Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

AGAMA DAN KEBUDAYAAN


Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas UAS mata kuliah Antrapologi Agama
Saifullah Fadli M, S.S, MA

Disusun Oleh:
Abdul Rahmat
(2042115025)
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USULUDIN ADAB DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SAMARINDA
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah menciptakan makhluknya
yang serba indah. Dengan rahmat dan hidayahnya saya dapat menyusun makalah ini, yang
semoga dapat memberikan banyak manfaat bagi kita semua dan juga dapat memberikan
kontribusi yang besar bagi seluruh masyarakat. Makalah ini saya susun dengan tema
“MENJAGA KEBERSIHAN AIR”, yang merupakan salah satu faktor yang paling penting
dalam proses pembentukan kehidupan manusia yang merupakan salah satu elemen kehidupan.
Kebersihan air terbentuk dari dua kata, yaitu bersih dan air bersih yaitu bebas dalam dari segala
macam kotoran, polusi dan bibit penyakit. Sedangkan air yaitu salah satu sumber kehidupan
manusia. Dengan demikian jikalau kita simpulkan seksama bahwa kebersihan air yaitu tempat
hidup masyarakat yang jauh dari kotoran, polusi, dan bibit penyakit dan dapat memberikan
sumber kehidupan yang baik bagi masyarakat dan sekitarnya. Sudah sewajarnya jikalau di dalam
makalah ini terdapat kesalahan, baik itu kesalahan Bahasa, penulisan dan penyajian. Oleh karena
itu kami sebagai penulis penyusun makalah ini memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada
seluruh pembaca. Dan saya sangat mengharapkan saran dan kritik para pembaca dalam
menyempurnakan makalah ini. Demikian lah makalah ini kami buat semoga bermanfaat bagi
penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya.

Samarinda, 12 April 2022

Abdul Rahmat
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Agama
B. Pengertian Budaya
C. Pengertian antropologi Agama
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fenomena kehidupan masyarakat dilihat dari aspek agama dan budaya yang memiliki
keterkaitan satu sama lain yang terkadang banyak disalah artikan oleh sebagian orang yang
belum memahami bagaimana menempatkan posisi agama dan posisi budaya dalam suatu
kehidupan masyarakat. Dalam kehidupan manusia, agama dan budaya jelas tidak berdiri sendiri,
keduanya memiliki hubungan yang sangat erat dalam dialektikanya; selaras menciptakan dan
kemudian saling menegasikan. Agama sebagai pedoman hidup manusia yang diciptakan oleh
Tuhan, dalam menjalani kehidupannya. Sedangkan kebudayaan adalah sebagai kebiasaan tata
cara hidup manusia yang diciptakan oleh manusia itu sendiri dari hasil daya cipta, rasa dan
karsanya yang diberikan oleh Tuhan. Agama dan kebudayaan saling mempengaruhi satu sama
lain. Agama mempengaruhi kebudayaan, kelompok masyarakat, dan suku bangsa. Kebudayaan
cenderung berubah-ubah yang berimplikasi pada keaslian agama sehingga menghasilkan
penafsiran berlainan. Salah satu agenda besar dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan
bernegara adalah menjaga persatuan dan kesatuan dan membangun kesejahteraan hidup bersama
seluruh warga negara dan umat beragama. Hambatan yang cukup berat untuk mewujudkan
kearah keutuhan dan kesejahteraan adalah masalah kerukunan sosial, termasuk di dalamnya
hubungan antara agama dan kerukunan hidup umat beragama. Persoalan ini semakin kursial
karena terdapat serangkaian kondisi sosial yang menyuburkan konflik, sehingga terganggu
kebersamaan dalam membangun keadaan yang lebih dinamis dan kondusif. Demikian pula
kebanggaan terhadap kerukunan dirasakan selama bertahun-tahun mengalami degradasi, bahkan
menimbulkan kecemasan terjadinya disintegrasi bangsa.
Latar belakang lahirnya agama karena adanya masalah kekuatan yang dianggap lebih
tinggi dari kekuatan yang ada pada dirinya sehingga mereka mencari lebih dalam dari mana asal
kekuatan yang ada pada alam baik berupa gunung laut langit dan sebagainya, dan ketika mereka
tidak dapat mengkajinya maka disembah karena mereka berpikiran, bahwa kekuatan alam itu
memiliki kekuatan yang luar biasa dan bisa menghidupi beribu-ribu, bahkan berjuta-juta umat
manusia sehingga muncullah agama yang merupakan salah satu usaha manusia untuk
mendekatkan diri pada kekuatan supranatural.
Sebelum kita memahami perspektif agama, budaya dan masyarakat, maka terlebih
dahulu kita harus mengetahui penjelasan eksistensi tentang agama. Agama merupakan suatu
kepercayaan tertentu yang dianut sebagian besar masyarakat merupakan tuntunan hidup. Agama
menyangkut kepercayaan-kepercayaan dan berbagai prakteknya, serta benar-benar merupakan
masalah sosial yang pada saat ini senantiasa ditemukan dalam setiap masyarakat manusia.
Karena itu, lahir pertanyaan bagaimana seharusnya dari sudut pandang sosiologis. Dalam
pandangan sosiologi, perhatian utama agama adalah pada fungsinya bagi masyarakat. Di mana
fungsi seperti diketahui, menunjuk pada sumbangan yang diberikan agama atau lembaga sosial
yang lain untuk memper-tahankan keutuhan masyarakat sebagai usaha aktif yang berlangsung
secar terus-menerus.
Konsepsi agama menurut kamus besar bahasa indonesia adalah sistem yang mengatur
tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada tuhan yang mahakuasa serta tata kaidah
yang. Menurut Yusuf Alqaradawi dan Hussein Shahatah, zakat gaji dan pendapatan diistilahkan
sebagai zakat mal almustafad yaitu zakat yang bersumberkan gaji. Agama dengan agama hidup
itu terarah, dengan seni hidup itu indah, dengan ilmu hidup itu mudah ilmu tanpa agama adalah
buta, agama tanpa ilmu adalah lumpuh pengertian lembaga agama.
Penulis masih sering menyaksikan adanya sebahagian anggota masyarakat yang
mencampur adukkan antara nilai-nilai agama dengan nilai-nilai budaya yang padahal kedua hal
tersebut tentu saja tidak dapat seratus persen disamakan, bahkan mungkin berlawanan. Demi
terjaganya esistensi dan kesucian nilai-nilai agama sekaligus memberi pengertian, disini penulis
hendak mengulas mengenai Apa itu agama dan apa itu budaya, dan masyarakat yang memiliki
hubungan yang kuat.
Budaya atau yang biasa di sebut culture merupakan warisan dari dari nenek moyang
terdahlu yang masih eksis sampai saat ini. Suatu bangsa tidak akan memiliki ciri khas tersendiri
tanpa adanya budaya-budaya yang di miliki. Budaya-budaya itupun berkembang sesui dengan
kemajuan zaman yang semakin modern. Kebudayaan yang berkembang dalam suatu bangsa itu
sendiri di namakan dengan kebudayaan lokal, karena kebudayaan lokal sendiri merupakan
sebuah hasil cipta, karsa dan rasa yang tumbuh dan berkembang di dalam suku bangsa yang ada
di daerah tersebut. Di dalam kebudayaan suatu pasti menganut suatu kepercayaan yang bisa kita
sebut dengan agama. Agama itu sendiri iyalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan
atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban
yang bertalian dengan kepercayaan yang dianut oleh suatu suku/etnik tersebut.
Dilihat dari segi Agama dan budaya yang masing-masing memiliki keeratansatu sama
lain. sering kali banyak di salah artikan oleh orang-orang yang belum memahami bagaimana
menempatkan posisi Agama dan posisi budaya pada suatu kehidupan. Terkadang masih ada
segelintir masyarakat yang mencampur adukkan nilai-nilai Agama dengan nilai-nilai budaya.
padahal kedua hal tersebut tentu saja tidak dapat seratus persen disamakan bahkan mungkin
berlawanan.
Demi terjaganya eksistensi dan kesesuaian nilai-nilai agama sekaligus memberi
pengertian disini penulis hendak mengulas mengenai Apa itu Agama dan Apa itu budaya.
Penulis berharap apa yang kami tulis ini dapat menjadi panduan pembaca dalam
mengaplikasikan serta dapat membandingkan antara agama dan budaya.
B. Rumusan Masalah
A. Apa Pengertian Agama?
B. Apa pengertian Budaya?
C. Apa pengertian Antropologi Agama dan Budaya?
C. Tujuan Penulisan
A. Untuk mengetahui pengertian agama.
B. Untuk mengetahui pengertian budya.
C. Untuk mengetahui pengertian antropologi agama dan budaya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Agama
Agama adalah sistem yang mengatur kepercayaan serta peribadatan kepada Tuhan
Yang Maha Esa serta tata kaidah yang berhubungan dengan budaya, dan pandangan dunia
yang menghubungkan manusia dengan tatanan kehidupan.
Masing-masing agama tersebut memiliki kitab suci. Al-Quran untuk umat Islam, Al
Kitab bagi umat Kristen dan Katolik, Weda untuk penganut Hindu, Tripitaka bagi kaum
Buddha, dan penganut Konghucu memiliki kitab suci Si Shu.
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah
yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Kata
"agama" berasal dari bahasa Sanskerta yaitu āgama (aagama) yang berarti "tradisi".
Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa
Latin, dan berasal dari kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya
dengan memiliki religi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.1
Menurut filolog ilmu yang mengkaji tentang sejarah, pranata, dan kehidupan suatu
bangsa yang terdapat dalam naskah-naskah lama.2 Max Müller, akar kata bahasa Inggris
"religion", yang dalam bahasa Latin religio, awalnya digunakan untuk yang berarti hanya
"takut akan Tuhan atau dewa-dewa, merenungkan hati-hati tentang hal-hal ilahi, kesalehan"
(kemudian selanjutnya Cicero menurunkan menjadi berarti "ketekunan").3 Max Müller
menandai banyak budaya lain di seluruh dunia, termasuk Mesir, Persia, dan India, sebagai
bagian yang memiliki struktur kekuasaan yang sama pada saat ini dalam sejarah. Apa yang
disebut agama kuno hari ini, mereka akan hanya disebut sebagai "hukum". Menurut para ahli
tentang pengertian agama yaitu:
1. Menurut Durkheim defenisi Agama adalah merupakan sistem yang terpadu atau
kenyakinan dan praktek yang berhubungan dengan hal-hal yang suci dan menyatukan semua
penganutnya dalam suatu komunitas moral yang dinamakan umat.
2. Menurut Prof. Dr.M Drikarya defenisi agama adalah kenyakinan adanya suatu kekuatan
supranatural yang mengatur dan menciptakan alam dan isinya.
3. Menurut. Moenawan Chalil definisi Agama adalah perlibatan yang merupakan tingkah laku
manusia dalam berhubungan dengan kekuatan supranatural tersebut sebagai konsekuensiatas
pengakuanya.
4. Menurut Jappy Pellokild definisi agama adalah percaya adanya Tuhan Yang Maha Esa dan
hukuman –hukumanya.

1
Muhammad Zain. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga 2005. 1954.
2
Maharsi. “Filologi dan Sejarah”. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Hlm. 1. 2021.
3
Friedrich Maximillian Muller. Natural Religion, p.33, 1889.
Jadi agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan pribadatan
kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan
manusia serta lingkungannnya.

B. Pengertian Budaya
Budaya adalah cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh seseorang atau
sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Dari segi bahasa, budaya atau
kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak
dari buddhi (budi atau akal) yang diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan
akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata latin Colere,
yaitu mengolah atau mengerjakan. Colere juga bisa diartikan sebagai mengolah tanah atau
bertani. Kata culture terkadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Menurut E.B Taylor, budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat istiadat, serta kesanggupan dan
kebisaan lain yang dipelajari manusia sebagai anggota masyarakat.
Budaya adalah keseluruhan sikap dan pola perilaku serta pengetahuan yang merupakan suatu
kebiasaan yang diwariskan dan dimiliki oleh suatu anggota masyarakat tertentu.
Budaya memengaruhi banyak aspek kehidupan, di antaranya agama, adat istiadat,
politik, bahasa, pakaian, bangunan, hingga karya seni. Jadi, kebudayaan merupakan sesuatu
yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi gagasan yang terdapat dalam
pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata,
misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-
lain, yang semuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.
Kebudayaan sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang, begitu pula
sebaliknya. Di dalam pengembangan kepribadian diperlukan kebudayaan, dan kebudayaan
akan terus berkembang melalui kepribadian tersebut. Sebuah masyarakat yang maju, kekuatan
penggeraknya adalah individu-individu yang ada di dalamnya.4 Tingginya sebuah kebudayaan
masyarakat dapat dilihat dari kualitas, karakter dan kemampuan individunya.
Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang saling berkaitan. Manusia dengan
kemampuan akalnya membentuk budaya, dan budaya dengan nilai-nilainya menjadi landasan
moral dalam kehidupan manusia. Seseorang yang berperilaku sesuai nilai-nilai budaya,
khususnya nilai etika dan moral, akan disebut sebagai manusia yang berbudaya. Selanjutnya,
perkembangan diri manusia juga tidak dapat lepas dari nilainilai budaya yang berlaku.5

4
Kusumo hamid jojo, Filsafat Kebudayaan; Proses Realisasi Manusia, (Yogyakarta: Jalasutra,
2010).
5
Rachels, Filsafat Moral, judul asli The Elements of Moral Philosophy, A. Sudiarja (terj),
(Yogyakarta: Kanisius, 2004).
Kebudayaan dan masyarakatnya memiliki kekuatan yang mampu mengontrol,
membentuk dan mencetak individu. Apagi manusia di samping makhluk individu juga
sekaligus makhluk sosial, maka perkembangan dan perilaku individu sangat mungkin
dipengaruhi oleh kebudayaan. Atau boleh dikatakan, untuk membentuk karakter manusia
paling tepat menggunakan pendekatan budaya.6

C. Pengertian Antropologi Agama dan Budaya


Para antropologi dan sejarawan umumnya menganggap bahwa agama itu merupakan
bagian dari kebudayaan (religion is a part of every known culture). Karena memandang
kebudayaan sebagai titik sentral kehidupan manusia, dan mereka tidak membedakan antara
agama/kepercayaan yang lahir dari keyakinan masyarakat tertentu, dengan agama yang
berasal dari wahyu tuhan kepada Rosul Nya. Sedangkan para agamawan, pada umumnya
memandang agama sebagai sumber titik sentrak kehidupan manusia, terutama yang ada
kaitannya dengan sistem keyakinan (credo) dan sistem peribaditan (ritus) Agama mempunyai
doktrin-doktrin (pokok-pokok ajaran) yang mengikat pemeluknya, diantara doktrin tersebut
ada yang bersifat dogmatis (inti keyakinan), yang tidak mungkin ditukar dengan tradisi dan
sistem kebudayaan yang berlawanan. Meskipun demikian, dalam agama terdapat koridor yang
memungkinkan adanya penyesuaian atau penyerapan antara agama dengan tradisi dan budaya
yang berlaku di suatu masyarakat. Disana terjadi proses saling mengisi, saling mewarnai dan
saling mempengaruhi.
Hubungan antara agama dan kebudayaan memang tidak selalu harmonis. Sedikitnya
ada empat kategori hubungan antara agama dengan kebudayaan, dengan meminjam formulasi
Prof. G. Van Der Leeaw sebagai berikut:
1. Agama dan keudayaan menyatu.
2. Agama dan kebudayaan renggang.
3. Agama dan kebudayaan terpisah
4. Agama dan kebudayaan saling mengist.

Dengan demikian menjadi jelas, bahwa hubungan antara agama dan kebudayaan tidak
bersifat statis, tetapi berkembang secara dinamis dalam perjalanan sejarah. Walaupun
pengamatan Prof. G. Van Der Leeuw tadi mencerminkan pengalaman dari masyarakat Barat
modern, namun pengamatan itu dapat kita ambil manfaat juga dalam mempelajari
perkembangan di Negara kita.

BAB III
6
A.R Tilaar, Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2002).
PENUTUP
A. Kesimpulan
Agama adalah sistem yang mengatur kepercayaan serta peribadatan kepada Tuhan
Yang Maha Esa serta tata kaidah yang berhubungan dengan budaya, dan pandangan dunia
yang menghubungkan manusia dengan tatanan kehidupan.
Budaya adalah cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh seseorang atau
sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Dari segi bahasa, budaya atau
kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak
dari buddhi (budi atau akal) yang diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan
akal manusia.
Hubungan antara agama dan kebudayaan tidak bersifat statis, tetapi berkembang secara
dinamis dalam perjalanan sejarah. Walaupun pengamatan Prof. G. Van Der Leeuw tadi
mencerminkan pengalaman dari masyarakat Barat modern, namun pengamatan itu dapat kita
ambil manfaat juga dalam mempelajari perkembangan di Negara kita.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis senantiasa dengan lapang dada menerima bimbingan baik berupa keritik
mupun saran yang sifatnya membangun demi perbaikan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Zain, Muhammad. 1954. Kamus besar Bahasa indonesia edisi ketiga.
Maharsi. 2021. Filologi dan sejarah.UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Muller, Friedrich Maximillian. 1889. Natural religion, p.33
Jojo, Kusumo Hamid. 2010. Filsafat kebudayaan: Proses relisasi manusia. Yogyakarta:
Jalasutra.
Rachels. 2004 FILSAFAT MORAL: The elements of moral philosophy, A. SudirJ (terj).
Yogyakarta: Kanisisus.
Tailar, A.R. 2002. pendidikan, kebudayaan, dan masyarakat madani indonesia. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai