4.1 Tujuan
4.2 Peralatan
1. TPS-3431
2. Power Supply
3. Oscilloscope dua channel
4. Banana wires
Dimana :
01 dinyatakan dengan fase 45°
00 dinyatakan dengan fase 135°
10 dinyatakan dengan fase 225°
11 dinyatakan dengan fase 315°
Sebagai contoh dapat dialokasikan fase unt uk setiap sandi yaitu sebagai
berikut :
Gambar 4.3 Sinyal QPSK dalam domain waktu (sumber : Kusnadi, 2013)
Binary Input
QPSK Output
Q I Phase
0 0 -135
0 1 -45
1 0 135
1 1 45
Pada kondisi tertentu fasa carrier dapat berubah akibat adanya ketidak
sempurnaan akibat noise maupun akibat ketida ksempurnaan dari perangkat
demodulator itu sendiri. Error fasa yang dimaksud tersebut adalah perbedaan fasa
carrier pada saat kondisi ideal dibandingkan kondisi tidak ideal. Dalam blok
diagram ini, beda fasa carrier pada kedua lengan adalah 90 derajat, namun karena
adanya noise ataupun ketidak sempurnaan dari perangkat demodulator tersebut,
fasa 90 derajat bergeser. (Hamzah, 2013)
Kemudian keluaran dari mixer tersebut masuk ke LPF untuk menghilangkan
komponen carriernya. Sesudah itu dilakukan proses sampling yang dikoordinir oleh
simbol timing recovery. data hasil sampling kemudian masuk ke decision circuit
untuk memperoleh data genap dan data ganjil. Prinsip dari decision circuit adalah
membandingkan antara sinyal yang diterima dengan tegangan referensi.
4.4 Langkah Percobaan
1. Hubungkan trainer ke power supply
2. Hubungkan power supply ke mains dan ubah trainer ke posisi ON
3. Hubungkan data transmitter Dout0 dan Dout1 output ke Din0 dan Din1
modulator, berturut-turut Set switch BIN/QUAD ke posisi QUAD
Keterangan:
Frekuensi (1) = 11,96 kHz
Frekuensi (2) = -
Phase = -
Keterangan:
Frekuensi (1) = 12,85 kHz
Frekuensi (2) = 12,85 kHz
Phase = 170.10
Gambar 4.10 Sinyal Carrier F1 120,2°
Keterangan:
Frekuensi (1) = 13,19 kHz
Frekuensi (2) = 13,18 kHz
Phase = 120,20
Keterangan:
Frekuensi (1) = 14,68 kHz
Frekuensi (2) = 14,68 kHz
Phase = 66,080
4.5.2 Transmitted Data pada Din0 Modulator Input
Keterangan:
Frekuensi (1) = 241,5 Hz
Frekuensi (2) = 60,24 Hz
Phase = 176,50
Keterangan:
Frekuensi (1) = 241.5 Hz
Frekuensi (2) = 120.6 Hz
Phase = 183,50
Gambar 4.14 Channel 2 ke Din 0 Modulator Input dengan Biner 00110100
Keterangan:
Frekuensi (1) = 239,8 Hz
Frekuensi (2) = 60.28 Hz
Phase = 543,00
Keterangan:
Frekuensi (1) = 241.5 Hz
Frekuensi (2) = 94,88 Hz
Phase = 406,1o
Gambar 4.16 Channel 2 ke Din 1 Modulator Input dengan Biner 01100111
Keterangan:
Frekuensi (1) = 241,0 Hz
Frekuensi (2) = 120,0 Hz
Phase = 176,1o
Keterangan:
Frekuensi (1) = 241.5 Hz
Frekuensi (2) = 60,24 Hz
Phase = 176.50
4.5.4 Perbandingan Sinyal Informasi dan Sinyal Informasi Termodulasi
QPSK
Keterangan:
Frekuensi (1) = -
Frekuensi (2) = 11,90 kHz
Phase = -
Keterangan:
Frekuensi (1) = -
Frekuensi (2) = 12,08 kHz
Phase = -
Gambar 4.20 Channel 2 Output ke Modulator Output dengan Biner 00110100
Keterangan:
Frekuensi (1) = -
Frekuensi (2) = 6,329 kHz
Phase = -
Gambar 4.21 Received Data pada Din0 Receiver Input dengan Biner 10111010
Keterangan:
Frekuensi (1) = 241.0 Hz
Frekuensi (2) = -
Phase = 364,30
Gambar 4.22 Channel 2 ke Din 0 Receiver Input dengan Biner 01100111
Keterangan:
Frekuensi (1) = 239,2 Hz
Frekuensi (2) = -
Phase = -
Keterangan:
Frekuensi (1) = 241.5 Hz
Frekuensi (2) = 60,24 Hz
Phase = 4,348o
4.5.6 Received Data pada Din1 Receiver Input
Keterangan:
Frekuensi (1) = 241.5 Hz
Frekuensi (2) = 103,5 Hz
Phase = 390,40
Keterangan:
Frekuensi (1) = 241.0 Hz
Frekuensi (2) = 120,2 Hz
Phase = 366.90
Gambar 4.26 Channel 2 ke Input Receiver Din 1 dengan Biner 00110100
Keterangan:
Frekuensi (1) = 241,5 Hz
Frekuensi (2) = 60,24 Hz
Phase = 4,3480
(a) (b)
Gambar 4.34 Perbandingan Transmitted Data pada (a) Din0 dan (b) Din1 Modulator Input
Berdasarkan gambar 4.34 dapat dilihat hasil sinyal transmitted data pada
Din0 dan Din1 modulator input dimana pada transmitted data Din0 didapatkan
sinyal hasil modulasi dengan lebar pulsa yang lebih renggang dibandingkan dengan
lebar pulsa sinyal hasil modulasi pada transmitted data Din1. Hal ini dapat dilihat
dari perbandingan dari kedua frekuensi sinyal dimana frekuensi sinyal informasi
yang berwarna kuning pada kedua transmitted data adalah hampir sama ± 240 Hz
sedangkan pada frekuensi sinyal hasil modulasi yang berwarna biru dapat dilihat
bahwa frekuensi sinyal pada transmitted data Din0 lebih rendah dibandingkan
dengan frekuensi sinyal pada transmitted data Din1. Semakin rendah frekuensi
sinyal maka bentuk sinyal yang dihasilkan akan semakin renggang sehingga hal ini
menunjukkan bahwa panjang pulsa digital pada transmitted data Din0 lebih
renggang dibandingkan dengan panjang pulsa digital pada transmitted data Din1.
4.6.2.2 Biner 00110011
(a) (b)
Gambar 4.35 Perbandingan Transmitted Data pada Din0 dan Din1 Modulator Input
Berdasarkan gambar 4.35 dapat dilihat hasil sinyal transmitted data pada
Din0 dan Din1 modulator input dimana pada transmitted data Din0 didapatkan
sinyal hasil modulasi dengan lebar pulsa yang lebih renggang dibandingkan dengan
lebar pulsa sinyal hasil modulasi pada transmitted data Din1. Hal ini dapat dilihat
dari perbandingan dari kedua frekuensi sinyal dimana frekuensi sinyal informasi
yang berwarna kuning pada kedua transmitted data adalah hampir sama ± 241 Hz
sedangkan pada frekuensi sinyal hasil modulasi yang berwarna biru dapat dilihat
bahwa frekuensi sinyal pada transmitted data Din0 lebih rendah dibandingkan
dengan frekuensi sinyal pada transmitted data Din1. Semakin rendah frekuensi
sinyal maka bentuk sinyal yang dihasilkan akan semakin renggang sehingga hal ini
menunjukkan bahwa panjang pulsa digital pada transmitted data Din0 lebih
renggang dibandingkan dengan panjang pulsa digital pada transmitted data Din1.
4.6.2.3 Biner 00110100
(a) (b)
Gambar 4.36 Perbandingan Transmitted Data pada (a) Din0 dan (b) Din1 Modulator Input
Berdasarkan gambar 4.36 dapat dilihat hasil sinyal transmitted data pada
Din0 dan Din1 modulator input dimana pada transmitted data Din0 didapatkan
sinyal hasil modulasi dengan lebar pulsa yang lebih rapat dibandingkan dengan
lebar pulsa sinyal hasil modulasi pada transmitted data Din1. Hal ini dapat dilihat
dari perbandingan dari kedua frekuensi sinyal dimana frekuensi sinyal informasi
yang berwarna kuning pada kedua transmitted data adalah hampir sama yaitu
sebesar 240 Hz sedangkan pada frekuensi sinyal hasil modulasi yang berwarna biru
dapat dilihat bahwa frekuensi sinyal pada transmitted data Din0 lebih tinggi
dibandingkan dengan frekuensi sinyal pada transmitted data Din1. Semakin tinggi
frekuensi sinyal maka bentuk sinyal yang dihasilkan akan semakin rapat sehingga
hal ini menunjukkan bahwa panjang pulsa digital pada transmitted data Din0 lebih
rapat dibandingkan dengan panjang pulsa digital pada transmitted data Din1.
Gambar 4.37 Sinyal Informasi dengan Output Termodulasi Carrier dengan Biner 10111010
Parameter Sinyal:
Frekuensi (1) = -
Frekuensi (2) = 11,90 Hz
Phase = -
Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) merupakan salah satu metode
modulasi phase yang terkadang dikenal sebagai 4-PSK. QPSK dapat mengkodekan
dua bit per simbol, sehingga nantinya terdapat 4 jenis simbol yang berbeda. Pada
sinyal channel 1 adalah sinyal informasi dengan bit 10111010 dan channel 2 adalah
sinyal termodulasi QPSK.
b. Biner 01100111
Berikut adalah tampilan grafik dari sinyal informasi (biner) dengan bit =
[01100111]. Untuk mendapatkan grafik sinyal informasi berupa sinyal biner, bit
yang digunakan sudah ditentukan yaitu bit = [01100111].
Gambar 4.38 Sinyal Informasi dengan Output Termodulasi Carrier dengan Biner 01100111
Parameter Sinyal :
Frekuensi (1) = -
Frekuensi (2) = 12,08 Hz
Phase = -
Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) merupakan salah satu metode
modulasi phase yang terkadang dikenal sebagai 4-PSK. QPSK dapat mengkodekan
dua bit per simbol, sehingga nantinya terdapat 4 jenis simbol yang berbeda. Pada
sinyal channel 1 adalah sinyal informasi dengan bit 01100111 dan channel 2 adalah
sinyal termodulasi QPSK.
c. Biner 00110100
Berikut adalah tampilan grafik dari sinyal informasi (biner) dengan bit =
[00110100]. Untuk mendapatkan grafik sinyal informasi berupa sinyal biner, bit
yang digunakan sudah ditentukan yaitu bit = [00110100].
Gambar 4.39 Sinyal Informasi dengan Output Termodulasi Carrier dengan Biner 00110100
Parameter Sinyal :
Frekuensi (1) = -
Frekuensi (2) = 6,329 kHz
Phase = -
Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) merupakan salah satu metode
modulasi phase yang terkadang dikenal sebagai 4-PSK. QPSK dapat mengkodekan
dua bit per simbol, sehingga nantinya terdapat 4 jenis simbol yang berbeda. Pada
sinyal channel 1 adalah sinyal informasi dengan bit 00110100 dan channel 2 adalah
sinyal termodulasi QPSK.
for i= 1:2:n
if bit (i) == 1 && bit (i+1) == 1
s=sin ((2*pi*f)*t1);
else
s=sin (((2*pi*f)*t1)+(3/2*pi));
end
A_QPSK = [A_QPSK s];
time1 = [time1 t1];
t1 = t1+1;
end
figure;
plot (time1,A_QPSK)
grid on;
axis ([0 4 -1.5 1.5]);
title ({'kelompok T1'});
ylabel ('Amplitudo');
xlabel ('Waktu');
Koding 4.1 Sintaks untuk Mendapatkan Sinyal Termodulasi QPSK dengan Inputan Biner
10111010
Dari Koding 4.1 didapatkan hasil sinyal termodulasi QPSK seperti pada
gambar berikut :
Gambar 4.40 Sinyal Informasi dengan Output Termodulasi Carrier dengan Biner 10111010
else
s=sin (((2*pi*f)*t1)+(3/2*pi));
end
A_QPSK = [A_QPSK s];
time1 = [time1 t1];
t1 = t1+1;
end
figure;
plot (time1,A_QPSK)
grid on;
axis ([0 4 -1.5 1.5]);
title ({'Kelompok T1'});
ylabel ('Amplitudo');
xlabel ('Waktu');
Koding 4.2 Sintaks untuk Mendapatkan Sinyal Termodulasi QPSK dengan inputan biner
01100111
Dari Koding 4.2 didapatkan hasil sinyal termodulasi QPSK seperti pada
gambar berikut :
Gambar 4.42 Sinyal Informasi dengan Output Termodulasi Carrier dengan Biner 01100111
for i= 1:2:n
if bit (i) == 1 && bit (i+1) == 1
s=sin ((2*pi*f)*t1);
else
s=sin (((2*pi*f)*t1)+(3/2*pi));
end
A_QPSK = [A_QPSK s];
time1 = [time1 t1];
t1 = t1+1;
end
figure (2);
plot (time1,A_QPSK)
grid on;
axis ([0 4 -1.5 1.5]);
title ({'Kelompok T1'});
ylabel ('Amplitudo');
xlabel ('Waktu');
Koding 4.3 Sintaks untuk Mendapatkan Sinyal Termodulasi QPSK dengan Inputan Biner
00110100
Dari Koding 4.3 didapatkan hasil sinyal termodulasi QPSK seperti pada
gambar berikut :
Gambar 4.43 Sinyal Informasi dengan Output Termodulasi Carrier dengan Biner 00110100
Gambar 4.45 Sinyal Informasi dengan Output Termodulasi Carrier dengan Biner 10111010
Gambar 4.46 Sinyal Informasi dengan Output Termodulasi Carrier dengan Biner 10111010
b. Biner 01100111
Pada Gambar 4.47 dan 4.48 dapat dilihat perbandingan sinyal informasi dan
sinyal termodulasi QPSK hasil praktikum dan MATLAB. Pada hasil praktikum
didapatkan sinyal termodulasi QPSK sangat rapat sehingga perbedaan fase antar
gelombang tidak terlihat dengan jelas karena time base yang digunakan adalah 5
ms / cm. Sedangkan dengan menggunakan MATLAB, sinyal termodulasi QPSK
terlihat jelas perbedaan fase antar gelombang yang mewakili bit 0 dan bit 1.
Gambar 4.47 Sinyal Informasi dengan Output Termodulasi Carrier dengan Biner 01100111
Gambar 4.48 Sinyal Informasi dengan Output Termodulasi Carrier dengan Biner 01100111
c. Biner 00110100
Pada Gambar 4.49 dan 4.50 dapat dilihat perbandingan sinyal informasi dan
sinyal termodulasi QPSK hasil praktikum dan MATLAB. Pada hasil praktikum
didapatkan sinyal termodulasi QPSK sangat rapat sehingga perbedaan fase antar
gelombang tidak terlihat dengan jelas karena time base yang digunakan adalah 5
ms / cm. Sedangkan dengan menggunakan MATLAB, sinyal termodulasi QPSK
terlihat jelas perbedaan fase antar gelombang yang mewakili bit 0 dan bit 1.
Gambar 4.49 Sinyal Informasi dengan Output Termodulasi Carrier dengan Biner 00110100
Gambar 4.50 Sinyal Informasi dengan Output Termodulasi Carrier dengan Biner 00110100
4.6.4 Demodulasi QPSK
a. Biner 00110100
Demodulasi QPSK adalah proses mendapatkan kembali sinyal informasi
dari sinyal termodulasi QPSK. Alat untuk mendemodulasi sinyal disebut dengan
demodulator.
Pada Gambar 4.51 dapat dilihat hasil dari demodulasi dari sinyal
termodulasi QPSK. Biner sinyal informasi sebelum dimodulasi QPSK adalah
00110100 dan hasil dari demodulasi QPSK dapat dilihat pada LED (Light Emitting
Diode) merah yang menunjukkan biner 00011011 dari atas ke bawah. Berdasarkan
hal ini, dapat diketahui bahwa sinyal informasi sebelum dimodulasi adalah sama
dengan sinyal setelah didemodulasi. Ini membuktikan bahwa demodulasi QPSK
adalah proses mendapatkan kembali sinyal informasi dari sinyal termodulasi
QPSK.
b. Biner 001100111
Demodulasi QPSK adalah proses mendapatkan kembali sinyal informasi
dari sinyal termodulasi QPSK. Alat untuk mendemodulasi sinyal disebut dengan
demodulator.
Pada Gambar 4.52 dapat dilihat hasil dari demodulasi dari sinyal
termodulasi QPSK. Biner sinyal informasi sebelum dimodulasi QPSK adalah
01100111 dan hasil dari demodulasi QPSK dapat dilihat pada LED (Light Emitting
Diode) merah yang menunjukkan biner 01100111 dari atas ke bawah. Berdasarkan
hal ini, dapat diketahui bahwa sinyal informasi sebelum dimodulasi adalah sama
dengan sinyal setelah didemodulasi. Ini membuktikan bahwa demodulasi QPSK
adalah proses mendapatkan kembali sinyal informasi dari sinyal termodulasi
QPSK.
c. Biner 10111010
Demodulasi QPSK adalah proses mendapatkan kembali sinyal informasi
dari sinyal termodulasi QPSK. Alat untuk mendemodulasi sinyal disebut dengan
demodulator.
Pada Gambar 4.53 dapat dilihat hasil dari demodulasi dari sinyal
termodulasi QPSK. Biner sinyal informasi sebelum dimodulasi QPSK adalah
10111010 dan hasil dari demodulasi QPSK dapat dilihat pada LED (Light Emitting
Diode) merah yang menunjukkan biner 10111010 dari atas ke bawah. Berdasarkan
hal ini, dapat diketahui bahwa sinyal informasi sebelum dimodulasi adalah sama
dengan sinyal setelah didemodulasi. Ini membuktikan bahwa demodulasi QPSK
adalah proses mendapatkan kembali sinyal informasi dari sinyal termodulasi
QPSK.