Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ETIKA, ETIKET DAN MORAL


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika dan Hukum
Kesehatan

Dosen Pengampu: Fikria Nur Ramdani, S. SiT, M.K.M

Oleh:

Asviana Ratna Dilla 191107011180


Nisa Aini 191207011179
Nesya Arnellia 191107011082

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS IBNU KHALDUN BOGOR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul ”Etika,
Etiket, dan Moral” ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan ataupun penulisannya. Mungkin
dalam makalah ini terdapat banyak kata yang kurang tepat, untuk itu penulis
mohon maaf. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi penulis
untuk lebih baik di masa yang akan datang.
Semoga makalah pembahasan ini dapat memberikan informasi bagi
masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.

Bogor, Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

i
ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................2
1.1 Latar Belakang................................................................................................2
1.2 Tujuan Pembahasan........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Etika dan Etiket..............................................................................................3
2.2 Etika dan Hati Nurani….……………………………………………………5
2.3 Moral..............................................................................................................6
2.4 Perkembangan Etika………………………………………………………...9
2.5 Nilai Etika……………..…………………………………………………...10
2.6 Pendekatan Etika…………………...............................................................11
2.7 Etika, Agama, dan Hukum….......................................................................12
BAB III PENUTUP..............................................................................................13
3.1 Kesimpulan...................................................................................................13
3.2 Saran.............................................................................................................13
14
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Etiket atau sopan pantun hanya berlaku pada masyarakat tertentu yang
menyepakati tindakan atau perilaku tersebut. Etiket berlaku dalam pergaulan dengan
orang lain.Berbagai istilah seperti etiket, kode etik, dan estetika sering terdengar
diganti dengan istilah etika. Di sinilah letak pentingnya kita memahami dan
menggunakan berbagai istilah seperti ini secara maksimal dan proporsional.
Perlunya kita memahami apa itu etiket. Etiket adalah sesuatu yang seringkali atau
secara serta merta dihubung-hubungkan dengan etika. Padahal, etika dengan etiket
memiliki pengertian dan hakikat yang sama sekali berbeda. Oleh sebab itu, sangatlah
penting bagi kita untuk memahami pengertian etiket sehingga kita dapat menyusun
secara tepat akan relasinya dengan etika. Relasi yang dimaksud di sini meliputi
persamaan maupun perbedaannya.

1.2 TUJUAN
 Tujuan khusus
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika dan Hukum Kesehatan pada
peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan.
 Tujuan umum
1. Agar mahasiswa memahami etika,etiket dan moral
2. Agar mahasiswa tahu bagaimana cara beretika dan moral dalam kehidupan
sehari-hari
3. Agar mahasiswa mahasiswa tahu hubungan antara etika,moral dan agama
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi etika dan etik


Istilah etika berasal dari Bahasa yunani kuno yaitu ethos dalam bentuk tunggal
mempunyai arti kebiasaan-kebiasaan tingkah laku manusia, adat, akhlak, watak,
perasaan, sikap dan cara berpikir. Dalam bentuk jamak ta etha mempunyai arti adat
kebiasaan atau plural. Selanjutnya, etika sebagai kajian ilmu atau objek diartikan ilmu
tentang apa yang dilakukan (pola perilaku) orang, atau ilmu tentang adat istiadat
kebiasaan orang. Etika sebagai kajian ilmu membahas tentang moralitas atau tentang
manusia terkait dengan perilakunya terhadap manusia lain dan sesama manusia.
Sedangkan etiket, berasal dari Bahasa inggris, Etiquette, yang artinya sopan
santun. Persamaan etika dengan etiket adalah sama-sama menyangkut perilaku
manusia, memberi norma bagi perilaku manusia yaitu menyatakan tentang apa yang
harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan .sesuatu cara atau ketentuan yang
dilakukan atau tidak dilakukan oleh suatu anggota masyarakat tertentu, dimana cara
atau ketentuan tersebut ditentukan oleh kelompok masyarakat tertentu tersebut.
Etiket atau sopan pantun hanya berlaku pada masyarakat tertentu yang menyepakati
tindakan atau perilaku tersebut. Etiket berlaku dalam pergaulan dengan orang lain.
Sedangkan kalau berhubungan dengan orang lain, etiket tidak berlaku misalnya
berteriak itu dikatakan tidak beretika kalau dihadapan orang lain. Tetapi di kamar
mandi mau berteriak setengah mati tidak dapat dikatakan melanggar etiket.

2.2 Etika dan Hati Nurani


Hati nurani adalah penghayatan atau kesadaran tentang baik atau buruk, benar
atau tidak benar berhubungan dengan tingkah laku konkret seseorang di dalam
masyarakat. Hati nurani ini memerintahkan atau melarang kita untuk bertindak atau
tidak bertindak, atau menganjurkan atau melarang kita untuk melakukan sesuatu
terhadap situasi yang dihadapinya. Dalam hal ini maka perlu dibedakan antara
pengenalan dan kesadaran. Pengenalan adalah bila kita melihat, mendengar, atau
merasakan sesuatu yang dihadapi. Pengenalan tidak hanya terbatas pada manusia
saja, tetapi binatang pun bisa mengenal setelah mendengar atau melihat sesuatu. Oleh
karena itu, hati nurani memang erat kaitannya dengan “kesadaran” dan kesadaran ini
merupakan ciri khas pada manusia serta tidak ada pada makhluk hidup yang lain.
Bertindak mengikuti hati nurani merupakan suatu hak dasar bagi setiap
manusia. Tidak ada orang lain yang berwenang untuk campur tangan dalam putusan
hati nurani seseorang.
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa hati nurani mempunyai
kedudukan yang kuat dalam kehidupan moral manusia atau dalam etika.

 Hati nurani dibagi menjadi 2 bagian,yaitu:


1) Hati nurani retrospektif
Apabila seseorang membuat keputusan-keputusan dan melaksanakan putusan
tersebut atau bertindak, biasanya orang berpikir ulang atau membuat semacam
penilaian terhadap apa yang telah dilakukan tersebut. Apabila seseorang bertindak
yang tidak etis dan bertentangan dengan hati nuraninya, sudah belum tentu setelah
bertindak orang tersebut akan menyadari bahwa tindakannya tersebut tidak benar
dan menyesalinya. Jadi dapat dikatakan atau disimpulkan bahwa hati nurani
seseorang atau “batin” seseorang memberikan penilaian-penilaian terhadap
perbuatannya yang telah lampau.
2) Hati nurani prospektif
Sebelum orang membuat keputusan dan bertindak, biasanya ia juga menilai dan
mempertimbangkan terhadap apa yang diputuskan dan dilakukan dengan hati
nurani atau suara batinnya. Dengan kata lain, batin akan menilai perbuatan-
perbuatan seseorang mendatang. Sebelum orang bertindak, batin memberikan
pertimbangan-pertimbangan. Inilah yang disebut dengan hati nurani prospektif.
2.3 Moral
Istilah moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata moral yaitu mos,
sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang
sama yaitu kebiasaan, adat-istiadat. Bila kita membandingkan dengan arti kata etika,
maka secara etimologis, kata etika sama dengan kata ‘moral’ karena kedua kata
tersebut sama-sama mempunyai arti yaitu kebiasaan, adat-istiadat. Yang
membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu ‘etika’ dari bahasa Yunani dan ‘moral’
dari bahasa Latin. Bila kita mengatakan bahwa perbuatan pengedar narkotika itu tidak
bermoral, maka kita menganggap perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai dan
norma-norma etis yang berlaku dalam masyarakat. Atau bila kita mengatakan bahwa
pemerkosa itu bermoral bejat, artinya orang tersebut berpegang pada nilai-nilai dan
norma-norma yang tidak baik.
Kata bermoral mengacu pada bagaimana suatu masyarakat yang berbudaya
atau seseorang berperilaku seturut nilai dan norma yang berlaku. Rumusan arti kata
moral adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang
atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Moral sesuai dengan ide-ide
yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang
wajar.Moral mengacu kepada baik buruknya perbuatan manusia sebagai manusia. Inti
pembicaraan tentang moral adalah menyangkut bidang kehidupan manusia dinilai
dari baik buruknya perbutaannya selaku manusia. Norma moral dijadikan sebagai
tolak ukur untuk menetapkan betul salahnya sikap dan tindakan manusia, baik
buruknya sebagai manusia.
Etika dan moral merupakan salah satu bentuk perilaku manusia yang menentukan
baik buruknya sifat maupun watak manusia tersebut. Etika adalah filsafat moral.
Dengan demikian, etika berada dalam wilayah teoritis bukan praktis. Sebaliknya
moral pun juga bisa disebut sebagai wilayah teoritis jika merupakan filsafata moral.
Akan tetapi, antara etika dan moral dapat dijadikan sebagai bentuk konsep yang dapat
mengarahkan manusia kepada tatanan nilai yang berbudi luhur dalam bentuk perilaku
yang mengarah kepada kebaikan sesuai aturan yang telah ditetapkan. Dengan adanya
etika atau tingkah laku maka pribadi manusia dapat tercapai dengan baik sesuai
dengan kaidah dan norma-norma yang telah ditetapkan oleh ajaran agama. Etika
tersebut akan membawa pada tata derajat manusia yang sempurna apabila mereka taat
dan patuh pada aturan itu serta tidak menyimpang dari padanya.

2.4 Perkembangan Etika


Perkembangan etika sangat mempengaruhi kehidupan manusia dalam kehidupan
sehari – hari. Etika dapat memberikan suatu orientasi kepada manusia untuk
menjalani serangkaian tindakan. Hal tersebut berarti bahwa etika dapat membantu
untuk mengambil suatu keputusan tentang tindakan yang baik maupun
tidak.Singkatnya, etika bisa disebut sebagai suatu ilmu yang memberikan arahan,
acuan, dan pijakan kepada tindakan manusia. Etika berpengaruh sangat besar bagi
tenaga profesi, khususnya di Indonesia karena sebuah profesi hanya dapat
memperoleh kepercyaan dari masyarakat, apabila dalam diri para professional
tersebut terdapat kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi sewaktu mereka
memberikan jasa profesi kepada masyarakat.
1. Tahap praktek dan pramoral
Perkembangan etika dan moral pada tahap awal terjadi dalam keluarga. Pada tahap
ini, anak mengenal adanya perbuatan baik dan tidak baik atau buruk sangat
berkaitan dengan sikap dan perilaku orang tua. Sebagai contoh, dalam hal etika
baik dimana anak akan mengenal hal tersebut dengan diberikan sebuah hadian atau
pujian. Tetapi sebaliknya, anak akan mengenal perbuatan tidak baik jika
mendapatkan hukuman dan celaan dari orang tua maupun orang disekitarnya.
Dalam konteks ini belum dapat dikatakan bahwa perbuatan anak bermoral atau
tidak, karena pada tahap ini anak baru belajar perbuatan baik dan buruk saja.
2. Tahap Prakonvensional
Pada tahap ini perbuatan-perbuatan anak sudah mulai didasarkan pada norma-
norma umum yang berlaku dalam kelompok sosialnya, contohnya sekolah.
3. Tahap konvensional
Pada tahap ini sudah pada tingkat dewasa, dimana pemahaman seseorang kepada
kelompok sudah meluas ke kelompok yang lebih kompleks lagi, seperti suku
bangsa, agama, dan Negara. Bahwa perilaku atau tindakan baik dan tidak baik
tidak hanya sesuai dengan moral (norma yang tidak tertulis), tetapi juga sudah
mencakup norma kelompok, atau masyarakat yang sudah tertulis, yakni peraturan
dan hukum. Maka dari itu, perilaku baik adalah apabila sesuai denga aturan hukum
kelompok besar tersebut.
4. Tahap paskakonvensional (Otonom)
Pada tahap ini, sebagai penerimaan tanggung jawab pribadi atas dasar etik, moral
atau prinsip-prinsip hati nurani yang sudah lebih otonom atau mandiri. Oleh
karena itu, pada tingkat ini biasanya tidak sama, bahkan bertentangan dengan
perilaku kelompoknya. Dalam tahap ini, seseorang sudah berani berperilaku beda
dengan kelompoknya karena menganggap kelompok belum tentu benar.

2.5 Nilai Etika


Telah dijelaskan bahwa moral atau etika bersumber pada hati nurani. Sedangkan
hatti nurani manusia itu selalu mempunyai konotasi positif. Bahwa apa yang disebut
baik atau tidak baik, atau perbuatan itu baik atau tidak baik adalah sesuatu yang kita
“ya” atau “tidak” kan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa baik atau tidak
baik tentu mempunyai ukuran atau nilai, yakni yang disebut nilai moral atau norma
moral. Nilai normal dalam sutu kelompok masyarakat tertentu bisa sama dan bisa
berbeda dengan kelompok masyarakat yang lain. Dari berbagai studi dapat
disimpulkan bahwa nilai moral mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Nilai berkaitan dengan subjek. Subjek yang dimaksud adalah kelompok
masyarakat yang menentukan nilai moral tersebut.
2) Nilai tampil dalam konteks praktis, dimana subjek meletakkan sesuatu dalam
konteksnya, misalnya keadilan.
3) Nilai yang menyangkut hal-hal yang ditambahkanoleh subjek sesuai dengan sifat-
sifat yang dimilki objek, misalnya perbuatan baik atau melakukan sesuatu yang
baik.
Nilai norma dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
1) Norma kesopanan (etiket). Ditentukan oleh mamsing-masing kelompok budaya.
Setiap kelompok memiliki norma etiket sendiri.
2) Norma hukum. Ditentukan oleh pemegang otoritas.
3) Norma moral atau etika. Pada umumnya bersifat universal ditentukan oleh
kelompok atau masyarakat tertentu. Meski bersifat universal, tetapi bersumber
pada hati nurani manusia.

2.6 Pendekatan Etika


Etika sebagai ilmu tingkah laku etis atau moral mempunyai berbagai cara
pendekatan atau cara mempelajarinya. Dengan kata lain ada berbagai pendekatan
etika, antara lain:
1. Etika Deskriptif
Etika Deskriptif adalah suatu kajian etika yang bertujuan untuk menggambarkan
tingkah laku moral dalam arti luas: tentang baik buruk, tentang Tindakan yang
boleh atau tidak boleh dari setiap kelompok masyarakat atau komunitas, tanpa
memberikan penilaian. Misalnya, menggambarkan tata cara yang berlaku pada
masing-masing kelompok suku bangsa di Indonesia terkait dengan upacara
perkawinan atau kematian. Etika deskriptif bermanfaat untuk mengembangkan
pemahaman budaya satu terhadap yang laun dalam rangka membangun toleransi
dan kebersamaan.
2. Etika Normatif
Etika normatif bukan hanya menggambarkan etika dari masing-masing kelompok
komunitas, tetapi memberikan penilaian terhadap etika-etika yang berlaku (dengan
sendirinya menggunakan kriteria etis dan tidak etis), sehingga menentukan benar
atau etis dan tidak benar atau tidak etis. Misalnya fenomena sosial adanya “kawin
kontrak”, sunat pada wanita diberbagai etnis tertentu, dan “siphon” di Nusa
Tenggara Timur terutama di Kupang dan sekitarnya. Siphon adalah suatu tradisi
atau budaya setempat, yang mengharuskan anak laki-laki yang baru disunat harus
melakukan hubungan seks dengan wanita. Tujuan hubungan seks bagi anak laki-
laki sehabis disunat adalah segera memperoleh kesembuhan dan pemulihan. Oleh
sebab itu etika normatif ini bertujuan untuk merumuskan prinsip-prinsip etis yang
dapat dipertanggungjawabkan secara rasional.
Lebih lanjut lagi, etika normatif ini dibedakan menjadi:
a. Etika umum
Adalah aturan tingkah laku yang harus dipenuhi oleh setiap orang di dalam
masyarakatnya. Setiap anggota masyarakat dimana pun berada selalu terikat
oleh etika umum ini, yang secara implisit mengatur hak dan kewajiban setiap
anggota kelompok atau masyarakat dalam kelompok atau masyarakat tersebut.
Aturan tingkah laku manusia di suatu masyarakatnya dalam konteks
sosiobudayanya. Etika umum ini juga menyangkut aturan tingkah laku manusia
dengan lingkungan dalam konteks fisik atau alam dimana manusia itu hidup
bermasyarakat.
b. Etika khusus
Adalah aturan tingkah laku kelompok manusia atau kelompok masyarakat yang
khas atau yang spesifik kelompok tersebut. Kelompok masyarakat yang khas
atau spesifik ini adalah kelompok profesi. Kelompok profesi dalam suatu
masyarakat sangat bervariasi, yang mempunyai kekhasan atau perilaku khusus
sesuai dengan profesi masing-masing, misalnya profesi hukum, ekonomi,
akutansi, kefarmasian (apotek), kedokteran, dan sebagainya. Masing-masing
kelompok profesi ini biasanya membuat aturan berperilaku masing-masing
sesuai dengan profesi tersebut. Rumusan atau aturan profesi ini biasanya
dirumuskan dalam aturan bertindak atau “role of conduct” atau juga disebut
“kode etik”.

2.7 Etika, Agama dan Hukum


Etika (moral) dan agama mempunyai hubungan yang sangat erat. Seperti telah di
uraikan tadi bahwa etika atau moral adalah merupakan aturan atau rambu-rambu
perilaku dalam hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain dalam konteks
sosiobudayanya. Sedangkan agama adalah lebih dari etika, karena disamping
mengatur hubungan antar manusia dengan Tuhan Sang Pencipta alam seisinya,
termasuk manusia. Apabila manusia benar-benar memegang teguh rambu-rambu
moral, sebenarnya secara implisit juga sudah menjalin hubungan yang baik dengan
Tuhan pencipta alam ini. Karena orang mempunyai moral yang baik, sudah barang
tentu akan berperilaku di dalam aturan-aturan agama yang diperintahkan Tuhan
kepada umat manusia.
Oleh sebab itu, melanggar moral berarti melanggar hubungan dengan Allah, itu
juga melanggar hubungan dengan manusia lain. Melanggar hukum Allah berarti
melanggar hukum manusia, dan sebaliknya. Apabila dilihat dari pandangan agama
perbuatan tersebut adalah dosa, karena melanggar perintah atau ajaran Tuhan.
Sedangkan sanksi terhadap pelanggaran ajaran Tuhan atau agama adalah “dosa”, dan
segala risikonya, yang semuanya itu adalah hak atau otoritas Tuhan sendiri untuk
menghukumnya.
Etika atau moral, sebagai aturan bertindak atau berperilaku, baik yang bersifat
universal maupun bersifat lokal, tidak secara jelas tertulis dalam dokumen meskipun
dipatuhi oleh semua orang atau anggota masyarakat. Sedangkan hukum lebih di
modifikasi, ditulis secara sistematis. Hukum merupakan norma yuridis, dan
dituangkan dalam berbagai bentuk produk hukum misalnya: Undang-Undang Dasar
dan undang-undang, peraturan-peraturan, surat keputusan dan ketentuan-ketentuan
lainnya secara tertulis dari para pemegang kekuasaan eksekutif, legislatif maupun
yudikatif. Sanksi bagi para pelanggar moral atau etika, tidak jelas dan tegas, dan
cenderung bersifat subjektif. Melanggar etika atau moral dapat dikatakan sanksinya
adalah “hati nurani” yang belum jelas aturannya. Sedangkan sanksi bagi pelanggar
hukum adalah sangat jelas dan terukur yang berupa hukuman, sesuai peraturan yang
berlaku. Manusia sebagai ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan ditempatkan di
alam yang juga ciptaan Tuhan ini, hendaknya senantiasa memelihara hubungan yang
harmonis secara bersamaan dan sekaligus, yakni:
ETIKA – HUKUM – AGAMA
ALLAH

AGAMA

ETIKAINFO HUKUMFO
MANUSIA MANUSIA MANUSIA
RMAL RMAL

ALAM (LINGKUNGAN)

a. Hubungan antara manusia dengan Tuhan.


b. Hubungan antara manusia dengan manusia lain, yang diatur secara:
1) Tidak tertulis yang bersifat universal, dan yang dipatuhi oleh setiap manusia
dalam konteks sosiobudaya (etika atau moral).
2) Tertulis yang disusun dalam bentuk undang-undang atau peraturan tertulis
lainnya dalam konteks komunitas, yakni: hukum.
c. Hubungan antara manusia dengan lingkungannya (fisik). Hubungan antara
manusia dengan lingkungannya, diatur dalam aturan tidak tertulis (etika
lingkungan); tetapi juga dapat diatur dalam aturan yang tertulis (hukum
lingkungan).
DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, Soelidjo. 2019. Etika dan Hukum Kesehatan. Penerbit: Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai