Disusun Oleh :
Kelompok IV
UNIVERSITAS JAMBI
2021
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Konsep dan
Etika Moral” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas oleh bapak Dr. Dwi Noerjoedianto, S.KM., M.Kes, CIQaR pada mata kuliah Etika
dan Hukum Kesehatan Masyarakat. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang “Konsep dan Etika Moral” bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Dwi Noerjoedianto, S.KM.,
M.Kes, CIQaR selaku dosen pada mata kuliah Etika dan Hukum Kesehatan
Masyarakat yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini. Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
yang sudah diberlakukan untuk mengatur kehidupan bermasyarakat menjadi
lebih baik.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Kata ”etika” dalam bahasa Yunani adalah ”ethos” (tunggal) yang berarti
kebiasaan- kebiasaan tingkah laku manusia, adab, akhlak, watak, perasaan,
sikap dan cara berfikir serta ”ta etha” (jamak), yang berarti adab kebiasaan.
Dalam bahasa Inggris, ”ethics”, berarti ukuran tingkah laku atau perilaku manusia
yang baik, tindakan yang tepat, yang harus dilaksanakan oleh manusia sesuai
dengan moral pada umumnya.
Menurut Aristoteles (384-322 s.M.) ”etika” berarti ilmu tentang apa yang
biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia yang lama (Poerwadarminta, sejak 1953) ”etika” dijelaskan sebagai:
”ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral)”.
1.) Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak);
2.) Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
3.) Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat.
Hal ini terjadi apabila nilai - nilai, norma - norma moral, asas - asas akhlak
(moral), atau kode etik yang terdapat dalam kehidupan suatu masyarakat
menjadi bahan refleksi (pemikiran) secara menyeluruh (holisti), sistematis,
dan metodis. Etika merupakan pemikiran kritis tentang berbagai ajaran dan
pandangan moral. Etika sering disebut filsafat moral, karena berhubungan
dengan adat istiadat, norma - norma, dan nilai - nilai yang menjadi pegangan
dalam suatu kelompok atau seseorang untuk mengatur tingkah laku.
6
2.1.2. Pengertian Etiket
Etiket berasal dari bahasa Inggris Etiguette. Etiket berarti ”sopan santun”
Etiket adalah tata cara atau adab sopan santun di masyarakat beradab dalam
memelihara hubungan baik diantara sesama manusia.
Banyak yang berpendapat bahwa etiket adalah turunan atau bagian dari
etika itu sendiri, yang memanifestasikan dirinya sebagai tatakrama atau cara
dalam membangun hubungan antar manusia, tetapi lebih bersifat relatif.
Dari dua pandangan pada di atas, makna etiket lebih mengacu pada
tindakan yang dapat digunakan oleh dalam memfasilitasi hubungan dan juga
dapat membantu mendukung dan mencapai tujuan yang diinginkan.
7
3. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam satu kebudayaan,
bisa saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain. Contoh: makan dengan
tangan atau bersendawa waktu makan.
4. Etiket memandang manusia dari segi lahiriah saja. Orang yang berpegang
pada etiket bisa juga bersifat munafik. Contoh: Bisa saja orang tampi sebagai
“manusia berbulu ayam”, dari luar sangan sopan dan halus, tapi di dalam
penuh kebusukan.
Manusia disebut etis, ialah manusia secara utuh dan menyeluruh mampu
memenuhi hajat hidupnya dalam rangka asas keseimbangan antara
kepentingan pribadi dengan pihak yang lainnya, antara rohani dengan
jasmaninya, dan antara sebagai makhluk berdiri sendiri dengan penciptanya.
Termasuk di dalamnya membahas nilai-nilai atau normanorma yang
dikaitkan dengan etika, terdapat dua jenis etika (Keraf: 1991: 23), sebagai
berikut:
a. Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku
manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai
sesuatu yang bernilai. Artinya Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai
fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia
sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang
membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam
penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan
dengan kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat bertindak secara
etis. Etika deskriptif dibagi menjadi dua, yaitu:
8
1) Sejarah moral, yang meneliti cita-cita, aturan-aturan dan normanorma
moral yang pernah berlaku dalam kehidupan manusia dalam kurun
waktu dan tempat tertentu.
2) Fenomenologi moral, yang berupaya menemukan arti dan makna
moralitas dari beragam fenomena yang ada. Fenomenologi moral
berkepentingan untuk menjelaskan fenomena moral yang terjadi
masyarakat. Ia tidak memberikan petunjuk moral dan tidak
mempersalahkan apa yang salah.
b. Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan
seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan
oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika
Normatif merupakan norma-norma yang dapat menuntun agar manusia
bertindak secara baik dan meng-hindarkan hal-hal yang buruk, sesuai
dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat.
9
orientasi hidup yang benar, memiliki makna yang lebih besar dari sekadar alat
bantu bagi manusia.
Dengan kata lain, sasaran etika ialah terwujudnya praktik hidup yang baik
dimana setiap orang mampu mengetahui apa yang baik dan apa yang tidak baik
untuk dilakukan berdasarkan aturan-aturan untuk mengendalikan kegiatan itu
berdampingan dengan nilai-nilai yang tersirat di dalam kegiatan tersebut.
Ada empat fungsi etika yang diperlukan untuk membangun kehidupan yang
manusiawi untuk kehidupan di zaman sekarang ini, ialah:
10
baru. Etika juga membantu kita untuk tidak naif dan tidak ekstrem dalam
menanggapi ideologi/pemikiran tentang kebenaran baru. Jangan cepat
percaya pada pandangan yang baru, namun juga jangan cepat menolak
nilai yang dianggap baru atau belum biasa.
d) Etika sangat membantu dalam mencerahkan ajaran agama, sehingga umat
beragama dapat lebih baik dalam menghayati iman mereka serta
menjalankan nilai-nilai agamanya.
11
Melihat pada poin-poin tersebut mempertegas tentang orientasi dari etiket
yang cenderung mengarahkan pada perhatian-perhatian yang relatif pada
pembentukan perilaku manusia yang menyesuiakan dengan keadaan dan situasi
tanpa memerlukan pertimbangan-pertimbangan yang berorientasi pada
landasan, alasan, dan pandangan hidup. Karena tidak menutup kemungkinan
untuk etiket dapat berupa suatu tindakan yang dimungkinkan dapat bertentangan
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam etika. Selama ini, ketika etiket
memainkan peranannya maka ada bagian lain dari etika yang terkadang tidak
begitu diperhitungkan, mengingat dalam kehidupan yang pluralist dan
menghadapi keragaman masyarakat sisi nilai etiket yang merupakan modal
dalam pergaulan yang sifatnya konvensional, sehingga etiket dapat saja terjadi
selama hal itu merupakan suatu kesepahaman atau kesepakatan dalam suatu
kesempatan atau dalam kondisi tertentu. dalam suatu kesempatan atau dalam
kondisi tertentu.
12
2.3. Etika Sebagai Cabang Filsafat
Etika filsafat termasuk salah satu cabang ilmu filsafat dan malah dikenal sebagai
salah satu cabang filsafat yang paling tua. Dalam konteks filsafat yunani kuno etika
filsafat sudah terbentuk terbentuk dengan kematangan yang mengagumkan. Etika
filsafat merupakan ilmu, tetapi sebagai filsafat ia tidak merupakan suatu ilmu
emperis, artinya ilmu yang didasarkan pada fakta dan dalam pembicaraannya tidak
pernah meniggalkan fakta. Ilmu-ilmu itu bersifat emperis, karena seluruhnya
berlangsung dalam rangka emperis (pengalaman inderawi) yaitu apa yang dapat
dilihat, didengar, dicium, dan dirasakan. Ilmu emperis berasal dari observasi
terhadap fakta-fakta dan jika ia berhasil merumuskan hukumhukum ilmiah, maka
kebenaran hukum-hukum itu harus diuji lagi dengan berbalik kepada fakta-fakta.
Filsafat dari kata philo yang berarti cinta dan kata sophos yang berarti ilmu
atau hikmah. Secara etimologi filsafat berarti cinta terhadap ilmu dan hikmah.
Dalam hubungan ini al-Syabani berpendapat, bahwa filsafat bukanlah
hikmah melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya,
memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya.
Untuk itu ia mengatakan bahwa filsafat berarti mencari hakikat sesuatu,
berusaha menautkan sebab dan akibat dan berusaha menafsirkan
pengalaman-pengalaman manusia.
13
kajian tematik atas persoalan-persoalan yang terjadi pada setiap zaman.
Istilah filsafat dapat ditinjau dari dua sagi, yaitu:
1) Segi semantik
Filsafat berasal dari bahasa Arab yaitu falsafah. Dari bahasa Yunani
yaitu philosophia, yaitu pengetahuan hikmah (wisdom). Jadi,
philosophia berarti cinta pengetahuan, kebijaksanaan dan kebenaran.
Maksudnya ialah orang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan
hidupnya dan mengabadikan dirinya kepada pengetahuan.
2) Segi praktis
Filsafat yaitu alam pikiran artinya berfilsafat itu berpikir. Orang yang
berpikir tentang filsafat disebut filosof, yaitu orang yang memikirkan
hakikat segala sesuatu dengan sungguhsungguh di dalam tugasnya.
Filsafat merupakan hasil akal manusia yang mencari dan memikirkan
suatu kebenaran dengan sedalamdalamnya. Jadi, filsafat adalah ilmu
yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala
sesuatu. (M. Yatimin Abdullah: 2006)
Adapun definisi ilmu filsafat yang diberikan oleh para ahli filsafat
adalah sebagai berikut:
a) Plato
Mengatakan filsafat ialah ilmu pengetahuan tentang segala yang ada
(ilmu pengatahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli)
b) Aristoteles
Mengatakan filsafat ialah ilmu pengetahuan yang mengikuti
kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika,
logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan etistika.
c) Al-Farabi (889-950 M)
Mengatakan filsafat ialah ilmu pengetahuan tentang alam maujud
dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
d) Immanuel Kant (1724-1804 M)
Mengatakan filssafat ialah ilmu pokok dan pangkal segala
pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu
Tuhan, alam, pikiran dan manusia. 5. Prancis Bacon Mengatakan
filsafat merupakan induk agung dari ilmuilmu dan filsafat menangani
semua pengatahuan sebagai bidangnya.
e) John Dewey
Mengatakan filsafat harus dipandang sebagai suatuu pengungkapan
mengenai perjuangan manusia secara terus-menerus.
14
Perbedaan definisi itu menurut Ahmad Tafsir (1992) disebabkan
oleh berbedanya konotasi filsafat pada tokoh-tokoh itu karena perbadaan
keyakinan hidup yang dianut mereka. Perbadaan itu juga dapat muncul
karena perkembangan filsafat itu sendiri yang menyebabkan beberapa
pengetahuan khusus memisahkan diri dari filsafat. Sampai di sini dapat
diambil kesimpulan bahwa perbadaan definisi filsafat antara satu tokoh
dengan tokoh lainnya disebabkan oleh perbadaan konotasi filsafat pada
mereka masing-masing.
15
filsafat, tetapi karena ilmu tersebut kian meluas dan berkambang, akhirnya
membentuk disiplin ilmu tersendiri dan terlepas dari filsafat. Demikian juga
etika, dalam proses perkembangannya sekalipun masih diakui sebagai
bagian dalam pembahasan filsafat, ia merupakan ilmu yang mempunyai
identitas sendiri. (Alfan: 2011)
Hubungan etika dengan ilmu filsafat menurut Ibnu Sina seperti indera
bersama, estimasi dan rekoleksasi yang menolong jiwa manusia untuk
memperoleh konsep-konsep dan ide-ide dari alam sekelilingnya. Jika
manusia telah mencapai kesempurnaan sebelum ia berpisah dengan badan,
maka ia selamanya akan berada dalam kesenangan. Jika ia berpisah
dengan badan dalam keadaan tidak sempurna, ia selalu dipengaruhi hawa
nafsu. Ia hidup dalam keadaan menyesal dan terkutuk untuk selama-
lamanya di akhirat. Pemikiran filsafat tentang jiwa yang dikemukakan Ibnu
Sina memberi petunjuk dalam pemikiran filsafat terhadap bahan-bahan atau
sumber yang dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi konsep ilmu etika.
16
2.3.3. Etika Sebagai Ciri Khas Filsafat
2.4.1. Moral
Secara etimologis, kata moral berasal dari kata mos dalam bahasa Latin,
bentuk jamaknya mores, yang artinya adalah tata-cara atau adat-istiadat.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989: 592), moral diartikan sebagai
akhlak, budi pekerti, atau susila.
17
formalnya berbeda. Widjaja (1985: 154) menyatakan bahwa moral adalah
ajaran baik dan buruk tentang perbuatan dan kelakuan (akhlak).
18
Kode Etik Guru dan sebagainya. Ketiga, etika diartikan sebagai ilmu
tentang tingkah laku yang baik dan buruk. Etika merupakan ilmu apabila
asas-asas atau nilai-nilai etis yang berlaku begitu saja dalam masyarakat
dijadikan bahan refleksi atau kajian secara sistematis dan metodis.
Sementara itu menurut Magnis Suseno, etika harus dibedakan
dengan ajaran moral. Moral dipandang sebagai ajaran-ajaran, wejangan-
wejangan, khotbah-khotbah, patokan-patokan, entah lisan atau tertulis,
tentang bagaimana ia harus bertindak, tentang bagaimana harus hidup
dan bertindak, agar ia menjadi manusia yang baik. Sumber langsung
ajaran moral adalah orang-orang dalam berbagai kedudukan, seperti
orang tua dan guru, para pemuka masyarakat dan agama, dan tulisan-
tulisan para bijak seperti kitab Wulangreh karangan Sri Sunan Paku
Buwana IV. Sumber dasar ajaran-ajaran adalah tradisi dan adat istiadat,
ajaran agama-agama atau ideologiideologi tertentu. Sedangkan etika
bukan suatu sumber tambahan bagi ajaran moral, melainkan merupakan
filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaranajaran dan
pandangan-pandangan moral. Etika adalah sebuah ilmu, bukan sebuah
ajaran. Jadi etika adalah ajaran-ajaran moral tidak berada pada tingkat
yang sama.
Kode etik adalah kumpulan asas dan nilai yang berkenaan dengan
moral, sehingga ia bersifat normatif dan tidak empiris. Sebuah kode etik
seharusnya bersifat mencakup apa-apa yang dicita-citakan (das Sollen) dan
tidak merupakan uraian apa adanya kenyataan sekarang (das Sein). Karena
sifat yang normatif, maka perumusan suatu kode etik harus memakai istilah-
istilah seperti : “harus, seharusnya, wajib, tidak boleh bersifat anjuran atau
larangan”.
19
profesi, yang memberikan arti penting dalam penentuan, pemertahanan, dan
peningkatan standar profesi kode etik menunjukkan bahwa tanggung jawab
dan kepercayaan dari masyarakat telah diterima oleh profesi.
Kode etik adalah norma – norma yang harus diindahkan oleh setiap
profesi didalam melaksanakaan tugas profesinya dan didalam kehidupan
masyarakat. Kode etik merupakan ciri profesi yang bersumber dari nilai –
nilai internal dan eksternal suatu disiplin ilmu merupakan pernyataan
komperhensif suatu profesi yang meberikan tuntutan bagi anggota dalam
melaksanakan pengabdian profesi. Lebih lanjut sebaiknya kode etik dibuat
oleh profesi itu sendiri, dan kode etik tidak efektif bila dibuat oleh atasan atau
instansi pemerintah karena tidak akan hidup dan dijiwai oleh kalangan
profesi itu sendiri, agar bisa berfungsi dengan baik, suatu kode etik harus
bisa menjadi hasil self regulation dari profesi.
Fungsi kode etik adalah sebagai pedoman perilaku bagi para pengemban
profesi, dalam hal ini, perawat sebagai tenaga kesehatan dalam upaya
pelayanan kesehatan. Kode etik yang mencerminkan nilai dan pandangan
hidup yang dianut oleh kalangan profesi yang bersangkutan. Kode etik
merupakan norma etik yang dapat berfungsi :
Terbinanya hubungan dokter dengan pasien yang baik, adalah salah satu
dari kewajiban etik. Untuk dapat terselenggaranya pelayanan kesehatan
yang bermutu, hubungan dokterpasien yang baik ini harus dapat
20
dipertahankan. Sangat diharapkan setiap dokter dapat dan bersedia
memberikan perhatian yang cukup kepada pasiennya secara pribadi,
menampung dan mendengar semua keluhan, serta menjawab dan
memberikan keterangan yang sejelas – jelasnya tentang hal yang ingin
diketahui oleh pasien.
21
keamanan tindakan ini haruslah diperhatikan. Pelayanan medis yang
memembahayakan pasien, bukanlah pelayanan yang baik, dan karena itu
tidak boleh dilakukan.
Dari beberapa hal tersebut yang telah dijelaskan, peranan kode etik
profesi memiliki peranan yang sangat penting dalam pelayanan kesehatan.
Pelayanan yang baik sesuai dengan aturan – aturan atau norma – norma
yang telah ditetapkan sesuai dengan profesi yang dimiliki, juga menjadi salah
satu hal terpenting dalam meningkatkan mutu dari suatu pelayanan
kesehatan 59 yang menyangkut kepuasan pasien. Maka, kode etik profesi
sangat penting dimiliki oleh setiap profesi yang berada di bidang pelayanan
kesehatan.
a) Autonomy ( otonomi )
Prinsip “Autonomy” (self-determination) yaitu prinsip yang menghormati
hak-hak pasien, terutama hak otonomi pasien (the rights to self determination)
dan merupakan kekuatan yang dimiliki pasien untuk memutuskan suatu
prosedur medis. Prinsip moral inilah yang kemudian melahirkan konsep Informed
consent.
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir secara logis dan membuat keputusan sendiri, memilih dan memiliki
berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip
otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai
persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan
kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri.
Beberapa contoh prinsip otonomi adalah sebagai berikut :
1. Pasien berhak menentukan tindakan-tindakan baru dapat
dilakukan atas persetujuan dirinya.
22
2. Seorang warga menentukan sikap untuk ikut penyulu han ataupun
kegiatan kesehatan yang diselenggrakan oleh Sarjana Kesehatan
Masyarakat (SKM)
23
2. Seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat ( SKM ) memberikan pelayanan
yang terbaik dalam usaha penyembuhan pencegahan tanpa merugikan
masyarakat.
d) Confidentiality ( kerahasiaan)
Institusi kesehatan akan menjaga kerahasiaan informasi yang bisa
merugikan seseorang atau masyarakat. Aturan dalam prinsip kerahasiaan
adalah informasi tentang pasien harus dijaga. Segala sesuatu yang terdapat
dalam dokumen catatan kesehatan pasien hanya boleh dibaca dalam rangka
pengobatan pasien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut
kecuali jika diijinkan oleh pasien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang
pasien diluar area pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga tentang
pasien dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari. Contohnya antara lain :
1. Seorang dokter maupun tenaga medis yang menangani pasien menjaga
setiap data informasi yang dimiliki dari pasien tersebut, baik itu nama, alamat,
panyakit yang diderita, dan sebagainya.
2. Seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat ( SKM ) merahasiakan segala
bentuk data terkait dengan data survei yang bersifat pribadi ( tidak
dipublikasikan )
24
1. Seorang dokter berjanji dengan sungguh untuk menjaga setiap rahasia
pasiennya, dan sampai kapanpun akan tetpa menjaga komitmennya untuk
menjaga kerahasiaan setiap pasiennya
2. Seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) menepati janjinya dalam
usaha peningkatan dan perbaikan kesehatan di masyarakat sesuai dengan
program yang telah dibuat.
f) Fiduciarity ( Kepercayaan )
Adalah hukum hubungan atau etika kepercayaan antara dua atau lebih
pihak. Kepercayaan dibutuhkan untuk komunikasi antara professional kesehatan
dan pasien. Seseorang secara hukum ditunjuk dan diberi wewenang untuk
memegang aset dalam kepercayaan untuk orang lain. Para fidusia mengelola
aset untuk kepentingan orang lain daripada untuk keuntungan sendiri. Contoh:
1. Seorang dokter dipercaya oleh pasiennya untuk melakukan operasi
pengangkatan sel kanker dalam tubuhnya.
2. Seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) diberi kepercayaan oleh
masyarakat dalam memberantas wabah DBD dan malaria.
g) Justice (Keadilan)
Yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam
bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya (distributive justice) atau
pendistribusian dari keuntungan, biaya dan risiko secara adil. Prinsip keadilan
dibutuhkan untuk tercapai yang sama rata dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Misalnya :
1. Tenaga kesehatan medis tidak boleh diskriminatif dalam memberikan
pelayanan kesehatan antara pasien kelas III dan pasien VVIP.
2. Seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat ( SKM ) memberikan pelayanan
kesehatan seperti imunisasi, penyuluhan, pemberantasan jentik – jentik pada
semua lapisan masyarakat.
h) Veracity (Kejujuran)
25
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap
pasien dan untuk meyakinkan bahwa pasien sangat mengerti. Prinsip veracity
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.
Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk
memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan
yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan. Walaupun demikian,
terdapat beberapa pendapat yang mengatakan adanya batasan untuk kejujuran
seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau
adanya hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab individu
memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh
tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan
saling percaya. Diantaranya :
1. Tenaga kesehatan harus menyampaikan sejujurnya penyakit pasien namun
tidak dapat diutarakan semua kecuali kepada keluarga pasien.
2. Seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) meberikan informasi tekait
dengan kondisi kesehatan masyrakat dengan transparan dan dapat
dipertanggung jawabkan.
26
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Etika merupakan pemikiran kritis tentang berbagai ajaran dan pandangan
moral. Sedangkan Etiket adalah tata cara atau adab sopan santun di masyarakat
beradab dalam memelihara hubungan baik diantara sesama manusia.
Terdapat dua jenis etika, yaitu etika deskriptif dan etika nomatif. Kedua
jenis etika ini membahas nilai-nilai atau norma-norma yang dikaitkan dengan
etika. Dari kedua jenis etika tersebut ,maka definisi etika dapat diklasifikasikan
menjadi tiga, yaitu etika sebagai cabang ilmu filsafat, etika sebagai ilmu
pengetahuan yang membicarakan perilaku manusia, dan etika sebagai ilmu yang
bersifat normatif dan evaluatif terhadap perilaku manusia.
moral adalah ajaran baik dan buruk tentang perbuatan dan kelakuan
(akhlak). sedangkan kode etik adalah himpunan norma – norma yang disepakati
dan ditetapkan oleh dan untuk para pengembang profesi tertentu.
27
3.2. Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan
makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.
Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu
dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa
membangun dari para pembaca.
28
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Y. (2017). Etika Profesi dan Hukum Kesehatan. Pusat Pendidikan Sumber Daya
Manusia Kesehatan.
Frayudha, A. D. (t.thn.). Etika Sebagai Cabang Filsafat. Etika Sebagai Cabang Filsafat.
Sang Gede Purnama, S. M. (2017). MODUL ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN. Bali:
Universitas Udayana.
Sx, F. W. (2018). ETIKA MORAL BERJALAN, HUKUM JADI SEHAT. ETIKA MORAL
BERJALAN, HUKUM JADI SEHAT, Vol. 7.
29