Anda di halaman 1dari 22

ETIKA DAN MORAL

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Etika Profesi Pendidik
Dan Tenaga Kependidikan
Dosen Pengampu: Dr. S.J. Reksa Adya Pribadi, M.Pd.

Disusun oleh :
Haerotun Nufus; 2227170013; 2017
Siti Nurfauziah; 2227190001; 2019
Lila Kamila; 2227190002; 2019

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
2021
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
              Puji syukur atas kehadirat Allah swt. Yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga Makalah Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga
Kependidikan dengan judul “Etika dan Moral” ini dapat selesai dengan tepat
waktu. Terwujudnya makalah ini, tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak,
oleh karena itu saya selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-
teman yang tercinta yang telah sabar untuk meluangkan waktunya untuk
berdiskusi dalam menyusun makalah ini serta semua pihak yang telah membantu
dalam menyusun makalah ini.

Dalam makalah ini terdapat beberapa pembahasan materi mengenai


“Pengertian etika, moral, faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan etika
dan moral, serta perubahan etika dan moral tersebut, dan lain sebagainya”. Namun
dalam penyusunannya masih terdapat banyak kekurangan oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun diharapkan kami dari semua pihak, agar kedepannya
lebih baik lagi dalam menyusun makalah.  

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik
itu penulis terlebih kepada pembacanya.

Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan Masalah.........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4

2.1 Pengertian Etika Dan Moral......................................................................4

2.1.1 Etika...................................................................................................4

2.1.2 Moral..................................................................................................5

2.2 Dampak Modernisasi dan Globalisasi Terhadap Etika dan Moral............6

2.2.1 Dampak modernisasi dan globalisasi terhadap etika dan moral


pelajar 6

2.3 Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Perubahan Etika dan Moral.........7

2.3.1 Longgarnya pegangan terhadap agama..............................................7

2.3.2 Kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh rumah


tangga, sekolah maupun masyarakat................................................................8

2.3.3 Dasarnya berkiblat pada budaya materialistis, hedonistis, dan


sekularistis........................................................................................................9

2.3.4 Belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari pemerintah...10

2.4 Solusi Untuk Mengatasi Perubahan Moral dan Etika.............................11

2.5 Pentingnya Etika dan Moral Bagi Pendidik............................................12

BAB III PENUTUP..............................................................................................15

3.1 Kesimpulan..............................................................................................15

iii
3.2 Saran........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Moral dalam sendi kehidupan manusia memiliki kedudukan yang
amat penting. Nilai-nilai moral sangat diperlukan bagi umat manusia, baik
kapasitasnya sebagai pribadi (individu), masyarakat, bangsa maupun
pendidik. Peradaban suatu bangsa dapat dinilai dan diukur melalui karakter
moral masyarakatnya.

Moral memiliki kedudukan yang amat penting karena manusia dalam


kehidupannya harus taat dan patuh pada norma-norma, aturan-aturan, adat
istiadat, undang-undang, dan hukum yang ada dalam suatu masyarakat.
Norma-norma, aturan-aturan, undang-undang, dan hukum baik yang dibuat
atas consensus sekelompok manusia atau aturan yang berasal dari hukum
Tuhan (wahyu).

Namun dewasa ini, pada arus globalisasi yang sedang melanda


seluruh penjuru dunia terutama Indonesia, telah memberikan banyak
perubahan terhadap dinamika kehidupan masyarakat. Globalisasi dapat
diartikan sebagai proses penyebaran unsur-unsur baru khususnya yang
menyangkut informasi secara global melalui media cetak maupun elektronik.
Globalisasi ibarat pedang bermata dua terdapat sisi positif dan negative
tergantung bagaimana menggunakannya, hal ini pun juga menjadi penyebab
infiltrasi budaya tidak terbendung. Budaya-budaya sedemikian cepat dan
mudah saling bertukar tempat dan saling memengaruhi satu sama lain.
Termasuk budaya hidup barat yang liberal dan bebas merasuki budaya
ketimuran yang lebih cenderung teratur dan terpelihara oleh nilai-nilai
religius.

Dampak negatif dari arus globalisasi yang terlihat miris adalah


perubahan yang cenderung mengarah pada krisis moral dan akhlak, sehingga
menimbulkan sejumlah permasalahan kompleks melanda negeri ini akibat

1
krisis moral. Dapat di contohkan mulai dari hal kecil seperti anak-anak
sekolah yang membolos pada jam pelajaran, sampai dengan tindak korupsi
yang kasusnya seolah tiada henti. Selain itu terdapat pula tindakan-tindakan
criminal lainnya yang setiap hari biasa kita lihat. Hal ini membuktikan bahwa
krisis moral telah dan sedang melanda bangsa ini.

Baik media cetak maupun elektronik, yang biasa kita baca dan
saksikan setiap hari, semuanya menyajikan bacaan dan tontonan yang tak
jarang kurang memperhatikan moralitas, sopan santun, dan etika. Sehingga
secara langsung para pembaca dan pemirsa dapat terpengaruh moral dan
tingkah lakunya. Terutama bila para pembaca dan pemirsa tersebut adalah
remaja (pelajar) atau bahkan anak-anak yang belum memiliki bekal
pengetahuan agama yang kuat. Tak hanya itu saja, dari aspek ilmu
pengetahuan kita memang memperoleh banyak manfaat dari era globalisasi
ini. Namun, dari aspek kebudayaan, kita lebih mendapatkan banyak pengaruh
negatif.

Jika dilihat dari segi sistem pendidikan yang ada di Inonesia, sistem
pendidikan kita selama ini masih lebih menitikberatkan dan menjejalkan pada
penguasaan kognitif akademis. Sementara afektif dan psikomotorik seolah-
olah dinomorduakan. Sehingga yang terjadi adalah terbentuknya pribadi yang
miskin tata krama, sopan santun, akhlak, dan etika moral.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini, ialah sebagai berikut :

1. Bagaimana hubungan antara Etika dan Moral?


2. Bagaimana dampak modernisasi dan globalisasi terhadap Etika dan
Moral?
3. Apa saja faktor penyebab terjadinya pergeseran Etika dan Moral?
4. Bagaimana solusi yang ditawarkan untuk mengatasi krisis Etika dan
Moral?
5. Bagaimana pentingnya Etika dan Moral bagi Pendidik?

2
1.3 Tujuan Masalah
Dari uraian rumusan masalah diatas, tujuan yang diharapkan dari
penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian Etika dan Moral.


2. Mahasiswa dapat mengetahui dampak modernisasi dan globalisasi
terhadap Etika dan Moral.
3. Mahasiswa dapat mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya
perubahan Etika dan Moral.
4. Mahasiswa dapat mengetahui solusi untuk mengatasi Perubahan Etika dan
Moral.
5. Mahasiswa dapa memahami bagaimana pentingnya Etika dan Moral bagi
Pendidik.

  

3
BAB II
PEMBAHASAN  
2
2.1 Pengertian Etika Dan Moral
2.1.1 Etika
Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah
“Ethos”, yang berarti hati nurani ataupun perikelakuan yang pantas (atau
yang diharapkan). Secara sederhana hal itu kemudian diartikan sebagai ajaran
tentang perikelakuan yang didasarkan pada perbandingan mengenai apa yang
dianggap baik dan apa yang dianggap buruk.

Menurut para ahli, etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat
kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana
yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut
etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai,
kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik,
seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini:

a. Menurut Drs. O.P. Simorangkir


Menyatakan bahwa etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam
berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
b. Menurut Drs. Sidi Gajalba 
Dalam Sistematika Filsafat mengemukakan bahwa etika adalah teori
tentang tingkah laku perbuatan manusia yang dipandang dari segi baik dan
buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal pikiran.
c. Menurut Drs. H. Burhanudin Salam
Menjelaskan bahwa etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai
nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam
kehidupannya.
d. Menurut K. Bertens
Etika adalah nilai-nilai dan norma-norma moral, yang menjadi pegangan
bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur perilaku.

4
e. Menurut W.J.S. Poerwadarminto
Etika merupakan Studi tentang prinsip-prinsip moralitas (moral).

Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan


manusia. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya
melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia
untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini.
Etika pada akhirnya membantu untuk mengambil keputusan tentang tindakan
apa yang perlu di lakukan dan yang perlu di pahami bersama bahwa etika ini
dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan.

2.1.2 Moral
Kata moral berasal kata latin ‘’mos’’ yaitu kebiasaan. Moral berasal
dari Bahasa Latin yaitu Moralitas adalah istilah manusia menyebut ke
manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif.
Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral
dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral
adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Namun demikian, karena
manusia selalu berhubungan dengan masalah keindahan baik dan buruk
bahkan dengan persoalan-persoalan layak atau tidak layaknya sesuatu hal.

Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses


sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses
sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang mempunyai nilai implisit karena
banyak orang yang mempunyai moral atau sikap amoral itu dari sudut
pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah
dan manusia harus mempunyai moral jika ia ingin dihormati dan dihargai
oleh sesamanya.

Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat


secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat
setempat. Moral adalah perbuatan/ tingkah laku/ ucapan seseorang dalam
berinteraksi dengan manusia lainnya. Apabila yang dilakukan seseorang itu
sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat

5
diterima pula serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu
dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya. Moral adalah
produk dari budaya dan Agama. Moral juga dapat diartikan sebagai sikap,
perilaku, tindakan, kelakuan yang dilakukan seseorang pada saat mencoba
melakukan sesuatu berdasarkan pengalaman, tafsiran, suara hati, firasat, serta
nasihat, dll.

2.2 Dampak Modernisasi dan Globalisasi Terhadap Etika dan Moral


2.2.1 Dampak modernisasi dan globalisasi terhadap etika dan moral
pelajar
Modernisasi merupakan suatu proses transformasi dari suatu
perubahan ke arah yang lebih maju atau meningkat di berbagai aspek dalam
kehidupan masyarakat. Sedangkan, globalisasi yang berasal dari kata global
atau globe artinya bola dunia atau mendunia.

Jadi, globalisasi berarti suatu proses masuk ke lingkungan dunia.


Modernisai dan globalisasi dapat mempengaruhi sikap masyarakat dalam
bentuk positif maupun negatif. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Sikap positif
1. Penerimaan secara terbuka (open minded); lebih dinamis, tidak terbelenggu
hal-hal lama yang bersikap kolot.
2. Mengembangkan sikap antisipatif dan selektif kepekaan dalam menilai hal-
hal yang akan terjadi.
b. Sikap Negatif
1. Menjadi tertutup.
2. Masyarakat yang telah merasa nyaman dengan kondisi kehidupan
masyarakat yang ada.
3. Acuh tak acuh.
4. Masyarakat awam yang kurang memahami arti strategis modernisasi dan
globalisasi.
5. Kurang selektif dalam menyikapi perubahan modernisasi.
6. Dengan menerima setiap bentuk hal-hal baru tanpa adanya seleksi.

6
Modernisasi dan globalisasi dapat masuk dalam sendi kehidupan
masyarakat melalui berbagai media, terutama media elektronik seperti
internet. Karena dengan fasilitas ini semua orang dapat dengan bebas
mengakses informasi dari berbagai belahan dunia. Pengetahuan dan
kesadaran seseorang sangat menentukan sikapnya untuk menyaring informasi
yang didapat. Apakah nantinya berdampak positif atau negatif terhadap
dirinya, lingkungan, dan masyarakat. Untuk itu, diperlukan pemahaman
agama yang baik sebagai dasar untuk menyaring informasi. Kurangnya filter
dan selektivitas terhadap budaya asing yang masuk ke Indonesia, budaya
tersebut dapat saja masuk pada masyarakat yang labil terhadap perubahan
terutama remaja dan terjadilah penurunan etika dan moral pada masyarakat
Indonesia.

Jika dilihat pada kenyataannya, efek dari modernisasi dan globalisasi


lebih banyak mengarah ke negatif. Kita dapat kehilangan budaya negara kita
sendiri dan terbawa oleh arus budaya barat, jika masyarakat Indonesia sendiri
tidak mempelajari pemahaman dan pengetahuan tentang kebudayaan
Indonesia dan tidak menjaga kebudayaan tersebut. Ada baiknya budaya barat
yang kita serap disaring terlebih dahulu. Karena tidak semua budaya barat
adalah baik. Jika kita terus menerima dan menyerap budaya asing yang tidak
sesuai dengan karakter bangsa Indonesia, dapat terjadi penyimpangan etika
dan moral bangsa Indonesia sendiri. Melalui penyimpangan etika dan moral
tersebut, dapat tercipta pola kehidupan dan pergaulan yang menyimpang.
Tidak hanya dampak negatif yang dihasilkan dari modernisasi dan
globalisasi. Proses ini juga menghasilkan akibat positif, yaitu terciptanya
masyarakat yang lebih intelek dan melek terhadap perubahan dan
perkembangan dunia. 

2.3 Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Perubahan Etika dan Moral


Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan
dan pergeseran Etika dan Moral, antara lain sebagai berikut :

7
2.3.1 Longgarnya pegangan terhadap agama
Sudah menjadi tragedi dari dunia maju, dimana segala sesuatu hampir
dapat dicapai dengan ilmu pengetahuan, sehingga keyakinan beragama mulai
terdesak dan terkikis, kepercayaan kepada Tuhan tinggal simbol, larangan-
larangan dan suruhan-suruhan Tuhan tidak diindahkan lagi. Dengan
longgarnya pegangan seseorang pada ajaran Agama, maka hilanglah kekuatan
pengontrol yang ada didalam diri seseorang. Dengan demikian satu-satunya
alat pengawas dan pengatur moral yang dimilikinya adalah masyarakat
dengan hukum dan peraturannya.

Namun biasanya pengawasan masyarakat itu tidak sekuat pengawasan


dari dalam diri sendiri. Karena pengawasan masyarakat itu datang dari luar,
jika orang luar tidak tahu, atau tidak ada orang yang disangka akan
mengetahuinya, maka dengan senang hati orang itu akan berani melanggar
peraturan-peraturan dan hukum-hukum sosial itu. Dan apabila dalam
masyarakat itu banyak orang yang melakukuan pelanggaran moral, dengan
sendirinya orang yang kurang iman tadi tidak akan sulit pula meniru dan
melakukan pelanggaran-pelanggaran yang sama. Tetapi jika setiap orang
teguh keyakinannya kepada Tuhan serta menjalankan agama dengan
sungguh-sungguh, tidak perlu lagi adanya pengawasan yang ketat, karena
setiap orang sudah dapat menjaga dirinya sendiri, tidak mau melanggar
hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan Tuhan. Sebaliknya dengan semakin
jauhnya masyarakat dari agama, semakin sulit memelihara moral orang dalam
masyarakat itu, dan semakin kacaulah suasana, karena semakin banyak
pelanggaran-pelanggaran, hak, hokum, dan nilai moral.

2.3.2 Kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh rumah


tangga, sekolah maupun masyarakat.
Pembinaan moral yang dilakukan oleh ketiga institusi ini tidak
berjalan menurut semestinya atau yang sebiasanya. Pembinaan moral
dirumah tangga misalnya harus dilakukan dari sejak anak masih kecil, sesuai
dengan kemampuan dan umurnya. Karena setiap anak lahir, belum mengerti

8
mana yang benar dan mana yang salah, dan belum tahu batas-batas dan
ketentuan moral yang berlaku dalam lingkungannya.

Tanpa dibiasakan menanamkan sikap yang dianggap baik untuk


manumbuhkan moral, anak-anak akan dibesarkan tanpa mengenal moral itu.
Pembinaan moral pada anak dirumah tangga bukan dengan cara menyuruh
anak menghafalkan rumusan tentang baik dan buruk, melainkan harus
dibiasakan.

Zakiah Darajat mangatakan, moral bukanlah suatu pelajaran yang


dapat dicapai dengan mempelajari saja, tanpa membiasakan hidup bermoral
dari sejak keci. Moral itu tumbuh dari tindakan kepada pengertian dan tidak
sebaliknya. Seperti halnya rumah tangga, sekolahpun dapat mengambil
peranan yang penting dalam pembinaan moral anak didik. Hendaknya dapat
diusahakan agar sekolah menjadi lapangan baik bagi pertumbuhan dan
perkembangan mental serta moral anak didik.

Di samping tempat pemberian pengetahuan, pengembangan bakat dan


kecerdasan. Dengan kata lain, supaya sekolah merupakan lapangan sosial
bagi anak-anak, dimana pertumbuhan mental, moral, dan sosial serta segala
aspek kepribadian berjalan dengan baik. Untuk menumbuhkan sikap moral
yang demikian itu, jika pendidikan agama diabaikan di sekolah, maka didikan
agama yang diterima dirumah tidak akan berkembang, bahkan mungkin
terhalang. Selanjutnya masyarakat juga harus mengambil peranan dalam
pembinaan moral. Masyarakat yang lebih rusak moralnya perlu segera
diperbaiki dan dimulai dari diri sendiri, keluarga dan orang-orang terdekat
dengan kita. Karena kerusakan masyarakat itu sangat besar pengaruhnya
dalam pembinaan moral anak-anak. Terjadinya kerusakan moral dikalangan
pelajar dan generasi muda sebagaimana disebutkan di atas, karena buruknya
tatanan keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam pembinaan moral. Bahkan
ketiga lembaga tersebut satu dan lainnya saling bertolak belakang, tidak
seirama, tidak sefrekuensi, dan tidak kondusif bagi pembinaan moral.

9
2.3.3 Dasarnya berkiblat pada budaya materialistis, hedonistis, dan
sekularistis.
Sekarang ini sering kita dengar dari radio atau bacaan dari surat kabar
tentang anak-anak sekolah menengah yang ditemukan oleh gurunya atau
polisi mengantongi obat-obat, gambar-gambar cabul, alat-alat kotrasepsi
seperti kondom dan benda-banda tajam. Semua alat-alat tersebut biasanya
digunakan untuk hal-hal yang dapat merusak moral. Namun, gejala
penyimpangan tersebut terjadi karena pola hidup yang semata-mata mengejar
kepuasan materi, kesenangan hawa nafsu, dan tidak mengindahkan nilai-nilai
agama. Timbulnya sikap tersebut tidak bisa dilepaskan dari derasnya arus
budaya materialistis, hedonistis, dan sekularistis yang disalurkan melalui
tulisan-tulisan, bacaan-bacaan, lukisan-lukisan, siaran-siaran, pertunjukan-
pertunjukan dan lain sebagainya. Penyaluran arus budaya yang demikian itu
didukung oleh para penyandang modal yang semata-mata mengeruk
keuntungan material dan memanfaatkan kecenderungan para remaja, tanpa
memperhatikan dampaknya bagi kerusakan moral. Derasnya arus budaya
yang demikian diduga termasuk faktor yang paling besar andilnya dalam
menghancurkan moral para remaja dan generasi muda umumnya.

2.3.4 Belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari pemerintah.


Pemerintah yang diketahui memiliki otoritas kekuasaan (power),
uang, teknologi, sumber daya manusia dan sebagainya tentu akan sangat
menentukan arah generasi kedepannya dalam memupuk etika dan moral. Jika
pemerintah tidak serius dan sungguh-sungguh dalam menangani urusan
mental, etika, dan moral anak bangsa, maka dapat dipastikan masa depan
bangsa akan tergerus dan hilang martabatnya. Namun sejatinya urusan etika
dan moral tidak hanya ditempa untuk tatanan masyarakat secara umum di
semua kalangan, tetapi dalam jajaran para elit penguasa pun perlu diseriuskan
dalam merespon pembinaan etika dan moral untuk menjaga marwah dan nilai
integritas. Hal ini didasari karena tidak sedikit tersiar kabar para elit penguasa
yang semata-mata mengejar kedudukan, peluang, kekayaan, dan sebagainya
dengan cara-cara yang buruk dan tidak etis, yang memanfaatkan jabatan
untuk melakukan tindak sewenang-wenang, juga banyaknya kasus yang

10
terjerat tindak korupsi, kolusi, dan nepotisme yang akibat ulahnya dapat
merugikan negara dan hingga kini belum ada tanda-tandanya untuk hilang.

Mereka yang asik memperebutkan kekuasaan, mareri dan sebagainya


dengan cara-cara tidak terpuji itu, dengan tidak memperhitungkan dampaknya
bagi kerusakan moral bangsa. Bangsa jadi ikut-ikutan, tidak mau
mendengarkan lagi apa yang disarankan dan dianjurkan pemerintah, karena
secara moral mereka sudah kehilangan daya efektifitasnya.

Sikap sebagian elit penguasa yang demikian itu semakin


memperparah moral bangsa, dan sudah waktunya dihentikan. Kekuasaan,
uang, teknologi dan sumber daya yang dimiliki pemerintah seharusnya
digunakan untuk merumuskan konsep pembinaan moral bangsa dan
aplikasinya secara serius, bersungguh-sungguh dan berkesinambungan.

Beberapa faktor lain yang menyebabkan menurunnya moral dan etika


generasi muda saat ini adalah :

a. Salah pergaulan, apabila kita salah memilih pergaulan kita juga bisa ikut-
ikutan terbawa ke arusnya.
b. Orang tua yang kurang perhatian, apabila orang tua kurang memperhatikan
anaknya, bisa-bisa anaknya merasa tidak nyaman berada di rumah dan selalu
keluar rumah. Hal ini bisa menyebabkan remaja terkena pergaulan bebas.
c. Ingin mengikuti trend, bisa saja awalnya para remaja merokok adalah ingin
terlihat keren, padahal hal itu sama sekali tidak benar. Lalu kalau sudah
mencoba merokok dia juga akan mencoba hal-hal yang lainnya seperti
minum-minuman beralkohol, narkoba, dan seks bebas.
d. Himpitan ekonomi yang membuat para remaja stress dan butuh tempat
pelarian.

2.4 Solusi Untuk Mengatasi Perubahan Moral dan Etika


Ada beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi
permasalahan yang ada pada generasi penerus pada saat ini, diantaranya
adalah sebagai berikut :

11
1. Untuk meghindari salah pergaulan, kita harus pandai memilah dan memilih
teman dekat. Karena pergaulan akan sangat berpengaruh terhadap etika, moral
dan kepribadian seseorang.
2. Peran orang tua sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang,
terutama dalam mengenalkan pendidikan agama sejak usia dini. Perhatian dari
orang tua juga sangat penting. Karena pada banyak kasus, kurangnya
perhatian orang tua dapat menyebabkan dampak buruk pada sikap anak.
3. Memperluas wawasan dan pengetahuan akan sangat berguna untuk menyaring
pengaruh buruk dari lingkungan, misalnya kebiasaan merokok. Dewasa ini,
orang-orang menganggap bahwa merokok meningkatkan kepercayaan diri
dalam pergaulan. Padahal jika dilihat dari sisi kesehatan, merokok dapat
menyebabkan banyak penyakit, baik pada perokok aktif maupun pasif.
Sehingga kebiasaan ini tidak hanya akan mempengaruhi dirinya sendiri,
melainkan juga orang-orang di sekelilingnya.
4. Diadakannya pembinaan moral dan akhlak, diharapkan, dengan bekal
pembinaan moral dan akhlak yang baik dan kuat, mereka nantinya tidak
mudah terjerumus dipengaruhi hal yang negatif lagi.
5. Meningkatkan iman dan takwa dengan cara bersyukur, bersabar, berdzikir,
berfikir dan beramal soleh.
6. Melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya positif, seperti ikut dalam suatu
perkumpulan remaja masjid, ikut pengajian-pengajian rutin, pagelaran seni,
serta olahraga, karena hal tersebut juga dapat meminimalkan seorang anak
terjun kedalam kegiatan-kegiatan yang sifatnya mubadir (sia-sia), semua jenis
kegiatan rutin, selama kegiatan tersebut bersifat positif serta dapat juga untuk
mengukir prestasi.

2.5 Pentingnya Etika dan Moral Bagi Pendidik


Etika pendidikan berdasarkan pada sebuah kajian nyata bahwa manusia
harus melakukan sesuatu dalam tindakan yang beretika, termasuk di dalamnya
proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan. Ada kesenjangan yang terjadi
sekarang bahwa antara penanaman nilai-nilai baik dan benar di sekolah pada
proses Pendidikan, namun di masyarkat sebagai lapangan Pendidikan tempat
mempraktikan Pendidikan tidak memberikan nilai-nilai yang beretika sebagai

12
dasar yang mendidik. Kondisi ini akan terus terjadi dari generasi ke generasi dan
pengaruhnya akan terus berlangsung dan menghasilkan kerusakan moral bagi
generasi selanjutnya, termasuk juga didalamnya pendidik, terlebih dalam era
globalisasi dan modernisasi tentu akan selalu menghadirkan tantangan tersendiri
dalam perkembangannya. Oleh karena itu, untuk mengatasi krisis moral di dunia
pendidikan, maka secara internal harus diterapkan model pemdidikan berkarakter
yang berbasis religuisitas.

Akhir-akhir ini banyak beredar pemberitaan dimedia massa tentang


persoalan-persoalan Pendidikan di negri kita ini. Baik persoalan Ujian
Nasional, siswa-siswa yang berprestasi, bahkan persoalan yang sangat
mencoreng dalam dunia pendidikan seperti kekerasan yang dilakukan
beberapa oknum pendidik, sampai pada pemberontakan siswa terhadap guru.

Salah satu kasus hilangnya etika anak didik, seperti yang dilansir
dalam berbagai media massa yaitu suatu kasus dimana ada siswa SMA di
Sampang yang memukul ke pelipis sang guru hanya karena teguran yang
akhirnya merenggut nyawa sang guru.

Dari rentetan kasus tersebut peran seorang pendidik seperti sedang


dilema, satu sisi guru sebagai pendidik harus mencontohkan sikap yang baik,
agar patut digugu dan ditiru. Menegur, menasihati, dan mengawasi
kedisiplinan siswa di sekolah memang sudah menjadi tugasnya seorang guru.
Satu sisi yang lain pendidik juga dianggap salah apabila tidak menegur siswa
yang terbukti melanggar aturan atau melakukan kesalahan. Sekalipun
menegurnya kadang ada yang menganggap itu suatu hal yang salah padahal
masih dalam batas wajar misalnya ada seorang mahasiswa yang terlambat
datang kemudian di beri hukuman push up 10x atau berdiri satu kaki di depan
kelas, kadang-kadang hal demikian masih ada saja pihak yang menilai hal itu
merupakan sesuatu yang tidak etis dilakukan pendidik, padahal tujuannya
agar si anak sadar akan kesalahannya dan tidak mengulangi kesalahan yang
sama, terkecuali memang menegurnya berlebihan misalnya cuma gara-gara
terlambat datang, siswa jadi lebam karena di pukul guru.

13
Nah dari berbagai persoalan-persoalan yang menyorot pendidikan di
Negri kita ini, alangkah  pentingnya pendidik menanamkan etika pada anak
didiknya. Pun penting juga etika dalam mengajar yang sepertinya sangat
jarang dibicarakan dalam dunia pendidikan, sementara pekerjaan mengajar
berkaitan dengan etika bahkan etika merupakan isi pengajaran. Etika adalah
salah satu cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang
menjadi strud mengenai standart dan penilaian moral. Menurut Solomon
(1984:2) etika sangat perlu dipelajari oleh kalangan tertentu (termasuk
pendidik) karena etika menunjuk pada dua hal, yaitu:

1) Disiplin ilmu yang mempelajari nilai-nilai dan pembenarannya


2) Pokok permasalahan disiplin ilmu itu sendiri yaitu nilai-nilai hidup yang
sesungguhnya dan hukum-hukum tingkah laku.

Kedua hal tersebut terpacu dalam kenyataan bahwa manusia


bertingkah laku sesuai dengan hukum-hukum, adat, dan harapan-harapan
yang kompleks dan terus berubah. Akibatnya manusia harus merenungkan
tingkah laku dan sikap, membenarkan dan kadang memperbaiki.

Maka diharapkan peran pendidik AUD, dalam situasi apapun


keberadaannya tetaplah sebagai pembimbing, pembina perilaku dan sekalipun
model berperilaku manusia beretika, karena ini adalah bagian dari tanggung
jawab sebagai pendidik

Pendidik yang sukses tidak hanya secara materi namun juga kaya
dalam nilai-nilai moral dan spiritualnya. Pendidik yang cerdas mampu
memberdayakan segala kualitas positif dalam dirinya berhak untuk
mengukirkan nasibnya sesuai dengan yang diimpikan.

14
BAB III
PENUTUP
3
3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan materi di atas, dapat disimpulkan bahwa antara
moral, dan etika adalah terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk
menentukan baik dan buruk. Pada etika, penilaian baik buruk berdasarkan
perspektif akal pikiran, dan pada moral berdasarkan pada kebiasaan yang
berlaku umum di masyarakat.

Berdasarkan fakta yang ada, dapat dilihat bahwa terjadi kemerosotan


nilai etika dan moral, seperti tingkat kriminalitas yang tinggi, tingkat aborsi
yang tinggi, dan lain-lain. Jika hal-hal seperti ini tidak diperbaiki, hal ini akan
menyebabkan rusaknya generasi masyarakat di masa yang akan datang. Jika
hal-hal seperti ini tidak segera diperbaiki, hal ini akan menyebabkan rusaknya
generasi masyarakat di masa yang akan datang. Sehingga tidak menutup
kemungkinan zaman akan berganti lagi seperti zaman jahiliyah dahulu.

Perubahan moral dan etika terjadi akibat menurunnya moral, akhlak


dan etika. Sehingga kehidupan yang mereka jalani tidak sesuai dengan
tuntunan yang ada, banyak diantara mereka yang terjerumus pada kehidupan
atau pergaulan yang bebas. Oleh karena itu, untuk menangis kemorosotan
moral, akhlak, dan etika diantaranya perbanyak kegiatan-kegiatan positif dan
bermanfaat, dekat dengan majelis ilmu untuk memperdalam ilmu dan
wawasan keagamaan, serta orang-orang yang selalu mengajak pada hal-hal
yang positif.

3.2 Saran
Semoga pembaca dapat mengetahui dan memahami perilaku etika dan
moral dalam kehidupan, sehingga dapat mengaplikasikan perilaku etika
tersebut sesuai dengan ajaran Agama masing-masing, serta menjauhi dan
meninggalkan perilaku yang tidak baik.

15
16
DAFTAR PUSTAKA
Bertens, K. (1993). Etika K. Bertens (Vol. 21). Gramedia Pustaka Utama.

Drajat, Z. (2007). Ketenangan dan Kebahagiaan dalam Rumah Tangga. Jakarta:


Bulan Bintang.

Dewantara, A. (2017). Filsafat Moral (Pergumulan Etis Keseharian Hidup


Manusia).

Solomon, R. C. (1984). Etika. Suatu Pengantar, Erlangga.

Tanyid, M. (2014). Etika dalam pendidikan: Kajian etis tentang krisis moral
berdampak pada pendidikan. Jurnal Jaffray, 12(2), 235-250.

https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-etika/ (diakses pada tanggal 13


Maret 2021)

http://bunkslamet.wordpress.com/29/03/2016/pengertian-etika/ (diakses pada


tanggal 13 Maret 2021)

https://www.kompasiana.com/feditatacistamaya/5a98be4e16835f12c41f0232/
mengapa-pendidik-harus-beretika (diakses pada tanggal 13 Maret 2021)

17
18

Anda mungkin juga menyukai