bagaimana manusia berinteraksi dengan manusia lain
atau sekelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya, bagaimana manusia
bertindak dengan lingkungannya, dan bagaimana manusia berperilaku dengan alam
lainnya. Sistem ini berkembang menjadi sebuah sistem dengan model dan standar
yang mengatur penggunaan saksi dan ancaman terhadap pelanggaran dan tindakan
ilegal. Sebagai suatu sistem kebudayaan, tradisi memberikan seperangkat pola
perilaku yang berasal dari suatu sistem nilai-nilai dan gagasan-gagasan utama (Vital).
Sistem nilai dan ideologi dominan ini akan terekspresikan dalam sistem ideologi,
sistem sosial, dan sistem teknologi. Sistem pemikirannya meliputi etika, norma, dan
adat istiadat. Fungsinya memberikan arahan atau landasan bagi sistem sosial,
termasuk hubungan sosial dan aktivitas masyarakat. Tidak hanya itu, sebagai suatu
sistem kebudayaan, tradisi juga merupakan suatu sistem yang menyeluruh, mencakup
aspek-aspek yang memberi makna pada tindak tutur, tindak ritual, dan berbagai jenis
tindakan lain orang atau sejumlah orang yang melakukan tindakan secara bersama-
sama. Elemen terkecil dalam sistem adalah simbol. Simbol meliputi simbol
konstitutif (yang muncul sebagai keyakinan), simbol kognitif (yang muncul sebagai
pengetahuan), simbol penilaian akal sehat, dan sistem representasi atau simbol yang
berkaitan dengan ekspresi emosi.3
Dalam sastra Islam, adat/tradisi berarti adat atau adat istiadat. Menurut Abdul
Wahab Khalaf Urf adalah : Al-Urf adalah sesuatu yang diketahui dan dilakukan oleh
banyak orang, baik berupa perkataan, perbuatan atau sesuatu yang ditinggalkan. Ini
juga dikenal sebagai al-adah. Dalam bahasa ulama syariat, tidak ada perbedaan antara
al-'urf dan al-adah. Menurut al-Jurani yang dikutip oleh Muhlish Usman, al-adah
adalah:
Al-adah adalah sesuatu (tindakan atau ucapan) yang dilakukan manusia secara terus-
menerus, karena dapat diterima oleh akal dan manusia terus menerus mengulanginya.
Al-'urf adalah sesuatu (tindakan atau ucapan) yang dirasa nyaman oleh jiwa, karena
sesuai dengan akal sehat dan diterima akhlak yang baik.4

3
Mursal Esten, “Kajian Transformasi Budaya”. ( Bandung: Angkasa, 1999), hal: 22
4
Rahmat Syafe’i. “Ilmu Ushul Fiqih”. (Bandung: Pustaka Setia). Hal: 128

7
B. Pengertian Budaya
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebudayaan adalah ideologi atau akal.5
Istilah kebudayaan dalam bahasa Inggris berasal dari kata latin culture yang berarti
mengumpulkan atau mengolah.6 Koentjaraningrat mengemukakan bahwa kata
“kebudayaan” berasal dari kata Sansekerta Buddhayyah yang merupakan bentuk
jamak dari kata buddhi yang berarti budi atau akal, sehingga kebudayaan dapat
dipahami sebagai sesuatu yang berhubungan dengan akal.7
Budaya merujuk pada cara hidup, nilai-nilai, kepercayaan, dan praktik yang
dimiliki dan diwariskan oleh suatu kelompok atau masyarakat. Budaya mencakup
berbagai aspek kehidupan, seperti bahasa, seni, agama, sistem sosial, dan tradisi.
Dalam konteks agama, budaya sering kali menjadi bagian penting dalam menjalankan
ajaran agama. Para ulama mengakui pentingnya memahami budaya lokal dalam
konteks agama, asalkan budaya tersebut tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
agama. Islam mengajarkan umatnya untuk menghormati dan mempertahankan budaya
yang tidak bertentangan dengan ajaran agama, sambil tetap membedakan antara hal-
hal yang bersifat budaya dan hal-hal yang bersifat agama.
Kebudayaan merupakan tatanan pengetahuan, pengalaman, keyakinan, nilai,
sikap, makna, hierarki, agama, zaman, peran, konteks keruangan, pandangan hidup
dalam hubungan hubungan dengan dunia dan alam semesta. Kebudayaan mencakup
barang-barang yang diperoleh dari satu generasi ke generasi berikutnya oleh
sekelompok besar orang melalui usaha individu atau kelompok tertentu. Kebudayaan
juga merupakan pengetahuan. Ciri-ciri perilaku berupa kepercayaan, seni, moral,
hukum, adat istiadat, dan kemampuan atau kebiasaan lain, yang diperoleh anggota
suatu masyarakat.8
C. Pengertian Ritus
Kata “ritual” juga muncul dalam kamus-kamus besar bahasa Indonesia yang
berhubungan dengan upacara; Mengenai ritual, menurut Kamus Ilmu Pengetahuan
Populer, kata ritual berarti upacara keagamaan, dan ritual berarti tata cara dalam
upacara keagamaan; ritual sakral (religius). Ritual adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan terutama untuk tujuan simbolis. Ritual dilakukan atas dasar keagamaan atau

5
Lihat juga dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia-Kamus Versi Online/ Daring (Dalam
Jaringan)http://kbbi.web.id/tradisi(diakses 10 Agustus 2016).
6
Alex. H. Rumondor, (dkk), “Komunikasi Antar Budaya” , (Jakarta: UT, 1995), hal. 95.
7
Idianto Muin, “Sosiologi Standar KTSP 2006”, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006) Cet-18, h. 133.
8
Alex. H. Rumondor, (dkk), “Komunikasi Antar Budaya” ,hal. 48.

8
dapat juga berdasarkan tradisi masyarakat tertentu. Kegiatan ritual pada umumnya
diatur dan ditentukan serta tidak dapat dilakukan secara asal-asalan.9
Ritual merujuk pada serangkaian tindakan atau upacara yang dilakukan secara
berulang-ulang dengan tujuan tertentu, sering kali terkait dengan aspek keagamaan
atau spiritual. Ritual dapat melibatkan simbol-simbol, mantra, gerakan khusus, atau
pengorbanan sebagai bagian dari pelaksanaannya. Dalam konteks agama, ritual sering
kali digunakan untuk menghormati, mengungkapkan rasa syukur, atau memenuhi
kebutuhan spiritual. Para ulama mengakui pentingnya menjalankan ritual-ritual agama
dengan penuh kesadaran dan keikhlasan, sambil tetap memahami makna dan tujuan di
balik setiap ritual tersebut.
Dalam buku “Islam Pesisir” karya Nur Syam disebutkan bahwa banyak ahli dari
berbagai cabang ilmu yang berpendapat bahwa arti kata “ritual” adalah sebuah
upacara bersifat terbatas namun secara simbolis lebih kompleks karena melibatkan
persoalan psikologis dan sosial yang lebih dalam. Kegiatan tersebut mempunyai
nuansa simbolik yang sangat kental. Ritual seringkali lebih banyak berhubungan
dengan sifat dan tujuan mistis dan ritual dianggap sebagai ekspresi budaya yang tak
terelakkan.10 Untuk ritual yang ada dan telah dijalankan dari generasi ke generasi,
misalnya ritual keselamatan seringkali bertujuan untuk mencari keselamatan dan
meminta keberkahan hidup, persembahan untuk tujuan tertentu prosesi, upacara
keagamaan, seperti hari raya, ulang tahun atau perayaan Islam dan hari besar lainnya.
Adanya berbagai ritual dan tradisi yang dilaksanakan secara Islami oleh umat Islam
telah memperkokoh eksistensi ajaran Islam ditengah masyarakat Indonesia. Ajaran
Islam justru menjadi kuat ketika ajaran tersebut telah mentradisi dan membudaya di
tengah kehidupan masyarakat, dimana esensi ajarannya sudah memasuki atau include
ke dalam tradisi masyarakat setempat.11

9
Dalam https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ritual (10 Agustus 2016)
10
Ridin Sofwan, (dkk), “Merumuskan Kembali Interelasi Islam – Jawa”, (Semarang: Gama Media, 2004), hal.
184.
11
R.P Suyono, “Dunia Roh, Ritual, Benda Magis”, (Yogyakarta: LKIS, 2007), hal. 132.

9
D. Perbedaan Adat Istiadat, Budaya, dan Ritual Keagamaan
Tradisi, budaya, dan ritual adalah konsep yang saling terkait dalam konteks
kehidupan manusia. Meskipun terkait, ketiga konsep ini memiliki perbedaan yang
dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tradisi: Tradisi merujuk pada praktik atau kebiasaan yang diwariskan dari generasi ke
generasi dalam suatu kelompok atau masyarakat. Tradisi mencakup berbagai aspek
kehidupan, seperti adat istiadat, kepercayaan, nilai-nilai, bahasa, dan praktik sosial.
Tradisi sering kali menjadi bagian penting dari identitas suatu kelompok atau
masyarakat. Contoh tradisi di Indonesia adalah tradisi upacara adat, seperti tradisi
pernikahan adat, tradisi selamatan dan lain-lain.
Budaya: Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sekelompok orang, serta diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya mencakup
berbagai aspek kehidupan, seperti sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Budaya juga mencakup nilai-nilai,
norma, dan keyakinan yang membentuk pola pikir dan perilaku masyarakat. Budaya
merupakan suatu pola hidup menyeluruh yang kompleks, abstrak, dan luas. Budaya
juga dapat dipelajari dan dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Contoh budaya di
Indonesia adalah budaya Jawa, budaya Minangkabau, atau budaya Bali .
Ritual: Ritual adalah serangkaian tindakan atau upacara yang dilakukan secara
berulang-ulang dengan tujuan tertentu. Ritual sering kali terkait dengan aspek
keagamaan, spiritual, atau sosial dalam suatu budaya atau masyarakat. Ritual dapat
melibatkan simbol-simbol, mantra, gerakan khusus, atau pengorbanan sebagai bagian
dari pelaksanaannya. Ritual dapat digunakan untuk menghormati, mengungkapkan
rasa syukur, memperkuat ikatan sosial, atau memenuhi kebutuhan spiritual. Contoh
ritual di Indonesia adalah ritual selamatan, ritual pernikahan, atau ritual keagamaan
seperti shalat atau puasa. Dalam konteks yang lebih luas, tradisi, budaya, dan ritual
saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain. Tradisi dan ritual adalah
bagian dari budaya yang lebih luas, dan budaya mencakup berbagai tradisi dan ritual
yang ada dalam suatu kelompok atau masyarakat.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa adat istiadat dapat
dipahami sebagai tradisi lokal yang mengatur interaksi antar masyarakat. Dalam
ensiklopedia dikatakan bahwa adat istiadat adalah “adat istiadat” atau “tradisi” suatu
masyarakat yang diulang-ulang secara turun-temurun. Dalam konteks agama, ritual
sering kali digunakan untuk menghormati, mengungkapkan rasa syukur, atau
memenuhi kebutuhan spiritual. Para ulama mengakui pentingnya menjalankan ritual-
ritual agama dengan penuh kesadaran dan keikhlasan, sambil tetap memahami makna
dan tujuan di balik setiap ritual tersebut. Ritual merujuk pada serangkaian tindakan
atau upacara yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan tertentu, sering kali
terkait dengan aspek keagamaan atau spiritual. Ritual dapat melibatkan simbol-
simbol, mantra, gerakan khusus, atau pengorbanan sebagai bagian dari
pelaksanaannya.
Penting untuk dicatat bahwa pandangan dan penafsiran para ulama terhadap adat
istiadat, budaya, dan ritual dapat bervariasi tergantung pada konteks dan tradisi agama
yang dianut. Oleh karena itu, penting untuk merujuk pada otoritas agama yang diakui
dalam memahami pengertian dan praktik-praktik ini.

11
DAFTAR PUSTAKA
Ensiklopedi Islam, jilid 1. (Cet., 3, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoven, 1999) hal: 21
Moh.Nur Hakim. “Islam Tradisional dan Reformasi Pragmatisme” Agama dalam Pemikiran
Hasan Hanafi (Malang: Bayu Media Publishing, 2003) hal: 29

Mursal Esten, “Kajian Transformasi Budaya”. ( Bandung: Angkasa, 1999), hal: 22

Rahmat Syafe’i. “Ilmu Ushul Fiqih”. (Bandung: Pustaka Setia). Hal: 128

Lihat juga dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia-Kamus Versi Online/ Daring (Dalam
Jaringan)http://kbbi.web.id/tradisi(diakses 10 Agustus 2016).
Alex. H. Rumondor, (dkk), “Komunikasi Antar Budaya” , (Jakarta: UT, 1995), hal. 95.
Idianto Muin, “Sosiologi Standar KTSP 2006”, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006) Cet-18, h.
133.
Alex. H. Rumondor, (dkk), “Komunikasi Antar Budaya” ,hal. 48.
Dalam https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ritual (10 Agustus 2016)

Ridin Sofwan, (dkk), “Merumuskan Kembali Interelasi Islam – Jawa”, (Semarang: Gama
Media, 2004), hal. 184.
R.P Suyono, “Dunia Roh, Ritual, Benda Magis”, (Yogyakarta: LKIS, 2007), hal. 132.

12

Anda mungkin juga menyukai