2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama dan kebudayaan adalah dua hal yang sangat dekat di masyarakat. Bahkan
banyak yang salah mengartikan bahwa agama dan kebudayaan adalah satu kesatuan
yang utuh. Dalam kaidah, sebenarnya agama dan kebudayaan mempunyai kedudukan
masing-masing dan tidak dapat disatukan, karena agamalah yang mempunyai
kedudukan lebih tinggi dari pada kebudayaan. Namun keduanya mempunyai hubungan
yang erat dalam kehidupan masyarakat. Dan didalam kebudayaan ini terdapat etika dan
nilai keindahan dimana etika mempunyai nilai kebenaran yang harus selalu disesuaikan
dengan kebudayaan karena sifatnya tidak absolut dan mempunyai standar moral yang
berbeda-beda tergantung budaya yang berlaku dimana kita tinggal dan kehidupan
sosial apa yang kita jalani. Selain Kebudayaan kontras dengan keindahan,karena
didalam kebudayaan itu sendiri mengandung unsur-unsur estetis yang membuatnya
terlihat mahal untuk dibudayakan. Keindahan dalam kebudayaan merupakan salah
satu sifat manusia dalam karya cipta manusia. Didalam kebudayaan apapun pasti
memiliki nilai keindahan , karena di dalamnya memiliki nilai estetika enak di pandang
, dan didalamnya kebudayaan memiliki keindahan yang mewakili sifat-sifat dari
keindahan tersebut. Suatu kebudayaan tidak akan berkembang tanpa adanya suatu
keindahan yang tidak bisa dinikmati oleh mata. Jadi hubungan antara keindahan kerap
kaitannya dengan keindahan. Demi menjaga nilai-nilai kesucian dalam agama dan
menjelaskan, maka akan kita bahas pengertian agama, hubungan agama dan
kebudayaan, kebudayaan dengan etika dan estetika.
2
B. Rumusan Masalah.
1. Apa Pengertian Agama!
2. Hubungan Kebudayaan dengan Keagamaan!
3. Hubungan kebudayaan dengan nilai estetika!
4. Hubungan Kebudayaan dengan etika!
5. Bagaimana Cara mengatasi penyimpangan kebudayaan di jaman postmodern?
C. Tujuan
1. Dapat memahami pengertian agama dan kebudayaan.
2. Dapat mengetahui hubungan kebudayaan dengan agama, etika dan estetika.
3. Dapat mengatasi penyimpangan yang terjadi
3
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Agama
Kata agama berasal dari bahasa sansekerta yaitu berasal dari kata a (tidak) dan
gama (kacau), yang bila digabungkan menjadi sesuatu yang tidak kacau. Dan agama
ini bertujuan untuk memelihara atau mengatur hubungan seseorang atau sekelompok
orang terhadap realitas tertinggi yaitu Tuhan, sesama manusia dan alam sekitarnya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata agama berarti prinsip kepercayaan kepada
Tuhan. Agama diucapkan oleh orang barat dengan religios (bahasa latin), religion (
bahasa Inggris, Perancis, Jerman ) dan religie ( bahasa Belanda ). Istilah ini bukannya
tidak mengandung arti yang dalam melainkan mempunyai latar belakang pengertian
yang mendalam dari pada pengertian “Agama” yang telah disebutkan.
Agama ini muncul dari perasaan ketakjuban manusia terhadap realitas alam
yang ada. Seperti air yang bisa melepaskan dahaga seseorang, namun terkadang bisa
membawa malapetaka seperti banjir, angin yang memberikan kesejukan, namun
terkadang mendatangkan kerusakan seperti angin topan atau tornado, kemudian
mereka percaya bahwa ada suatu kekuatan tertentu. Mereka mencoba untuk mencari
keselamatan dari ketidakseimbangan yang mereka rasakan, yang dapat mendatangkan
keselamatan bagi mereka. Jadi, secara umum, agama adalah upaya manusia untuk
mengenal dan menyembah Ilahi yang dipercayai dapat memberi keselamatan serta
kesejahteraan hidup dan kehidupan kepada manusia. Upaya tersebut dilakukan dengan
berbagai ritual secara pribadi dan bersama yang ditujukan kepada kekuatan besar yang
mereka percayai sebagai Tuhan.
4
B. Hubungan Kebudayaan dengan Keagamaan
Didalam kebudayaan terdapat nilai keagamaan yang religi, dimana hal ini
berhubungan erat bahkan sulit dipahami kalau perkembangan sebuah kebudayaan
dilepaskan dari pengaruh agama. Sesunguhnya tidak ada satupun kebudayaan yang
seluruhnya didasarkan pada agama. Untuk sebagian kebudayaan juga terus ditantang
oleh ilmu pengetahuan, moralita, serta pemikiran kritis. Meskipun tidak dapat
disamakan, agama dan kebudayaan dapat saling mempengaruhi. Agama
mempengaruhi sistem kepercayaan serta praktik-praktik kehidupan. Sebaliknya
kebudayaan pun dapat mempengaruhi agama, khususnya dalam hal bagaimana agama
diinterprestasikan atau bagaimana ritual-ritualnya harus dipraktikkan. Tidak ada agama
yang bebas budaya.
Agama yang digerakkan budaya timbul dari proses interaksi manusia dengan kitab
yang diyakini sebagai hasil daya kreatif pemeluk suatu agama tapi dikondisikan oleh
konteks hidup pelakunya, yaitu faktor geografis, budaya dan beberapa kondisi yang
objektif. Budaya agama tersebut akan terus tumbuh dan berkembang sejalan dengan
perkembangan kesejarahan dalam kondisi objektif dari kehidupan penganutnya.
Hubungan kebudayaan dan agama tidak saling merusak, keduanya justru saling
mendukung dan mempengruhi.
Ada paradigma yang mengatakan bahwa” Manusia yang beragama pasti berbudaya
tetapi manusia yang berbudaya belum tentu beragama”.
5
moral yang berbeda-beda tergantung budaya yang berlaku dimana kita tinggal. Hal
inilah yang harus di terapkan di kebudayaan yang ada dalam melaksanakannya.
Makna atau filosofi banten gebogan juga terlihat dari bentuknya yang menjulang
seperti gunung makin keatas makin mengerucut (lancip), dan di atasnya juga diletakkan
6
canang dan sampiyan sebagai wujud persembahan dan bhakti kehadapan Tuhan sang
pencipta alam semesta. Dalam kebudayaan di zaman postmodern terjadi pergeseran
atau perubahan begitupula dengan gebogan atau pajegan. Perubahan tersebut terjadi
akibat adanya akulturasi budaya, kebutuhan, dan pola pikir masyarakat yang serba
modern dan praktis. Sebagai contoh pada gambar 2.1 terlihat bahwa perbedaan
gebogan tersebut sangat jelas dari segi bahan yang digunakan, pada gebogan zaman
dulu isi/bahan gebogan cenderung lebih alami dan ramah lingkungan sedangkan
gebogan modern seperti contoh diatas menggunkan bahan/makanan ringan maupun
minuman kaleng. Adapun perubahan tersebut menjadi suatu hal yang banyak
diperdebatkan pada masyarakat dari segi pro maupun kontra.
Dari segi kontra alasannya karena banten atau yadnya yang kita persembahkan
haruslah bersifat Satwika Yadnya yaitu yadnya hendaknya dilakukan dengan baik, baik
dari segi bahan, keinginan dan tujuan dilangsungkannya yadnya. Selain satwika yadnya
gebogan modern ini juga kurang baik karena bertolak belakang dengan ajaran
palemahan dalam ajaran Tri Hita Karana yakni plastic yang digunakan bersifat tidak
ramah lingkungan. Jadi menurut segi kontra gebogan modern yang serba praktis kurang
cocok diterapkan.
Sedangkan dari sisi pro/ setuju terhadap gebogan modern mengacu kepada sloka
Bhagawadgita Bab 9 Sloka 26.
Bhagavadgita 9.26
Pattram puspam phalam puspam phalam toyam
Yome bhaktya prayaccati
Tad aham bhaktyu pakrtam
Asnami prayatat asnamah.
Artinya:
Siapapun yang dengan kesujudan mempersembahkan pada-Ku daun, bunga,
buah-buahan atau air, persembahan yang didasari oleh cinta dan keluar dari
lubuk hati yang suci, Aku terima.
7
jadi mengacu kepada sloka diatas persembahan atau yadnya yang kita lakukan
hendaknya didasarkan atas ketulusan dan keiklasan tanpa memberatkan diri baik dari
segi materi maupun moral. apapun yang kita persembahkan kepada tuhan, baik itu
berupa daun bunga, buah ataupun air maka beliau pasti menerima dan tidak pernah
meminta kekurangan, namun semua yadnya yang kita lakukan berlandaskan kesadaran
dari diri sendiri. Jadi walaupun bahan gebogan pada zaman postmodern menggunaka
bahan yang serba praktis bukan berarti yadnya yang kita persembahkan tidak diterima
oleh tuhan, karena memang bahan/banten tersebut yang ada pada zaman postmodern.
8
BAB III
KESIMPULAN
Dari adanya akulturasi budaya, kebutuhan, dan pola pikir masyarakat yang
serba modern dan praktis membuat perubahan pada tampilan maupun komponen
didalam gebogan menjadi jauh berubah. Yang dimana pada jaman dulu gebogan
dibuat dengan bahan atau komponen yang di panen dari alam, namun sekarang
dibuat praktis dengan minuman siap saji yang dipakai pada jaman postmodern ini.
9
Daftar Pustaka
1. http://baihaqi-annizar.blogspot.com/2015/03/hubungan-agama-dan-
kebudayaan.html?m=1 Diakses 14 Mei 2019
2. http://rah-toem.blogspot.com/2013/09/pengertian-tujuan-bagian-bagian-
yadnya.html. Diakses 14 Mei 2019
10