Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FENOMENA KEBUDAYAAN

PERKEMBANGAN BUSANA ADAT KE PURA BAGI REMAJA HINDU


DALAM ERA GLOBALISASI

OLEH :

I KADEK OKI DWI LASMANA (1705541010)


HARIS CHANDARA AGUSTINA (1705541012)
I WAYAN ADITYA DARMWAN (1705541014)
I MADE AGUS ARTHA PUTRA (1705541018)

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa
karena atas Asung Kertha Wara Nugrahan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Makalah dengan judul “Fenomena Kebudayaan Perkembangan
Busana Adat ke Pura Bagi Remaja Hindu Dalam Era Globalisasi” ini disusun
dengan tujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah Agama Hindu. Melalui makalah
ini, kami berharap agar pembaca mampu mengenal lebih jauh mengenai fenomena
kebudayaan saat ini, khususnya di Bali.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam proses penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa isi
makalah ini masih banyak kekuraangan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga makalah yang kami buat
ini dapat bermamfaat dan berguna untuk para pembaca.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1.Latar Belakang .......................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah ..................................................................................2
1.3.Tujuan ....................................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN .......................................................................................3
2.1 Kebudayaan ............................................................................................3
2.2 Keagamaan / Teologi .............................................................................3
2.3 Kebaikan / Etika .....................................................................................4
2.4 Keindahan / Estetika ...............................................................................4
2.5 Perkembangan Busana Adat ke Pura di Era Globalisasi .......................5
2.6 Penyebab dan Dampak Perkembangan Busana Adat ke Pura ................6
2.7 Nilai yang Terkandung dalam Fenomena Kebudayaan .........................7
BAB IV. PENUTUP ...............................................................................................9
5.1 Kesimpilan .............................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini globalisasi sangat mempengaruhi zaman. Segala aspek menjadi
berubah akibat dari arus globalisasi. Termasuk gaya hidup yang suka kebarat-
baratan, mulai dari sikap, bicara, maupun dalam berbusana. Salah satu perubahan
yang paling mencolok adalah soal penampilan (gaya pakaian). Gaya pakaian
menjadi salah satu hal yang sangat mempengaruhi kepribadian seseorang di era
globalisasi saat ini.
Mantra (1996 : 1-2) mengemukakan, Globalisasi merupakan gejala yang tak
dapat dihindarkan, tetapi sekaligus juga membuka kesempatan yang luas.
Globalisasi telah membawa kemajuan besar dan perubahan-perubahan mendasar
dalam kehidupan masyarakat Bali, khususnya umat Hindu yaitu terjadinya benturan
kultur. Sekarang ini globalisasi bukan merupakan hal yang baru dibicarakan.
Tekanan dari globalisasi yang menjadi tantangan terbesar saat ini harus dicarikan
solusi.
Tekanan globalisasi saai ini memang membawa dampak terjadinya
pergeseran etika dalam berbusana adat ke Pura oleh generasi muda Hindu di Bali.
Banyak generasi muda yang kurang memahami dan juga ada yang tidak mau
memahami tentang etika dalam berpakaian ke Pura. Banyak dari meraka terutama
kaum perempuan yang memakai model baju kebaya (baju atasan yang sering
dikenakan para wanita dalam persembahyangan ke Pura) yang kurang sesuai. Pada
dasarnya berbusana tentu akan lebih baik jika disesuaikan dengan aktifitas /
kegiatan yang akan dilakukan.
Wanita sering kita jumpai mengenakan kebaya dengan bahan transparan
dengan kain bawahan (kamen) bagian depan hanya beberapa cm dibawah lutut
untuk melakukan persembahyangan. Kita seharusnya mengetahui bahwa pikiran
setiap manusia tentu tidak sama, ada yang berpikir positif bahwa itulah trend mode
masa kini. Tapi ada yang berpikiran negatif tentu tidak sedikit, inilah
permasalahanya bagi orang yang mempunyai pikiran negatif, paling tidak busana

1
terbuka akan mempengaruhi kesucian pikiran umat lain yang melihatnya sehingga
mempengaruhi konsentrasi persembahyangan.
Pakaian adalah salah satu ciri khas seseorang dalam berpenampilan. Baik itu
dalam bekerja, jalan-jalan, belanja maupun dalam bersembahyang. Seperti yang
banyak mengalami perubahan pada etika dalam menggunakan busana adat ke pura.
Sejak dahulu hingga sekarang busana adat ke pura selalu berubah sesuai
perkembangan jaman. Seharusnya dalam menggunakan busana adat kepura
terutama untuk persembahyangan harus sesuai dengan tata cara yang berlaku.
Namun dewasa ini para umat Hindu terutama para remaja dalam menggunakan
busana adat sudah tidak sesuai dengan aturan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas kajilah fenomena kebudayaan tersebut
dengan menjelaskan nilai – nilai yang terkandung didalamnya, diantaranya
1. Nilai Keagamaan / Teologi
2. Nilai Kebaikan / Etika
3. Nilai Keindahan / Estetika

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Memenuhi tugas mata kuliah Agama Hindu
2. Mempelajari dan memahami fenomena kebudayaan dari nilai agama,
kebaikan dan keindahan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kebudayaan
Kebudayaan merupakan hasil dari karya cipta, rasa, dan karsa manusia.
Lingkupnya mencakup banyak aspek kehidupan seperti hukum, keyakinan, seni,
adat atau kebiasaan, susila, moral, dan juga keahlian. Kehadirannya mampu
mempengaruhi pengetahuan seseorang, gagasan, dan ide meskipun budaya
berwujud abstrak.
Pengertian secara umum tentang budaya dapat beraneka macam. Akan tetapi,
berakhir pada intinya yang hanya satu yaitu cara hidup yang dimiliki bersama oleh
kelompok masyarakat tertentu. Terbentuk dari banyak unsur dan menyeluruh.
Walaupun tidak ada aturan tertulisnya, budaya dapat bersifat memaksa sekaligus
memberikan pedoman untuk berperilaku supaya kehidupan lebih bermartabat dan
bersahaja.

2.2 Keagamaan / Teologi


Keagamaan adalah sifat yang terdapat dalam agama segala sesuatu mengenai
agama atau usaha yang dilakukan seseorang atau perkelompok yang dilaksanakan
secara kontinu (terus-menerus) maupun yang ada hubungannya dengan nilai-nilai
keagamaan. Dengan kata lain segala bentuk kegiatan yang terencana dan terkendali
berhubungan dengan usaha untuk menanamkan bahkan menyebarluaskan nilai-
nilai keagamaan dalam tahap pelaksanaannya dapat dilakukan oleh orang perorang
atau kelompok. Dengan usaha yang terencana dan terkendali di dalam menanamkan
dan menyebarluaskan nilai-nilai keagamaan tersebut diharapkan akan mencapai
tujuan dari usaha itu sendiri, yang dalam hal ini penanaman nilai-nilai keagamaan.
Teologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan
keyakinan beragama. Teologi meliputi segala sesuatu yang berhubungan
dengan Tuhan. Para teolog berupaya menggunakan analisis dan argumen-
argumen rasional untuk mendiskusikan, menafsirkan dan mengajar dalam salah
satu bidang dari topik-topik agama. Teologi memampukan seseorang untuk lebih
memahami tradisikeagamaannya sendiri ataupun tradisi keagamaan lainnya,

3
menolong membuat perbandingan antara berbagai tradisi, melestarikan,
memperbarui suatu tradisi tertentu, menolong penyebaran suatu tradisi,
menerapkan sumber-sumber dari suatu tradisi dalam suatu situasi atau kebutuhan
masa kini, atau untuk berbagai alasan lainnya.

2.3 Kebaikan / Etika


Kebaikan adalah prilaku baik yang didasari dari hati nurani dan etika
adalah suatu ilmu tentang kesusilaan dan perilaku manusia di dalam pergaulannya
dengan sesama yang menyangkut prinsip dan aturan tentang tingkah laku yang
benar. Dengan kata lain, etika adalah kewaijban dan tanggungjawab moral setiap
orang dalam berperilaku di masyarakat.
Secara etimologis, kata etika berasal dari bahasa Yunani kuno,
yaitu “Ethikos” yang artinya timbul dari suatu kebiasaan. Dalam hal ini etika
memiliki sudut pandang normatif dimana objeknya adalah manusia dan
perbuatannya.

2.4 Keindahan / Estetika


Estetika berasal dari bahasa Yunani (aisthetikos, yang berarti "keindahan,
sensitivitas, kesadaran, berkaitan dengan persepsi sensorik"), yang mana
merupakan turunan dari (aisthanomai, yang berarti "saya melihat, meraba,
merasakan").Pertama kali digunakan oleh filsuf Alexander Gottlieb
Baumgarten pada 1735 untuk pengertian ilmu tentang hal yang bisa dirasakan lewat
perasaan.
Estetika adalah salah satucabang filsafat yangmembahas keindahan. Estetika
merupakan ilmu membahas bagaimana keindahan bisa terbentuk, dan bagaimana
supaya dapat merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah
sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris yang kadang dianggap sebagai
penilaian terhadap sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat
dekat dengan filosofi seni.

4
2.5 Perkembangan Busana Adat ke Pura di Era Globalisasi
Pengertian busana (pakaian) dalam arti luas adalah suatu benda kebudayaan
yang sangat penting untuk hampir semua suku bangsa di dunia. Pakaian adalah
menyimbolkan manusia, sebuah topeng dan suatu petunjuk tentang jabatan, tingkat,
status, tetapi bukan identifikasi dengan suatu bagian dari pengada hakiki
Pakaian atau busana dikatakan sebagai suatu benda kebudayaan yang sangat
penting untuk hampir semua suku bangsa di dunia. Saat ini banyak generasi muda
yang menggunakan trend kebaya. Entah apa yang mereka pikirkan. Dari hal
tersebut membuat suatu gagasan menguhubungkan generasi intelek untuk
menciptakan budaya ajeg Bali melalui cara berpakaian adat ke pura. Mengingat
berpakaian adat ke pura merupakan ciri khas dari Provinsi Bali. Pakaian ke pura itu
adalah pakaian yang bisa menumbuhkan rasa nyaman baik yang memakai maupun
yang melihat, menumbuhkan rasa kesucian, dan mengandung kesederhanaan,
warnanyapun akan lebih baik yang berwarna tidak mencolok, jadi karena pakaian
bisa menumbuhkan kesucian pikiran.
Bukan berarti agama Hindu menolak modernisasi atau menolak modifikasi,
namun sebagai penganut agama Hindu yang benar harus bisa menempatkan dimana
seharusnya modernisasi dan modifikasi itu ditempatkan, kalau tidak begitu bila
semua berpakaian modifikasi sampai pemangku bermodifikasi bagaimana jadinya
suasana di pura.
Pada zaman sekarang ini kurangnya minat generasi muda (yowana)
khususnya dari kalangan dehe (gadis) untuk memakai tata rias rambut model
sanggul, termasuk menatanya dengan model pepusungan, juga amat jarang
ditemukan. Umumnya kalangan wanitanya, lebih banyak menata rambutnya
dengan cara membiarkan rambutnya terurai (megambahan), baik dengan potongan
rambut pendek ataupun rambut panjang. Sedangkan untuk kalangan prianya, dalam
tata rias rambut, mereka cenderung tampil apa adanya tanpa sentuhan penataan
salon kecantikan. Hanya saja karena terpengaruh model punk, cukup banyak anak-
anak muda yang menyisir rambutnya dengan model acak-acakan.
Adapun contoh-contoh perubahan busana adat kepura diera globalisasi
sekarang seperti :

5
 Pemakaian baju kebaya/brokat bagi busana wanita menjadi lebih transfaran,
modis dan memakai lengan pendek.
 Pemakaian kamben/kain bagi busana wanita sedikit lebih tinggi atau diatas
lulut.
 Pemakaian asesoris yang berlebihan sehingga terkesan modis dan mahal
seperti bross, hiasan kepala.
 Pemakaian udeng/destar bagi busana laki-laki yang tidak benar, tidak
memiliki ikatan ujung udeng menghadap keatas.
 Pemakaian kamben/kain bagi busana laki-laki yang tidak memiliki kancut
(ujungnya lancip menyentuh tanah) dan ada juga yang
memakai kamben model sarung yang bukan termasuk busana kepura.
 Pemakaian tinggi saput dan jarak kamben bagi busana laki-laki yang salah
biasanya sejengkal dari mata kaki.
 Pemakaian sanggul yang salah, gadis memakai pusung tagel dan wanita
yang sudah berkeluarga memakai pusung gonjer atau bahkan dengan rambut
terurai.

2.6 Penyebab dan Dampak Perkembangan Busana Adat ke Pura


Untuk berpakaian ke pura memang tidak ada aturan baku. Namun,
sembahyang ke pura tentu harus berpakaian sopan dan tidak berpakaian embus
pandang. Tidak hanya berpakaian, mulai dari penataan rambut harus rapi.
Sedangkan untuk pakaian brokat yang sekarang mengalami banyak modifokasi
hendaknya hanya dipakai saat pesta.
Adapun penyebab dari perubahan trend busana adat kepura bagi umat Hindu
adalah :
 Banyaknya selebritis dan para model memakai bahan-bahan budaya bali
yang dipakai sampel model atau desain terbaru untuk dimodifikasi.
 Dari adanya modifikasi yang dipakai model atau selebretis menjadi banyak
yang ditiru oleh umat agama Hindu untuk busana kepura biar lebih modern.
 Adanya kombinasi atau perpaduan model busana barat dan busana local
yang menjadi trend terbaru dalam berbusana.

6
 Berkembangnya pariwisata bali terutama orang-orang suka dengan budaya
dan busana bali sehingga banyak menjadi barang dagangan untuk para tusis-
turis yang dating kebali.
 Berkembangnya trend (Fashion) busana-busana modern dari luar yang
dapat mempengaruhi busana adat kepura sehingga dilihat menjadi lebih
modis.
 Banyaknya umat Hindu (para ABG) yang mengikuti perkembangan
fashion/trend terbaru dari berbagai gaya busana. Seperti kebaya, kamen dan
pakaian lainnya.
Adapun dampak yang terjadi bagi umat hindu dari adanya perubahan seni
berbusana diera globalisasi antara lain :
 Kurangnya kesadaran terhadap tatwa atau filosofi yang terkandung dari
symbol-simbol busana adat kepura umat Hindu.
 Adanya penyimpangan etika dalam berbusana, seperti banyak busana
contohnya : kebaya yang tarnsfaran dan pemakaian kamen terlalu tinggi
(diatas lutut).
 Adanya pikiran-pikiran kotor dipura yang diakibatkan pakaian yang kurang
sopan terutama bagi laki-laki yang tidak bisa mengontrol diri melihat
busana yang tranfaran dan terlalu vulgar.
 Mengganggu kenyamanan saat sembahyang, dari bahan yang terlalu
bervariasi dan gaya yang sedikit ketat.
 Adanya persaingan busana dikalangan ibu-ibu yang lagi sembahyang akibat
berkembangnya terus fashion atau model-model terbaru, sehingga dapat
menimbulkan kesenjangan dan merasa jengah dalam berbusana.

2.7 Nilai yang Terkandung dalam Fenomena Kebudayaan


Berdasarkan fenomena yang sudah dijelaskan di awal, maka dapat dicermati
nilai-nilai yang terkandung dalam fenomena tersebut, diantaranya adalah :
 Nilai Keagamaan / Teologi
Dalam kasus seperti di atas nilai keagamaan yang dapat ditangkap ialah
Sebagai generasi muda memang sudah harus sepatutnya mempelajari,
memahami dan melakasakan etika dalam berpakaian untuk

7
persembahyangan ke Pura. Pikiranlah yang utama dalam mengantarkan
bhakti kita kehadapan Ida Shang Hyang Widhi Wasa. Dan apabila hanya
karena mengikuti trend dan mode pakaian yang dikenakan bisa menggagu
konsentrasi tentu saja itu akan membuat terganggunya situasi
persembahyangan yang khusyuk.
 Nilai Kebaikan / Etika
Jika bicara mengenai etika, tentunya dengan mengenakan busana yang tidak
sesuai aturan saat persembahyangan, maka hal tersebut sudah menyimpang.
Dan kita sebagai remaja akan dicap memiliki etika yang buruk.
 Nilai Keindahan / Estetika
Dinilai dari segi estetika busana adat jaman Sekarang sudah sangat
berkembang, yang dulunya busana adat sangat sederhana, kini busana adat
sudah tampak indah dan mewah, tetapi perlu di ingat tempat penggunaan
busana tersebut haruslah di perhatikan. Untuk menjaga etika maka estetika
haruslah di kesampingkan, jangan sampai demi estetika maka etika lah yang
di kesampingkan.

8
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Akibat pengaruh dari modernisasi dan globalisasi bentuk penampilan saat
berbusana adat kepura remaja Hindu hadir dengan penampilan yang bagaikan
seorang artis selebritis. Banyaknya perubahan busana yang sedikit menyimpang
seperti : busana pakaian wanita yang terlalu transfaran, kamben yang terlalulu
tinggi, memakai hiasan asesoris yang berlebihan. Pemakaian sanggul yang kadang
tertukar dengan perempuan yang lajang daan yang sudah berkeluarga. Bagi busana
laki-laki dalam pemakaian busana udeng/destar kebanyakan tidak memakai symbol
ikatan ujung udenga yang menghadap keatas, pemakaian kancut yang salah.
Pergeseran busana adat kepura mempunyai sebab dan dampak antara lain:
sebab dari perubahan busana adat kepura seperti banyaknya pengaruh busana dari
luar yang diadopsi serta dikombinasikan dengan budaya lokal busna Hindu. Umat
Hindu mengikuti trend busana yang berkembang.

9
DAFTAR PUSTAKA

Artini, Ni Made Rai. 2013.


Menyoroti Etika Umat Hindu “Ke Pura Berpenampilan Selebritis” Skripsi
:Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.

Asmara, I Made Yuda. 2015


https://imadeyudhaasmara.wordpress.com/2015/04/24/perkembangan-busana-
adat-kepura-bagi-remaja-hindu-dalam-era-globalisasi-perspektif-tri-kerangka-
dasar-agama-hindu/

Mantra, Ida Bagus , 1996.


Landasan Kebudayaan Bali. Denpasar : Yayasan Dharma Sastra.

Synnott, 2003.
Tubuh Sosial : Simbolisme diri dan MasyarakatI. Yogyakarta: Jalasutra.

10

Anda mungkin juga menyukai