MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Etika Profesi Pendidik
Dan Tenaga Kependidikan
Dosen Pengampu: Dr. S.J. Reksa Adya Pribadi, M.Pd.
Disusun oleh :
Haerotun Nufus; 2227170013; 2017
Siti Nurfauziah; 2227190001; 2019
Lila Kamila; 2227190002; 2019
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik
itu penulis terlebih kepada pembacanya.
Maret 2021
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
2.1.1 Etika...................................................................................................4
2.1.2 Moral..................................................................................................5
3.1 Kesimpulan..............................................................................................15
iii
3.2 Saran........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Moral dalam sendi kehidupan manusia memiliki kedudukan yang
amat penting. Nilai-nilai moral sangat diperlukan bagi umat manusia, baik
kapasitasnya sebagai pribadi (individu), masyarakat, bangsa maupun
pendidik. Peradaban suatu bangsa dapat dinilai dan diukur melalui karakter
moral masyarakatnya.
1
krisis moral. Dapat di contohkan mulai dari hal kecil seperti anak-anak
sekolah yang membolos pada jam pelajaran, sampai dengan tindak korupsi
yang kasusnya seolah tiada henti. Selain itu terdapat pula tindakan-tindakan
criminal lainnya yang setiap hari biasa kita lihat. Hal ini membuktikan bahwa
krisis moral telah dan sedang melanda bangsa ini.
Baik media cetak maupun elektronik, yang biasa kita baca dan
saksikan setiap hari, semuanya menyajikan bacaan dan tontonan yang tak
jarang kurang memperhatikan moralitas, sopan santun, dan etika. Sehingga
secara langsung para pembaca dan pemirsa dapat terpengaruh moral dan
tingkah lakunya. Terutama bila para pembaca dan pemirsa tersebut adalah
remaja (pelajar) atau bahkan anak-anak yang belum memiliki bekal
pengetahuan agama yang kuat. Tak hanya itu saja, dari aspek ilmu
pengetahuan kita memang memperoleh banyak manfaat dari era globalisasi
ini. Namun, dari aspek kebudayaan, kita lebih mendapatkan banyak pengaruh
negatif.
Jika dilihat dari segi sistem pendidikan yang ada di Inonesia, sistem
pendidikan kita selama ini masih lebih menitikberatkan dan menjejalkan pada
penguasaan kognitif akademis. Sementara afektif dan psikomotorik seolah-
olah dinomorduakan. Sehingga yang terjadi adalah terbentuknya pribadi yang
miskin tata krama, sopan santun, akhlak, dan etika moral.
2
1.3 Tujuan Masalah
Dari uraian rumusan masalah diatas, tujuan yang diharapkan dari
penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
3
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.1 Pengertian Etika Dan Moral
2.1.1 Etika
Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah
“Ethos”, yang berarti hati nurani ataupun perikelakuan yang pantas (atau
yang diharapkan). Secara sederhana hal itu kemudian diartikan sebagai ajaran
tentang perikelakuan yang didasarkan pada perbandingan mengenai apa yang
dianggap baik dan apa yang dianggap buruk.
Menurut para ahli, etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat
kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana
yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut
etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai,
kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik,
seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini:
4
e. Menurut W.J.S. Poerwadarminto
Etika merupakan Studi tentang prinsip-prinsip moralitas (moral).
2.1.2 Moral
Kata moral berasal kata latin ‘’mos’’ yaitu kebiasaan. Moral berasal
dari Bahasa Latin yaitu Moralitas adalah istilah manusia menyebut ke
manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif.
Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral
dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral
adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Namun demikian, karena
manusia selalu berhubungan dengan masalah keindahan baik dan buruk
bahkan dengan persoalan-persoalan layak atau tidak layaknya sesuatu hal.
5
diterima pula serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu
dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya. Moral adalah
produk dari budaya dan Agama. Moral juga dapat diartikan sebagai sikap,
perilaku, tindakan, kelakuan yang dilakukan seseorang pada saat mencoba
melakukan sesuatu berdasarkan pengalaman, tafsiran, suara hati, firasat, serta
nasihat, dll.
a. Sikap positif
1. Penerimaan secara terbuka (open minded); lebih dinamis, tidak terbelenggu
hal-hal lama yang bersikap kolot.
2. Mengembangkan sikap antisipatif dan selektif kepekaan dalam menilai hal-
hal yang akan terjadi.
b. Sikap Negatif
1. Menjadi tertutup.
2. Masyarakat yang telah merasa nyaman dengan kondisi kehidupan
masyarakat yang ada.
3. Acuh tak acuh.
4. Masyarakat awam yang kurang memahami arti strategis modernisasi dan
globalisasi.
5. Kurang selektif dalam menyikapi perubahan modernisasi.
6. Dengan menerima setiap bentuk hal-hal baru tanpa adanya seleksi.
6
Modernisasi dan globalisasi dapat masuk dalam sendi kehidupan
masyarakat melalui berbagai media, terutama media elektronik seperti
internet. Karena dengan fasilitas ini semua orang dapat dengan bebas
mengakses informasi dari berbagai belahan dunia. Pengetahuan dan
kesadaran seseorang sangat menentukan sikapnya untuk menyaring informasi
yang didapat. Apakah nantinya berdampak positif atau negatif terhadap
dirinya, lingkungan, dan masyarakat. Untuk itu, diperlukan pemahaman
agama yang baik sebagai dasar untuk menyaring informasi. Kurangnya filter
dan selektivitas terhadap budaya asing yang masuk ke Indonesia, budaya
tersebut dapat saja masuk pada masyarakat yang labil terhadap perubahan
terutama remaja dan terjadilah penurunan etika dan moral pada masyarakat
Indonesia.
7
2.3.1 Longgarnya pegangan terhadap agama
Sudah menjadi tragedi dari dunia maju, dimana segala sesuatu hampir
dapat dicapai dengan ilmu pengetahuan, sehingga keyakinan beragama mulai
terdesak dan terkikis, kepercayaan kepada Tuhan tinggal simbol, larangan-
larangan dan suruhan-suruhan Tuhan tidak diindahkan lagi. Dengan
longgarnya pegangan seseorang pada ajaran Agama, maka hilanglah kekuatan
pengontrol yang ada didalam diri seseorang. Dengan demikian satu-satunya
alat pengawas dan pengatur moral yang dimilikinya adalah masyarakat
dengan hukum dan peraturannya.
8
mana yang benar dan mana yang salah, dan belum tahu batas-batas dan
ketentuan moral yang berlaku dalam lingkungannya.
9
2.3.3 Dasarnya berkiblat pada budaya materialistis, hedonistis, dan
sekularistis.
Sekarang ini sering kita dengar dari radio atau bacaan dari surat kabar
tentang anak-anak sekolah menengah yang ditemukan oleh gurunya atau
polisi mengantongi obat-obat, gambar-gambar cabul, alat-alat kotrasepsi
seperti kondom dan benda-banda tajam. Semua alat-alat tersebut biasanya
digunakan untuk hal-hal yang dapat merusak moral. Namun, gejala
penyimpangan tersebut terjadi karena pola hidup yang semata-mata mengejar
kepuasan materi, kesenangan hawa nafsu, dan tidak mengindahkan nilai-nilai
agama. Timbulnya sikap tersebut tidak bisa dilepaskan dari derasnya arus
budaya materialistis, hedonistis, dan sekularistis yang disalurkan melalui
tulisan-tulisan, bacaan-bacaan, lukisan-lukisan, siaran-siaran, pertunjukan-
pertunjukan dan lain sebagainya. Penyaluran arus budaya yang demikian itu
didukung oleh para penyandang modal yang semata-mata mengeruk
keuntungan material dan memanfaatkan kecenderungan para remaja, tanpa
memperhatikan dampaknya bagi kerusakan moral. Derasnya arus budaya
yang demikian diduga termasuk faktor yang paling besar andilnya dalam
menghancurkan moral para remaja dan generasi muda umumnya.
10
terjerat tindak korupsi, kolusi, dan nepotisme yang akibat ulahnya dapat
merugikan negara dan hingga kini belum ada tanda-tandanya untuk hilang.
a. Salah pergaulan, apabila kita salah memilih pergaulan kita juga bisa ikut-
ikutan terbawa ke arusnya.
b. Orang tua yang kurang perhatian, apabila orang tua kurang memperhatikan
anaknya, bisa-bisa anaknya merasa tidak nyaman berada di rumah dan selalu
keluar rumah. Hal ini bisa menyebabkan remaja terkena pergaulan bebas.
c. Ingin mengikuti trend, bisa saja awalnya para remaja merokok adalah ingin
terlihat keren, padahal hal itu sama sekali tidak benar. Lalu kalau sudah
mencoba merokok dia juga akan mencoba hal-hal yang lainnya seperti
minum-minuman beralkohol, narkoba, dan seks bebas.
d. Himpitan ekonomi yang membuat para remaja stress dan butuh tempat
pelarian.
11
1. Untuk meghindari salah pergaulan, kita harus pandai memilah dan memilih
teman dekat. Karena pergaulan akan sangat berpengaruh terhadap etika, moral
dan kepribadian seseorang.
2. Peran orang tua sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang,
terutama dalam mengenalkan pendidikan agama sejak usia dini. Perhatian dari
orang tua juga sangat penting. Karena pada banyak kasus, kurangnya
perhatian orang tua dapat menyebabkan dampak buruk pada sikap anak.
3. Memperluas wawasan dan pengetahuan akan sangat berguna untuk menyaring
pengaruh buruk dari lingkungan, misalnya kebiasaan merokok. Dewasa ini,
orang-orang menganggap bahwa merokok meningkatkan kepercayaan diri
dalam pergaulan. Padahal jika dilihat dari sisi kesehatan, merokok dapat
menyebabkan banyak penyakit, baik pada perokok aktif maupun pasif.
Sehingga kebiasaan ini tidak hanya akan mempengaruhi dirinya sendiri,
melainkan juga orang-orang di sekelilingnya.
4. Diadakannya pembinaan moral dan akhlak, diharapkan, dengan bekal
pembinaan moral dan akhlak yang baik dan kuat, mereka nantinya tidak
mudah terjerumus dipengaruhi hal yang negatif lagi.
5. Meningkatkan iman dan takwa dengan cara bersyukur, bersabar, berdzikir,
berfikir dan beramal soleh.
6. Melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya positif, seperti ikut dalam suatu
perkumpulan remaja masjid, ikut pengajian-pengajian rutin, pagelaran seni,
serta olahraga, karena hal tersebut juga dapat meminimalkan seorang anak
terjun kedalam kegiatan-kegiatan yang sifatnya mubadir (sia-sia), semua jenis
kegiatan rutin, selama kegiatan tersebut bersifat positif serta dapat juga untuk
mengukir prestasi.
12
dasar yang mendidik. Kondisi ini akan terus terjadi dari generasi ke generasi dan
pengaruhnya akan terus berlangsung dan menghasilkan kerusakan moral bagi
generasi selanjutnya, termasuk juga didalamnya pendidik, terlebih dalam era
globalisasi dan modernisasi tentu akan selalu menghadirkan tantangan tersendiri
dalam perkembangannya. Oleh karena itu, untuk mengatasi krisis moral di dunia
pendidikan, maka secara internal harus diterapkan model pemdidikan berkarakter
yang berbasis religuisitas.
Salah satu kasus hilangnya etika anak didik, seperti yang dilansir
dalam berbagai media massa yaitu suatu kasus dimana ada siswa SMA di
Sampang yang memukul ke pelipis sang guru hanya karena teguran yang
akhirnya merenggut nyawa sang guru.
13
Nah dari berbagai persoalan-persoalan yang menyorot pendidikan di
Negri kita ini, alangkah pentingnya pendidik menanamkan etika pada anak
didiknya. Pun penting juga etika dalam mengajar yang sepertinya sangat
jarang dibicarakan dalam dunia pendidikan, sementara pekerjaan mengajar
berkaitan dengan etika bahkan etika merupakan isi pengajaran. Etika adalah
salah satu cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang
menjadi strud mengenai standart dan penilaian moral. Menurut Solomon
(1984:2) etika sangat perlu dipelajari oleh kalangan tertentu (termasuk
pendidik) karena etika menunjuk pada dua hal, yaitu:
Pendidik yang sukses tidak hanya secara materi namun juga kaya
dalam nilai-nilai moral dan spiritualnya. Pendidik yang cerdas mampu
memberdayakan segala kualitas positif dalam dirinya berhak untuk
mengukirkan nasibnya sesuai dengan yang diimpikan.
14
BAB III
PENUTUP
3
3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan materi di atas, dapat disimpulkan bahwa antara
moral, dan etika adalah terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk
menentukan baik dan buruk. Pada etika, penilaian baik buruk berdasarkan
perspektif akal pikiran, dan pada moral berdasarkan pada kebiasaan yang
berlaku umum di masyarakat.
3.2 Saran
Semoga pembaca dapat mengetahui dan memahami perilaku etika dan
moral dalam kehidupan, sehingga dapat mengaplikasikan perilaku etika
tersebut sesuai dengan ajaran Agama masing-masing, serta menjauhi dan
meninggalkan perilaku yang tidak baik.
15
16
DAFTAR PUSTAKA
Bertens, K. (1993). Etika K. Bertens (Vol. 21). Gramedia Pustaka Utama.
Tanyid, M. (2014). Etika dalam pendidikan: Kajian etis tentang krisis moral
berdampak pada pendidikan. Jurnal Jaffray, 12(2), 235-250.
https://www.kompasiana.com/feditatacistamaya/5a98be4e16835f12c41f0232/
mengapa-pendidik-harus-beretika (diakses pada tanggal 13 Maret 2021)
17
18